edisi 3
Sukrisno Agoes
Estralita Trisnawati
1
Mengapa ada Standar Akuntansi????
Untuk keseragaman laporan keuangan
Memudahkan penyusun laporan keuangan karena dengan
adanya pedoman baku (standar) dapat meminimalkan bias
dari penyusun laporan keuangan
Memudahkan auditor
Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan perusahaan yang berbeda
Banyak pihak yang menjadi pengguna laporan keuangan
sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada
masing-masing pengguna
Regulasi mengharuskan perusahaan dengan kriteria
tertentu untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan
standar
2
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Merupakan entitas yang:
• Tidak tercatat di pasar modal
• Tidak sedang dalam proses untuk pengajuan
pernyataan pendaftaran di pasar modal
• Tidak menguasai aset dalam aktivitas sebagai
fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti
bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi
3
Latar Belakang SAK-ETAP
• PSAK yang mengadopsi IFRS terlalu kompleks untuk diterapkan oleh
perusahaan kecil menengah di Indonesia
• PSAK-IFRS sulit diterapkan untuk perusahaan kecil menengah;
mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah
• PSAK-IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan
banyak pertimbangan profesional
• PSAK-IFRS memerlukan dokumentasi dan teknologi informasi yang
kuat
6
Bab 1
PENDAHULUAN
Akuntansi Pajak
Definisi akuntansi Definisi pajak
Siklus akuntansi Jenis pajak
Laporan keuangan
Kelangsungan
Identifikasi LK
usaha
Materialitas Frekuensi
dan Agregasi Pelaporan
Lap.Keu.
Komparatif Konsistensi
10
Sumber: SAK-ETAP (2009:23-25)
Laporan Perubahan Ekuitas
Menyajikan:
Laba / rugi entitas untuk suatu periode;
Pendapatan dan beban yang diakui langsung
dalam ekuitas untuk periode tertentu;
Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan dalam periode tersebut;
Rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode dari komponen ekuitas.
11
Sumber: SAK-ETAP (2009:26-27)
Laporan laba rugi dan saldo laba dapat digabungkan
dan disajikan sebagai pengganti laporan perubahan
ekuitas; apabila perubahan ekuitas hanya muncul
karena:
Laba / rugi;
Pembayaran dividen;
Koreksi kesalahan periode lalu;
Perubahan kebijakan akuntansi
12
Sumber: SAK-ETAP (2009:26-27)
Neraca
Lancar
Aset
Tidak
Lancar
Jk.
Neraca Pendek
Kewajiban
Jk.Panjan
g
Ekuitas
13
Sumber: SAK-ETAP (2009:19-22)
Laporan Arus Kas
14
Sumber: SAK-ETAP (2009:28-33)
Catatan Atas Laporan Keuangan
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi
Informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP tetapi tidak disajikan dalam
Struktur laporan keuangan
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi
relevan untuk memahami laporan keuangan
Pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai SAK-ETAP
Urutan Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
penyajian Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan
Pengungkapan informasi lainnya
Kebijakan Dasar pengukuran
akuntansi Kebijakan akuntansi lain yang relevan
Pertimbangan Pengungkapan pertimbangan secara terpisah dari hal-hal yang melibatkan
estimasi
Informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan untuk mengestimasi
Ketidakpastian ketidakpastian pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan
estimasi yang menyebabkan adanya penyesuaian yang material terhadap aset dan
kewajiban dalam laporan keuangan tahun berikutnya
Pendahuluan
Peranan akuntansi dalam sejarah perpajakan di
Indonesia
Akun akuntansi pajak
Pentingnya akuntansi pajak
16
AKUN AKUNTANSI PAJAK
PPh 22, 23, 24, 25, 28A
Pajak Dibayar di Muka Pajak Masukan
Neraca
Laporan
Laba Rugi
Beban PPh
17
BAB 2
KAS dan SETARA KAS
Tabungan / Deposito
PPh final pasal 4 ayat (2)
Bank Diskonto SBI
20%
PP-131/2000 jo.
KMK-51/KMK.04/2001
18
Jasa Giro
TABUNGAN
19
BAB 3
INVESTASI pada EFEK TERTENTU
1. Ruang lingkup
2. Pengakuan dan pengukuran
3. Klasifikasi
4. Perubahan klasifikasi kelompok
5. Penurunan nilai
6. Penyajian pada Neraca dan laporan
arus kas
7. pengungkapan
21
Investasi pada efek tertentu - 2
Klasifikasi Tipe efek Pelaporan Perlakuan terhadap
dalam Neraca perubahan nilai
wajar
HTM Obligasi Nilai tercatat -
Obligasi Dilaporkan dalam
Nilai wajar
Trading & Neraca
harga pasar
Saham komponen Ekuitas
Obligasi
Nilai wajar Dilaporkan dalam
AFS &
harga pasar Laporan Laba Rugi
Saham
Efek ekuitas tidak dapat diklasifikasikan menjadi HTM karena efek ekuitas tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
22
Investasi pada efek tertentu - 3
Dampak
Dampak
Dasar perpindahan
perpindahan pada
Pengukuran pada Laba
akun Ekuitas
Bersih
Laba/rugi yang
Trading AFS Laba/rugi yang belum belum direalisasi
direalisasi pada tanggal
atau transfer akan meningkatkan /
pada tanggal
sebaliknya menurunkan Ekuitas transfer akan diakui
dalam pendapatan.
Sekuritas Sebagian komponen dari
ditransfer Ekuitas akan meningkat /
HTM AFS sebesar nilai menurun sebesar laba/rugi
wajar pada yang belum direalisasi pada
tanggal transfer
tanggal transfer.
Laba/rugi yang belum Tidak ada
direalisasi pada tanggal
transfer yang dicatat sebagai
AFS HTM komponen dari Ekuitas akan
diamortisasi selama sisa
umur sekuritas,
23
Surat Utang Negara (SUN) surat berharga yang berupa surat pengakuan
hutang baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara RI sesuai dengan masa
berlakunya, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi
Negara.
SPN adalah SUN yang berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto.
Bentuk dari SUN antara lain:
• Warkat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder
• Tanpa warkat (scriptless), diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar
Sekunder
Jenis SUN:
• Surat Berharga Negara (Treasury Bill); tenor sampai dengan 12 bulan,
pembayaran bunga secara diskonto (discounted paper)
• Obligasi Negara (Treasury Bonds); tenor di atas 12 bulan dengan kupon atau
pembayaran bunga secara diskonto (zero coupon bonds)
24
INVESTASI pada EFEK HUTANG
PP 16 Tahun 2009
Penghasilan dari Bunga Obligasi
dikenakan PPh final, dengan tarif
sebesar 15% dan 20%
25
INVESTASI pada EFEK EKUITAS
PP 14 Tahun 1997
Penghasilan transaksi penjualan saham di bursa efek
PPh final = 0.1% x jumlah bruto nilai transaksi penjualan
Pembagian dividen
Bukan objek PPh,
Pasal 4 ayat (3)
Orang Pribadi Badan UU PPh huruf f
PT, koperasi,
BUMN/D; dengan
syarat:
PP 19 tahun 2009 PPh 23 • Dividen berasal
PPh final = 10% Sebesar 15% dari cadangan
laba ditahan
(untuk • Kepemilikan
kepemilikan 0- saham paling
rendah 25%
24%)
26
BAB 4
PIUTANG
Penjualan
Persediaan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
28
PIUTANG TAK TERTAGIH
AKUNTANSI Standar Akuntansi Keuangan - ETAP
Direct Write Off
Allowance
Ruang
lingkup
Pengungkapan
30
Sumber: SAK-ETAP (2009:52-57)
PERSEDIAAN
SISTEM PENCATATAN
Periodik
Perpetual
METODE PENILAIAN:FIFO/AVERAGE
Perpajakan :
Perpetual PPh Pasal 10 ayat (6)
FIFO / Average PPh Pasal 10 ayat (8)
31
BAB 6
BIAYA DIBAYAR DI MUKA
32
Pendekatan Harta
Pada 1 Desember 2011 dibayar beban dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk masa
2 tahun
• Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan harta:
33
Pendekatan Beban
Dibayar biaya dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal
1 Desember 2011.
Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan beban :
Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2011 Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000 -
Beban - 1.000.000
PPh 23 2%
36
TANAH dan/atau BANGUNAN - lanjutan
37
SEWA
KENDARAAN BERMOTOR
Pada tanggal 1 April 2016 PT Cici menyewa bus kepada PT Dion
untuk jangka waktu 6 bulan. Biaya sewa per bulannya adalah Rp
10.000.000. PT Cici dan PT Dion adalah Pengusaha Kena Pajak.
Jurnal untuk PT Cici :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Apr-16 Sewa bus dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Hutang PPh 23 - 1.200.000
Kas/Bank - 64.800.000
10-Mei-16 Hutang PPh 23 1.200.000 -
Kas/Bank - 1.200.000
PPh 22
PPh 23
PPh 25
Pajak Masukan
40
PPh 22 Subjek Pajak
Pemungut (yang dipotong)
WP dalam negeri
membayar
Bank Devisa & Dirjen Bea
Cukai
Bendahara Pemerintah
Orang Pribadi
Kuasa Pengguna Anggaran Badan
(KPA)
Industri semen, kertas, BUT
baja, otomotif
Produsen dan importir yang
bergerak dalam bidang
bahan bakar minyak, gas dan
pelumas
Industri dan eksportir dalam Bukan objek
sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian, dan
Impor barang / penyerahan
perikanan
barang yang tidak terutang
Objek
Badan yang melakukan
penjualan barang tergolong PPh;
sangat mewah Impor barang yang
dibebaskan dari Bea Masuk
&/ PPN;
Transaksi Impor Impor yang dimaksudkan
Transaksi dengan Bendahara untuk diekspor kembali;
Pemerintah & Kuasa Pengguna Pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp 2.000.000
Anggaran (KPA)
dan tidak merupakan
Transaksi dengan industri pembayaran yang terpecah-
Bukan kertas, semen, baja, otomotif
Transaksi penjualan bahan
pecah;
Pembayaran listrik, gas, air
Pemungut bakar minyak, gas & pelumas minum / PDAM dan benda
pos;
Transaksi pembelian dari Emas batangan;
pedagang pengumpul dalam Pembayaran / pencairan
sektor perhutanan, dana JPS oleh KPKN;
Perwakilan NA perkebunan, pertanian & Impor kembali (re-import);
perikanan Pembayaran untuk
Organisasi pembelian gabah dan atau
Transaksi barang sangat
Internsl beras oleh BULOG
mewah
41
PAJAK PENGHASILAN 22
1. Transaksi impor barang
No Objek Tarif
API = 2,5% x NI
1 Impor
Non = 7,5% x NI
2 Bendahara Pemerintah dan KPA 1,5% × HP
3 Penjualan dari industri :
a. Semen 0,25% x DPP PPN
b. Kertas 0,10% x DPP PPN
c. Baja 0,30% x DPP PPN
d. Otomotif 0,45% × DPP PPN
4 Sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
0,25% × HP
perikanan dari pedagang pengumpul
5 Penjualan barang yang tergolong sangat mewah 5% x HJ
43
TARIF PPh 22 - lanjutan
Tarif
No Objek SPBU
SPBU
Non
Pertamina
Pertamina
6 Penjualan oleh Pertamina :
• Premium/Solar/Premix/Super
0,30% x HJ 0,25% x HJ
TT
• Minyak tanah, gas LPG 0,30% x HJ 0,30% x HJ
• Oli/pelumas Pertamina 0,30% x HJ 0,30% x HJ
44
TARIF PPh 22 - lanjutan
45
PPh 22 atas Penjualan Bendahara Pemerintah
Pada tanggal 21 April 2012 Pemda DKI Jakarta membeli
komputer secara tunai di PT XYZ dengan harga Rp 220.000.000
(termasuk PPN).
Atas pembelian tersebut, Bendahara Pemda DKI Jakarta
memungut PPN dan PPh 22 seperti berikut ini :
PPN Rp 220.000.000 x (10/110) = Rp 20.000.000
PPh 22 Rp 220.000.000 x (100/110) x 1,5% = Rp 3.000.000
46
PPh 22 atas Transaksi Industri Tertentu
Pada tanggal 27 Juni 2012 PT Atik, salah satu pabrikasi semen, menjual hasil
produksinya kepada PT Ria dengan nilai sebesar Rp 500.000.000 belum
termasuk PPN.
Atas pembelian tersebut diperhitungkan :
PPN 10% Rp 50.000.000
PPh 22 0,25% x Rp 500.000.000 = Rp 1.250.000
47
PPh 22 atas Penjualan BBM, Gas dan Pelumas
PT Didoy bergerak di bidang industri plastik.
Pada tanggal 14 Januari 2012 membeli solar dari Pertamina yang akan
digunakan untuk pengoperasian mesin pengolahan plastiknya sebesar
Rp 100.000.000 belum termasuk PPN.
48
PPh 22 atas Transaksi dengan Pedagang
pengumpul hasil perkebunan
Pada tanggal 18 Oktober 2011 PT Doci menjual hasil perkebunan kepada
PT Giagia yang merupakan produsen sambal tomat dengan orientasi
ekspor dan telah ditunjuk sebagai pemungut PPh 22 sesuai dengan SK
dari KPP. Nilai penjualan adalah Rp 500.000.000 belum termasuk PPN.
PPN 10% x Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000
PPh 22 0,25% x Rp 500.000.000 = Rp 1.250.000
Jurnal untuk PT Doci adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-11 Kas/Bank 548.750.000 -
PPh 22 dibayar di muka 1.250.000 -
Pajak Keluaran - 50.000.000
Penjualan hasil perkebunan - 500.000.000
Dividen
Bunga
15%
Royalti
Hadiah & penghargaan
Sewa
Imbalan jasa 2%
51
TARIF PPh 23 - lanjutan
52
PPh 23 atas Dividen
Pada 22 Desember 2011 PT Edson membayar dividen kepada PT
Diestri salah satu pemegang sahamnya senilai Rp 100.000.000
(10%). Atas pembayaran dividen tersebut PT Edson memotong PPh
23, dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh 23 pada PT Diestri.
Penghasilan yang diterima oleh PT Diestri adalah sebesar Rp
85.000.000; sedangkan PPh 23 yang dipotong sebesar Rp
15.000.000 oleh PT Edson.
Jurnal untuk PT Diestri adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des- Kas/Bank 85.000.000 -
11 PPh 23 dibayar di muka 15.000.000 -
Pendapatan lain-lain - 100.000.000
53
PPh 23 atas Royalti
PT Akido (PKP) menerima penghasilan royalti dari PT Bambi (PKP)
sebesar Rp 100.000.000.
PT Akido memungut PPN 10% = Rp 10.000.000 dari PT Bambi.
PT Bambi memotong PPh 23 15% = Rp 15.000.000 dari PT Akido.
Besarnya PPh 25 yang harus dibayar sendiri untuk tahun 2012 adalah Rp 1.250.000
Rp 15.000.000 x 1/12
Jurnal PT OPA pada saat pembayaran PPh 25 setiap bulannya adalah sebagai
berikut:
59
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
60
Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan
61
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
65
Metode Ekuitas (Equity Method)
Metode Ekuitas
Transaksi Debet Kredit
(Kepemilikan saham < 25 %)
Pembelian Investasi pada entitas anak - PT….. xxx -
investasi Kas/Bank - xxx
Investasi pada entitas anak - PT….. xxx -
Pengakuan laba
Pendapatan Investasi - xxx
Kas/Bank xxx -
Pembagian
PPh 23 dibayar di muka xxx -
dividen
Investasi pada entitas anak - PT….. - xxx
Kas/Bank xxx -
PPh Ps.4 ayat (2) xxx -
Penjualan saham
Rugi/Laba penjualan investasi saham xxx xxx
Investasi pada entitas anak - PT….. - xxx
Metode Ekuitas
Transaksi Debet Kredit
(Kepemilikan saham >= 25 %)
Pembagian Kas/Bank xxx -
dividen Investasi pada entitas anak - PT… - xxx
66
Bab 8 Properti Investasi
PROPERTI
INVESTASI
Transfe
r
Pengak Ruang
uan Lingkup
Penguk
Definisi
uran
Perolehan
Pembelian Impor
Aset Tetap
Sewa Akuntansi
(leasing) Pajak
68
Pembelian Dalam Negeri
Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi (PKP) membeli
kendaraan operasional seharga Rp
200.000.000 belum termasuk PPN 10%.
69
Pembelian Impor dari Luar Negeri
Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi (PKP yang
mempunyai API) mengimpor komputer dari Taiwan
dengan nilai impor sebesar Rp 150.000.000 dan
PPN sebesar 10%.
70
Sewa (Leasing)
SEWA
Laporan
Keuangan
Lessor
Laporan
Keuangan
Ruang
Lessee Lingkup
Klasifik
asi
72
Metode Penyusutan
BAB 9 Aset Tetap
ASET TETAP
Metode Penyusutan
Akuntansi
Metode garis lurus (Straight Line Method)
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %
Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
74
Penjualan Aset Tetap
Sebuah mobil box yang diperoleh perusahaan pada tanggal 12 Juli
2010 dengan harga Rp 48.000.000.
Estimasi masa manfaat mobil box menurut akuntansi 6 tahun,
sedangkan menurut pajak 8 tahun.
Pada tanggal 31 Desember 2011, mobil box tersebut dijual dengan
harga Rp 40.000.000.
Metode penyusutan menurut akuntansi dan pajak adalah metode
garis lurus.
Laba / rugi atas penjualan mobil box baik secara akuntansi maupun perpajakan :
75
Penjualan Aset Tetap - lanjutan
Jurnal atas penjualan aset tersebut :
76
Pertukaran Aset Tetap
Tanggal 11 Agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional yaitu
mobil Avanza yang dibeli pada tanggal 14 Desember 2009 ditukar dengan
mobil Kijang Inova.
Harga pasar mobil Kijang Inova sebesar Rp 230.000.000, sisanya dibayar
secara tunai melalui bank. Mobil Avanza dibeli dengan harga Rp
150.000.000.
Metode penyusutan menurut pajak dan akuntansi adalah metode garis
lurus, dengan masa manfaat sama dengan PMK-96/PMK.03/2009.
Laba / rugi atas pertukaran mobil baik secara akuntansi maupun perpajakan :
Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)
Biaya perolehan 150.000.000 150.000.000
Akumulasi penyusutan ( 31.250.000) ( 31.250.000)
Nilai buku 118.750.000 118.750.000
Harga pasar aset lama 100.000.000 100.000.000
Rugi aset lama 18.750.000 18.750.000
Harga pasar aset baru 230.000.000 230.000.000
Harga pasar aset lama 100.000.000
Kas / Bank yang dikeluarkan 130.000.000
77
Pertukaran Aset Tetap - lanjutan
Jurnal atas pertukaran aset tersebut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
11-08-11 Kendaraan baru 230.000.000 -
Pajak Masukan 23.000.000 -
Akumulasi penyusutan
kendaraan lama 31.250.000 -
Rugi pertukaran aset tetap 18.750.000 -
Kendaraan lama - 150.000.000
PPN 16D - 10.000.000
Kas/Bank - 143.000.000
78
Revaluasi Aset Tetap
(SAK-ETAP, 2009:71)
Dalam akuntansi, revaluasi aset tetap pada
umumnya tidak diperkenankan. Hal ini
disebabkan karena SAK-ETAP menganut
penilaian aset tetap berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran.
Namun demikian, menurut paragraf 15.15
penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.
79
Revaluasi Aset Tetap
Akuntansi - SAK-ETAP (2009:15.15)
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai tercatat aset tetap xxx
Surplus Revaluasi Aset Tetap xxx
80
Revaluasi Aset Tetap - lanjutan
PMK-79/PMK.03/2008 jo. PER-12/PJ/2009
81
Contoh soal Revaluasi Aset Tetap
Tanggal 31 Desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen Pajak
untuk melakukan revaluasi aset tetap yang dimilikinya.
Berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi:
Tanah yang diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp 500.000.000
dan harga revaluasi Rp 1.000.000.000.
Bangunan permanen yang diperoleh pada Januari 2009 dengan harga perolehan Rp
600.000.000 dan harga revaluasi Rp 850.000.000 (masa manfaat akuntansi = masa
manfaat perpajakan).
Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 (masa manfaat akuntansi = masa
manfaat perpajakan), diperoleh pada Juli 2009 dengan harga perolehan Rp
100.000.000 dan harga revaluasi Rp 200.000.000.
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp 350.000.000
Rugi fiskal yang belum dikompensasikan adalah sebagai berikut:
• Rugi tahun 2010 Rp 150.000.000
• Rugi tahun 2009 Rp 125.000.000
• Rugi tahun 2008 Rp 115.000.000
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan
metode garis lurus.
82
Contoh soal Revaluasi Aset Tetap - lanjutan
Biaya perolehan tanah Rp 500.000.000
Biaya perolehan bangunan = Rp 600.000.000
Akumulasi penyusutan bangunan = (Rp 90.000.000)
Rp 510.000.000
Biaya perolehan mesin = Rp 100.000.000
Akumulasi penyusutan mesin = (Rp 31.250.000)
Rp 68.750.000
Nilai tercatat aset tetap = Nilai Buku Fiskal Rp 1.078.750.000
83
Contoh soal Revaluasi Aset Tetap - lanjutan
Tanggal Keterangan Debet Kredit
14-Feb-12 Tanah 500.000.000 -
Bangunan 250.000.000 -
Akumulasi penyusutan bangunan 90.000.000 -
Mesin 100.000.000 -
Akumulasi penyusutan mesin 31.250.000 -
Surplus Revaluasi aset
tetap - 971.250.000
08-Mar-12 PPh final Revaluasi aset tetap 97.125.000 -
Kas / Bank - 97.125.000
86
contoh soal aset tetap - lanjutan
Laba / rugi atas penjualan mesin baik secara akuntansi maupun perpajakan :
87
BAB 10
ASET TIDAK BERWUJUD
ASET
TIDAK
BERWUJUD
Pengun
gkapan
Penurun Ruang
an nilai Lingkup
Amortis Pengak
asi uan
Penguk
uran
Pajak
Amortisasi dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:
1. metode garis lurus (straight line method)
2. metode saldo menurun (double declining method).
89
AMORTISASI Aset Tidak Berwujud - lanjutan
Tanggal 1 Januari 2012 PT Hercules mengeluarkan uang sebesar Rp
200.000.000 (belum termasuk pajak) untuk memperoleh waralaba
dari McDoLPhin selama 4 tahun.
PT Hercules menggunakan metode garis lurus untuk amortisasinya.
90
BAB 11
KEWAJIBAN
91
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Bank
Utang Usaha
Biaya yang Masih Harus Dibayar
Utang Pajak PPh 21
Dividen
Bunga
Royalti
PPh 23 Hadiah
Sewa
PPh 26 Imbalan Jasa
Pajak Keluaran
Utang Dividen
Utang Wesel
Pendapatan Diterima di Muka
92
Utang Bank
SE-46/PJ.4/1995
Pada tahun 1998, PT Ako mendapat pinjaman dari pihak
ketiga dengan batas maksimum sebesar Rp 200.000.000
dan tingkat bunga pinjaman 20%.
Pada bulan Februari telah diambil sebesar Rp 125.000.000,
pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp 25.000.000 dan
sisanya (Rp 50.000.000) diambil pada bulan Agustus.
93
Utang Bank - lanjutan
Bulan Jumlah Pinjaman Jangka Waktu Rata-rata Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Mei Rp 125.000.000 4 bulan Rp 500.000.000
Juni s/d Juli Rp 150.000.000 2 bulan Rp 300.000.000
Agustus s/d Desember Rp 200.000.000 5 bulan Rp 1.000.000.000
Rp 1.800.000.000
Jadi bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya 20% x (150.000.000 - 40.000.000) = Rp
22.000.000
94
UTANG USAHA
Pada tanggal 31 Januari 2009 perusahaan
melakukan pembelian barang dagang
sebesar Rp 15.000.000 dan utang tersebut
dilunasi pada tanggal 28 Februari 2009.
Jurnal atas transaksi tersebut yaitu :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Jan-09 Pembelian 15.000.000 -
Pajak Masukan 1.500.000 -
Utang Usaha - 16.500.000
28-Feb-09 Utang Usaha 16.500.000 -
Kas/Bank - 16.500.000
95
Penghitungan PPh 21
Penghasilan Bruto
Dikurangi: Dikurangi:
• Biaya jabatan, 5% dari Biaya pensiun,
Honorarium Honorarium
penghasilan bruto 5% dari
maks. Rp 6.000.000 penghasilan
/thn atau Rp
bruto maks. Rp
500.000 /bln
• Iuran yang terkait
2.400.000 /thn
dengan penghasilan atau Rp
tetap 200.000 /bln
URAIAN SETAHUN
(Rp)
SEBULAN
(Rp)
WP 54.000.000.- 4.500.000,-
97
TARIF PPh 21
98
TARIF PPh 21 - lanjutan
Tarif
Lapisan
Penghasilan Kena Pajak (ber-NPWP) (Tidak ber-NPWP)
5% 6%
s.d. Rp 50.000.000,- (5% + 20%x 5%)
100
contoh soal PPh 21 - lanjutan
Perhitungan yang dibuat oleh PT Asia untuk bulan April 2017 :
Gaji / bulan18.000.000
+ Premi asuransi kecelakaan 150.000
+ Premi asuransi kematian 80.000
+ Tunjangan transport 1.000.000
Penghasilan bruto / bulan 19.230.000
-- Biaya jabatan 5% (max =500.000) 500.000
-- Iuran pensiun 50.000
-- Iuran THT 180.000
Penghasilan neto / bulan 18.500.000
Penghasilan neto / tahun (18.000.000 x 3)+(18.500.000 x 9)= 220.500.000
-- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Wajib Pajak54.000.000
Status Kawin 4.500.000
Tanggungan (max 3 @4.500.000) 13.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) 148.500.000
102
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai
Harian dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan PPh
PMK-206PMK.011/2012 jo. PER-31/PJ/2012
Mulai berlaku 1 Januari 2013
dibayar
harian
lebih besar dari
lebih kecil sd Rp 200.000
Rp 200.000
Penghasilan
bruto dikurangi
Rp 200.000
tidak dipotong
PPh 21 dipotong
PPh 21
104
PPh 23 atas Sewa
PT Winnie menyewakan bus kepada PT Pooh untuk jangka waktu 6
bulan dengan biaya sewa perbulan Rp 10.000.000 pada 1 Mei 2012.
PT Pooh :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
01-Mei-12 Sewa Dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Utang PPh 23 - 1.200.000
Kas/Bank - 64.800.000
105
PPh 26
Pada tanggal 18 Oktober 2011, PT Diestri membayar gaji
kepada karyawan asing Kwee Lie Siang sebesar Rp
100.000.000 dan PPh 26 dibayar oleh perusahaan.
Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Diestri dapat
dihitung sebagai berikut :
Gaji yang diterima Rp 100.000.000
gaji bruto 100/80 x Rp 100.000.000 = Rp 125.000.000.
106
PPN Keluaran (Pajak Keluaran / output tax)
Pengusaha yang melakukan :
a) penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
b) penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
c) melakukan ekspor BKP berwujud;
d) ekspor JKP, dan/atau
e) ekspor BKP tidak berwujud wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib memungut,
menyetor, serta melaporkan PPN dan PPnBM yang
terutang.
108
PPN Keluaran
PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp 10.000.000 secara tunai pada tanggal 27
Juni 2012 yang sebelumnya telah melakukan pembelian BKP sebesar Rp 8.000.000
pada tanggal 9 Juni 2012.
Sistem pencatatan dengan menggunakan metode sistem periodik.
Pembukuan yang dilakukan oleh PT Vanno adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
09-Jun-12 Pembelian 8.000.000 -
Pajak Masukan 800.000 -
Kas/Bank - 8.800.000
27-Jun-12 Kas/Bank 11.000.000 -
Penjualan - 10.000.000
Pajak Keluaran - 1.000.000
109
UTANG DIVIDEN
Pada tanggal 22 Desember 2011 PT Christiani mengumumkan akan membayar dividen
tunai sebesar Rp 15.000.000 pada tanggal 6 Januari 2012 kepada PT Yolan, PT Christie,
PT Aldo dan PT Nada; dimana masing-masing penyertaannya10%, 24%, 30% dan 36%.
Jurnal mencatat pengumuman pembagian dividen :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-11 Dividen 15.000.000 -
Utang dividen - 15.000.000
Berbeda halnya bila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 20% maka PT
Yolan menggunakan equity method sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut :
112
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang obligasi
Utang hipotik
113
UTANG OBLIGASI
Pada 1 Oktober 2011, PT Eka menerbitkan pinjaman 12% obligasi dengan
nilai nominal Rp 12.000.000. Pembayaran bunga setiap tanggal 1 April dan
1 Oktober, dengan jangka waktu 5 tahun.
Pada tanggal penerbitannya PT Aybert membeli obligasi tersebut dengan
harga Rp 10.000.000.
Berikut adalah jurnal yang dibuat PT Eka untuk mencatat transaksi
tersebut.
114
UTANG OBLIGASI - lanjutan
115
BAB 12
EKUITAS
ASET
TIDAK
BERWUJUD
Pengun
gkapan
Penguk Ruang
uran Lingkup
Pengak
uan
117
PT Dede mempunyai 2000 lembar saham preferen convertible
dengan nilai nominal Rp 10.000. Agio saham tersebut Rp 1.000.000.
Pada tanggal 31 Desember 2011 diumumkan bahwa saham tersebut
dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal Rp 5.500
dimana proporsi setiap 1 lembar saham preferen mendapat 2 lembar
saham biasa.
118
BAB 13
PENDAPATAN, PENGHASILAN & PENJUALAN
PENDA
PATAN
Pengun
gkapan
Penguk Ruang
uran Lingkup
Pengak
uan
120
Penghasilan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 1 UU PPh)
121
Penghasilan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
j. penerimaan / perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan PP;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi, termasuk premi reasuransi;
o. iuran yang diterima / diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha / pekerjaan
bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
122
Penghasilan dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
123
Penghasilan Bukan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh)
124
Penghasilan Bukan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh) -
lanjutan
125
Penghasilan Bukan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh) -
lanjutan
127
BAB 14
HARGA POKOK PENJUALAN &
BEBAN OPERASIONAL
128
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh)
129
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan / pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan / yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ditetapkan dengan PP.
130
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan
131
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak (Pasal 9 ayat 1 UU PPh)
a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b) Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
c) Pembentukan / pemupukan dana cadangan.
d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh WP OP, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi WP yang bersangkutan (wajib dipotong PPh 21).
e) Penggantian / imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang diberikan
dalam bentuk natura / kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian / imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan PMK.
132
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak (Pasal 9 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan
134
BAB 15
REKONSILIASI (KOREKSI) FISKAL
135
Beda Tetap & Beda Waktu
Beda Waktu
136
Koreksi Positif & Koreksi Negatif
Koreksi Positif
Koreksi positif terjadi apabila laba fiskal bertambah.
Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya
Beban yang tidak diakui oleh pajak (non-deductible expense) – Pasal 9 ayat (1) UU
PPh
Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal
Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
Penyesuaian fiskal positif lainnya
Koreksi Negatif
Koreksi negatif terjadi apabila laba fiskal berkurang.
Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya :
Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak – Pasal 4 ayat (3) UU PPh
Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final – Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal
Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal
Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
Penyesuaian fiskal negatif lainnya
137
Perhitungan PPh Badan
PPh Badan tarif Pasal 17 UU PPh x PhKP xxx
ˉ/- Kredit Pajak PPh 22, 23, 24, 25 (xxx)
PPh Kurang / Lebih Bayar xxx
138
Contoh Perhitungan PPh Badan
Peredaran bruto PT Yoyo dalam tahun pajak 2016
sebesar Rp 4.200.000.000 dengan PhKP sebesar Rp
500.000.000, maka jumlah PPh yang terutang adalah
sebesar (50% x 25%) x Rp 500.000.000 = Rp
62.500.000.
139
Contoh Perhitungan PPh Badan -
lanjutan
Peredaran bruto PT Xaxa dalam tahun pajak 2016 sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan PhKP sebesar Rp
3.000.000.000, maka jumlah PPh yang terutang adalah
sebesar Rp 690.000.000 yang terdiri dari:
141
Jurnal Perhitungan PPh Badan
Apabila PPh Badan < Kredit Pajak PPh Lebih Bayar
Keterangan Debet Kredit
PPh Badan xxx -
PPh Ps. 28A xxx -
PPh 22 dibayar dimuka - xxx
- xxx
PPh 23 dibayar dimuka
- xxx
PPh 24 dibayar dimuka - xxx
PPh 25 dibayar dimuka - Xxx
142
143