Anda di halaman 1dari 143

AKUNTANSI PERPAJAKAN

edisi 3 Berbasis ETAP

Sukrisno Agoes
Estralita Trisnawati

1
Mengapa ada Standar Akuntansi????

 Untuk keseragaman laporan keuangan


 Memudahkan penyusun laporan keuangan karena dengan
adanya pedoman baku (standar) dapat meminimalkan bias
dari penyusun laporan keuangan
 Memudahkan auditor
 Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan perusahaan yang berbeda
 Banyak pihak yang menjadi pengguna laporan keuangan
sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada
masing-masing pengguna
 Regulasi mengharuskan perusahaan dengan kriteria tertentu
untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan standar

2
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Merupakan entitas yang:
• Tidak tercatat di pasar modal
•Tidak sedang dalam proses untuk pengajuan
pernyataan pendaftaran di pasar modal
•Tidak menguasai aset dalam aktivitas sebagai
fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti
bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi

Entitas dengan akuntabilitas publik yang signifikan


dapat menggunakan SAK-ETAP apabila diizinkan
oleh otoritas yang berwenang; seperti Bank
Perkreditan Rakyat (BPR)

3
Latar Belakang SAK-ETAP
• PSAK yang mengadopsi IFRS terlalu kompleks untuk diterapkan oleh
perusahaan kecil menengah di Indonesia
• PSAK-IFRS sulit diterapkan untuk perusahaan kecil menengah;
mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah
• PSAK-IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan
banyak pertimbangan profesional
• PSAK-IFRS memerlukan dokumentasi dan teknologi informasi yang
kuat

Awalnya SAK-ETAP mengikuti IFRS for SMEs yang dikeluarkan oleh


IASB. Namun, IFRS for SMEs masih terlalu kompleks untuk ukuran
perusahaan kecil menengah di Indonesia sehingga SAK-ETAP cukup
berbeda signifikan dengan IFRS for SMEs

• Disusun dengan mengadopsi IFRS for SMEs dengan modifikasi yang


sesuai kondisi di Indonesia sehingga menjadi lebih ringkas dan mudah
• SAK-ETAP masih memerlukan pertimbangan profesional namun tidak
sebanyak untuk PSAK-IFRS
4
Manfaat SAK-ETAP

• Diharapkan dengan adanya SAK-ETAP maka perusahaan


kecil menengah mampu untuk:
• menyusun laporan keuangannya sendiri
• dapat diaudit oleh KAP dan mendapatkan opini audit
sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya;
misalnya: untuk mendapatkan dana pinjaman dari bank
untuk mengembangkan usaha

• Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK-IFRS


sehingga lebih mudah dalam implementasinya

• Perusahaan kecil menengah tetap dapat memberikan


informasi yang handal dalam penyajian laporan
keuangannya
5
Penerapan ETAP

Pada Apakah Entitas


1 Januari 2011 Ya
memilih
apakah Entitas
Ya menggunakan
memenuhi
syarat ETAP ?
SAK ETAP ? Entitas
menerapkan
Tidak
SAK ETAP
Tidak secara
konsisten
Ya
Apakah
Entitas tetap
Tidak diperkenankan memenuhi
Entitas syarat ETAP?
menerapkan
PSAK secara Tidak
konsisten

6
Bab 1
PENDAHULUAN
Akuntansi Pajak
 Definisi akuntansi  Definisi pajak
 Siklus akuntansi  Jenis pajak
 Laporan keuangan

Pembukuan / Pencatatan bagi WP


7
Karakteristik Kualitatif Informasi
dalam Laporan Keuangan

1. Dapat dipahami 6. Pertimbangan sehat


2. Relevan 7. Kelengkapan
3. Materialitas 8. Dapat
4. Keandalan diperbandingkan
5. Substansi 9. Tepat waktu
mengungguli bentuk 10. Keseimbangan antara
biaya dan waktu

Sumber: SAK-ETAP (2009:2-5)


Penyajian Laporan Keuangan

Lap.Keu.

Sumber: SAK-ETAP (2009:14-18)


Laporan Laba Rugi

Pos luar biasa tidak diperkenankan

10
Sumber: SAK-ETAP (2009:23-25)
Laporan Perubahan Ekuitas

Menyajikan:
 Laba / rugi entitas untuk suatu periode;
 Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam
ekuitas untuk periode tertentu;
 Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan dalam periode tersebut;
 Rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode dari komponen ekuitas.

11
Sumber: SAK-ETAP (2009:26-27)
Laporan laba rugi dan saldo laba dapat digabungkan
dan disajikan sebagai pengganti laporan perubahan
ekuitas; apabila perubahan ekuitas hanya muncul
karena:
 Laba / rugi;
 Pembayaran dividen;
 Koreksi kesalahan periode lalu;
 Perubahan kebijakan akuntansi

12
Sumber: SAK-ETAP (2009:26-27)
Neraca

13
Sumber: SAK-ETAP (2009:19-22)
Laporan Arus Kas

14
Sumber: SAK-ETAP (2009:28-33)
Catatan Atas Laporan Keuangan
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi
Informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP tetapi tidak disajikan dalam
Struktur
laporan keuangan
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi
relevan untuk memahami laporan keuangan
Pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai SAK-ETAP
Urutan Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
penyajian Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan
Pengungkapan informasi lainnya
Kebijakan Dasar pengukuran
akuntansi Kebijakan akuntansi lain yang relevan
Pertimbangan Pengungkapan pertimbangan secara terpisah dari hal-hal yang melibatkan
estimasi
Informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan untuk mengestimasi
Ketidakpastian ketidakpastian pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan
estimasi yang menyebabkan adanya penyesuaian yang material terhadap aset dan
kewajiban dalam laporan keuangan tahun berikutnya

15 Sumber: SAK-ETAP (2009:34-35)


AKUNTANSI PERPAJAKAN

 Pendahuluan
 Peranan akuntansi dalam sejarah perpajakan di
Indonesia
 Akun akuntansi pajak
 Pentingnya akuntansi pajak

16
AKUN AKUNTANSI PAJAK
 PPh 22, 23, 24, 25, 28A
Pajak Dibayar di Muka
 Pajak Masukan

Neraca

 PPh 21, 23, 26, 29


Utang Pajak
 Pajak Keluaran
PPh 4 ayat 2, PM yang tidak dapat dikreditkan, PBB, dan
Bea Materai

Laporan
Laba Rugi
Beban PPh
17
BAB 2
KAS dan SETARA KAS

Kas Kecil Imprest Fund System


Kas
Kas Besar

Tabungan / Deposito
PPh final pasal 4 ayat (2)
Bank Diskonto SBI
 20%
PP-131/2000 jo.
KMK-51/KMK.04/2001
18
Jasa Giro
TABUNGAN

Pada tanggal 1 Januari 2012 PT Kaya mendapatkan


bunga tabungan sebesar Rp 1.000.000

Pembukuan atas transaksi tersebut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-2012 Bank 800.000 -
PPh Ps. 4 ayat (2) 200.000 -
Pendapatan Bunga - 1.000.000

19
BAB 3
INVESTASI pada EFEK TERTENTU

1. Ruang lingkup
2. Pengakuan dan pengukuran
3. Klasifikasi
4. Perubahan klasifikasi kelompok
5. Penurunan nilai
6. Penyajian pada Neraca dan laporan
arus kas
7. pengungkapan

Sumber: SAK-ETAP (2009:43-51)


20
Investasi pada efek tertentu - 1
Klasifikasi Definisi Penyajian
Efek hutang yang dimiliki oleh Aset lancar
Held-to-
perusahaan dengan tujuan untuk atau
maturity
dimiliki sampai jatuh tempo Aset tidak
(HTM)
lancar
Efek hutang atau efek ekuitas
yang dibeli dan disimpan dengan
tujuan untuk dijual dalam waktu
Trading Aset lancar
dekat agar memperoleh
penghasilan atas selisih harga
jangka pendek
Efek hutang atau efek ekuitas Aset lancar
Available-
yang tidak dapat dikelompokkan atau
for-sale
sebagai HTM maupun sebagai Aset tidak
(AFS)
Trading lancar
21
Investasi pada efek tertentu - 2
Klasifikasi Tipe efek Pelaporan Perlakuan terhadap
dalam Neraca perubahan nilai
wajar
HTM Obligasi Nilai tercatat -
Obligasi Dilaporkan dalam
Nilai wajar
Trading & Neraca
harga pasar
Saham komponen Ekuitas
Obligasi
Nilai wajar Dilaporkan dalam
AFS &
harga pasar Laporan Laba Rugi
Saham
Efek ekuitas tidak dapat diklasifikasikan menjadi HTM karena efek ekuitas tidak memiliki tanggal jatuh tempo.

22
Investasi pada efek tertentu - 3
Dampak
Dampak
Dasar perpindahan
perpindahan pada
Pengukuran pada Laba
akun Ekuitas
Bersih
Laba/rugi yang
Trading  AFS Laba/rugi yang belum belum direalisasi
direalisasi pada tanggal
atau transfer akan meningkatkan /
pada tanggal
sebaliknya menurunkan Ekuitas transfer akan diakui
dalam pendapatan.
Sekuritas Sebagian komponen dari
ditransfer Ekuitas akan meningkat /
HTM AFS sebesar nilai menurun sebesar laba/rugi
wajar pada yang belum direalisasi pada
tanggal transfer
tanggal transfer.
Laba/rugi yang belum Tidak ada
direalisasi pada tanggal
transfer yang dicatat sebagai
AFS  HTM komponen dari Ekuitas akan
diamortisasi selama sisa
umur sekuritas,
23
Surat Utang Negara (SUN)  surat berharga yang berupa surat pengakuan
hutang baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara RI sesuai dengan masa
berlakunya, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi
Negara.

SPN adalah SUN yang berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto.
 
Bentuk dari SUN antara lain:
•Warkat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder
•Tanpa warkat (scriptless), diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar
Sekunder
 
Jenis SUN:
•Surat Berharga Negara (Treasury Bill); tenor sampai dengan 12 bulan,
pembayaran bunga secara diskonto (discounted paper)
•Obligasi Negara (Treasury Bonds); tenor di atas 12 bulan dengan kupon atau
pembayaran bunga secara diskonto (zero coupon bonds)

24
INVESTASI pada EFEK HUTANG

PP 27 Tahun 2008 PP 16 Tahun 2009


Penghasilan dari Penghasilan dari Bunga Obligasi
dikenakan PPh final, dengan tarif
Diskonto SPN sebesar 15% dan 20% atas:
dikenakan PPh final, •Bunga dari obligasi dengan kupon
•Diskonto dari obligasi dengan kupon
dengan tarif : •Diskonto dari obligasi tanpa bunga
•20% x Diskonto
•Bunga dan/atau diskonto dari obligasi
SPN  WP dn dan yang diterima dan/atau diperoleh WP
BUT; dan reksadana yang terdaftar pada
Bapepam dan Lembaga Keuangan,
•20% x Diskonto dengan tarif sebesar:
SPN atau tarif sesuai 0% untuk tahun 2009 & 2010;
5% untuk tahun 2011 sd 2013; dan
P3B WP luar 15% mulai tahun 2014 dan seterusnya.
negeri.

25
INVESTASI pada EFEK EKUITAS
PP 14 Tahun 1997
Penghasilan transaksi penjualan saham di bursa efek
PPh final = 0.1% x jumlah bruto nilai transaksi penjualan

Pembagian dividen
Bukan objek PPh,
Pasal 4 ayat (3)
Orang Pribadi Badan UU PPh huruf f
PT, koperasi,
BUMN/D; dengan
syarat:
PP 19 tahun 2009 PPh 23 •Dividen berasal
PPh final = 10% dari cadangan
laba ditahan
•Kepemilikan
saham paling
rendah 25%

26
BAB 4
PIUTANG

Penjualan

PPN Keluaran (Pajak Keluaran) = 10%

Piutang Usaha xxx


Pajak Keluaran xxx
Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
27
RETUR PENJUALAN
Jurnal yang dibuat atas retur penjualan yaitu :

Retur Penjualan xxx


Pajak Keluaran xxx
Piutang Usaha xxx

Persediaan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx

28
PIUTANG TAK TERTAGIH
AKUNTANSI  Standar Akuntansi Keuangan - ETAP
 Direct Write Off
 Allowance

PERPAJAKAN  UU PPh Nomor 36 Tahun 2008


 Direct Write Off
Dengan memenuhi syarat-syarat dari Pasal 6 ayat (1)
huruf h
 Allowance
Hanya untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang
Pasal 9 ayat (1) huruf c
29
BAB 5
PERSEDIAAN

30
Sumber: SAK-ETAP (2009:52-57)
PERSEDIAAN

SISTEM PENCATATAN
Periodik
Perpetual

SISTEM PENILAIAN

Perpajakan :
Perpetual  PPh Pasal 10 ayat (6)
FIFO / Average  PPh Pasal 10 ayat (8)
31
BAB 6
BIAYA DIBAYAR DI MUKA

Pencatatan secara akuntansi

Pendekatan Harta Pendekatan Beban

32
Pendekatan Harta
Pada 1 Desember 2011 dibayar beban dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk masa
2 tahun
•Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan harta:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Des-2011 Beban Dibayar di Muka 24.000.000 -
Kas/Bank - 24.000.000

• Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2011 adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2011 Beban 1.000.000 -
Beban Dibayar di - 1.000.000
Muka
• Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2011 Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000 -
Beban - 1.000.000

• Ayat jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 20 12 :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2012 Tidak ada jurnal - -

33
Pendekatan Beban
Dibayar biaya dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal
1 Desember 2011.
 Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan beban :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Des-2011 Beban 24.000.000 -
Kas/Bank - 24.000.000
 Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2011 adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2011 Beban Dibayar di Muka 23.000.000 -
Beban - 23.000.000

 Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2011 Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000 -
Beban - 1.000.000

 Ayat jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 20 12:


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2012 Beban 23.000.000 -
Beban Dibayar di - 23.000.000
Muka
34
SEWA DIBAYAR DIMUKA

Tanah PPh final Ps. 4 ayat (2)


dan/atau  10%
PP-5/2002 jo.
Bangunan KMK-120/KMK.03/2002

Sewa Kendaraan Bermotor


(mulai tahun 2009)

PPh 23  2%

Aset Tetap Lainnya


35
TANAH dan/atau BANGUNAN
Pada tanggal 2 Maret 2012 PT Andhika menyewakan ruang perkantoran pada PT
Budi dengan harga sewa sebesar Rp 10.000.000 (belum termasuk PPN)
untuk masa 1 tahun.

Jurnal untuk transaksi tersebut adalah :

 Pembukuan PT Andhika (pemilik)

PT Budi (PKP) PT Budi (non PKP)


Kas/Bank 10.000.000 Kas/Bank 10.000.000
PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000
PT Andhika Pajak Keluaran 1.000.000 Pajak Keluaran
(PKP) Pendapatan Sewa 1.000.000
10.000.000 Pendapatan Sewa
10.000.000
Kas/Bank 9.000.000 Kas/Bank 9.000.000
PT Andhika PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000
(non PKP) Pendapatan Sewa Pendapatan Sewa
10.000.000 10.000.000

36
TANAH dan/atau BANGUNAN - lanjutan

 Pembukuan PT Budi (penyewa)

PT Budi (PKP) PT Budi (non PKP)


Sewa ddm 10.000.000 Sewa ddm 10.000.000
Pajak Masukan 1.000.000 Pajak Masukan 1.000.000
PT PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000
Andhika Kas/Bank Kas/Bank
10.000.000 10.000.000
(PKP)
(Pajak Masukan dapat dikreditkan oleh PT (Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan oleh
Budi) PT Budi)
Sewa ddm 10.000.000 Sewa ddm 10.000.000
PT
PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000
Andhika
Kas/Bank Kas/Bank
(non PKP) 9.000.000 9.000.000

37
Sebelum Tahun 2009 (PER-70/PJ./2007)
KENDARAAN BERMOTOR
Pada tanggal 1 April 2008 PT Cici menyewa bus kepada PT Dion untuk
jangka waktu 6 bulan. Biaya sewa per bulannya adalah Rp 10.000.000. PT
Cici dan PT Dion adalah Pengusaha Kena Pajak.
 Jurnal untuk PT Cici :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Apr-08 Sewa bus dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Hutang PPh 23  - 900.000
Kas/Bank - 65.100.000
10-Mei-08 Hutang PPh 23  900.000 -
Kas/Bank - 900.000

 Jurnal untuk PT Dion :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Apr-08 Kas/Bank 65.100.000 -
PPh 23 dibayar di muka   900.000 -
Pajak Keluaran  - 6.000.000
Pendapatan sewa - 60.000.000
38
Sebelum Tahun 2009 (PER-70/PJ./2007)
ASET TETAP LAINNYA
Pada tanggal 18 Oktober 2008 PT Jaya menyewa kapal tanpa awaknya dari PT Samudera
untuk mengganti kapalnya yang sedang diperbaiki dengan nilai Rp 100.000.000.
PPh 23 yang dipotong oleh PT Samudera adalah sebesar 15% x 30% x Rp 100.000.000
adalah Rp 4.500.000.
 Jurnal untuk PT Jaya :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-08 Sewa dibayar dimuka 100.000.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Hutang PPh 23 - 4.500.000
Kas/Bank - 105.500.000
10-Nop-08 Hutang PPh 23  4.500.000 -
Kas/Bank - 4.500.000

 Jurnal untuk PT Samudera :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-08 Kas/Bank  105.500.000 -
PPh 23 dibayar di muka 4.500.000 -
  Pajak Keluaran - 10.000.000
 Pendapatan sewa - 100.000.000
39
PAJAK DIBAYAR DIMUKA

PPh 22

PPh 23

Pajak Dibayar Dimuka PPh 24

PPh 25

Pajak Masukan
40
PPh 22 Subjek Pajak
Pemungut (yang dipotong)
WP dalam negeri
Bank Devisa & Dirjen Bea Cukai
Bendahara Pemerintah
membayar Orang Pribadi
Kuasa Pengguna Anggaran Badan
(KPA)
Industri semen, kertas, baja,
BUT
otomotif
Produsen dan importir yang
bergerak dalam bidang bahan
bakar minyak, gas dan pelumas
Industri dan eksportir dalam
sektor perhutanan, perkebunan,
Bukan objek
pertanian, dan perikanan
Badan yang melakukan
penjualan barang tergolong
sangat mewah
Objek Impor barang / penyerahan
barang yang tidak terutang PPh;
Impor barang yang dibebaskan
dari Bea Masuk &/ PPN;
Impor yang dimaksudkan untuk
Transaksi Impor diekspor kembali;
Transaksi dengan Bendahara Pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp 2.000.000 dan
Pemerintah & Kuasa Pengguna
tidak merupakan pembayaran
Anggaran (KPA) yang terpecah-pecah;
Bukan Transaksi dengan industri kertas,
semen, baja, otomotif
Pembayaran listrik, gas, air
minum / PDAM dan benda pos;
Pemungut Transaksi penjualan bahan bakar Emas batangan;
Pembayaran / pencairan dana
minyak, gas & pelumas JPS oleh KPKN;
Transaksi pembelian dari Impor kembali (re-import);
pedagang pengumpul dalam sektor Pembayaran untuk pembelian
Perwakilan NA perhutanan, perkebunan, gabah dan atau beras oleh
BULOG
Organisasi pertanian & perikanan
Transaksi barang sangat mewah
Internsl

41
PAJAK PENGHASILAN 22
1. Transaksi impor barang

2. Transaksi dengan Bendahara Pemerintah dan Kuasa


Pengguna Anggaran (KPA)

3. Transaksi dengan industri tertentu  semen, kertas,


baja, dan otomotif

4. Transaksi dengan Pertamina atas penjualan bahan


bakar minyak, gas, dan pelumas

5. Transaksi dengan industri dan eksportir yang


bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan dari pedagang pengumpul

6. Transaksi penjualan barang yang tergolong sangat


mewah
42
TARIF PPh 22

No Objek Tarif
API = 2,5% x NI
1 Impor
Non = 7,5% x NI
2 Bendahara Pemerintah dan KPA 1,5% × HP
3 Penjualan dari industri :
a. Semen 0,25% x DPP PPN
b. Kertas 0,10% x DPP PPN
c. Baja 0,30% x DPP PPN
d. Otomotif 0,45% × DPP PPN
4 Sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
0,25% × HP
perikanan dari pedagang pengumpul
5 Penjualan barang yang tergolong sangat mewah 5% x HJ

43
TARIF PPh 22 - lanjutan

Tarif
No Objek SPBU
SPBU
Non
Pertamina
Pertamina
6 Penjualan oleh Pertamina :
• Premium/Solar/Premix/Super
0,30% x HJ 0,25% x HJ
TT
• Minyak tanah, gas LPG 0,30% x HJ 0,30% x HJ
• Oli/pelumas Pertamina 0,30% x HJ 0,30% x HJ

44
TARIF PPh 22 - lanjutan

 Tarif bagi WP ber-NPWP


 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


100% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP

45
PPh 22 atas Penjualan Bendahara Pemerintah
Pada tanggal 21 April 2012 Pemda DKI Jakarta membeli
komputer secara tunai di PT XYZ dengan harga Rp
220.000.000 (termasuk PPN).
Atas pembelian tersebut, Bendahara Pemda DKI Jakarta
memungut PPN dan PPh 22 seperti berikut ini :
PPN  Rp 220.000.000 x (10/110) = Rp 20.000.000
PPh 22  Rp 220.000.000 x (100/110) x 1,5% = Rp
3.000.000

Jurnal untuk PT XYZ yaitu :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


21-Apr-12 Kas/Bank  197.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.000.000 -
  Penjualan   - 200.000.000
PPN Pemungut - 20.000.000
pembayaran PPN Pemungut 20.000.000 -
(7-Mei-12) Kas/Bank - 20.000.000

46
PPh 22 atas Transaksi Industri Tertentu
Pada tanggal 27 Juni 2012 PT Atik, salah satu pabrikasi semen, menjual hasil
produksinya kepada PT Ria dengan nilai sebesar Rp 500.000.000 belum termasuk
PPN.
Atas pembelian tersebut diperhitungkan :
PPN 10%  Rp 50.000.000
PPh 22  0,25% x Rp 500.000.000 = Rp 1.250.000

 Atas transaksi ini dicatat oleh PT Ria adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
27-Jun-12 Persediaan semen 500.000.000 -
Pajak Masukan 50.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 1.250.000 -
Kas / Bank - 551.250.000

 Sedangkan untuk PT Atik mencatat sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Debet Kredit
27-Jun-12 Kas / Bank   551.250.000 -
Pajak Keluaran - 50.000.000
  Hutang PPh 22 - 1.250.000
  Penjualan - 500.000.000

47
PPh 22 atas Penjualan BBM, Gas dan Pelumas
PT Didoy bergerak di bidang industri plastik.
Pada tanggal 14 Januari 2012 membeli solar dari Pertamina yang
akan digunakan untuk pengoperasian mesin pengolahan
plastiknya sebesar Rp 100.000.000 belum termasuk PPN.

PPN sebesar 10% x Rp 100.000.000 = Rp 10.000.000


PPh 22  0,3% x Rp 100.000.000 = Rp 300.000
Total penyetorannya adalah Rp 110.300.000

Jurnal yang dibuat oleh PT Didoy adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


14-Jan-12 Persediaan solar  100.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 300.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Kas / Bank - 110.300.000

48
PPh 22 atas Transaksi dengan Pedagang
pengumpul hasil perkebunan
Pada tanggal 18 Oktober 2011 PT Doci menjual hasil perkebunan kepada
PT Giagia yang merupakan produsen sambal tomat dengan orientasi
ekspor dan telah ditunjuk sebagai pemungut PPh 22 sesuai dengan SK
dari KPP. Nilai penjualan adalah Rp 500.000.000 belum termasuk PPN.
PPN  10% x Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000
PPh 22  0,25% x Rp 500.000.000 = Rp 1.250.000
 Jurnal untuk PT Doci adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-11 Kas/Bank  548.750.000 -
PPh 22 dibayar di muka   1.250.000 -
Pajak Keluaran  - 50.000.000
Penjualan hasil perkebunan - 500.000.000

 Sedangkan untuk PT Giagia mencatat transaksi tersebut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-11 Pembelian hasil perkebunan 500.000.000 -
Pajak Masukan  50.000.000 -
Hutang PPh 22 - 1. 250.000  
  Kas/Bank - 548.750.000
49
Pemotong PPh 23 Subjek Pajak
(yang dipotong)
Badan pemerintah WP dalam negeri
WP badan DN
WP OP yang ditunjuk oleh
membayar Orang Pribadi
DJP: Badan
Akuntan, arsitek, dokter, BUT
notaris/PPAT, penilai,
aktuaris, pengacara,
konsultan
OP yang menjalankan
usaha dengan
menyelenggarakan Bukan Objek
pembukuan
BUT / perwakilan
perusahaan luar negeri Objek
Penghasilan yang
dibayar / terutang kepada
bank
Sewa dengan SGU hak
opsi
Dividen Dividen yang diterima WP
badan (PT, koperasi,
Bunga BUMN/D) dengan
Bukan Royalti kepemilikan sahamnya >
25%
Pemotong Hadiah, penghargaan, Bagian laba yang diterima
bonus dan sejenisnya anggota perseroan
Sewa komanditer
SHU koperasi
Perwakilan NA Imbalan jasa Bunga atas penyaluran
Organisasi pinjaman berbasis syariah
Internasional
TARIF PPh 23

 Dividen
 Bunga
15%
 Royalti
 Hadiah & penghargaan

 Sewa
 Imbalan jasa 2%
51
TARIF PPh 23 - lanjutan

 Tarif bagi WP ber-NPWP


 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


100% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP

52
PPh 23 atas Dividen
Pada 22 Desember 2011 PT Edson membayar dividen kepada PT
Diestri salah satu pemegang sahamnya senilai Rp 100.000.000
(10%). Atas pembayaran dividen tersebut PT Edson memotong
PPh 23, dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh 23 pada PT
Diestri.
Penghasilan yang diterima oleh PT Diestri adalah sebesar Rp
85.000.000; sedangkan PPh 23 yang dipotong sebesar Rp
15.000.000 oleh PT Edson.
 Jurnal untuk PT Diestri adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des- Kas/Bank  85.000.000 -
11 PPh 23 dibayar di muka   15.000.000 -
Pendapatan lain-lain - 100.000.000

 Sedangkan untuk PT Edson mencatat transaksi tersebut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


22-Des- Dividen 100.000.000 -
11 Hutang PPh 23 - 15.000.000  
  Kas/Bank - 85.000.000

53
PPh 23 atas Royalti
PT Akido menerima penghasilan royalti dari PT Bambi sebesar
Rp 100.000.000.
PT Akido memungut PPN  10% = Rp 10.000.000 dari PT Bambi.
PT Bambi memotong PPh 23  15% = Rp 15.000.000 dari PT Akido.

 Atas transaksi tersebut dicatat oleh PT Akido adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


18-Okt-11 Kas /Bank 95.000.000  -
PPh 23 dibayar di muka  15.000.000 -
Pajak Keluaran  - 10.000.000 
Pendapatan royalti - 100.000.000

 Sedangkan untuk PT Bambi mencatat :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-11 Beban royalti 100.000.000 -
Pajak Masukan  10.000.000 -
Hutang PPh 23 - 15.000.000
  Kas/Bank -  95.000.000
54
PPh 23 atas Hadiah
Pada tanggal 6 Januari 2012 PT Margaret memberikan hadiah
sebesar Rp 100.000.000 kepada PT Matthew yang telah
berhasil dapat menjualkan produk-produknya.
PT Margaret dipungut PPN  10% = Rp 10.000.000
PT Matthew dipotong PPh 23  15% = Rp 15.000.000
 Jurnal untuk PT Margaret :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
6-Jan-12 Biaya hadiah 100.000.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Hutang PPh 23  - 15.000.000 
Kas/Bank - 95.000.000
10-Feb-12 Hutang PPh 23  15.000.000 -
Kas/Bank   15.000.000
 Jurnal untuk PT Matthew :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
6-Jan-12 Kas/Bank 95.000.000  -
PPh 23 dibayar di muka  15.000.000 -
Pajak Keluaran  - 10.000.000
Pendapatan lain-lain (hadiah) -   100.000.000
55
PPh 23 atas Imbalan Jasa
PT Ramli menggunakan jasa akuntan dari KAP Rina, Rini dan Rekan.
Atas penggunaan jasa tersebut PT Ramli membayar fee sebesar Rp
20.000.000 (belum termasuk PPN) pada tanggal 8 Juli 2011.

PPN yang dipungut 10% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000


PPh 23 yang dipotong dari KAP Rina, Rini dan Rekan  2% x Rp
20.000.000 = Rp 400.000
 Jurnal untuk PT Ramli adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
8-Jul-11 Biaya jasa akuntan 20.000.000 -
Pajak Masukan  2.000.000 -
Hutang PPh 23  - 400.000  
Kas/Bank -  21.600.000

 Jurnal untuk KAP Rina, Rini dan Rekan adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
8-Jul-11 Kas/Bank  21.600.000 -
PPh 23 yang dibayar di muka 400.000 -
Pajak Keluaran  - 2.000.000
Pendapatan jasa - 20.000.000
56
PAJAK PENGHASILAN 25
SPT Tahunan PPh Badan Kurang Bayar – Masa 12 bulan
PPh yang terutang untuk PT OPA berdasarkan SPT PPh tahun 2011 adalah Rp
50.000.000

Penghitungan angsuran PPh 25 :


PPh terutang Rp 50.000.000
Dikurangi kredit pajak :
• PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000
• PPh yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp 7.500.000
• Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp 17.500.000
------------------------- (+)
Jumlah kredit pajak Rp 35.000.000
------------------------- (-)
PPh dibayar sendiri Rp 15.000.000

Besarnya PPh 25 yang harus dibayar sendiri untuk tahun 2012 adalah Rp 1.250.000
 Rp 15.000.000 x 1/12

Jurnal PT OPA pada saat pembayaran PPh 25 setiap bulannya adalah sebagai
berikut:

Keterangan Debet Kredit


PPh 25 dibayar di muka 1.250.000 -
Kas/Bank - 1.250.000
57
PPN Masukan (Pajak Masukan / input tax)

Saat Pengusaha Kena Pajak (PKP)


membeli BKP atau menerima JKP dari
PKP lain, juga membayar pajak yang
terutang, yang dinamakan

Pajak Masukan (input tax)


58
 Hak pengkreditan Pajak Masukan yang melekat pada setiap
PKP maka secara legal UU PPN 2009 memberikan peluang
untuk mengatur pembayaran PPN dengan memaksimalkan
jumlah kredit Pajak Masukan.
 Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dilakukan setiap
akhir masa per bulan.
 Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut dapat
dikreditkan oleh PKP dengan Pajak Keluaran yang dipungut
dalam masa pajak yang sama (credit method).
 PKP berhak mengkreditkan Pajak Masukan sepanjang
berhubungan dengan kegiatan usaha.

59
 Perolehan BKP / JKP sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang
dagangan /disewakan;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah
pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang Faktur Pajak-nya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam UU
PPN Pasal 13 ayat (5) jo. PER-13/PJ./2010;

60
 Hak pengkreditan Pajak Masukan yang melekat pada setiap
PKP maka secara legal UU PPN 2009 memberikan peluang
untuk mengatur pembayaran PPN dengan memaksimalkan
jumlah kredit Pajak Masukan.
 Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dilakukan setiap
akhir masa per bulan.
 Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut dapat
dikreditkan oleh PKP dengan Pajak Keluaran yang dipungut
dalam masa pajak yang sama (credit method).
 PKP berhak mengkreditkan Pajak Masukan sepanjang
berhubungan dengan kegiatan usaha.

61
 Perolehan BKP / JKP sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor
berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan
barang dagangan /disewakan;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar
daerah pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang Faktur Pajak-nya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam UU
PPN Pasal 13 ayat (5) jo. PER-13/PJ./2010;
62
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah
pabean yang Faktur Pajak-nya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam UU PPN Pasal 13 ayat (6);
 Perolehan BKP / JKP yang Pajak Masukan-nya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
 Perolehan BKP / JKP dimana Pajak Masukan-nya tidak
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada
waktu pemeriksaan; dan
 Pajak Masukan yang berkaitan dengan BKP / JKP yang
penyerahannya dilakukan melalui mekanisme pemakaian
sendiri yang bersifat konsumtif.
63
BAB 7
INVESTASI pada ENTITAS ASOSIASI & ANAK
 Entitas asosiasi  investor mempunyai pengaruh signifikan,
biasanya 20% hak suara atau lebih,
 Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan metode biaya.

 Entitas anak  entitas yang dikendalikan oleh entitas induk;


 Pengendalian dianggap ada apabila entitas induk mempunyai
lebih dari setengah hak suara, atau bila memiliki saham kurang
dari setengah namun memiliki hak suara lebih dari setengah,
atau memiliki hak untuk mengangkat/memberhentikan mayoritas
anggota direksi.
 Investasi pada entitas anak dicatat dengan metode ekuitas,
tanpa dibuat laporan konsolidasian.
64 Sumber: SAK-ETAP (2009: 58-61)
Metode Biaya (Cost Method)
Jurnal untuk membukukan transaksi investasi dalam
saham pada entitas asosiasi dengan menggunakan
metode biaya adalah sebagai berikut:

Transaksi Keterangan Debet Kredit


Pembelian Investasi pada entitas asosiasi - PT…..  xxx -
investasi  Kas/Bank - xxx
Pengakuan
Tidak ada jurnal
laba /rugi
Kas/Bank xxx -
Pembagian
PPh 23 dibayar di muka xxx -
dividen  
Pendapatan Dividen - xxx
Kas/Bank xxx -
Penjualan PPh Ps. 4 ayat (2) xxx -
saham Rugi/Laba penjualan investasi saham xxx xxx
Investasi pada entitas asosiasi - PT…..  - xxx

65
Metode Ekuitas (Equity Method)
Metode Ekuitas
Transaksi Debet Kredit
(Kepemilikan saham < 25 %)
Pembelian Investasi pada entitas anak - PT….. xxx -
investasi  Kas/Bank - xxx
Investasi pada entitas anak - PT….. xxx -
Pengakuan laba 
Pendapatan Investasi - xxx
Kas/Bank xxx -
Pembagian
PPh 23 dibayar di muka xxx -
dividen  
Investasi pada entitas anak - PT….. - xxx
Kas/Bank xxx -
PPh Ps.4 ayat (2) xxx -
Penjualan saham
Rugi/Laba penjualan investasi saham xxx xxx
Investasi pada entitas anak - PT….. - xxx

Metode Ekuitas
Transaksi Debet Kredit
(Kepemilikan saham >= 25 %)
Pembagian Kas/Bank xxx -
dividen   Investasi pada entitas anak - PT… - xxx

66
Sumber: SAK-ETAP (2009: 66-67)
67
BAB 9
ASET TETAP

Pembelian Dalam Negeri

Perolehan
Pembelian Impor
Aset Tetap

Sewa Akuntansi

(leasing) Pajak
68
Pembelian Dalam Negeri
Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi (PKP) membeli
kendaraan operasional seharga Rp
200.000.000 belum termasuk PPN 10%.

Jurnal yang dibuat oleh PT Sisi adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-12 Kendaraan 200.000.000 -
Pajak Masukan 20.000.000 -
Kas/Bank - 220.000.000

69
Pembelian Impor dari Luar Negeri
Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi (PKP yang
mempunyai API) mengimpor komputer dari Taiwan
dengan nilai impor sebesar Rp 150.000.000 dan
PPN sebesar 10%.

Jurnal yang dibuat oleh PT Sisi adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-12 Peralatan kantor 150.000.000 -
Pajak Masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar dimuka 3.750.000 -
Kas/Bank - 168.750.000

70
Sewa (Leasing)

Sumber: SAK-ETAP (2009:83-88)


71
Sewa (Leasing)-lanjutan
PT Jocelyn membeli aset berupa mesin produksi dengan
cara leasing pada tanggal 11 Maret 2012 dimana
pembelian ini merupakan capital lease.
Periode leasing selama 4 tahun. Pada akhir masa leasing
ada opsi pembelian dengan harga Rp 2.000.000 tingkat
bunga implisit 10%. Pembayaran pertama dilakukan
pada tanggal 11 Maret 2012.
Jurnal yang dibuat PT Jocelyn selaku lessee :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


11-Mar-12 Aset tetap leasing 6.596.350 -
Utang leasing jangka pendek - 1.374.239,58
Utang leasing jangka panjang - 5.222.110,42
Utang leasing jangka pendek 137.423,96 -
Kas/Bank - 137.423,96
11-Apr-12 Utang leasing 137.423,96 -
Biaya bunga leasing 645.892,60 -
Kas/Bank - 783.316,56

72
Metode Penyusutan Aset Tetap
Akuntansi

 Metode garis lurus (Straight Line Method)

Metode saldo menurun (Diminishing Balance


Method)

Metode jumlah unit produksi (Sum of The Unit of


Production Method)

Sumber: SAK-ETAP (2009:71-73)


73
Metode Penyusutan Aset Tetap - Perpajakan
 Metode garis lurus (straight line method)
 Metode saldo menurun (declining balance method)
Tarif Penyusutan
Kelompok Masa
Harta Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %
Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %

II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen  10 tahun  10% -
74
Penjualan Aset Tetap
Sebuah mobil box yang diperoleh perusahaan pada tanggal 12 Juli
2010 dengan harga Rp 48.000.000.
Estimasi masa manfaat mobil box menurut akuntansi  6 tahun,
sedangkan menurut pajak  8 tahun.
Pada tanggal 31 Desember 2011, mobil box tersebut dijual dengan
harga Rp 40.000.000.
Metode penyusutan menurut akuntansi dan pajak adalah metode
garis lurus.
 Laba / rugi atas penjualan mobil box baik secara akuntansi maupun perpajakan :

Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)


Biaya perolehan 48.000.000 48.000.000
Akumulasi penyusutan (12.000.000) ( 8.500.000)
Nilai buku 36.000.000 39.500.000
Harga Pasar 40.000.000 40.000.000
Laba penjualan aset 4.000.000 500.000

75
Penjualan Aset Tetap - lanjutan
 Jurnal atas penjualan aset tersebut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31-Des-11 Kas / Bank 44.000.000 -
Akumulasi penyusutan kendaraan 12.000.000 -
Kendaraan - 48.000.000
PPN 16D - 4.000.000
Laba penjualan kendaraan - 4.000.000

 Besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT :


Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara akuntansi dan
pajak, maka perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian .
Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan a set tersebut menimbulkan beda tetap /
beda permanen antara pajak dan akuntansi.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal
saat pengisian SPT  Rp 4.000.000 – Rp 500.000 = Rp 3.500.000

76
Pertukaran Aset Tetap
Tanggal 11 Agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional yaitu
mobil Avanza yang dibeli pada tanggal 14 Desember 2009 ditukar dengan
mobil Kijang Inova.
Harga pasar mobil Kijang Inova sebesar Rp 230.000.000, sisanya dibayar
secara tunai melalui bank. Mobil Avanza dibeli dengan harga Rp
150.000.000.
Metode penyusutan menurut pajak dan akuntansi adalah metode garis
lurus, dengan masa manfaat sama dengan PMK-96/PMK.03/2009.
 Laba / rugi atas pertukaran mobil baik secara akuntansi maupun perpajakan :
Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)
Biaya perolehan 150.000.000 150.000.000
Akumulasi penyusutan ( 31.250.000) ( 31.250.000)
Nilai buku 118.750.000 118.750.000
Harga pasar aset lama 100.000.000 100.000.000
Rugi aset lama 18.750.000 18.750.000
Harga pasar aset baru 230.000.000 230.000.000
Harga pasar aset lama 100.000.000
Kas / Bank yang dikeluarkan 130.000.000
77
Pertukaran Aset Tetap - lanjutan
 Jurnal atas pertukaran aset tersebut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
11-08- Kendaraan baru 230.000.000 -
11 Pajak Masukan 23.000.000 -
Akumulasi penyusutan
kendaraan lama 31.250.000 -
Rugi pertukaran aset tetap 18.750.000 -
Kendaraan lama - 150.000.000
PPN 16D - 10.000.000
Kas/Bank - 143.000.000

 Tidak ada perbedaan pengakuan besarnya rugi akibat pertukaran aset


yang terjadi antara akuntansi dan perpajakan.
Perusahaan tidak melakukan koreksi pada rekonsiliasi fiskal pada saat
pengisian SPT Tahunan PPh.

78
Revaluasi Aset Tetap
(SAK-ETAP, 2009:71)
Dalam akuntansi, revaluasi aset tetap pada
umumnya tidak diperkenankan.
diperkenankan Hal ini
disebabkan karena SAK-ETAP menganut
penilaian aset tetap berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran.
Namun demikian, menurut paragraf 15.15
penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah.

79
Revaluasi Aset Tetap
Akuntansi - SAK-ETAP (2009:15.15)
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai tercatat aset tetap xxx
Surplus Revaluasi Aset Tetap xxx

termasuk dalam EKUITAS

Keterangan Debet Kredit

Aset tetap xxx - sebesar perhitungan


Akumulasi penyusutan aset tetap xxx - akuntansi (NBA)
Surplus Revaluasi Aset Tetap - xxx
PPh Final atas revaluasi aset tetap xxx - sebesar perhitungan
Kas/Bank - xxx pajak (NBF)

80
PMK-79/PMK.03/2008 jo. PER-12/PJ/2009

WP wajib mengajukan permohonan kepada Kepala


KanWil DJP yang membawahi KPP Domisili, untuk
mendapatkan Persetujuan DJP terlebih dahulu.

Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:


Harga pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai buku fiskal xxx
Selisih lebih revaluasi aset tetap untuk perpajakan xxx

dikenakan PPh Final  10%

81
Tanggal 31 Desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen Pajak
untuk melakukan revaluasi aset tetap yang dimilikinya.
Berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi:
Tanah yang diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp 500.000.000
dan harga revaluasi Rp 1.000.000.000.
Bangunan permanen yang diperoleh pada Januari 2009 dengan harga perolehan Rp
600.000.000 dan harga revaluasi Rp 850.000.000 (masa manfaat akuntansi = masa manfaat
perpajakan).
Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 (masa manfaat akuntansi = masa
manfaat perpajakan), diperoleh pada Juli 2009 dengan harga perolehan Rp 100.000.000
dan harga revaluasi Rp 200.000.000.
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp 350.000.000
Rugi fiskal yang belum dikompensasikan adalah sebagai berikut:
• Rugi tahun 2010 Rp 150.000.000
• Rugi tahun 2009 Rp 125.000.000
• Rugi tahun 2008 Rp 115.000.000
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan
metode garis lurus.
82
 Biaya perolehan tanah Rp 500.000.000
 Biaya perolehan bangunan = Rp 600.000.000
Akumulasi penyusutan bangunan = (Rp 90.000.000)
Rp 510.000.000
 Biaya perolehan mesin = Rp 100.000.000
Akumulasi penyusutan mesin = (Rp 31.250.000)
Rp 68.750.000
 Nilai tercatat aset tetap = Nilai Buku Fiskal Rp 1.078.750.000

 Harga pasar (penilaian dari jasa penilai) Rp 2.050.000.000


 Nilai buku fiskal Rp 1.078.750.000
 Surplus lebih aset tetap untuk tujuan perpajakan Rp 971.250.000
 PPh final  10% x Rp 971.250.000 = Rp 97.125.000

83
Tanggal Keterangan Debet Kredit
14-Feb-12 Tanah 500.000.000 -
Bangunan 250.000.000 -
Akumulasi penyusutan bangunan 90.000.000 -
Mesin 100.000.000 -
Akumulasi penyusutan mesin 31.250.000 -
Surplus Revaluasi aset tetap
- 971.250.000
08-Mar-12 PPh final Revaluasi aset tetap 97.125.000 -
Kas / Bank - 97.125.000

Perlakuan aset tetap setelah direvaluasi akan memiliki nilai buku


yang sama dengan nilai pasar.
Nilai pasar (nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap) tersebut
merupakan dasar penyusutan yang baru dan mulai berlaku pada saat
dilakukannya revaluasi. Masa manfaat aset tetap menjadi nol kembali
atau seolah-olah belum pernah disusutkan.
84
Contoh soal aset tetap
PT Asia adalah PKP yang mempunyai API.
Pada tanggal 17 Maret 2011, PT Asia mengimpor sebuah mesin
dengan harga faktur sebesar US$ 10,000. Biaya asuransi dan
biaya angkut masing-masing sebesar 2% dan 4% dari harga faktur.
Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing
sebesar 20% dan 10% dari CIF.
Kurs Menteri Keuangan adalah 1US$ = Rp 10.000.
Selain itu, perusahaan juga mengeluarkan biaya pelatihan untuk
operator mesin tersebut sebesar Rp 22.200.000 termasuk biaya
untuk teknisi dari Taiwan selama melatih operator mesin tersebut.
Mesin tersebut mempunyai estimasi umur 5 tahun (akuntansi),
sementara menurut perpajakan mesin tersebut termasuk kelompok
1. Metode penyusutan baik menurut akuntansi maupun perpajakan
adalah metode garis lurus.
Pada tanggal 31 Desember 2012, perusahaan memutuskan untuk
menjual mesinnya dengan harga Rp 100.000.000.
85
 Jurnal yang dibuat PT Asia untuk perolehan :

Harga faktur (Cost) US$ 10.000


Biaya asuransi (Insurance) 2% x US$ 10.000 US$ 200
Biaya angkut (Freight) 4% x US$ 10.000 US$ 400
CIF US$ 10.600
CIF dalam Rupiah Rp 106.000.000
Bea masuk 20% x Rp 106.000.000 Rp 21.200.000
Bea masuk tambahan 10% x Rp 106.000.000 Rp 10.600.000
Nilai impor mesin  DPP Rp 137.800.000
Biaya pelatihan Rp 22.200.000
Biaya perolehan mesin pada tanggal 17 Maret 2011 Rp 160.000.000

Tanggal Keterangan Debet Kredit


17-Mar-11 Mesin 160.000.000 -
Pajak Masukan 13.780.000 -
PPh 22 dibayar dimuka 3.445.000 -
Kas/Bank - 177.225.000

86
 Laba / rugi atas penjualan mesin baik secara akuntansi maupun perpajakan :

Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)


Biaya perolehan 160.000.000 160.000.000
Akumulasi penyusutan (56.000.000) ( 73.333.333)
Nilai buku 104.000.000 86.666.667
Harga Pasar 100.000.000 100.000.000
(Rugi) Laba penjualan aset (4.000.000) 13.333.333

 Jurnal atas penjualan mesin tersebut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-12 Kas / Bank 110.000.000 -
Akumulasi penyusutan mesin 56.000.000 -
Rugi penjualan mesin 4.000.000 -
Mesin - 160.000.000
PPN 16D - 10.000.000

87
BAB 10
ASET TIDAK BERWUJUD

Sumber: SAK-ETAP (2009:76-82)


88
AMORTISASI Aset Tidak Berwujud
 Akuntansi
Amortisasi dengan metode garis lurus (straight line method).

 Pajak
Amortisasi dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:
1. metode garis lurus (straight line method)
2. metode saldo menurun (double declining method).

Tarif Amortisasi Berdasarkan


Kelompok Harta Metode
Masa Manfaat
tak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
89
AMORTISASI Aset Tidak Berwujud - lanjutan
Tanggal 1 Januari 2012 PT Hercules mengeluarkan uang sebesar Rp
200.000.000 (belum termasuk pajak) untuk memperoleh waralaba
dari McDoLPhin selama 4 tahun.
PT Hercules menggunakan metode garis lurus untuk amortisasinya.

Jurnal untuk membukukan transaksi tersebut adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
01-Jan-12  Waralaba 200.000.000 -
Pajak Masukan 20.000.000 -
Hutang PPh 26 - 40.000.000
Kas/Bank - 180.000.000
31-Des-12 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Des-13 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Des-14 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Des-15 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
90
BAB 11
KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban Jangka Panjang

91
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
 Utang Bank
 Utang Usaha
 Biaya yang Masih Harus Dibayar
 Utang Pajak PPh 21
 Dividen
 Bunga
 Royalti
PPh 23
 Hadiah
 Sewa
PPh 26  Imbalan Jasa

Pajak Keluaran

 Utang Dividen
 Utang Wesel
 Pendapatan Diterima di Muka
92
Utang Bank
SE-46/PJ.4/1995
Pada tahun 1998, PT Ako mendapat pinjaman dari pihak
ketiga dengan batas maksimum sebesar Rp 200.000.000
dan tingkat bunga pinjaman 20%.
Pada bulan Februari telah diambil sebesar Rp
125.000.000, pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp
25.000.000 dan sisanya (Rp 50.000.000) diambil pada
bulan Agustus.

Disamping itu PT Ako mempunyai dana yang ditempatkan


dalam bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut :
 Februari s/d Maret Rp 25.000.000
 April s/d Agustus Rp 46.000.000
 September s/d Desember Rp 50.000.000

93
Utang Bank - lanjutan
Bulan Jumlah Pinjaman Jangka Waktu Rata-rata Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Mei Rp 125.000.000 4 bulan Rp 500.000.000
Juni s/d Juli Rp 150.000.000 2 bulan Rp 300.000.000
Agustus s/d Desember Rp 200.000.000 5 bulan Rp 1.000.000.000
Rp 1.800.000.000
Rata-rata pinjaman per bulan  Rp 1.800.000.000 : 12 = Rp 150.000.000

Bulan Jumlah Deposito Jangka Rata-rata Deposito


Waktu
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Maret Rp 25.000.000 2 bulan Rp 50.000.000
April s/d Agustus Rp 46.000.000 5 bulan Rp 230.000.000
September s/d Desember Rp 50.000.000 4 bulan Rp 200.000.000
Rp 480.000.000
Rata-rata deposito per bulan  Rp 480.000.000 : 12 = Rp 40.000.000

Jadi bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya  20% x (150.000.000 - 40.000.000) = Rp
22.000.000
94
UTANG USAHA
Pada tanggal 31 Januari 2009 perusahaan
melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp
15.000.000 dan utang tersebut dilunasi pada
tanggal 28 Februari 2009.
Jurnal atas transaksi tersebut yaitu :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31-Jan-09 Pembelian 15.000.000 -
Pajak Masukan 1.500.000 -
Utang Usaha - 16.500.000
28-Feb-09 Utang Usaha 16.500.000 -
Kas/Bank - 16.500.000

95
Penghitungan PPh 21
Penghasilan Bruto

Pegawai Tetap Pensiunan Pegawai tidak Distributor &


tetap, Direct Selling,
Gaji & Tunjangan Uang Pensiun pemagang, Kegiatan
Terkait dgn Gaji & Tunjangan calon pegawai Sejenis

Dikurangi: Dikurangi:
•Biaya jabatan, 5% dari Biaya pensiun,
Honorarium Honorarium
penghasilan bruto 5% dari
maks. Rp 6.000.000 penghasilan
/thn atau Rp
bruto maks. Rp
500.000 /bln
•Iuran yang terkait
2.400.000 /thn
dengan penghasilan atau Rp
tetap 200.000 /bln

Penghasilan Neto dikurangi PTKP PTKP Bulanan

Tarif Pasal 17 ayat (1) Penghasilan Kena Pajak


UU PPh (dibulatkan ke bawah ribuan)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

URAIAN SETAHUN
(Rp)
SEBULAN
(Rp)
WP 24.300.000.- 2.025.000,-

WP KAWIN 2.025.000.- 168.750,-

ISTERI BEKERJA 24.300.000.- 2.025.000,-

TANGGUNGAN 2.025.000.- 168.750,-

MAKS. TANGGUNGAN K/3

97
TARIF PPh 21

 Tarif bagi WP ber-NPWP


 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


20% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP

98
TARIF PPh 22 - lanjutan

Tarif
Lapisan
Penghasilan Kena Pajak (ber-NPWP) (Tidak ber-NPWP)

5% 6%
s.d. Rp 50.000.000,-
(5% + 20%x 5%)

Di atas 15% 18%


Rp 50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 (15% + 20%x 15%)

Di atas 25% 30%


Rp 250.000.000,- s.d. Rp 500.000.000,- (25% + 20%x 25%)

Di atas 30% 36%


Rp 500.000.000,- (30% + 20%x 30%)
99
Pada bulan Januari 2011, Fernando (memiliki NPWP)
diterima bekerja pada PT Asia dan memperoleh gaji
sebulan sebesar Rp 18.000.000 dengan status menikah
dan memiliki 2 orang anak serta menanggung kedua
orang tuanya yang sudah tidak bekerja lagi.
Setelah melewati 3 bulan, Fernando diterima menjadi
pegawai tetap dengan mendapatkan hak-haknya sebagai
pegawai tetap.
PT Asia mengikuti program Jamsostek dimana PT Asia
membayar premi asuransi kecelakaan kerja dan premi
asuransi kematian sebesar Rp 150.000 dan Rp 80.000. PT
Asia memberikan tunjangan transport Rp 1.000.000 per
bulan. Fernando membayar uang pensiun Rp 50.000 per
bulan dan iuran THT 1% dari gaji sebulan.

100
Perhitungan yang dibuat oleh PT Asia untuk bulan April 2011 :

Gaji / bulan 18.000.000


+ Premi asuransi kecelakaan 150.000
+ Premi asuransi kematian 80.000
+ Tunjangan transport 1.000.000
Penghasilan bruto / bulan 19.230.000
-- Biaya jabatan 5% (max =500.000) 500.000
-- Iuran pensiun 50.000
-- Iuran THT 180.000
Penghasilan neto / bulan 18.500.000
Penghasilan neto / tahun  (18.000.000 x 3)+(18.500.000 x 9)=
220.500.000
-- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Wajib Pajak 15.840.000
Status Kawin 1.320.000
Tanggungan (max 3 @1.320.000) 3.960.000
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) 199.380.000

PPh 21 / tahun  5% x 50.000.000 = 2.500.000


15% x 149.380.000 = 22.407.000 24.907.000

101 PPh 21 / bulan 24.907.000/12 = 2.075.500


Uang yang dibawa pulang oleh Fernando (take home pay) adalah Rp 16.694.500.
gaji bulanan + tunjangan – (iuran pensiun + iuran THT yang dibayarkan oleh karyawan
sendiri) – PPh 21 bulanan = 18.000.000 + 1.000.000 – (50.000 – 180.000) – 2.075.500
 Jurnal yang dibuat oleh PT Asia pada saat pembayaran gaji :
Keterangan Debet Kredit
Biaya gaji 18.000.000 -
Tunjangan-tunjangan 1.000.000 -
Premi asuransi 230.000 -
Kas/Bank - 16.694.500
Utang PPh 21 - 2.075.500
Biaya yang masih harus dibayar - 460.000

 Jurnal saat penyetoran pajak dan iuran lainnya:


Keterangan Debet Kredit
Utang PPh 21 2.075.500 -
Biaya yang masih harus dibayar 460.000 -
Kas/Bank - 2.535.500

102
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai
Harian dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan PPh
PMK-206PMK.011/2012 jo. PER-31/PJ/2012
Mulai berlaku 1 Januari 2013

dibayar
harian
lebih besar dari
lebih kecil sd Rp 200.000
Rp 200.000

Penghasilan
bruto dikurangi
Rp 200.000

tidak dipotong
PPh 21 dipotong
PPh 21

jumlah sebulan tidak melebihi Rp 2.025.000


PPh 23 atas Bunga Pinjaman
Pada bulan April 2012, PT Wisata membayar bunga pinjaman kepada
Bank Mandi Rp 70.000.000 dan kepada PT Sinar sebesar Rp 40.000.000.

PPh 23 yang harus dipotong, disetor dan dilaporkan :


Bunga ke Bank Mandi  bukan objek PPh 23.
Bunga ke PT Sinar  15% x Rp 40.000.000 = Rp 6.000.000

 Jurnal bagi PT Wisata :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Apr-12 Beban bunga  40.000.000 -
  Utang PPh 23 - 6.000.000
Kas/Bank - 34.000.000

 Jurnal bagi PT Sinar :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Apr-12  Kas/Bank 34.000.000 -
PPh 23 Dibayar di muka 6.000.000 -
 Kas/Bank - 40.000.000

104
PPh 23 atas Sewa
PT Winnie menyewakan bus kepada PT Pooh untuk jangka waktu 6
bulan dengan biaya sewa perbulan Rp 10.000.000 pada 1 Mei 2012.

Berikut ini adalah jurnal yang dilakukan oleh kedua perusahaan :


 PT Winnie :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
01-Mei-12 Kas/Bank 64.800.000 -
PPh 23 Dibayar di Muka 1.200.000 -
Pajak Keluaran - 6.000.000
Pendapatan sewa - 60.000.000

 PT Pooh :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
01-Mei-12 Sewa Dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Utang PPh 23 - 1.200.000
 Kas/Bank - 64.800.000

105
PPh 26
Pada tanggal 18 Oktober 2011, PT Diestri membayar gaji kepada
karyawan asing Kwee Lie Siang sebesar Rp 100.000.000 dan PPh
26 dibayar oleh perusahaan.
Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Diestri dapat
dihitung sebagai berikut :
Gaji yang diterima  Rp 100.000.000
PPh 26  100/80 x Rp 100.000.000 = Rp 125.000.000.

Jurnal yang dicatat PT Diestri atas transaksi tersebut adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-11 Beban Gaji 25.000.000 -
Utang PPh 26 - 25.000.000
Kas/Bank - 100.000.000
10-Nov-11 Utang PPh 26 25.000.000 -
Kas/Bank - 25.000.000

106
PPN Keluaran (Pajak Keluaran / output tax)
Pengusaha yang melakukan :
a) penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
b) penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
c) melakukan ekspor BKP berwujud;
d) ekspor JKP, dan/atau
e) ekspor BKP tidak berwujud wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib
memungut, menyetor, serta melaporkan PPN dan
PPnBM yang terutang.

Pajak yang dipungut ini dinamakan


Pajak Keluaran (output tax).
107
1. Jika Pajak Keluaran > Pajak Masukan  PPN terutang
dibayar ke Kas Negara.
2. Penyetoran dilakukan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan
sebelum SPT Masa PPN disampaikan.
3. Pelaporan dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak.
4. Jika Pajak Keluaran < Pajak Masukan  PPN
dikompensasi ke masa berikutnya /direstitusi sesuai
ketentuan di atas.

108
PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp 10.000.000 secara tunai pada
tanggal 27 Juni 2012 yang sebelumnya telah melakukan pembelian BKP
sebesar Rp 8.000.000 pada tanggal 9 Juni 2012.
Sistem pencatatan dengan menggunakan metode sistem periodik .
 Pembukuan yang dilakukan oleh PT Vanno adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
09-Jun-12 Pembelian 8.000.000 -
Pajak Masukan 800.000 -
Kas/Bank - 8.800.000
27-Jun-12 Kas/Bank 11.000.000 -
Penjualan - 10.000.000
Pajak Keluaran - 1.000.000

 Saat penyetoran PPN :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


22-Jul-12 Pajak Keluaran 1.000.000 -
Pajak Masukan - 800.000
PPN yang masih harus dibayar - 200.000
PPN yang masih harus dibayar 200.000 -
Kas/Bank - 200.000

109
UTANG DIVIDEN
Pada tanggal 22 Desember 2011 PT Christiani mengumumkan akan membayar dividen
tunai sebesar Rp 15.000.000 pada tanggal 6 Januari 2012 kepada PT Yolan, PT Christie, PT
Aldo dan PT Nada; dimana masing-masing penyertaannya10%, 24%, 30% dan 36%.
 Jurnal mencatat pengumuman pembagian dividen :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-11 Dividen 15.000.000 -
Utang dividen - 15.000.000
 Jurnal mencatat terutangnya PPh 23 :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-11 Utang Dividen 2.250.000 -
 Utang PPh 23 - 2.250.000
 Jurnal mencatat pembayaran dividen :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
06-Jan-12 Utang Dividen  12.750.000 -
Kas/Bank - 12.750.000
 Jurnal mencatat penyetoran PPh 23
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Jan-12 Utang PPh 23  2.250.000 -
Kas/Bank - 2.250.000
110
UTANG DIVIDEN - lanjutan
Apabila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 10% maka PT Yolan
menggunakan cost method sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-11 Piutang Dividen 1.275.000 -
PPh 23 dibayar di muka 225.000 -
Penghasilan Dividen - 1.500.000
06-Jan-12 Kas/Bank 1.275.000 -
Piutang Dividen - 1.275.000

Berbeda halnya bila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 20% maka PT
Yolan menggunakan equity method sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


22-Des-11 Piutang Dividen 2.550.000 -
PPh 23 dibayar di muka 450.000 -
Investasi pada PT - 3.000.000
Christiani
06-Jan-12 Kas/Bank 2.550.000 -
Piutang Dividen - 2.550.000
111
UTANG WESEL
Pada tanggal 5 Mei 2007 PT Dolly meminjam uang dari
bank dengan menyerahkan promes dengan nominal Rp
8.000.000, bunga diskonto 15% dan jangka waktu 12
bulan.
 Jurnal atas transaksi tersebut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
05-Mei-07 Bank 8.000.000 -
Wesel Bayar - 8.000.000
31-Des-07 Biaya Bunga 800.000 -
Diskonto wesel bayar - 800.000
Saldo Laba 800.000 -
Biaya bunga - 800.000

 Jurnal pada saat pelunasan :


Keterangan Debet Kredit
Wesel Bayar  8.000.000 -
Bank - 8.000.000

112
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

 Utang obligasi
 Utang hipotik

113
UTANG OBLIGASI
Pada 1 Oktober 2011, PT Eka menerbitkan pinjaman 12% obligasi dengan
nilai nominal Rp 12.000.000. Pembayaran bunga setiap tanggal 1 April dan
1 Oktober, dengan jangka waktu 5 tahun.
Pada tanggal penerbitannya PT Aybert membeli obligasi tersebut dengan
harga Rp 10.000.000.
Berikut adalah jurnal yang dibuat PT Eka untuk mencatat transaksi
tersebut.

 Jurnal mencatat penerbitan dan pemotongan PPh :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
01-Okt-11 Kas/Bank 10.300.000 -
Diskonto Obligasi 2.000.000 -
  Utang PPh Ps. 4 ayat (2) - 300.000
  Utang Obligasi - 12.000.000

 Jurnal mencatat penyetoran PPh :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Nov-11 Utang PPh Ps.4 ayat (2) 300.000 -
Kas/Bank - 300.000

114
UTANG OBLIGASI - lanjutan

 Jurnal mencatat penyesuaian bunga :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-11 Beban bunga 360.000 -
Utang PPh Ps. 4 ayat (2) - 54.000
  Utang bunga - 306.000

 Jurnal mencatat amortisasi diskonto :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-11 Beban bunga  100.000 -
Diskonto obligasi - 100.000

115
BAB 12
EKUITAS

Sumber: SAK-ETAP (2009:103-113)


116
PT Calvin menjual saham biasa dengan harga Rp
12.000 per lembar dengan nilai nominal Rp 10.000
sebanyak 1000 lembar pada tanggal 10 Januari 2012.
Pembukuan yang dilakukan oleh PT Calvin :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Jan-12 Kas/Bank 12.000.000 -
Saham biasa - 10.000.000
Tambahan modal disetor - 2.000.000

Apabila transaksi diatas dilakukan melalui bursa efek,


maka transaksi tersebut dikenakan PPh final sebesar
(0,1% + 0,5%) x Rp 12.000.000 = Rp 72.000 sehingga
perusahaan membukukan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Jan-12 Kas/Bank 11.928.000 -
PPh Pasal 4 ayat (2) 72.000 -
Saham biasa - 10.000.000
Tambahan modal disetor - 2.000.000
117
PT Dede mempunyai 2000 lembar saham preferen convertible
dengan nilai nominal Rp 10.000. Agio saham tersebut Rp 1.000.000.
Pada tanggal 31 Desember 2011 diumumkan bahwa saham tersebut
dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal Rp 5.500
dimana proporsi setiap 1 lembar saham preferen mendapat 2 lembar
saham biasa.

Pembukuan yang dilakukan oleh PT Dede adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31-Des-11 Kas/Bank 150.000 -
Saham preferen 20.000.000 -
Tambahan modal disetor 1.000.000 -
Saldo laba 1.000.000 -
  Saham biasa - 22.000.000
  Utang PPh 23 - 150.000

118
BAB 13
PENDAPATAN, PENGHASILAN &
PENJUALAN

Sumber: SAK-ETAP (2009:114-122)


119
 Penghasilan Objek Pajak  Pasal
4 ayat (1)
 Penghasilan Dikenai PPh Final 
Pasal 4 ayat (2)
 Penghasilan Bukan Objek Pajak 
Pasal 4 ayat (3)

120
121
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
j. penerimaan / perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan PP;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi, termasuk premi reasuransi;
o. iuran yang diterima / diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha / pekerjaan
bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP; dan
s. Surplus Bank Indonesia.

122
1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan SUN, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi OP;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham / pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real
estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknya diatur dengan PP.

123
 bantuan / sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak
yang bersangkutan;
 harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat; badan
keagamaan; badan pendidikan; badan sosial termasuk yayasan dan
koperasi; atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan
penerima hibah, bantuan, atau sumbangan; OP yang menjalankan
usaha mikro dan kecil
 warisan;
 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham / pengganti penyertaan modal;

124
 penggantian / imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang
diterima / diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dari WP / Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP
yang dikenakan pajak secara final / WP yang menggunakan norma
perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15;
 pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
 dividen / bagian laba yang diterima / diperoleh PT sebagai WP
dalam negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat tinggal di Indonesia;
 iuran yang diterima / diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

125
 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan KMK;
 bagian laba yang diterima / diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
 penghasilan yang diterima / diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha
yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia;
 beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan / berdasarkan
126 PMK;
 sisa lebih yang diterima / diperoleh badan / lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut; dan
 bantuan / santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu
yang tidak mampu, yang sedang mengalami bencana
alam, dan/atau yang tertimpa masalah.

127
BAB 14
HARGA POKOK PENJUALAN &
BEBAN OPERASIONAL

Harga Pokok Penjualan  Pasal 10 ayat (6)

 Biaya yang boleh dikurangkan  Pasal 6 ayat (1)


 Biaya yang tidak diperbolehkan Pajak  Pasal 9 ayat (1)

128
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh)

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan


dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya pembelian bahan;
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang; bunga, sewa, dan royalti; biaya
perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya
promosi penjualan; biaya administrasi; dan pajak kecuali PPh
pajaknya diatur dengan PP.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun; sepanjang harta yang
disusutkan / diamortisasi tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

129
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan / pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan / yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ditetapkan dengan PP.
130
Biaya yang boleh dikurangkan (Pasal 6 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan PP.
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan PP.
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang
ketentuannya diatur dengan PP.
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan PP.

131
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak (Pasal 9 ayat 1 UU PPh)

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b) Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
c) Pembentukan / pemupukan dana cadangan.
d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh WP OP, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi WP yang bersangkutan (wajib dipotong PPh 21).
e) Penggantian / imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang diberikan
dalam bentuk natura / kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian / imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan PMK.

132
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak (Pasal 9 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan

f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham / pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan.
g) Harta yang dihibahkan, bantuan / sumbangan, dan warisan,
kecuali sumbangan serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat / lembaga amil zakat yang dibentuk / disahkan
oleh pemerintah / sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk /
disahkan oleh Pemerintah, yang ketentuannya diatur
dengan PP.
h) Pajak Penghasilan.
i) Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi WP / orang yang menjadi tanggungannya.
133
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak (Pasal 9 ayat 1 UU PPh) -
lanjutan

j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota


persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham.
k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikkan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

134
BAB 15
REKONSILIASI (KOREKSI) FISKAL

Laba Akuntansi Vs Laba Fiskal

SAK - ETAP Peraturan Pajak

135
Beda Tetap & Beda Waktu

 Pasal 4 ayat (2) UU PPh


 Pasal 4 ayat (3) UU PPh
Beda Tetap
 Pasal 9 ayat (1) UU PPh

Beda Waktu

136
Koreksi Positif & Koreksi Negatif
Koreksi Positif
Koreksi positif terjadi apabila laba fiskal bertambah.
Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya
 Beban yang tidak diakui oleh pajak (non-deductible expense) – Pasal 9 ayat (1) UU
PPh
 Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
 Penyesuaian fiskal positif lainnya
Koreksi Negatif
Koreksi negatif terjadi apabila laba fiskal berkurang.
Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya :
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak – Pasal 4 ayat (3) UU PPh
 Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final – Pasal 4 ayat (2) UU PPh
 Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal
 Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
 Penyesuaian fiskal negatif lainnya
137
Perhitungan PPh Badan
PPh Badan  tarif Pasal 17 UU PPh x PhKP xxx
ˉ/- Kredit Pajak  PPh 22, 23, 24, 25 (xxx)
PPh Kurang / Lebih Bayar xxx

Tarif PPh Pasal 31E untuk WP badan dengan peredaran bruto


sampai dengan Rp 50.000.000.000 mendapatkan fasilitas
pengurangan tarif 50% dari tarif PPh Pasal 17 yang
dikenakan atas PhKP dari bagian bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000
(SE-66/PJ/2010)

138
Contoh Perhitungan PPh Badan
Peredaran bruto PT Yoyo dalam tahun pajak 2009
sebesar Rp 4.200.000.000 dengan PhKP sebesar Rp
500.000.000, maka jumlah PPh yang terutang adalah
sebesar (50% x 28%) x Rp 500.000.000 = Rp
70.000.000.

Peredaran bruto PT Arles dalam tahun pajak 2009


sebesar Rp 200.000.000.000 dengan PhKP sebesar Rp
12.000.000.000, maka jumlah PPh yang terutang
adalah sebesar 28% x Rp 12.000.000.000 = Rp
3.360.000.000.

139
Contoh Perhitungan PPh Badan -
lanjutan
Peredaran bruto PT Xaxa dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan PhKP sebesar Rp
3.000.000.000, maka jumlah PPh yang terutang adalah
sebesar Rp 772.800.000 yang terdiri dari:

(50% x 28%) x Rp 480.000.000 = Rp 67.200.000;


untuk jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas sebesar (Rp 4.800.000.000 : Rp
30.000.000.000) x Rp 3.000.000.000 = Rp 480.000.000;
dan
28% x Rp 2.520.000.000 = Rp 705.600.000;
untuk jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasiltas sebesar Rp 3.000.000.000 – Rp
480.000.000 = Rp 2.520.000.000
140
Jurnal Perhitungan PPh Badan
 Apabila PPh Badan > Kredit Pajak  PPh Kurang Bayar
Keterangan Debet Kredit
PPh Badan xxx -
PPh 22 dibayar dimuka - xxx
PPh 23 dibayar dimuka - xxx
PPh 24 dibayar dimuka - xxx
PPh 25 dibayar dimuka - xxx
Utang PPh 29 - xxx

 Jurnal pada saat pembayaran PPh kurang bayar :

Keterangan Debet Kredit


Utang PPh 29 xxx -
Kas/Bank - xxx

141
Jurnal Perhitungan PPh Badan
 Apabila PPh Badan < Kredit Pajak  PPh Lebih Bayar
Keterangan Debet Kredit
PPh Badan xxx -
PPh Ps. 28A xxx -
- xxx
PPh 22 dibayar dimuka
- xxx
PPh 23 dibayar dimuka
- xxx
PPh 24 dibayar dimuka - xxx
PPh 25 dibayar dimuka - Xxx

142
143

Anda mungkin juga menyukai