Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

Makalah
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Perkuliahan Pendidikan Profesi Akuntan

Oleh :
Pujangga Abdillah : 160020110011018

Chris Aditya Siahaan : 160020110011003

Joint Program
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume Profit Analysis
(CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan terkait dengan biaya variable per unit, kuantitas yang terjual, harga produk (prices of
products), volume produksi, dan semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di
dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak
kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk
melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu
dilakukan analisis terhadap biaya volume laba perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan bijak
mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan
perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi analisis biaya volume laba?
2. Bagaiman Asumsi Analisis Biaya Volume Laba?
3. Bagaimana Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba?
4. Bagaimana Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)?
5. Bagaimana Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Marjin Keamanan?
7. Bagaimana Pemilihan Struktur Biaya?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
serta memperdalam pemahaman tentang Cost Volume Profit Analisys sebagai salah satu skill
yang harus dikuasai oleh seorang manager.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Analisis Biaya Volume Laba


Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk
menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan
operasional (operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita
ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki
hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan
yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Suatu
analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual,
volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaaninilah yang disebut
dengan analisis CVP (cost volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi
yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam menetapkan
harga jual produk.Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan
masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya
perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis ini
menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya volume
laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah
ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang
diperlukan.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau
dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.”

B. Asumsi Analisis Biaya Volume Laba


Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting terkait
analisis cost volume profit, yaitu:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan
dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada
setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk perusahaan yang
akan dijual.

Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang
harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan
diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual setiap
unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke
dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah
biaya tetap total juga harus konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan
tidak berubah.

Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Asumsi-


asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Dianggap bahwa biaya-
biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan
tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit
itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga
kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam kisaran relavan
kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga jual per unit
dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni
kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubaha
volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-macam produk adalah
konstan dalam kisaran relavan . Apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya yang
berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-
volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal
ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit
yang dijual.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah
maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbada dan
dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini
adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan
yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, Manajemen
harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya
produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk
mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang
relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya
total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak
relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat
yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak
hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru,
mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam
perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan,
jika sesuatu dipilih oleh manajemen.

Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:


a. Linearitas dan Rentang yang relevan
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang
aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output
yang terbatas, total biaya yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.

b. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP


Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap yang diperkirakan
berubah sehubungan dengan peluncuran produk baruuntuk mengukur biaya variabel perunit,
akuntan manajemen harus teliti memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya
biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.

C. Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba


Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven
analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total perusahaan
pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering digunakan para
eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk
mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah
pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan variable
costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya
diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan laba rugi
diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan analisis vertikal
yang menunjukan persentase biaya variabel dan marjin kontribusi dan nilai penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan harga Rp.
3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000. Berdasarkan data ini
maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti
pada ikhtisar berikut ini.

PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
Total Per unit %
Penjualan (150 unit) Rp525.000 Rp3.500 100
Biaya biaya variabel Rp393.750 Rp2.625 75
Marjin kontribusi Rp131.250 Rp875 25
Biaya-biaya tetap Rp75.000
Laba usaha Rp56.250

Dengan menggunakan formula:


Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi diatas
dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) % atau sama
dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000) %Marjin kontribusi memegang
peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan, seperti produk apa yang akan
diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa yang
akan digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-
volume dan laba dalam perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target
laba, marjin keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi, dan atau titik
penutupan usaha.

D. Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)


Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba
dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama
dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas
dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya
tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu
hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas.
Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini
dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari
kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal
yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah
perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua
kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan dan
membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,
metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun
penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.

1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
x = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut
dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:

3.500x = 2625x + 75.000 + 0


3.500x – 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
x = 75.000/875
x = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan mengalikan
85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) = Rp. 300.000.
Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka dengan menggunakan
data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

x = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0


0,25x = Rp. 75.000
x = Rp. 75.000/0,25
x = Rp. 300.000

2. Metode Marjin Kontribusi


Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam menghitung
titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara biaya volume dan laba suatu
perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu
perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki
kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi per
unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut
menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba. Margin kontribusi digunakan
dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak
cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode
tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi
per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan
penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit
yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan
peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya
sama dengan baris kedua dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.

Sehingga impas dalam unit = 75.000/875


= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp = 75.000/25%
= Rp. 300.000
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per
unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit penjualan. Kesamaan
tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya mempertimbangkan
biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total
pejualan, biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan
tidak akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya variabel
per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi tersebut
rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan
diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi
Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi
yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan
menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk
penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level perubahan unit
penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan
struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.

3. Metode grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat dibuat dengan
menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis vertikal (y)
untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari titik 0
perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level unit penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan yang ditarik dari
perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara garis ini dengan garis
biaya tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya variabel.
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik garis ke kiri untuk
menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal ke bawah untuk
menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir daerah segitiga di
sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan bahwa
penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan
yang lebih besar akan memberikan laba.

E. Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan


1. Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama
dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang diperhitungkan
dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama dengan nol, sementara dalam
analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam
formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas, perusahaan
menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula metode persamaan
selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:

Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
100.000 = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x = 75.000 + 100.000
875x = 175.000
X = 175.000/875
Unit penjualan (x) = 200 unit

Atau penjualan dalam rupiah:


x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000
0,25x = Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x = Rp. 175.000/0,25
x = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000

Metode marjin kontribusi:


Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
= (75.000 + 100.000)/875
= 175.000/875
= 200 unit
Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
= (75.000 + 100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik impas ini
tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya setahun. Industri-industri berat
biasanya mencapai titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik
impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil
perhitungannya dapat dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah
perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi traktor
mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai
setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam unit/100 traktor
produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2. Analisis Multi Produk


Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran
penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu
paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.

Berdasar titik impas sebesar 82 paket ini, maka titik impas akan terjadi pada penjualan
produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak 164 paket (2 x 82).

3. Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya perubahan
dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilain atau evaluasi.
Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan anggaran,
karena hal ini memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan
faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba
rugi komparatif.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam
menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin
terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.

Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan


Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-
perubahan berikut:
1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku,
produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas .
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa
jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih
layak dilaksanakan.

F. Marjin Keamanan (margin of safety)


Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan
atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya menunjukan
jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas.
Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat
penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai
pada suatu tingkat yang merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik
impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan
tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit Rp
2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang
direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan
berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak
mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-
fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan
seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam
pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

G. Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi


Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan analisis struktur
biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur
komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran
kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai tingkat
laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan
penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan
semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan
mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat
menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan
mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap
peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat
membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat penawaran
berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya mendapat pembayaran Rp 20.000
per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan
ingin memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan
pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku,
tenaga kerja, atau jam mesin, maka manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut
dengan cara yang optimum untuk memaksimalkan laba.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-volume-
profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara
biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even
analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit
penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan
laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-
hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar
kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba
dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama
dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan
maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara
yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan
berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak
mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
B. Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita dapat
menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill penunjang bagi
seorang manajer.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi Manajemen,
Edisi ke 5 jilid 1.

Drs. Abdul halim, M.B.A., Akuntan dan Drs. BambangSupono,Akuntan”Akuntansi Manajeman


“ Edisi Pertama,Yogyakarta, BPFE,1999

http://catatanlengkapfatma.blogspot.co.id/2013/12/ ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.html


http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/ ANALISIS BIAYA - VOLUME – LABA.html
http://www.mas-sugeng.com/ ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.

Anda mungkin juga menyukai