Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN & BIAYA

ANALISIS CVP ( COST-VOLUME-PROFIT)

Disusun Oleh : Kelompok 1

Progam Studi : Maksi

Nama : NPM :

Ananda Hadiani 1618204004

Deni Saeful Rizal 1618204020

Syamsul Nugraha 1618204012

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu

usaha agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut juga dapat diketahui sampai

seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak

menderita kerugian.

Konsep analisis biaya-volume-laba merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan

pengambilan keputusan, karena analisis biaya-volume-laba menekankan pada keterkaitan

antara biaya, jumlah yang dijual dan harga. Analisis ini menggabungkan semua informasi

keuangan perusahaan. Analisis biaya-volume-laba dapat menjadi alat yang berharga untuk

mengidentifikasi besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan menunjukkan

secara tepat bagaimana solusinya.

Analisis CVP dapat juga mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dujual

untuk mencapai impas dampak penggurangan biaya tetap terhadap laba. Selain itu, analisis

CVP memungkingkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji

dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Maka pada bagian pembahasan

akan dibahas bagaimana hubungan analisi CVP, Titik Impas dalam unit, maupun dolar ,

Analisis Multiproduk dan penyajian grafis hubungan CVP agar manajer dapat dengan bijak

mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan

perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan hubungan analisis CVP ( Cost-Volume-Profit) ?

2
2. Bagaimana asumsi analisis CVP (Cost-Volume-Profit)

3. Bagaimana cara menghitung titik impas dalam unit dan dolar penjualan ?

4. Bagaimana cara menggambarkan grafik hubungan CVP ?

5. Bagaimana menghitung cost structure dan operaring leverage?

6. Bagaimana dampak ABC pada CVP analisis?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui hubungan analisis CVP (Cost-Volume-Profit).

2. Untuk mengetahui Bagaimana asumsi analisis CVP (Cost-Volume-Profit).

3. Untuk Mengetahui cara menghitung titik impas dalam unit dan rupiah penjualan.

4. Untuk mengetahui cara membaca dan membuat grafik hubungan CVP.

5. Untuk mengetahui bagaimana menghitung cost structure dan operaring leverage.

6. Untuk mengetahui Bagaimana dampak ABC pada CVP analisis

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Devinisi Cost Volume Profit

Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk

menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan

operasional (operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita

ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan

memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika

biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba

perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau

lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya

tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba

perusahaan inilah yang disebut dengan analisis CVP (cost volume profit).

Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi

yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam menetapkan

harga jual produk. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya

perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna

untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis ini

menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya

volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya

masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat

jawaban yang diperlukan.

4
2.2 Hubungan Analisis Biaya-Volume-Laba (CVP)

Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki

hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dan besarnya biaya

yang dikelurkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan dari

produk yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode akan berpengaruh secara langsung

terhadap besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Analisis untuk melihat hubungan diantara

ketiga variabel tersebut itulah yang disebut dengan analisis biaya-volume-laba.

Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba

yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Analisis biaya-voleme-laba sangat membantu

manajer suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan fungsinya.

Analisis ini membantu manajer untuk melihat hubungan antara 5 elemen berikut ini :

1. Harga Produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.

2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan

akan dijual di dalam suatu periode tertentu.

3. Biaya Variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung

pada setiap unit barang yang diproduksi.

4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.

5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk – produk

perusahaan yang akan dijual.

5
Untuk melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi

yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang

akan diperoleh, yaitu :

1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Berarti harga

jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan .

2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi

secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit

konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan.

3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.

4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,

jumlah persediaan tidak berubah.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka

hasil analisi-biaya-volume pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan dapat

menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Tetapi tujuan utama dari analisis ini adalah

hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.

Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap,

manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak

hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini

diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek)

biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah

sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap

dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa

pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun

6
perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya

diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.

2.3 Titik Impas Dalam Unit

Titik Impas (break-event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya,

titik dimana laba sama dengan nol. Untutk menentukan titik impas dalam unit, maka perlu

memfokuskan pada laba operasi. Pertama menentukan titik impas dan kemudian melihat

bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan

jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan. `

Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada

analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Bagi perusahaan

manufaktur contoh seperti Procter & Gamble dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai satu

batang sabun mandi merk Ivory. Di pihak lain, perusahaan jasa menghadapi pilihan yang

lebih sulit seperti Delta Airlines dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai mil penumpang

atau sebagai satu kali perjalanan.

Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel.

Analisis CVP menfokuskan pada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan dalam

komponen laba. Karena kita membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, maka

kita perlu menentukan komponen tetap dan variabel dari biaya serta pendapatan yang

berkaitan dengan unit-unit. Penting untuk disadari bahwa kita sekarang ini memfokuskan

pada perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang sedang kita bicarakan

adalah merupakan seluruh biaya dari perusahaan manufaktur, pemasaran dan administratif.

Jadi, apabila kita menyebut biaya variabel, maka yang kita maksudkan adalah semua biaya

yang meningkat akibat lebih banyak unit yang terjual, termasuk bahan baku langsung, tenaga

7
kerja langsung, overhead variabel, dan biaya penjualan dan administratif variabel. Demikian

juga, biaya tetap mencakup overhead tetap dan beban penjualan dan administratif tetap.

2.4 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan

biaya-biaya perusahaan ke dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variabel – Beban tetap

Laba Operasi (Operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari

operasional normal perusahaan. Sedangkan istilah laba bersih (net income) dinyatakan hasil

dari laba operasi dikurangi pajak penghasilan.

Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan

laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit

dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga

jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per

unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:

Laba operasi = (Harga x jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x

Jumlah Unit yang terjual) – Total biaya tetap

(M) Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah

Thomas Company memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi

laporan laba rugi perusahaan Thomas Company

Penjualan (1000 unit@$400) $400.000

Dikurangi: Beban variabel 325.000

8
Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Thomas Company mempunyai harga adalah $400 per unit,

dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya tetap adalah $45.000.

Maka pada titik impas, persamaan laba operasi adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

0 = ($75 x Unit) - $45.000

$75 x Unit = $45.000

Unit = 600

Dengan demikian, Thomas Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk

menutupi semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini

adalah dengan memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.

Penjualan (600 unit@ $400) $240.000

Dikurangi: beban variabel 195.000

Margin kontribusi $ 45.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.

9
Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh

persamaan CVP berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya

variabel. Sehingga setiap persoalan CVP dapat diselesaikan dengan menggunakan pendapatan

ini.

2.5. Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu

dengan menggunakan margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah

pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama

dengan beban tetap. Apabila kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi

biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita

akan mendapatkan persamaan dasar impas sebagai berikut:

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh dari Thomas Company margin kontirbusi per unit

dapat dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi

total margin kontribusi dengan unit yang terjual($75.000/1000) hasilnya $75 .Cara kedua

penjualan dikurangi biaya variabel ($400 - $325) hasilnya $75.Untuk menghitung jumlah unit

impas Thomas Company, menggunakan persamaan dasar impas sebagai berikut:

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

= $45.000/$75

= 600

Tentu saja, jawabannya sama persis dengan yang dihitung dengan menggunakan

laporan laba rugi.

10
2.6. Penjualan dalam unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun kebanyakan

perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP

menyediakan cara untuk menentukan berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan target

laba tertentu. Target laba operasi dapat dinyatakan sebagai sebuah jumlah dolar (misalnya,

$20.000) atau sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan (contohnya, 15 persen dari

pendapatan). Baik pendekatan laba operasi maupun pendekatan margin kontribusi dapat

dengan mudah disesuaikan untuk mencari target laba.

Target Laba sebagai sebuah Jumlah Dolar Anggaplah bahwa Thomas Company ingin

memperoleh laba operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput yang harus

dijual untuk mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah

sebagai berikut:

$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$105.000 = $75 x Unit

Unit =1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba

sebesar $60.000 pada biaya tetap dan langsung :

Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)

Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Artinya Thomas harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan

laba operasi sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini:

11
Penjualan (1400 unit@$400) $560.000

Dikurangi: Bebabn Variabel 455.000

Margin kontribusi $105.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas.

Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput,

atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000.

Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800

unit mesin pemotong rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x

800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas

adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah

mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat

dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan

hasilnya dengan volume impas.

Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap

laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan

mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh,

jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang

akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100

mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba

akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).

12
Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan

Target Laba Setelah Pajak

Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan Anggaplah bahwa

Thomas Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk

menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan

penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi

(yang lebih sederhana dalam kasus ini),maka diperoleh:

0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000

$15 x Unit = $45.000

Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilakn laba yang

sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput,

total pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus

menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per

unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000

mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput diatas

titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang

merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).

Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak

berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika

perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih

13
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih

adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam

kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih,

harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung

dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan

= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)

= laba operasi (1 – tarif pajak)

Atau

Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Jadi, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak, cukup

membagi laba setelah pajak dengan (1- Tarif pajak).

Misalkan Thomas Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48750 dan tarif

pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba

sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi

14
Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Thomas Company harus

menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak

penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:

Unit = ($45.000 + $75.000)/$75

Unit = $120.000/$75

Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak

1.600 mesin pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400) $640.000

Dikurangi: Beban Variabel 520.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250

Laba bersih $ 48.750

2.7 Titik Impas Dalam Dolar Penjualan

Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka

menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang

terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan

penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai

15
contoh, titik impas Thomas Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena

harga jual per unit mesin pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam

pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).

Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah

dikonversi menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi

jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah

untuk kasus pendapatan penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar

penjualan, sehingga pendapatan maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan

unit. Karena pendapatan penjualan selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel

tidak menjadi masalah. Selanjutnya akan dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya

variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan dalam ukuran dolar

penjualan.

Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per

unit. Tentu saja, persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi

adalah merupakan rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin

ratio) adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan

menghasilkan laba.

Sekarang mari ke contoh berdasarkan Thomas Company untuk mengilustrasikan

pendekatan pendapatan penjualan. Disajikan kembali berikut ini adalah laporan laba rugi

berdasarkan biaya variabel Thomas untuk 1.000 mesin pemotong rumput

Dolar Persentase penjualan

Penjualan $400.000 100,00%

Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25 %

16
Margin Kontribusi $ 75.000 18,75%

Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi telah

dinyatakan dalam bentuk persentase dari penjualan. Rasio biaya variabel adalah 0,8125

($325.000/$400.000); rasio margin kontribusi adalah 0,1875 (dihitung dari 1 – 0,8125, atau

$75.000/$400.000). Biaya tetap adalah $45.000. Berdasarkan informasi dalam laporan laba

rugi ini, berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk mencapai

impas?

Laba operasi = Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap

0 = Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – Rasio biaya variabel) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – 0,8125) - $45.000

Penjualan (0,1875) = $45.000

Penjualan = $240.000

Jadi, Thomas harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas.

Perhatikan bahwa (1 – 0,8125) adalah rasio margin kontribusi. Sehingga dapat melewati

beberapa langkah dengan mengetahui bahwa Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan)

adalah sama dengan Penjualan x Rasio margin kontribusi.

Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk menentukan titik

impas dalam unit? Kita dapat juga menggunakkan pendekatan tersebut dalam kasus ini. Ingat

kembali bahwa rumus titik impas dalam unit adalah:

17
Unit impas = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan

pendapatan penjualan pada saat impas:

Harga x Unit impas = Harga x [Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x [Harga/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x (Harga/Margin kontribusi)

Penjualan Impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

Sekali lagi, dengan menggunakkan data Whittier Company, dolar penjualan impas

adalah ($45.000/0,1875), atau $24.000. Hasilnya sama dengan di atas, meskipun

menggunakkan pendekatan yang sedikit berbeda.

Dalam menggambarkan pengaruh biaya tetap terhadap laba, ada tiga

kemungkinan yang muncul:

1. Biaya tetap = marjin kontribusi, artinya laba nol (perusahaan pada

titik impas).

2. Biaya tetap < marjin kontribusi, artinya perusahaan memperoleh

laba.

3. Biaya tetap > marjin kontribusi artinya perusahaan mengalami

kerugian.

2.8. Target Laba Dan Pendapatan Penjualan

Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus

dihasilkan Thomas untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini

18
mirip dengan yang ditanyakan sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang

adalah langsung dalam hal pendapatan penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

tambahkanlah target laba operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap $45.000 dan membagi

dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875

= $105.000/0,1875

= $560.000

Thomas harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba

sebesar $60.000. Karena impas adalah $240.000 diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan

bahwa perkalian antara rasio margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas

menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000). Diatas impas, rasio margin

kontribusi merupakan rasio laba; karena itu, rasio tersebut menggambarkan bagian dari setiap

dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar penjualan

yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.

Secara umum, dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin

kontribusi dapat digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan

pendapatan penjualan. Untuk memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh

perubahan pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan.

Sebagai contoh, jika pendapatan penjualan adalah $540.000, bukan $560.000, bagaimana

pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar

$20.000 akan mengakibatkan penurunan laba sebesar $3750 (0,1875 x $20.000).

19
2.9. Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas

dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan

unit yang terjual. Lalu, mengapa kita menggunakkan rumus terpisah untuk pendekatan

pendapatan penjualan? Ada dua alasan untuk ini. Pertama, rumus pendapatan penjualan

memungkinkan kita untuk secara langsung mencari pendapatan jika hal tersebut yang

dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan

dalam pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas dalam bagian berikut.

2.10 Analisis Multiproduk

Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk

tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau

jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi

multiproduk, namun pengoprasiannya tidak berbeda jauh. Kita lihat bagaimana mengadaptasi

rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal kedalam pengaturan

multiproduk dengan mengembangkan contoh Thomas Company.

Thomas Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong

rumput: mesin pemotong rumput manual dengan harga jual $400 dan mesin pemotong rumput

otomatis dengan harga jual $800. Departemen pemasaran yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin

pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis dapat dijual selama

tahun depan. Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut

berdasarkan ramalan penjualan:

20
Mesin Mesin

Manual Otomatis Total

Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000

Dikurangi: Beban variabel 390.000 480.000 870.000

Margin kontiribusi $ 90.000 $160.000 $ 250.000

Dikurangi : beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000

Margin produk $ 60.000 $120.000 $ 180.000

Dikurangi: beban tetap umum 26.250

Laba Operasi $ 153.750

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri

ke masing-masing produk, dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum

adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk, dan akan tetap muncul meskipun

salah satu produk telah dieliminasi.

2.11 Bauran Penjualan

A. Titik Impas dalam Unit

Pemilik Thomas agak cemas terhadap penambahan lini produk baru dan ingin mengetahui

berapa banyak masing-masing model harus terjual untuk mencapai impas. Maka dengan

menggunakan persamaan yang telah kita kembangkan sebelumnya, dimana biaya tetap dibagi

dengan margin kontribusi. Namun persamaan ini menimbulkan beberapa masalah. Persamaan

ini dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua margin

21
konribusi per unit. Mesin pemotong rumput manuala memiliki margin kontribusi per unit

sebesar $75 ($400 - $325), dan mesin pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi

sebesar $200 ($800 - $600)

Salah satu pemecahan yang mungkin adalah dengan dengan menerapkan analisis secara

terpisah ke masing-masing lini produk. Dengan cara itu, akan diperoleh titik impas individu

jika laba didefenisikan sebagai margin produk. Impas untuk mesin pemotong rumput manual

adalah sebagai berikut:

Unit impas mesin

Pemotong rumput manual = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $30.000/$75

= 400 unit

Impas untuk pemotong runput otomatis adalah:

Unit impas mesin

Pemotong rumput otomatis = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $40.000/$200

= 200 unit

Jadi sebanyak 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput

otomatis harus dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun, margin produk impas

hanya menutup biaya tetap langsung, smentra biaya tetap umum masih belum tertutupi.

Penjualan kedua mesin pemotong rumput dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian

sebesar biaya tetap umum. Belum ada titik impas perusahaan secara eseluruhan diidentifikasi.

Bagaimanapun, boaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam analisis.

22
Pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum menghitung titik

impas dapat mengtasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah bahwa alokasi

biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.

Pemecahan lainnya yang mungkin adalah dengan mengonversikan masalah

multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika ini dapat dilakukan, maka seluruh

metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini

adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk

yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk

yang dijual oleh perusahaan.

B. Penentuan Bauran Penjualan (A,H)

Bauran penjualan dapat dikur dalam unit yang terjual atau dalam bagian dari

pendapatan. Contohnya, jika Thomas berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput

manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah

1.200.800. Biasanya, bauran penjualan diturunkan sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran

relatif 1.200.800 dapat diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya menjadi 3:2. Dengan kata lain,

untuk setiap tiga mesin peotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin pemotong otmatis

yang terjual.

Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total

pendapatan yang dikontribusikan oleh masing-masing produk. Pada kasus diatas, pendapatan

dari mesin pemotong rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200), dan pendapatan dari

mesin pemotong rumput otomatis adalah $640.000 ($800 x 800). Mesin pemotong rumput

manual mencakup 42,86% dari total pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis

mencakup 57,14% sisanya. Mungkin hal ini terlihat seperti bahwa kedua bauran penjualan

adalah berbeda. Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2 yaitu, dari setiap lima mesin yang

terjual, 60% adalah mesin pemotong rumput manual dan 40% mesin pemotong rumput

23
otomatis. Namun, bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86% untuk mesin

pemotong rumput manual. Apa perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan

menggunakkan bauran penjualan dalam unit dan memberikannnya bobot menurut harga. Jadi,

meskipun proporsi mendasari mesin yang terjual tetap 3:2, namun mesin pemotong rumput

manual yang harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan pada saat harga dimasukkan

dalam penghitungan. Untuk analisis CVP, harus menggunakkan bauran penjualan yang

dinyatakan dalam unit.

Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakkan untuk menetapkan

volume impas. Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan mendapatlan titik impas pada

550 mesin pemotong rumput manual dan 275 mesin pemotong rumput otomatis. Total margin

kontribusi yang dihasilkan oleh bauran ini adalah $96.250 [($75 x 550) + ($200 x 275)].

Demikian juga, jika 350 mesin pemotong rumput manual dan 350 mesin pemotong rumput

otomatis terjual (untuk bauran penjualan 1:1), maka total margin kontribusi adalah juga

$96.250 [($75 x 350) + ($200 x 350)]. Karena total biaya tetap adalah $96.250, maka kedua

bauran penjualan merupakan titik impas.Tetapi menurut studi pemasaran yang dilakukan

Thomas, ia menginginkan bauran penjualan sebesar 3:2. Inilah rasio yang harus digunakan;

sementara yang lainnya dapat diabaikan.

C. Bauran Penjualan dan Analisis CVP

Penetuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah

multi produk ke dalam format CVP produk tunggal. Karena Thomas berharap menjual 3

mesin pemotong rumput manual atas setiap 2 mesin pemotong rumput otomatis, maka

Thomas bisa mendefenisikan produk tunggal yang yang dijualnya sebagai suatu paket yang

berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong rumput otomatis.

Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk dikonversi

menjadi masalah produk tunggal. Untuk menggunakkan titik impas dalam unit, harga jual

24
paket dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket

tersebut, bauran penjualan, harga setiap produk, dan masing-masing biaya variabel

diperlukan. Menurut data produk individu yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi,

niai paket dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan margin kontribusi perpaket di atas, persamaan dasar impas dapat

digunakan untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual guna mencapai impas. Dari

proyeksi laba rugi Thomas. Dapat diketahui bahwa total biaya tetap perusahaan adalah

$96.250. Jadi titik impasnya adalah:

Paket impas = biaya tetap/margin kontribusi per paket

= $96.250/$625

= 154 paket

Thomas harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan 308 mesin

pemotong rumput otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan laba rugi yang

memeriksa kebenaran solusi ini disajikan dalam tampilan berikut:

Mesin Mesin Total

Manual Otomatis

Penjualan $184.800 $246.400 $431.200

Dikurangi: Beban Variabel 150.150 184.800 334.950

Margin Kontirbusi $ 34.650 $ 61.600 $ 96.250

Dikurangi: Beban Tetap Langsung 30.000 40.000 70.000

Margin Segmen $ 4.650 $ 21.600 $ 26.250

Dikurangi: Beban Tetap Umum 26.250

25
Laba Operasi $ 0

Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah

perusahaan menjual produk tunggal. Namun berbagai tindakan yang mengubah harga masing-

masing produk dapat mempengaruhi bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli

relatif lebih banyak atau lebih sedikit produk tersebut. Perlu diingat bahwa sebuah bauran

penjualan yang baru akan mempengaruhi unit dari setiap produk yang perlu dijual untuk

mencapai target laba yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode mendatang tidak

pasti maka mungkin perlu untu dipertimbangka beberapa bauran yang berbeda. Dengan cara

ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil yang

mungkin dicapai oleh perusahaan.

Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika

jumlah produk bertambah. Bayangkan pengguna analisis ini pada perusahaan yang

memproduksi ratusan produk. Observasi ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan

sebenarnya. Komputer dapat dengan mudah menangani suatu masalah yang melibatkan

sangat banyak data. Lagipula, banyak perusahaan menyederhanakan masalah itu dengan

menganalisis kelompok produk daripada produk individu. Cara lain untuk menangani

meningkatnya kompleksitas tersebut adalah dengan beralih dari pendekatan unit yang terjual

ke pendekatan pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP

multiproduk hanya dengan menggunakkan data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi

perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan untuk penghitungan jauh lebih sederhana.

D. Pendekatan Dolar Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan digunakan.

Akan tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba rugi

Thomas Company secara keseluruhan.

26
Penjualan $1.120.000

Dikurangi: biaya variabel 870.000

Margin kontribusi $ 250.000

Dikurangi: Biaya tetap 96.250

Laba operasi $ 153.750

Perhatikan bahwa laporan laba rugi diatas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi

yang lebih terinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada

asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput

otomatis akan terjual (bauran penjualan sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan

juga bersandar pada bauran penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang

terjual, bauran penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).Dengan laporan

laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan. Misalnya, berapa

pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk mnecapai impas? Untuk menjawab

pertanyaan ini, kita bagi total biaya tetap $96.250 dengan rasio margin kontribusi 0,2232

($250.000/$1.120.000).

Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

= $96.250/0,2232

= $431.228

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakkan asumsi bauran

penjualan tetapi pemngabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak

ada pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya

27
mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya

masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban

atas pertanyaan CVP yang menggunakkan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran

ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang

berkaitan dengan kinerja masing-masing produk.

2.12 Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP

Untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan CVP dapat dilakukan melalui

penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat

perbedaan antar biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka

memahami dengan cepat, demapak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas.

Dua grafik dasar yang penting, grafik laba-volume dan grafik biaya-volume-laba, akan

disajikan berikut ini:

Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual hubungan

antara laba dan volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari persamaan laba

operasi (Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) – Biaya tetap).

Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat, dan unit merupakan variabel bebas.

Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu horiontal dan nilai variabel terikat pada

sumbu vertikal.

Agar pembahasan ini lebih nyata, seperangkat data sederhana akan digunakan.

Anggaplah bahwa Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan

harga sebagai berikut:

Total biaya tetap $100

Biaya variabel per unit 5

28
Harga jual per unit 10

Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatkan sebagi berikut:

Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100

= ($5 x Unit) - $100

Gambar 2.1

Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu

horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk

menggambarkan suatu persamaan linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan, kedua

titik yang sering dipilih adalah titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol dan laba

nol. Jika unit yang terjual adalah nol, maka Tyson mengalami rugi operasional sebesar $100

(atau laba -$100). Karena itu, titik yang menggambarkan volume penjualan nol adalah (0, -

$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, perusahaan mengalami

kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sama

29
dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20,$0).

Kedua titik tersebut yang ditunjukkan dalam gambar, membatasi grafik laba yang

diperlihatkan disini.

Grafik dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap tingkat aktivitas

penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40 unit dapat dibaca

melalaui grafik dengan (1) membuat garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2)

membuat garis horizontal dari garis laba ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan dalam

gambar , laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba-volume, meskipun mudah

diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika volume penjualan

berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam membuat grafik yang dapat

menyediakan rincian ini.

Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) menggambarkan hubungan

antara biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat

grafik dengan dua garis terpisah: garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini

disajikan, masing-masing, dengan dua persamaan berikut:

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit)+ Biaya tetap

Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya

adalah sebagai berikut:

Pendapatan = $10 x Unit

Total biaya = ($5 x Unit) + $100

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama, sumbu

vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah titik itu

30
diperlukan untuk menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan menggunakkan

koordinat-x seperti pada grafik laba-volume. Untuk persamaan pendapatan, menetapkan

jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan titik-titik (0, $100) dan (20, $200). Grafik setiap

persamaan tampak dalam n 1.4.Perhatikan bahwa garis total pendapatan dimulai pada titik nol

dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan sebesar

10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total

biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit

(kemiringan sebesar 5). Jika garis total pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka

akan muncul daerah laba. Titik dimana garis total pendapatan dan total biaya berpotongan

adalah merupakan titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit

dan dengan demikian memperoleh total pendapatan sebesar $200.

2.13 Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan

dalam dua kategori : biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya variabel)

dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai fungsi

linier dari volume penjualan.

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas,biaya di bagi dalam kategori berdasarkan

unit dan non-unit. Penggunaan sistim perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarrti

bahwa analisis CVP kurang bermanfaat. Dalam kenyataannya, analisi CVP menjadi lebih

bermanfaat karena Ia memmberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya.

Persamaan biaya ABC dapat dinyatakan sebagai berikut:

Total = Biaya tetap + (Biaya variabel per Unit x Jumlah unit) + (Biaya pengaturan x Jumlah

pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

31
Laba operasi, seperti sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total biaya.

Hal ini dinyatakan sebagai berikut:

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah Unit) +

(Biaya pengaturan x Jumlah Pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)]

Menggunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada

impas, laba operasi adalah nol, dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas

adalah sebagai berikut:

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x

Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit)

Di asumsikan bahwa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk

menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data berikut:

Tingkat
penggerak Biaya Variabel Penggerak
aktivitas per unit aktivitas
unit penjualan 10 0
pengaturan 1000 20
rekayasa jam 30 1000
total biaya tetap (konvensional) 100000
total biaya tetap (ABC) 50000
harga jual perunit 20

Table 2.1

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah yang harus terjual untuk menghasilkan

laba sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = (Target laba + Biaya)/(Harga-Biaya variabel per unit)

= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)

32
= $120.000/$10

= 12.000

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan

laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000x20) + ($30x1.000)]/($20-$10)

= 12.000 unit

Jumlah unit yang harus dijual adalah sama menurut kedua pendekatan.

Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensinal Versus Analisis ABC

Misalkan bahwa setelah di lakukan analisi CVP konvensional, departemen pemasaran

menyarankan bahwa penjualan 12.000 unit mustahil di capai. Hanya 10.000 unit yang

mungkin dapat terjual. Presiden direktur perusahaan kemudian memerintahkan para insinyur

perancang produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Para insyinyur

juga di minta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap

sebesar $ 100.000 dan biaya variabel $ 10. Biaya variabel per unit sebesar $ 10 terdiri atas

tenaga langsung, $4 ; bahan baku langsung, $5 ; dan overhead variabel , $1.

Guna memenuhi permintaan untuk mengurangi titik impas,departemen teknik memproduksi

suatu rancangan baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan baru tersebut

mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak akan

mempengaruhi bahan baku atu overhead variabel. Dengan demikina,biaya variabel yang baru

adalah $8n per unit dan titik impas adalah ssb :

Jumlah unit = biaya tetap : (harga – biaya variable per unit )

= $ 100.000 : ($ 20 - $ 8)

= 8.333 unit

33
Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sbb :

Penjualan ( $ 20 x 10.000 ) $ 200.000

Dikurangi : beban variabel ( $8 x 10.000) 80.000

Margin kontribusi $ 120.000

Dikurangi : beban tetap 100.000

Laba operasi $ 20.000

Satu tahun kemudian,presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang di harapkan

tidak terjadi.

Sebaliknya,perusahaan mengalami kerugian,mengapa?

Jawabannya di berikan oleh pendekatan ABC pada analysis CVP.

Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sbb :

Total biaya = $ 50.000 + ($ 10 x unit ) + ( $ 1000 x pengaturan) + ($ 30.000 x jam rekayasa)

Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit,

sehingga meningkatkan biaya per pengaturan dari $ 1000 menjadi $ 1600.

Juga misalkan bahwa rancangan baru itu, karena peningkatan kandungan teknis,

membutuhkan dukungan teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1000 jam menjadi 1400

jam).

Persamaan biaya yabg baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit , adalah sbb :

Total biaya = $ 50.000 + ( $ 8 x unit ) + ($ 1600 x pengaturan) + ($ 30 x jam rekayasa )

Titik impas, dengan laba operasi nol dan menggunaan persamaan ABC, dihitung sbb :

34
(anggap bahwa 20 pengaturan masih di lakukan)

Jumlah unit = [ ( $ 50.00 + ($ 1600 x 20 ) + ( $ 30.000 x 1400 ) ] : ($ 20 - $ 8)

= $ 124.000 : $ 12

= 10.333 unit.

Dan laba operasi untuk 10.000 unit di hitung sbb :

(ingat kembali bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalh $ 10.000)

Penjualan ( $ 20 x 10.000 ) $ 200.000

Dikurangi : beban variabel berdasarkan unit ( $ 8 x 10.000) 80.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi : beban variabel berdasarkan non unit :

Pengaturan ( $ 1600 x 20 ) $ 32.000

Dukungan teknik ( $ 30 x 1400 ) 42.000 74.000

Margin yang dapat di telusuri $ 46.000

Dikurangi : beban tetap 50.000

(rugi) operasional $ (4000)

2.14 Margin Keamanan (Margin of Safety)

35
Margin of safety atau tingkat keamanan memberikan informasi tentang seberapa jauh volume

penjualan boleh turun dan yang dianggarkan namun perusahaan tidak menderita rugi. Dengan

kata lain, margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi

penurunan penjualan, berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam

batasbatas tersebut perusahaan tidak akan menderita rugi.

Margin keamanan adalah unit yang terjual atau diharapkan dijual atau pendapatan yang

diperoleh atau diharapkan diperoleh diatas volum impas. Margin keamanan dapat dilihat

sebagai ukuran kasar dari resiko. Selalu saja ada kejadian, tidak diketahui pada waktu

perencanaan, yang dapat menurunkan penjualan di bawah tingkat yang awalnya diharapkan.

Margin of safety dapat juga disajikan dalam persentase. Rumus perhitungannya sebagai

berikut:

Margin keamanan = TotalPenjualan (aktual) − penjualan titik impas

Margin of safety dapat membantu manajer untuk mengetahui besarnya resiko yang

terkandung dalam suatu rencana penjualan. Bila margin keamanan suatu perusahaan besar

(dengan angka penjualan yang diharapkan pada tahun mendatang), maka resiko untuk

menderita kerugian yang harus diambil penjualan suatu putaran ke bawah akan semakin

berkurang daripada margin keamanan yang kecil. (Hansen & Mowen, 2000:450)

Dengan ilustrasi perusahaan X sebelumnya dimana kenaikan penjualan yang dianggarkan

sebanyak 400 unit, berikut perhitungan margin keamanan dan persentase margin keamanan:

Margin keamanan = Total Penjualan (aktual)- penjualan titik impas

= Rp.100.000.000 - Rp.87.500.000

= Rp.12.500.000

36
Persentase Margin Keamanan = (Margin Keamanan dalam Rupiah/ TotalPenjualan yang

dianggarkan) x 100%

Persentase Margin Keamanan = 12.500.000/100.000.000 X 100%

= 0,125 x 100%

=12,5%

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan penurunan penjualan sebesar 12,5% atau

Rp.12.500.000,- maka perusahaan hanya akan berada dalam keadaan impas. Dalam hal ini,

Persentase Margin Keamanan = Margin Keamanan dalam Rupiah TotalPenjualan yang

dianggarkan X 100%

manajer dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan volum penjualan atau menurunkan

biayanya. Langkah ini akan membantu untuk menurunkan timbulnya resiko kerugian.

2.15 Struktur Biaya (Cost Structure) (R)

Setiap perusahaan juga dapat mempunyai struktur biaya yang berbeda-beda. Struktur biaya

adalah perbandingan relatif antara biaya tetap dan biaya variabel di dalam suatu organisasi.

(Supriyono, 1999:540). Jenis Struktur biaya pada suatu perusahaan dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Struktur biaya variabel rendah tetapi biaya tetapnya tinggi.

b. Struktur biaya variabel tinggi tetapi biaya tetapnya rendah.

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh struktur biaya terhadap laba,

berikut ini dibahas contoh pada dua perusahaan yang mempunyai struktur biaya yang

berlawanan. (Garrison, Noreen & Brewer, 2006:341)Pada tingkatan penjualan tertentu, laba

37
pada kedua perusahaan tersebut besarnya dapat sama. Pengaruh struktur biaya terhadap

perubahan laba perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

PT. X PT. Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

Penjualan 1,000,000 100 1,000,000 100

Biaya Variabel 600,000 60 200,000 20

Marjin Kontribusi 400,000 40 800,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 200,000 200,000

a. Jika terjadi kenaikan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya variabelnya rendah

dan biaya tetapnya tinggi, mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih tinggi.

Akan tetapi, jika terjadi kenaikan penjualan pada perusahaan yang mempunyai struktur biaya

variabelnya tinggi dan biaya tetapnya rendah, maka akan mengakibatkan kenaikan laba yang

tidak begitu tinggi. (kenaikan penjualan = 30%)

b. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya

variabelnya rendah dan biaya tetapnya tinggi mempunyai resiko penurunan laba yang tinggi

pula.Demikian pula dengan penurunan penjualan maka pada perusahaan ini hanya akan

mengalami penurunan laba dalam jumlah relatif kecil.

PT.X PT.Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

38
Penjualan 1,300,000 100 1,300,000 100

Biaya Variabel 780,000 60 260,000 20

Marjin Kontribusi 520,000 40 1,040,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 320,000 440,000

PT.X PT.Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

Penjualan 700,000 100 700,000 100

Biaya Variabel 420,000 60 140,000 20

Marjin Kontribusi 280,000 40 560,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 80,000 (40,000)

Kedua struktur biaya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dan kondisi yang dihadapi

perusahaan dan sikap manajemen. Kedua struktur biaya tersebut pun masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu trend penjualan dalam

jangka panjang, fluktuasi penjualan dari tahun ke tahun dan sikap manajemen di dalam

menghadapi resiko. Dengan melakukan analisis struktur biaya, manajemen perusahaan akan

mendapatkan gambaran pengaruh tingkat kedua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya

variabel.

2.16 Leverage Operasi (Operating Leverage)

39
Leverage operasi adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap

perubahan volume penjualan. Tingkat leverage operasi adalah suatu ukuran berupa persentase

dimana pada tingkat penjualan tertentu, perubahan dalam volume penjualan akan

mempengaruhi laba. Leverage operasi dipegaruhi oleh struktur biaya perusahaan. (Garrison,

Noreen & Brewer, 2006:343)

Leverage operasi dapat diilustrasikan dengan kembali pada data yang diberikan sebelumnya

tentang PT.X dan PT.Y. Sebelumnya ditunjukkan bahwa 30% kenaikan penjualan (dari

Rp.1.000.000,- menjadi Rp.13.000.000,- untuk setiap perusahaan) menghasilkan 120%

peningkatan laba bersih PT.Y (dari Rp.200.000,- menjadi Rp.440.000,-) dan 60%

Tingkat Leverage Operasi = Margin kontribusi/Laba Bersih (Y)

peningkatan laba bersih PT.X (dari Rp.200.000,- menjadi Rp.320.000,-). Jadi dapat

disimpulkan bahwa PT.Y memiliki leverage operasi yang lebih besar dari PT.X. Berikut

adalah contoh perhitungan tingkat leverage operasi dimana keadaan penjualan perusahaan

adalah sebesarRp.1.000.000,-.

Tingkat Leverage Operasi PT. X = Rp .400.000/Rp .200.000 = 2

Tingkat Leverage Operasi PT. Y = Rp .800.000/Rp .200.000 = 4

Jika tingkat operating leverage PT.X adalah 2 maka kenaikan penjualan 30% akan menaikkan

laba sebesar 60%. Sedangkan jikatingkat operating leverage PT.X adalah 4 maka kenaikan

penjualan 30% akan menaikkan laba sebesar 120%. Tinggi rendahnya tingkat leverage

operasi berpengaruh pada struktur biaya dan dapat dilihat bahwa tingkat leverage operasi

searah dengan biaya tetap di suatu perusahaan sehingga tingkat leverage operasi dapat

digunakan sebagai suatu pengukur tingkat biaya tetap. Seorang manajer juga dapat

mengunakan tingkat leverage operasi untuk memperkirakan seberapa cepat pengaruh berbagai

persentase perubahan dalam penjualan terhadap laba. Hal ini memungkinkan manajer

40
merumuskan strategi untuk mengoptimalkanlaba tanpa harus mempersiapkan laporan laba

rugi yang lengkap terlebih dahulu.

BAB III

PENUTUP

41
Kesimpulan

Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba

yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Hal ini terbukti dari banyaknya manfaat yang

didapatkan dari analisis biaya volume laba diantaranya membantu membuat keputusan

manajerial,membantu para pemakai laporan keuangan untuk melihat pada saat kapan

perusahaan mencapai titik impas atau BEP dan dari analisis biaya volume dan laba dapat

hitung atau ditetapkan laba optimal yang dinginkan perusahaan.dan dengan adanya analisis

biaya volume laba dapat mengurangi resiko kerugian karena dapat dihitung titik impas dan

ada margin of safety untuk pengaman dan berjaga-jaga untuk menghindari kerugian.

Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya,

titik dimana laba sama dengan nol. Untuk pendapatan sama dengan total biaya, kita focus

pada laba operasi. Laba operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban

dari operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi

pajak penghasilan.

Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya

variable. pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.

Rasio biaya variable (variable cost ratio) pada contoh ini merupakan bagian dari setiap dolar

penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat

dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari

dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio margin

kontribusi. Rasio margin kontribusi(contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar

penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

42
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R & Maryanne M. Mowen.Akuntansi Manajerial, edisi 8.

Jakarta:Salemba.2009.

https://yogisunpriakuntansi.blogspot.com/2014/01/analisis-cvp.html

43

Anda mungkin juga menyukai