Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

STUDI KASUS AKUNTANSI MANAJEMEN DI DALAM PERUSAHAAN


TERHADAP ETIKA AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen Pengampu: Anita Anggraini S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

RACHEL APRILIANA

NIM.171011201290

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat serta dan
hidayah-Nya kepada saya, penulis. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Studi Kasus dalam Akuntansi Majemen di dalam Perusahaan” , makalah ini dibuat sebagai
penunjang dan juga untuk memenuhi nilai tugas dari mata kuliah Akuntansi Manajemen.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman serta dosen pengampu yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan dapat
memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Tangerang Selatan, 27 September 2019

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan selalu menghadapi berbagai masalah.
Diantaranya adalah bagaimana agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin, sehingga
dapat tercaya keuntungan yang maksimal.
Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan suatu sistem pelaporan intern yang
memadai, sehinggakalau terjadi penyelewengan ataupun pemborosan dalam proses produksi
dapat segera diatasi. Dalam sistem pelaporan intern ini diperlukan akuntansi manajemen.
Akuntansi manajemen merupakan jaringan penghubung yang sistematis dalam penyajian
informasi yang berguna dan dapat daya untuk membantu pimpinan perusahaan dalam usaha
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Informasi akuntansi manajemen ini terdiri dari informasi akuntansi biaya penuh (full
cost accounting), informasi akuntansi deferensial (differential accounting), dan akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting). Jika informasi akuntansi manajemen
dihubungkan dalam objek informasi seperti produk departemen dan aktivitas perusahaan
maka akan dihasilkan informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajemen
dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilkan konsep informasi
akuntansi diferensial, yang sangat dibutuhkan oleh manajemen untuk tujuan pengambilan
keputusan pemilihan beberapa alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungakan
dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer, maka akan dihasilkan konsep informasi
akuntansi pertanggungjawaban yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku
manusia dalam organisasi.
Pengambilan keputusan tentang pemilihan beberapa alternatif pada akuntansi
diferensial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Keputusan jangka panjang dan
keputusan jangka pendek. Keputusan jangka panjang merupakan keputusan yang diambil
manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih dari
satu tahun. Altematif yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan jangka
panjang antara lain yaitu; membeli atau menyewa mesin, membeli mesin secara tunai atau
angsuran, dan lain-lain. Keputusan jangka pendek merupakan keputusan yang diambil

3
manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat langsung dirasakan pada tahun dimana
keputusan tersebut diambil. Altrenatif yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan jangka pendek antara lain yaitu; apakah pesanan dibawah harga pokok diterima
atau ditolak, menjual sekarang atau memproses lebih lanjut produk tertentu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Fungsi Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan?

2. Bagaimana Fungsi Akuntansi Manajemen diterapkan?

3. Bagaimana Kasus-Kasus yang terjadi mengenai Akuntansi Manajemen?

C. Tujuan

1. Untuk Memahami apa yang dimaksud dengan Fungsi Akuntansi Manajemen.

2. Untuk Memahami bagaimana Fungsi Akuntansi Manajemen dapat di terapkan di dalam


Perusahaan dan di dalam Organisasi.

3. Untuk Memahami Kasus-Kasus yang sering terjadi dalam Akuntansi Manajemen.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen

Akuntansi Keuangan adalah merupakan salah satu bagian dari akuntansi yang berhubungan
dengan penyajian laporan keuangan perusahaan kepada pihak eksternal berupa laporan neraca,
rugi laba, Perubahan Modal dan Arus Kas kepada pemegang saham, kreditor atau investor
khususnya tentang profitabilitas dan kredibilitas perusahaan, kepada supplier, dan pemerintah.

2.2 Tanggung Jawab Akuntan Manajemen


Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan
penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasidan
untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan
memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi control.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen, yaitu:
1. Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem perencanaan,
menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk
memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
2. Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan kejadian-kejadian
yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
3. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas
organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan
tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang
diharapkan.
4. Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang
disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem
pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya
dan pengukuran prestasi manajemen.
5. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip
akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.

5
2.3 Etika dalam Akuntansi Manajemen
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang menguraikan
tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Standar tersebut sebagai berikut:

1. Competence (Kompetensi)
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya, mengikuti
hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan
informasi yang dapat dipercaya dan relevan. Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk.

 Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus


mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.
 Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis
yang berlaku.
 Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah melakukan analisis yang
benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya

2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia
kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal tersebut. Akuntan
manajemen bertanggun jawab untuk:

 Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan
tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum.
 Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan tugas-
tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut.
 Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-tugasnya
untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga.

6
3. Integrity (Integritas)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan yang dapat
menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika. Akuntan
manajemen bertanggung jawab untuk:

 Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua pihak
terhadap potensi konflik.
 Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis.
 Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi mereka
dalam bertugas.
 Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan
tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif.
 Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala lainnya yang
akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau kinerja sukses dari
suatu aktivitas.
 Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini professional.
 Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi.

4. Objectivity (Objektivitas)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan objektif,
mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang diharapkan dapat
mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan rekomendasi yang
ditampilkan. Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
 Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif.
 Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi
pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan.

7
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin menghadapi masalah
dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam meyelesaikan konflik etika. Ketika
menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan manajemen harus mengiuti kebijakan yang
ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik
etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan berikut ini:

 Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu melibatkan
atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan secepatnya kepada jenjang
yang lebih tinggi berikutnya. Jika resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada
saat masalah diungkapkan, sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih
tinggi.
 Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau setingkat
 wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti komite audit,
komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik. Berhubungan dengan
jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan atasan.
 Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan seorang penasihat
yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan yang mungkin dilakukan
 Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua jenjang, akuntan
manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri dari organisasi
dan memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi yang ditunjuk.
 Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah tersebut kepada
berbagai otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan organisasi bukanlah
pertimbangan yang tepat.

8
2.4 Kasus – Kasus di dalam Akuntansi Manajemen

2.4.1 Kasus Committee of Sponsoring Organizations ( COSO )

Merujuk pada penelitian terbaru yang dilakukan oleh the Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission (COSO), kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan oleh
perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat memberikan konsekuensi negatif yang
signifikan terhadap para investor dan eksekutif.
Penelitian COSO tersebut, dengan menelaah tuduhan kecurangan laporan keuangan yang
diselidiki oleh Securities and Exchange Commission (SEC) dalam kurun waktu sepuluh tahun
antara tahun 1998 – 2007, menemukan fakta bahwa berita dugaan kecurangan telah mengakibatkan
penurunan abnormal harga saham rata-rata 16,7% dalam dua hari setelah diumumkan. Perusahaan-
perusahaan yang terlibat dalam kecurangan seringkali mengalami kebangkrutan, delisting dari
bursa efek, atau harus menjual aset, dan sembilan dari sepuluh kasus-kasus SEC tersebut
menyebutkan CEO dan/atau CFO perusahaan yang bersangkutan diduga terlibat dalam
kecurangan.
Chairman COSO, David Landsittel, mengatakan bahwa analisis mendalam dalam penelitian
tersebut terkait tentang sifat, jangkauan, dan karakteristik dari kecurangan pelaporan keuangan
memberikan pemahaman yang sangat membantu tentang isu-isu baru dan berkelanjutan yang perlu
segera ditangani. “Semua pihak yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan harus terus
berfokus pada cara-cara untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan pelaporan
keuangan,” kata Landsittel. “COSO berencana untuk mensponsori penelitian lanjutan mengenai
kecurangan pelaporan keuangan, serta pengembangan lebih lanjut pedoman pengendalian internal,
untuk membantu pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan.”
Penelitian COSO di atas menelaah hampir 350 kasus dugaan kecurangan pelaporan keuangan yang
diselidiki oleh SEC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
 Kecurangan keuangan memengaruhi perusahaan dari semua ukuran, dengan median
perusahaan memiliki aktiva dan pendapatan hanya di bawah $100juta.
 Median kecurangan adalah $12,1 juta . Lebih dari 30 kasus dengan masing-masing kasus
melibatkan jumlah lebih dari $500 juta.

9
 SEC menyebutkan CEO dan/atau CFO terindikasi terlibat pada 89% dari kasus kecurangan.
Dalam waktu dua tahun penyelesaian penyelidikan SEC, sekitar 20% dari para CEO / CFO
berlanjut pada dakwaan serta lebih dari 60% di antaranya divonis bersalah.
 Kecurangan mengenai pendapatan tercatat lebih 60% dari kasus.
 Banyak karakteristik yang biasanya menjadi pengamatan umum dewan direktur dan komite
audit, seperti: ukuran, frekuensi rapat, komposisi, serta pengalaman, tidak berbeda secara
signifikan antara perusahaan yang terlibat kecurangan dengan yang tidak. Upaya-upaya
pengaturan tata kelola perusahaan terbaru tampaknya telah mengurangi variasi dalam
karakteristik terkait dewan direktur yang diamati.
 Dua puluh enam persen dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kecurangan
mengganti auditor selama periode yang diteliti dibandingkan dengan hanya 12 persen dari
perusahaan-perusahaan yang tidak terlibat.
 Berita awal dalam media massa mengenai dugaan adanya kecurangan mengakibatkan
penurunan tidak normal harga saham rata-rata sebesar 16,7 persen untuk perusahaan yang
terlibat kecurangan, dalam dua hari setelah pengumuman.
 Berita mengenai investigasi SEC atau Departemen Kehakiman mengakibatkan penurunan
tidak normal harga saham rata-rata 7,3 persen.
 Perusahaan yang terlibat dalam kecurangan sering mengalami kebangkrutan, delisting dari
bursa efek, atau melakukan penjualan aset yang material dengan tingkat yang jauh lebih
tinggi daripada perusahaan yang tidak terlibat kecurangan.
Penelitian COSO dilakukan oleh empat profesor akuntansi: 1. Mark S. Beasley dari North
Carolina State University, 2. Joseph V. Carcello dari University of Tennessee, 3. Dana R.
Hermanson dari Kennesaw State University, dan 4. Terry L. Neal dari University of
Tennessee. Penelitian ini meng-update penelitian COSO sejenis sebelumnya diterbitkan pada
tahun 1999, untuk kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan dekade 1987-1997.
Profesor Beasley, yang juga merupakan anggota dewan COSO, mencatat bahwa penelitian
tambahan diperlukan untuk lebih memahami perbedaan dalam proses seputar dewan direksi dan
komite audit. “Kita perlu untuk menentukan apakah ada proses tertentu berkaitan dengan dewan
direksi yang dapat memperkuat pengawasan mereka terhadap risiko-risiko yang mempengaruhi
laporan keuangan,” katanya. “Selain itu, mengingat jumlah kecurangan diperiksa dalam
penelitian ini terbatas dan terkait dengan jangka waktu setelah penerbitan Sarbanes-Oxley Act of

10
2002 termasuk implementasi Seksi 404, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum dapat diambil
kesimpulan tentang dampak SOX tersebut dalam mengurangi kecurangan pelaporan keuangan.”

2.4.2 Kasus PT SUNPRIMA NUSANTARA PEMBIAYAAN (SNP FINANCE)


Pada Mei 2018, PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) menjadi sorotan otoritas
keuangan dan publik. Perusahaan pembiayaan berumur kurang lebih 18 tahun ini ternyata berada
di ambang kepailitan. Perusahaan pembiayaan yang berada di bawah naungan Columbia Group
tersebut di atas kertas terlihat dalam kondisi baik-baik saja. Rating utang perseroan sempat
mendapatkan rating idA atau stabil dari Pefindo pada Maret 2018.
Namun, kondisi perusahaan berubah 180 derajat. Rating utang perseroan berubah drastis dari
stabil menjadi idSD (selective default) pada 9 Mei 2018 lantaran salah satu kupon Medium Term
Notes (MTN) yang diterbitkan SNP gagal bayar.
Imbasnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha SNP karena perseroan
gagal membayar bunga MTN senilai Rp6,75 miliar pada 14 Mei 2018 melalui Surat Deputi
Komisioner Pengawas IKNB II No. S-247/NB.2/2018.
Diduga pihak SNP Finance tidak menyampaikan laporan keuangan dengan benar alias fiktif,
sehingga perusahaan pemeringkat dan auditor tidak mengeluarkan peringatan
atau warning sebelum gagal bayar terjadi. Persoalan laporan keuangan ini sangat vital dan
seringkali menjadi keruwetan bagi sebuah perusahaan bila tak dikelola dengan baik.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencoba mengambil upaya mitigasi, yakni mengusulkan agar
direktur keuangan selaku penyelenggara laporan keuangan wajib memiliki sertifikasi sebagai
pihak yang diaudit (auditee).
BEI menilai sertifikasi terhadap auditee cukup penting untuk meminimalisir kesalahan dalam
pelaporan kinerja keuangan. Selain itu, BEI juga mengusulkan kriteria dari sertifikasi itu, yakni
independen dan tidak memiliki ikatan keluarga.
Usul dari BEI ini mendapatkan dukungan dari Ikatan Akutan Indonesia (IAI). Dunia usaha juga
turut mendukung agar direktur keuangan memiliki standar dan kompetensi khusus dalam
membuat laporan keuangan.
OJK mencatat jumlah kasus penyimpangan ketentuan perbankan (PKP) pada 2017 mencapai 22
kasus. Dari jumlah kasus itu, pelaku yang berbuat tindak pidana mencapai 66 orang.

11
Dari total pelaku tindak pidana itu, pelaku dari non-pejabat eksekutif bank mencapai 77 persen
atau sebanyak 51 orang. Disusul, direksi sebanyak 7 orang, pejabat eksekutif bank 4 orang,
kepala kantor cabang 2 orang, komisaris 1 orang, dan pemegang saham 1 orang.
Di luar sektor keuangan, direktur keuangan kerap ikut terlibat dalam beberapa kasus kejahatan
keuangan. Misalnya, kasus dugaan korupsi penggunaan anggaran fiktif 2013-2014 pada
perusahaan BUMN, PT Brantas Abipraya.
Pada Juli 2017, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menetapkan Sudi Wantoko, mantan Direktur
Keuangan PT Brantas Abipraya, sebagai tersangka. PT Brantas Abipraya adalah perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang konstruksi infrastruktur air.

Contoh lainnya adalah kasus dugaan korupsi anggaran PT Perusda Loteng Bersatu senilai Rp1
miliar. Pada 2017, Kejaksaan Negeri Praya menetapkan Direktur Keuangan Perusda Loteng
Bersatu berinisial AZ sebagai tersangka. PT Perusda Loteng Bersatu merupakan BUMD milik
Kabupaten Lombok Tengah yang bergerak di sektor perhotelan, konstruksi gedung, perdagangan
besar makanan, minuman dan tembakau, serta jasa agen perjalanan.

2.5 Pembahasan Kasus Akuntansi Manajemen


Melihat dari kasus yang sudah di sebutkan dan dijelaskan di atas, ada beberapa tindakan atau
segala kecurangan yang di lakukan dari Sumber Daya Manusia yang ada di dalam sebuah
perusahaan dan ada yang terjadi dikarenakan kecurangan atau tindakan yang terjadi di luar dari
perusahaan tersebut. Berikut ini adalah jenis-jenis kasus akuntansi manajemen yang sering
terjadi di dalam sebuah perusahaan:
 Whitsle Blowing
Merupakan tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan
kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya adalah moral. Whistle
blowing sering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia perusahaan. Contohnya seorang
karyawan melaporkan kecurangan perusahaan yang membuang limbah pabrik ke sungai. Whistle
blowing dibagi menjadi dua yaitu:
a. Whistle Blowing Internal
Merupakan kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi
tahu harus bersikap netral dan bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas,
kedudukan, melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian

12
bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin melainkan sejauh mana
pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral

b. Whistle Blowing Eksternal


Adalah membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat karena
kecurangan itu merugikan masyarakat, motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi
banyak orang, yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan
kecurangan terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis memang
dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.

 Creative Accounting
Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan
pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan
menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999).
Pihak-pihak yang terlibat di dalam proses creative accounting, seperti manajer, akuntan
(sepengetahuan saya jarang sekali ditemukan kasus yang melibatkan akuntan dalam
proses creative accounting karena profesi ini terikat dengan aturan-aturan profesi), pemerintah,
asosiasi industri, dll.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan
keuangan yang tidak benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi,
mempercepat atan menunda pengakuan atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode
yang lain).
Watt dan Zimmerman (1986), menjelaskan bahwa manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan
keuangan digolongkan menjadi tiga buah hipotesis:
a. Bonus Plan Hypotesis
b. Debt Convenant Hypotesis
c. Political Cost Hypotesis

13
 Fraud Accounting
Fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara
tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa
yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong,
menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah
asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan
dirinya.

 Fraud Auditing
Karakteristik kecurangan Dilihat dari pelaku fraud auditing maka secara garis besar kecurangan
bisa dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu manajemen untuk kepentingan perusahaan (di mana salah saji
yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent
financial reporting, untuk menghindari hal tersebut ada baiknya karyawan
mengikuti auditing workshop dan fraud workshop) dan pegawai untuk keuntungan individu
(salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva).
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap
prestasi pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan
sumber penyajian kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap
pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk
kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),
misalnya berupa manipulasi, pemalsuan, atau laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah
menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau
informasi penting dari laporan keuangan, untuk itu sebaiknya anda mengikuti auditing
workshop dan fraud workshop.
Saji yang berupa penyalahgunaan aktiva kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan
karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi
penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (ada baiknya karyawan mengikuti seminar

14
fraud dan seminar auditing). Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang
menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada
pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji
jenis ini adalah penggelapan terhadap penerimaan kas, pencurian aktiva perusahaan, mark-up
harga dan transaksi tidak resmi.

15
BAB III
PENUTUP
2.6 Kesimpulan
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan
dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu
organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan
bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan
melakukan fungsi control. Terjadinya kecurangan di dalam perusahaan dapat di sebabkan
oleh faktor internal dan eksternal perusahaan, namun adapun faktor-faktor etika akuntansi
manajemen ini yaitu : (1) Whistle Blowing, (2) Creative Accounting, (3) Fraud Auditing,
dan (4) Fraud Accounting.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9215956/PENERAPAN_AKUNTANSI_MANAJEMEN_DALAM_P
ENGAMBILAN_KEPUTUSAN

https://ezratheodora.wordpress.com/2018/01/10/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan-akuntansi-
manajemen-contoh-kasus-penelitian-coso-pada-kasus-kasus-fraud/

17

Anda mungkin juga menyukai