Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN PIUTANG

Dosen Pengampu : Hamdani S.E., M.Si.Ak.


Disusun oleh :

Ahmad Mufti (1810313210002)


Ahmad Ropik Ripani (1810313210050)
Rasid Rusadi (1810313110014)

Universitas Lambung Mangkurat


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
S1 – Akuntansi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................4 444

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Masalah 1

1.4 Manfaat 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Piutang

2.2 Kebijakan Kredit

2.3 Pemantauan Piutang

2.4 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya
dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit  justru akan memberi
peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga
bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya,
yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan
berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegitan dalam perusahaan
tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh
tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu
penagihan piutang perlu  mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang
mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga
turut aktif mengelola penagihan piutang  agar tidak sampai menghambat operasi  atau
kegiatan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menganalisis ekonomi terhadap piutang ?
2. Apa saja standar kredit dan persyaratan kredit ?
3. Apa saja kebijakan kredit dan pengumpulan piutang ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara analisis ekonomi terhadap piutang
2. Untuk mengetahui standar kredit dan persyaratan kedit
3. Untuk mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
1.4 Manfaat
1. Mengetahui cara menganalisis perhitungan ekonomi terhadap piutang
2. Mengetahui standart kredit dan syarat kredit
3. Mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya
transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang atau industri
menginginkan penjualan tunai, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat atau
alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas,
sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan
kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak
akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan
yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini
biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada
konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggang waktu yang disebut termin kredit atau
pembayaran.
Langkah-Langkah Manajemen Piutang :

 Penetapan Kebijakan  Kredit
 Pemantauan
 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang Usaha
2.2        Kebijakan kredit
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan
kebijakan penagihan.
a.      Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum
pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit.
Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam
membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian
piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi
hal berikut:
Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi
kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari
catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan
dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering
digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap
perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek
terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
b.      Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan
penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar diskon
yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
c.       Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-
cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan akan
melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon kepada pelanggan yang
belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada
pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3.
Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan
bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
2.3      Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah
dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada
pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini mulai
terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam
kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
a.      DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang mengungkapkan berapa
lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati arus penagihan
piutang dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat
membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya
piutang tak tertagih atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran term udah untuk memantau kondisi piutang, diperlukan
sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari)
akan makin menurun apabila piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan
oleh penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat
kondisi ekonomi yang melesu.
b.      Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur, jumlah,
proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur piutang:

Umur (hari) Jumlah Proporsi Periode penagihan (hari)


0-30 Rp 405.000.000 45 % 20 hari

31-60 Rp 450.000.000 50 % 51 hari

61-90 Rp 27.000.000 3% 80 hari

Lebih dari 90 Rp 18.000.000 2% 96 hari

Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu
pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) =
52 Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan
kedua  dari batas waktu penagihan yang ditentukan. Pelanggan yang membayarnya hingga
batas akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang
membayar melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola
penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari
separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi
tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.

Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:


        - Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan
atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko ditetapkan
10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan
akan menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya adalah
sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))
        - Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan
likuiditas dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
Soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada
waktunya.
Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat
pada waktunya
Soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur
piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan
mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
2.4      Analisis Perubahan Kebijakan Piutang
Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam hubungannya dengan
manajemen piutang adalah melakukan analisis perubahan piutang. Inti analisis adalah
menetukan apakah syarat kredit yang berlaku saat ini perlu diubah ataukah tidak perlu.
Ada dua pendekatan untuk menganalisis perubahan kebijakan piutang usaha:
Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan pendapatan
dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi tidak konsisten dengan
tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan nilai sekarang
arus kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya. Pendekatan itu lebih konsisten
dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
a. Pendekatan pertambahan laba
 Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap kebijakan
 Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan
bd     = Piutang tak tertagih / bad debt (%)
S       = Penjualan / sales
d       = Diskon (%)
D      = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
VC    = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)
k       = Bunga per tahun (%)

 Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap kegiatan


 Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama dan laba bersih
kebijakan baru. Jika laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada laba bersih
kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak dijalankan.
b. Pendekatan nilai
 Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan
NPV = Nilai sekarang bersih
D      = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P       = Harga jual per unit
Q      = Kuantitas penjualan
d       = diskon (%)
i        = Bunga Harian (%), k/360
t1         = Batas akhir periode diskon
t2         = Jangka waktu penagihan piutang (dalam hari)
bd     = Piutang tak tertagih
C       = Biaya variabel per unit

 Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila NPV


kebijakan baru lebih besar (dan positif) daripada NPV kebijakan lama, maka
perubahan kebijakan piutang layak dijalankan.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang
a. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi
yang tertanam dalam Piutang
b. Syarat pembayaran (termin),  semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon
kredit, semakin besar plafon kredit per pelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan
kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil
investasi dalam piutang).
d. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif
(menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan
biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka
resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar
pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika
pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yg besar
2.6 Perputaran piutang
Perputaran piutang (receivable turn over) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan
kecenderungan debitur untuk menepat i janji pembayarannya.
• Tingkat perputaran piutang        =          penjualan netto kredit
                                                                      Rata-rata piutang
•  Rata-rata pengumpulan piutang            =                     360          
receivable turnover
Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara
pengumpulan piutang kurang efisien.
Contoh:

2002 2003
Net credit sales                      Rp 100.000     Rp 100.000
Receivable: awal th Rp 20.000   Rp 30.000
akhir th       Rp Rp 10.000
30.000                         
Average receivable                         Rp 25.000                     Rp 20.000
Receivable turnover   4 kali 5 kali
Average collection period 90 hari 72 hari

Penjualan secara kredit akan berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan


negatif, seperti kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity
cost).Pertimbangan untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit, dapat
dilakukan dengan memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan seperti
contoh berikut ini:
Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta,
keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara kredit
dengan syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi
1.050 juta pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir
sebesar Rp148,75 juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?

·         Manfaat          : tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt


·         pengorbanan  :
perputaran piutang                              = 360/60   =    6 kali
rata-rata piutang                                   = 1.050/6  =    175 jt
dana untuk membiayai piutang           = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15%  = 22,31 jt
manfaat bersih                                      = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan

Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan


membayar pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang      = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang                                    = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang                                      = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana                               116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt

·         Manfaat : penurunan biaya dana                = 17,5 jt


·         Pengorbanan: diskon                                  = 2% x 50% x 1.050 jt = 10,50 jt
        manfaat bersih                 = 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-piutang.html#sthash.KXORhW9U.dpuf
http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/?
like=1&_wpnonce=5ce63ba138

http://www.downloadprovider.me/search/contoh%20kasus%20manajemen%20piutang.html?
aff.id=1087&aff.subid=1

Anda mungkin juga menyukai