Anda di halaman 1dari 35

Pajak Penghasilan

Pasal 21
Presented by:
Zainal Abidin, S.E.,M.Ak.,Ak..ACPA
Dasar hukum
Per Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 Pengertian PPh pasal 21
Pajak atas Penghasilan berupa

• Gaji
• Upah
• Honorarium
• Tunjangan, dan
• Pembayaran lain dengan nama & bentuk apapun

Sehubungan dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa, dan
• Kegiatan

Dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri


PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG
PPh PASAL 21
(Pasal 3 Per-16/PJ/2016 )
PEGAWAI

BUKAN PEGAWAI (tarif UU HPP x 50% dari Penghasilan bruto)

PESERTA KEGIATAN (21-100-13)

PENERIMA PESANGON, PENSIUN, THT, JHT, TERMASUK


AHLI WARISNYA (21-100-02)

ANGGOTA DEWAN KOMISARIS/ DEWAN PENGAWAS


YANG TIDAK MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI TETAP (21-100-10)
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG
PPh PASAL 21
(Pasal 3 Per-16/PJ/2016 )
PEGAWAI

1. PEGAWAI TETAP (21-100-01)


2. PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA
LEPAS (21-100-03)
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG
PPh PASAL 21
(Pasal 3 Per-16/PJ/2016 )
BUKAN PEGAWAI

Yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, antara


lain:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, contoh konsultan,
pengacara, dokter, notaris, arsitek (21-100-07)
2. Seniman/pekerja seni, pembawa acara, kru, model
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator
5. Pengarang, peneliti, penerjemah
6. Agen iklan
7. Pengawas atau pengelola proyek
8. Pembawa pesanan/ perantara
9. Petugas penjaja barang dagangan (21-100-06)
10. Petugas dinas luar asuransi (21-100-05)
11. Distributor MLM/direct selling (21-100-04)
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG
PPh PASAL 21
(Pasal 3 Per-16/PJ/2016 )
PESERTA KEGIATAN (21-100-13)

Orang pribadi yang menerima penghasilan sehubungan


dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara
lain: (Tarif UU HPP x Bruto):
1. Peserta perlombaan dalam segala bidang
2. Perserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau
kunjungan kerja
3. Anggota kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu
4. Peserta pendidikan dan pelatihan (magang)
5. Peserta kegiatan lainnya
TIDAK TERMASUK WAJIB PAJAK PPh PASAL
21 (Pasal 4 Per-16/PJ/2016 )

Pejabat perwakilan diplomatik


dan konsulat atau termasuk Pejabat perwakilan organisasi
orang-orang yang diperbantukan internasional yang ditetapkan
dan bertempat tinggal bersama oleh menkeu
mereka

 Bukan WNI  Bukan WNI


 Tidak menerima/memperoleh  Tidak menjalankan
penghasilan lain di luar usaha/kegiatan atau
jabatannya di Indonesia pekerjaan lain untuk
 Negara ybs. memberikan memperoleh penghasilan di
perlakukan timbal balik Indonesia
Pemotong PPh Pasal 21 (Pasal 2 Per-16/PJ/2016 )

Bendaharawan
Penyelenggara
Pemerintah
• Orang Pribadi Pusat/Daerah • Badan Lain seperti PT Kegiatan
• Badan Taspen, PT Astek
• Institusi TNI/POLRI • Badan pemerintah
• Cabang, perwakilan,
unit yang melakukan • Instansi atau lembaga • Organisasi
pembayaran pemerintah nasional/internasiona
• Termasuk KEDUBES RI l
Dana Pensiun, BPJS TK, • Orang pribadi
di Luar Negeri dan Badan Lain yang
Pemberi Kerja membayar uang pensiun, • Peyelenggara lainnya
THT, JHT, secara berakala
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21
(Pasal 5 Per-16/PJ/2016 )
Objek Pajak Penghasilan 21

1. Penghasilan pegawai tetap yang bersifat teratur maupun tidak teratur


2. Penerima pensiunan secara teratur
3. Penghasilan sehubungan uang pesangon & sehubungan pensiun yang diterima sekaligus
4. Penghasilan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
5. Imbalan kepada bukan pegawai
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, berupa uang saku, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
7. Penghasilan berupa honorarium/imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima dewan
komisaris tidak merangkap pegawai tetap
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang tidak teratur
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensunyang masih berstatus sebagai pegawai

Termasuk natura dan/atau kenikmatan


lainnya yang diberikan oleh:
1. WP yang dikenakan PPh Final
2. WP Norma Penghitungan Khusus
PENGHASILAN YANG TIDAK DIPOTONG PPh PASAL 21
(Pasal 8 Per-16/PJ/2016 )
Objek Pajak Penghasilan 21
yang Dikecualikan

 Pembayaran manfaat asuransi dari perusahaan asuransi


 Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya oleh wajib
pajak
 Iuran pensiun (2%) dan iuran JHT (3,7%) yang dibayar oleh pemberi kerja.
 Zakat yang diterima oleh orang pribadi berasal dari badan amil zakat yang
disahkan pemerintah
 Beasiswa pendidikan dalam negeri/luar negeri dari pemberi beasiswa

(Jika iuran JHT senilai 2% yang dipotong dari gaji karyawan, apakah dapat dijadikan pengurang bruto ?
Program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan
Tarif Perlakuan PPh 21

1 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)      


  Kel 1 (Risiko Sangat Rendah) 0,24 % x upah sebulan
  Kel 2 (Risiko Rendah) 0,54% x upah sebulan
  Kel 3 (Risiko Sedang) Ditanggung pemberi kerja 0,89% x upah sebulan Penambah Bruto
  Kel 4 (Risiko Tinggi) 1,27% x upah sebulan
  Kel 5 (Risiko Sangat Tinggi) 1,74% x upah sebulan
2 Jaminan Kematian (JKm) Ditanggung pemberi kerja 0,3% x gaji atau upah Penambah Bruto
Ditanggung pemberi kerja 3,7% x gaji/upah Bukan Penambah Bruto
3 Jaminan Hari Tua (JHT)
Dibayar oleh pekerja 2% x gaji/upah Pengurang Bruto

4 Jaminan Pensiun (JP) Ditanggung pemberi kerja 2% x gaji/upah Bukan Penambah Bruto
Dibayar oleh pekerja 1% x gaji per bulan Pengurang Bruto
Ditanggung pemberi kerja 4% x gaji per bulan Penambah Bruto
5 Jaminan BPJS Kesehatan (Jkes)
Dibayar oleh pekerja 1% x gaji per bulan Bukan Objek Pengurang Bruto
PENGHITUNGAN PPh Pasal 21 (Pasal 14 Per-16/PJ/2016 )
PENGHASILAN BRUTO

PEGAWAI TIDAK TETAP/ MULTILEVEL


PEGAWAI TETAP PEGAWAI PENSIUN TENAGA KERJA LEPAS MARKETING

GAJI, TUNJANGAN, PREMI UANG PENSIUN UPAH HARIAN, UPAH


KOMISI
ASURANSI, UANG LEMBUR BULANAN, TUNJANGAN MINGGUAN, BORONGAN,

DIKURANGI:

DIKURANGI
• Biaya jabatan, 5% dari DIKURANGI:
penghas. Bruro (Maks. • Biaya pensiun, 5% dari
Rp 6 juta/tahun atau Rp penghasilan bruto
500.000/bulan) (Maks. Rp 2,4 juta/tahun
• Iuran pensiun, JHT, yang atau Rp 200.000/bulan)
dibayar sendiri oleh
karyawan

PENGHASILAN NETO DIKURANGI PTKP

Tidak memiliki NPWP maka TARIF pasal 17 UU HPP No. 7 Penghasilan Kena Pajak (Dibulatkan
tarif 120% lebih tinggi Tahun 2021 kebawah hingga ribuan penuh)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
(PER DIRJEN PAJAK NO. PER-16/PJ/2016 dan PMK No. 101/PMK.010/2016)
Uraian PTKP
Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 54.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin Rp 4.500.000
Tambahan Tanggungan 1 Rp 4.500.000
Tambahan Tanggungan 2 Rp 4.500.000 Ayah, Ibu (benar-benar
Tambahan Tanggungan 3 (maks) Rp 4.500.000 tidak berpenghasilan),
anak kandung
Istri penghasilannya digabung Rp 54.000.000
dengan suami

X
Sedarah lurus

Tambahan untuk setiap tanggungan


anggota keluarga sedarah dan semenda Saudara kandung, WPOP
dalam garis keturunan lurus serta anak saudara ipar,
angkat yang menjadi tanggungan saudara dari
Semenda lurus
sepenuhnya ayah/ibu
Mertua, anak tiri
(benar-benar tidak
berpenghasilan)
14
TARIF PPh ORANG PRIBADI

Perubahan tarif dan bracket Pajak Penghasilan orang pribadi,


agar lebih mencerminkan keadilan.

UU PPh UU HPP
Lapisan
Tarif Lapisan Tarif Lapisan Penghasilan Tarif
Penghasilan Kena Pajak
Kena Pajak
I 0 - Rp50 juta 5% 0 - Rp60 juta 5%

II >Rp50 - 250 juta 15% >Rp60 - 250 juta 15%

III >Rp250 - 500 juta 25% >Rp250 - 500 juta 25%

IV >Rp500 juta 30% >Rp500 juta - 5 miliar 30%

V >Rp5 miliar 35%

www.pajak.go.id
PTKP penghasilan istri digabung dengan
suami
Edi adalah karyawan tidak menikah, maka statusnya TK/0 dengan PTKP
sebesar Rp 54.000.000
Ia kemudian menikah, dan istrinya tidak bekerja, maka statusnya
berubah menjadi K/0 (Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 = Rp 58.000.000)
Edi kemudian punya satu anak, maka PTKPnya K/1 (Rp 54.000.000 + Rp
4.500.000 + Rp 4.500.000 = Rp 63.000.000)
Istrinya kemudian bekerja di perusahaan lain untuk membantu
membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga, sehingga PTKP nya
K/I/I (Rp 63.000.000 + Rp 54.000.000 = Rp 117.000.000)
PTKP BAGI KARYAWATI (Pasal 11, Per-16/PJ/2016)

STATUS KAWIN, STATUS KAWIN, STATUS TIDAK


SUAMI SUAMI TIDAK KAWIN
BERPENGHASILAN BERPENGHASILAN

• UNTUK DIRI • UNTUK DIRI


SENDIRI SENDIRI
HANYA UNTUK
• STATUS KAWIN • TANGGUNGAN
DIRI SENDIRI
• TANGGUNGAN MAKS 3
MAKS 3

KARYAWATI BERSTATUS KAWIN MENUNJUKKAN KET. TERTULIS


DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT, SERENDAH RENDAHNYA
KECAMATAN YANG MENYATAKAN SUAMI TIDAK
BERPENGHASILAN
Perhitungan PPh 21 Bagi Pegawai Tetap

Pada tahun 2023, Yusuf bekerja sebagai pegawai tetap di PT. Mandiri Sejahtera dengan gaji Rp
5.550.000/bulan dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 150.000, Yusuf masih lajang dan memiliki
NPWP. Hitunglah PPh 21 terutang nya! (praktiknya tunjangan JKK, JKm, Jkes, dan Iuran JHT masuk
penghitungan) Penghasilan Bruto Sebulan
Gaji sebulan Rp 5.550.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 5.550.000) Rp 277.500
2. Iuran Pensiun Rp 150.000
Rp 427.500
Penghasilan neto sebulan Rp 5.122.500
Penghasilan neto setahun (Rp 5.122.500 x 12 bulan) Rp 61.470.000
PTKP Setahun (TK/0)
 Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 7.470.000
PPh 21 setahun:
5% x Rp 7.470.000 Rp 373.500
PPh Pasal 21 Terutang sebulan = Rp 373.500 / 12 = Rp 31.125
Perhitungan PPh 21 Bagi Pegawai Tetap

Pada tahun 2023, Karna bekerja sebagai pegawai tetap di PT. FORTIS dengan gaji Rp 8.000.000/bulan serta
tunjangan-tunjangan sebesar Rp 2.000.000. PT FORTIS mengikuti program JKK BPJS Ketenagakerjaan dan premi
jaminan kematian (JKm) yang dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,40% dan 0,50% dari
gaji, sedangkan Karna membayar iuran JHT sebesar 0,4% dari gaji dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
200.000. Karna sudah menikah dan memiki 1 anak. Asumsi Karna ber-NPWP, berapa Pph 21 terutang nya!

Penghasilan Bruto Sebulan PTKP Setahun (K/1)


Gaji sebulan Rp 8.000.000 Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000
Tunjangan-Tunjangan Rp 2.000.000
WP kawin Rp 4.500.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,4% x Rp 8.000.000 Rp 32.000

Premi Jaminan Kematian (0,50% x Rp 8.000.000) Rp 40.000 Tanggungan 1 Rp 4.500.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 10.072.000
Pengurangan Rp 63.000.000
1.Biaya jabatan (5% x Rp 10.072.000) Rp 500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 49.080.000
2. Iuran JHT (0,4% x Rp 8.000.000) Rp 32.000
PPh 21 setahun:
3. Iuran Pensiun Rp 200.000

Rp 732.000 5% x Rp 49.080.000 Rp 2.454.000


Penghasilan neto sebulan Rp 9.340.000 PPh Pasal 21 Terutang Sebulan = Rp 2.454.000 / 12 = Rp 204.500
Penghasilan neto setahun (Rp 9.340.000 x 12 bulan) Rp 112.080.000
Perhitungan PPh 21 Bagi Karyawati
Agustina adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja
pada PT Utama jaya dengan gaji sebulan sebesar Rp 8.500.000. Agustina membayar
iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp 50.000 sebulan. Berdasarkan Suket dari Pemda tempat
Agustina berdomisili yang diserahkan pada pemberi kerja, diketahui bahwa
suaminya tidak berpenghasilan apa pun. Pada bulan Juli 2023 selain menerima gaji
juga menerima pembayaran atas lembur sebesar Rp 2.000.000. Hitung PPh 21
terutang masa Juli !
Penghasilan Bruto Sebulan

Gaji sebulan Rp 8.500.000


Lembur Rp 2.000.000
Penghasilan Bruto Sebulan Rp 10.500.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan (5% x Rp 10.500.000) Rp 500.000

2. Iuran Pensiun Rp 50.000


Rp 550.000
Penghasilan neto sebulan Rp 9.950.000
Penghasilan neto setahun (Rp 9.950.000 x 12 bulan) Rp 119.400.000

PTKP Setahun
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000

WP kawin Rp 4.500.000


Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 60.900.000
PPh 21 setahun:
5% x Rp 60.000.000 Rp 3.000.000
15% x Rp 900.000 Rp 135.000
PPh 21 Terutang Setahun Rp 3.135.000
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan = Rp 3.135.000 / 12 = Rp 261.250
Penghitungan Pemotongan PPh 21 atas Tunjangan Hari Raya
atau Bonus yang sifatnya Tidak Tetap
Sudiro tidak kawin dan bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji
sebesar Rp 5.000.000 sebulan. Pada bulan Maret 2023 Sudiro memperoleh bonus
sebesar Rp 8.000.000, sehingga pada bulan Maret 2023 Sudiro memperoleh
penghasilan berupa gaji Rp 5.000.000 dan bonus sebesar Rp 8.000.000. Setiap
bulannya Sudiro membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menkeu sebesar Rp 80.000. Hitung PPh 21 Terutang nya !
1. Hitung dulu gaji dan bonus setahun
2. Lalu menghitung gaji setahun (tanpa bonus)
3. Selisihnya adalah PPh 21 atas bonus
Langkah 1) PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus Penghasilan Setahun (SPT Tahunan
OP)
Penghasilan setahun ( Rp 5.000.000 x 12 bulan) Rp 60.000.000
Bonus tahunan Rp 8.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 68.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan (5% x Rp 68.000.000) Rp 3.400.000
2. Iuran Pensiun setahun (80.000 x 12 bulan) Rp 960.000
Rp 4.360.000
Penghasilan neto setahun Rp 63.640.000

PTKP Setahun (TK/0)


Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp 9.640.000
PPh 21 terutang
5% x Rp 9.640.000 Rp 482.000
Langkah 2) Menghitung PPh 21 atas gaji setahun

Penghasilan setahun ( Rp 5.000.000 x 12 bulan) Rp 60.000.000


Penghasilan bruto setahun Rp 60.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan (5% x Rp 60.000.000) Rp 3.000.000
2. Iuran Pensiun setahun (80.000 x 12 bulan) Rp 960.000
Rp 3.960.000
Penghasilan neto setahun Rp 56.040.000
PTKP Setahun (TK/0)
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp 2.040.000
PPh 21 terutang
5% x Rp 2.040.000 Rp 102.000

PPh 21 atas Bonus


Rp 482.000 – Rp 102.000 = Rp 308.000 Berapa PPh 21 yang perlu disetor ke bank untuk masa
Maret 2023?
PAJAK PENGHASILAN 21 PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA
LEPAS (Pasal 14 Per-16/PJ/2016 )

• PPh pasal 21 pegawai tidak tetap adalah pajak penghasilan yang diterima
pegawai tidak tetap harian, mingguan, borongan, uang saku harian, maupun
mingguan
• Pegawai tidak tetap/karyawan lepas adalah karyawan yang hanya menerima
penghasilan apabila karyawan tersebut bekerja.

Menghitung Pph ps 21 pegawai tetap berbeda dengan menghitung PPh ps 21


pegawai tidak tetap
• Menghitung PPh ps 21 pegawai tetap pengurangnya: biaya jabatan, iuran pensiun
yang dibayar pekerja, iuran JHT, dan PTKP
• Menghitung PPh 21 pegawai tidak tetap, pengurangnya HANYA PTKP
Cara menghitung pegawai tidak tetap
1. Dihitung penghasilan bruto setahun (Penghasilan sebulan x 12)
2. Dihitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) (Dari penghasilan bruto
setahun angka 1 dikurangi PTKP
3. Dihitung PPh Ps 21 sebulan (dari PPh 21 setahun angka 3 dibagi 12)
Ketentuan Terkait PPh 21 Pegawai Tidak Tetap (Pasal
12 Per-16/PJ/2016 )
1. Ps 12 ayat 1 (a) tidak dilakukan pemotongan PPh 21 jika upah harian kurang
dari Rp 450.000/hari dan jumlah kumulatif sebulan belum melebihi Rp
4.500.000
2. Ps 12 ayat 1 (b) Dilakukan pemotongan jika penghasilan sehari sebesar atau
melebihi Rp 450.000 dan kumulatif dalam sebulan melebihi Rp 4.500.000
a. PPh pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar upah/uang saku harian
atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi RP 450.000 dikalikan
5%
b. Bila pegawai tidak tetap tsb mengikuti program BPJS TK, maka atas iuran
JHT dan Jaminan Pensiun dapat mengurangi penghasilan bruto
c. Ps 12 ayat 5, PTKP sehari untuk menetapkan PTKP sebenarnya adalah PTKP
setahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari yaitu Rp 150.000 (TK/0)
Tarif PPh Ps. 21 Pegawai Tidak Tetap
Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Tarif dan DPP
Sebulan
Pasal 1 < Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak dikenakan PPh 21
Pasal 2 > Rp 450.000 < Rp 4.500.000 5% x (Upah – Rp 450.000)
Pasal 3 (Pasal 1 & 2 tidak < Rp 450.000
berlaku jika melebihi Rp > Rp 450.000 > Rp 4.500.000 5% x (Upah – (PTKP/360))
4.500.000)
< Rp 450.000
> Rp 450.000 > 10.200.000 Tarif UU HPP
Contoh 1: Upah sehari tidk melebihi Rp 450.000 dan jumlah kumulatif
sebulan tidak melebihi RP 4.500.000

• Santoso berstatus belum menikah. Pada Juni 2X17, ia bekerja sebagai


buruh harian di PT Jaya Sentosa. Dia bekerja selama 8 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 400.000.
Jawab:
Upah sehari = Rp 400.000
Batas Upah Tidak Kena Pajak = Rp 450.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp (50.000)

Upah seluruhnya sebulan (8 x Rp 400.000) = Rp 3.200.000


(Juga tidak melebihi Rp 4.500.000, maka PPh Ps 21 seharinya Nihil)
Contoh 2: Upah sehari melebihi Rp 450.000 dan jumlah
kumulatif sebulan tidak melebihi RP 4.500.000
• Yulianto belum menikah. Ia bekerja sebagai karyawan di sebuah komputer perusahaan
elektronik di PT Elektronika sebagai perakit komputer. Upah yang dibayarkan dhitung
berdasarkan jumlah unit/satuan komputer yang diselesaikannya, yaitu Rp 210.000 per
unit. Upah tersebut dibayar setiap minggu, dalam waktu satu minggu (6 hari kerja).
Yulianto mampu merakit 20 unit komputer, sehingga total upah yang diterima
seluruhnya (20 unit x Rp 210.000 = Rp 4.200.000)
Upah sehari Rp 4.200.000 / 6 hari kerja Rp 700.000
Batas Upah tidak kena pajak sehari Rp 450.000
Upah kena pajak sehari Rp 250.000
PPh Pasal 21 sehari : 5% x Rp 250.000 Rp 12.500
PPH 21 atas seluruh upah (seminggu atau 6 hari) Rp 75.000
Apabila Yulianto tidak memiliki NPWP
maka PPh 21 yang dipotong menjadi
120% x Ro 75.000 = Rp 90.000
Contoh Upah Borongan
• Gunawan telah menikah dan tidak memiliki tanggungan. Pada september 2023, ia
mengerjakan taman kota dengan upah borongan sebesar Rp 7.200.000. Upah
borongan tersebut tidak termasuk material dan tanaman. Pekerjaan borongan
tersebut selesai dalam waktu 20 hari.
• Perhitungan PPh 21 nya
Upah borongan sehari: Rp 7.200.000 / 20 hari = Rp 360.000
PTKP (K/0) sehari: Rp 58.500.000 / 360 hari = Rp (162.500)
Upah kena pajak sehari = Rp 197.500
PPh Ps 21 sehari : 5 % x RP 197.500 = Rp 9.875
PPh Ps 21 atas upah borongan : 20 hari x Rp 9.875 = 197.500
PPh Ps 21 Bukan Pegawai
• Apabila perusahaan membayar imbalan jasa kepada orang bukan pegawai
perusahaan, maka harus memotong PPh ps 21.
• Tarif PPh Ps 21 Bukan Pegawai
1. (50% x Penghasilan Bruto) x tarif Pasal 17 UU HPP (tidak berkesinambungan)
2. (50% x Penghasilan Bruto) x tarif Pasal 17 UU HPP (berkesinambungan dan
dihitung secara kumulatif, menerima penghasilan )
 Contoh dokter praktik di Rumah Sakit, namun memiliki klinik praktik di rumah
3. (50% x Penghasilan Bruto) – PTKP sebulan) x tarif Pasal 17 dihitung secara
kumulatif.
a. Syarat nya memiliki NPWP
b. Penghasilan berasal dari hub. Kerja
c. Tidak memperoleh penghasilan lainnya
d. Menyerahkan fotokopi NPWP (bagi wanita kawin + surat nikah + KK)
Contoh Pph 21 Bukan Pegawai (Tidak Berkesinambungan)
• Andika melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Kurnia Jaya dengan fee sebesar Rp
10.000.000. Besarnya PPh Ps 21 yang terutang yakni sebesar:
5% x (50% x Rp 10.000.000) = Rp 250.000
Dalam hal Andika tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Ps 21
120% x 5% x (50% x Rp 10.000.000) = Rp 300.000

• Roma adalah seorang pengacara. Dalam menangani sebuah kasus, ia mendapatkan fee
sebesar Rp 450.000.000 dari PT Fortis. Maka perhitungan PPh Ps 21 Bukan Pegawainya ialah:
50% x Rp 450.000.000 = 225.000.000
PPh 21 terutang:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 165.000.000 = Rp 24.750.000
Total = Rp 27.750.000
Contoh
Pph 21
Bukan
Pegawai
PPh 21 Final
Objek pajak:
1. Uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
2. Uang manfaat pensiun, THT, JHT yang dibayarkan sekaligus
3. Honor atau Imbalan Lain yang Dibebankan kepada APBN atau APBD yang Diterima oleh PNS,
Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan Pensiunannya
Tarif PPh 21 untuk pesangon bersifat final:
Penghasilan Kena Pajak Tarif
Penghasilan bruto s.d Rp 50.000.000 0%
Rp 50.000.000 s.d Rp 100.000.000 5%
Rp 100.000.000 s.d Rp 500.000.000 15%
Lebih dari Rp 500.000.000 25%

Anda mungkin juga menyukai