Anda di halaman 1dari 4

A.

DEFINISI ORGANISASI NIRLABA


Secara umum, organisasi nirlaba adalah merupakan suatu institusi yang
menjalankan operasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian, bukan
berarti organisasi nirlaba tidak diperbolehkan menerima atau menghasilkan
keuntungan dari setiap aktivitasnya, hanya biasanya jika memperoleh keuntungan,
keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali
disalurkan untuk kegiatan utamanya.
Seperti Dikutip oleh wikipedia. Organisasi nirlaba atau organisasi non profit
adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau
perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil,
tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan
klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-
undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut
riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.

Karakteristik Organisasi Nirlaba


1. Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
suatu organisasi menghasilkan laba, maka jumlah tidak pernah dibagikan
kepada para pendiri atau pemilik organisasi tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proposi
pembagian sumber daya organisasi pada saat likuidasi atau pembubaran
organisasi.

Namun dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk
sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada
beberapa untuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi
tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari
pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah,
saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting para
pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok
dana lainya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan organisasi bisnis pada umumnya.

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi posisi keuangan pada akhir
periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode
pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut
berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada umumnya.

Pajak bagi organisasi nirlaba


Banyak yang bertanya, apakah organisasi nirlaba, yang mana mereka
tidak mengambil keuntungan dari apapun, akan dikenakan pajak? Sebagai
entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba merupakan subjek pajak.
Artinya, seluruh kewajiban subjek pajak harus dilakukan tanpa terkecuali.
Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan merupakan
objek pajak. Pemerintah Indonesia memperhatikan bahwa badan sosial
bukan bergerak untuk mencari laba, sehingga pendapatannya
diklasifikasikan atas pendapatan yang objek pajak dan bukan objek pajak.
Namun di banyak negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai
bebas pajak, sehingga dengan demikian mereka akan terbebas dari pajak
penghasilan dan jenis pajak lainnya.
Organisasi nirlaba atau perkumpulan dan sebagainya adalah bukan
objek pajak, namun dalam hal penghasilan atau pendapatan yang di peroleh
diluar kegiatan lembaga, seperti penghasilan atas fund raising, tetap di
pungut pajak. Karena bersifat self assasment jadi kita sendiri yang harus
memotong/memungut, membayar dan melapor pajak. Contohnya sebagai
pemberi kerja kita wajib memotong dan melaporkan pajak bagi
karyawannya, lalu fee-fee yang kita terima juga kena pajak. Jadi walaupun
bukan obyek pajak tetap ada kewajiban lain untuk pajak. Pph 21 untuk
pemotongan gaji, PPh pasal 23 untuk fee-fee konsultan dan PPh pasal 25
untukbadan.
Jenis-jenis Dana Organisasi Nirlaba
Jenis dana yang ada pada organisasi nirlaba sangat tergantung pada jenis
karakteristik dari organisasi nirlaba tersebut. Namun, jika dilihat dari ada atau
tidaknya pembatasan dari penyumbang, jenis dana dapat dibagi menjadi:

1. Terikat secara permanen. adalah pembatasan pengguna dana yang


menetapkan oleh penyumbang agar dana dipertahankan secara permanen,
tetapi organisasi diijinkan untuk menggunakan sebagian atau semua
penghasilan atau manfaat ekonomi lainya yang berasal dari sumber daya
tersebut.
2. Terikat temporer. adalah pembatasan pengguna dana oleh penyumbang
yang menetapkan dana tersebut dipertahankan sampai dengan periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
3. Tidak terikat. Sedangkan dana yang tidak terikat umumnya meliputi dana-
dana yang disumbangkan tanpa syarat tertentu.

B. KONSEP DASAR DAN PRINSIP AKUNTANSI NIRLABA


Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun tandar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas
atau pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam
manajemen entitas bersangkutan, namun mempunyai kepentingan. FASB juga
berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba
nonpemerintah, sementara US Government Accountingg Standard Board (GASB)
menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan
federal AS.
Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk
pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karateristik entitasnya
berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau
semacamnya, memberikan pelayanan pada masyarakat tanpa mengharapkan laba,
dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pemerintah
tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.
International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting
Standartd (IPSAS). Istilah Public Sector di sini berarti pemerintah nasional,
pemerintah regional (misalnya Negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah
istimewa), pemerintah local (misalnya kota mandiri), dan entitas pemerintah
terkait (misalnya perusahaan Negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak
menyusun standar akuntansi sector public nonpemerintah.

C. Pelatihan Keuangan untuk Pengelola Keuangan Organisasi


Nirlaba

Organisasi Nirlaba di Indonesia saat ini masih cenderung menekankan pada


prioritas kualitas program dan tidak terlalu memperhatikan pentingnya sistem
pengelolaan keuangan. Padahal sistem pengelolaan keuangan yang baik diyakini
merupakan salah satu indikator utama akuntabilitas dan transparansi sebuah
lembaga. Pengetahuan dari staff keuangan mengenai pengelolaan keuangan
organisasi nirlaba masih sangat minimal. Padahal untuk membangun sistem
pengelolaan keuangan yang handal dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman yang cukup.
Penabulu menghadirkan Pelatihan keuangan yang bertujuan untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan organisasi nirlaba melalui
penguatan kapasitas dalam bidang pengelolaan keuangan.
Peserta pelatihan memahami sistem pengendalian internal sebagai bagian dari
usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja lembaga. Peserta dapat
melakukan administrasi keuangan organisasi nirlaba dan membuat laporan
keuangan organisasi sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 45.

Anda mungkin juga menyukai