Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Dan Ruang Lingkup Yayasan

Menurut UU No. 16 Tahun 2001, sebagai dasar hukum positif yayasan, pengertian yayasan adalah badan
hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan
usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha
dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Yayasan berbeda dengan perkumpulan karena perkumpulan pengertian yang lebih luas, yaitu meliputi
suatu persekutuan, koperasi, dan perkumpulan saling menanggung. Selanjutnya, perkumpulan terbagi
atas 2 jenis, yaitu:

A. Perkumpulan yang berbentuk badan hukum, seperti PT, Koperasi, dan perkumpulan saling
menanggung.

B. Perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, seperti persekutuan perdata, CV, dan Firma.

Dilain pihak, yayasan merupakan bagian dari perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan
pengertian yang dinyatakan dalam pasal 1 Butir 1 UU No 16 Tahun 2001 tentang yayasan, yaitu suatu
badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan tertentu
di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dengan tidak mempunyai anggota.

Yayasan sebagai suatau Badan Hukum mmpu dan berhak serta berwewenang untuk melakukan
tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya, keberadaan badan hukum yayasan bersifat permanen, yaitu
hanya dapat dibubarkan melalui persetujuan para pendiri atau anggotanya. Yayasan hanya dapat
dibubarkan jika segala ketentuan dan persyaratan dalam anggaran dasarnya telah dipenuhi. Hal terebut
sama kedudukannya dengan perkumpuln yang berbentuk badan hukum, dimana subjek hukum yang
dapat melakukan perbuatan hukum dan,yang menyandang hak dan kewajiban, dapat digugat maupun
menggugat di pengadilan.

Hak dan kewaiban yang dimiliki oleh yayasan dan perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum adalah
sama, yaitu sebagai berikut:

· Hak : berhak untuk mengajukan gugatan


· Kewajiban : wajib mendaftarkan perkumpulan atau yayasan kepada instansi yang berwenang untuk
mendapatkan status badan hukum

Sifat Dan Karakteristik Yayasan


A. Tujuan Yayasan

Setiap organisasi, termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum,
penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktifitas. Sementara tujuan kwalitatif
dapat di sebutkan sebagai efensiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh,
moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi, stabilitas pelyanan kepada masyarakat, dn citra
perusahaan.

Menurut UU No. 16 Tahun 2001, yayasan mempunyai fungsi sebagai pranata hukum dalam rangka
mencapai tujuan tertentu dibidang social, keagamaan, dan kemanusiaan. Undang-undang tersebut
menegaskan bahwa yayasan adalah suatu badan hokum yang mempunyai maksud dan tujuan yang
bersifat social, keagamaan, dan kemanusiaan, yang didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal
yang ditentukan berdasarkan undang-undang.

B. Visi

Visi merupakan pandangan kedepan dimana suatu organisasi akan diarahkan. Dengan mmpunyai visi,
yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah
suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan suatu yayasan.

C. Misi

Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu yayasan sebagai penjabaran atau visi
yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi, seluruh unsur yayasan dan pihak yang berkepentingan
dapat mengetahui serta mengenal keberadaan dan peran yayasannya. Misi harus jelas dan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh yayasan
berdasarkan peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan teknologi sesuai strategi yang
dipilih.

D. Sumber Pembiayaan/Kekayaan

Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau
barang. Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat seperti
berupa:

a) Wakaf

b) Hibah

c) Hibah Wasiat
d) Perolehan lain yang tidak bertentanagn dengan anggaran dasar yayasan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku

e) Pola Pertanggung Jawaban

Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting bagi kredibilitas manajemen di yayasan.


Tidak terpenuhinya prinsip pertanggungjawaban tersebut dapat menimbulkan implikasi yang luas.

f.) Struktur Organisasi Yayasan

Struktur organisasi yayasan merupakan turunan dari fungsi, startegi, dan tujuan organisasi. Sementara
itu, tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi organisasi, sangat berpengaruh terhadap pilihan
struktur birokrasi pada yayasan. Kompleksitas organisasi sangat berpengaruh pada struktur organisasi.
Fungsi badan hukum yayasan merupakan pranata hukum bagi pencapaian tujuan tertentu dibidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

G) Karakteristik Anggaran

Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah
dibuat. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran merupakan suatu dokumen yang
menggambarakan kondisi keuangan yayasan yag meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan
aktivitas

H.) Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi merupkan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi keuangan harus diakui
untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem akuntansi ini berhubungan dengan waktu pengukuran
dilakukkan dan pada umumnya, bisa dipilih menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan berbasis aktual.

Pada sebuah yayasan, penekanan diberikan pada penyediaan biaya data yang disajikan dalam bentuk
laporan keuangan yang menggunakan sistem akuntansi berbasis aktual yaitu akuntansi pendapatan dan
biaya.

Kedudukan Hukum Yayasan

Kedudukan Hukum Yayasan dalam Sistem Hukum Indonesia

Yayasan adalah suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu lintas hukum di Indonesia sudah
diakui oleh masyarakat berdasarkan realita hukum positif yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia. Kecenderungan masyarakat memilih bentuk yayasan disebabkan karena:

a) Proses pendiriannya sederhana


b) Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah

c) Persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak

Pengakuan yayasan sebagai badan hukum berarti ada subjek hukum yang mandiri. Secara teoretis,
adanya kekayaan yang terpisah, tidak membagi kekayaan atau penghasilannya kepada pendiri atau
pengurusnya, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai organisasi yang teratur, dan didirikan dengan
akta notaris merupakan karakter yayasan. Ciri tersebut memang cocok dengan ciri-ciri badan hukum
pada umumnya, yaitu adanya kekayaan yang terpisah, tujuan tertentu, kepentingan sendiri, dan
organisasi yang teratur.

Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku umum di masyarakat, ciri-ciri yayasan
dapat dirinci sebagai berikut:

 Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada perturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas, berbeda halnya
dengan PT. Koperasi, dan badan hukum yang lain.
 Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba, tujuan
religius, sosial keagamaan, kemanusiaan, dan tujuan ideal yang lain.
 Yayasan didirikan dengan akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat yang bersangkutan
dengan pendirian yayasan.
 Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak memiliki oleh siapapun, namun memunyai pengurus
atau organ untuk merealisasikan tujuan yayasan.
 Yayasan mempunysi keduduksn ysng mandirir sebagai akibat adanya kekayaan yang terpisah
dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya, dan mempunyai tujuan sendiri yang berb eda
atau lepas dari tjuan pribadi pendiri atau pengurus
 Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang, sebagai subjek hukum mandiri yang
dapat menyandang hak dan kewajiban mandiri, didirikan dengan akta, dan didaftarkan di kantor
kepaniteraan pengadilan negeri setempat
 yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan dalam kondisi pertentangan tujuan yayasan dengan
hukum, likuidasi, dan pailit. (Sri Rejeki, 1999 : 56, Tobing, 1990 : 6-8)

Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah diakui sebagai badan hukum privat dimana subjek
hukum para pendiri atau pengurusnya. Sebagai subjek hukum mandiri, yayasan dapat menyandang hak
dan kewajiban, menjadi debitor maupun kreditor, dan melakukan hubungan hukum apapun dengan
pihak ketiga. Legalisasi badan hukum menurut UU Yayasan adalah saat akta pendiriannya, yang dibuat di
hadapan Notaris, disahkan oleh menteri Hukum dan Perundang-undangan dan HAM.

Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu 5 tahun, dapat dibubarkan
berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Yayasan Sebagai Entitas Hukum Privat


Ditinjau dari cara pendirian atau pembentukannya, yayasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu yayasan
yang didirikan oleh penguasa atau pemerintah, termasuk BUMN serta BUMD dan yayasan yang didirikan
oleh individu atau swasta.

Yayasan yang didirikan oleh pemerintah, sebelum keluarnya UU yayasan, disahkan dengan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang dan/atau akta notaris. Kekayaan awal yayasan seperti ini dapat
diambil dari kekayaan negara yang “dipisahkan” atau “dilepaskan penguasaannya” dari pemerintah dan
dari kekayaan pribadi. Sebelumnya pernah diperdebatkan: Apakah pada tempatnya penguasa atau
pemerintah mendirikan yayasan yang pada hakikatnya merupakan entitas hukum privat.? Peraturan
perundang-undangan yang melarang hal itu memang belum ada. Pertanyaannya lebih ditujukan pada
urgensi pendiriaan yayasan oleh pemerintah atau BUMN dan BUMD tersebut. Yayasan tersebut akan
berada dalam bingkai hukuman privat dengan segala konsekuensi yuridisnya. Kedudukan kekayaan
negara yang “dipisahkan” atau “dilepaskan penguasaannya” itu secara yuridis mirip dengan “hibah”,
sehingga segala konsekuesi penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan atas kekayaan tersebut akan
lepas sama sekali dari pihak yang memberi atau yang menghibahkan.

Yayasan yang diberikan oleh swasta atau perorangan, menurut UU yayasan, harus didirikan dengan akta
Notaris. Kekayaannya di pisahkan dari milik para pendiri atau pengurus yayasan yang bersangkutan.
Akta notaris tersebut harus didaftarkan di kantor kepaniteraan pengadilan negeri setempat.

Dewasa ini, banyak yayasan didirikan dengan tujuan yang berbeda dan menyimpang dari tujuan semula,
yaitu sebagai usaha yang menguntungkan seperti sebuah perusahaan yang melakukan lalu lintas
dagang. Unsur-unsur menjalankan perusahaan, seperti dokumen perusahaan, mempunyai izin usaha,
dikenai pajak, menggaji pengurus, memperhitungkan atau menghitung untung rugi lalu mencatatnya
dalam pembukuan adalah ciri-ciri suatu kegiatan yang berbentuk hukum perusahaan. Tanda-tanda
yayasan mulai menyimpang dari tujuan semula, yang secara nyata, dituangkan dalam anggaran dasar
suatu yayasan.

Dalam anggaran dasar diatur beberapa hal seperti keanggotaan yayasan yang abadi dimana pendiri
mempunyai kekuasaan mutlak dan abadi bahkan kedudukannya dapat diwariskan. Yayasan tersebut
bergerak dalam bidang pendidikan. Pendiri berasumsi bahwa keuntungan yang diperoleh suaut saat
akkan dikendalikan. Oleh karena itu, untuk mengamankan kedudukannya, di dalam anggaran dasar,
kedudukan pendiri di atur sebagai abadi, dapat diwariskan, dan mempunyai hak veto.

Dengan keluarnya UU yayasan, eksistensi dan landasan yuridis Yayasan sebagai entitas hukum privat
tidak perlu dipermasahkan lagi atau tidak perlu diragukan. Yayasan pada hakikatnya dalah kekayaan
yang dipisahkan dan diberi sattus badan hukum. Sebagai subyek hukum, organ yayasan difungsikan
dengan sebutan pembina, pengawas, dan pengurus. Analog dengan hukum PT, kedudukan dewan
pembina itu sama dengan RUPS (rapat umum pemegang saham). Pengawas sama dengan komisaris, dan
pengurus sama dengan direksi.

Dengan demikian, yayasan pada hakikatnya adalah :

 Harta kekayaan yang dipisahkan


 Harta kekayaan tersebut diberi badan hukum
 Keberadaannya untuk tujuan tertentu di bidang sosial, manusia dan keagamaan

Secara teoritis, yayasan dapat didirikan oleh satu orang, dua orang, atau lebih, yayasan tidak
mempunyai anggota (semacam pemegang saham dalam PT) dan eksistensinya hanya diperuntukkan
guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Oleh karena itu,
semua kegiatan yayasan harus diabadikan ke pencapaian tujuan tersebut. UU yayasan menegaskan hal
ini dengan melarang pembagian hasil usaha kepada organ yayasan, dengan ancaman pidana.

Praktek peradilan selama ini terfokus pada syarat pemisahan harta kekayaan akta notaris sebagai syarat
pendirian yayasan. Syarat pemisahan harta kekayaan sangat banyak djadikan alasan menurut pengurus
yayasan, karena pada umumnya hasil usaha yayansan telah diajdikan obyek perebutan dalam
kepengurusan. Anak keturunan para pendiri sering menjadi pihak yang berperkara, karena kelemahan
organisasi yayaysan nampak dengan alasan subjektif. Isi akte pendirian sering dijadikan alasan untuk
mengalihkan harta kekayaan yayasan, seolah-olah akta pendirian itu dapat diubah setiap saat sesuai
dengan keinginan pengurus yayasan (Penggabean, 2001, Pramono, 2001).

Praktek-praktek seperti diuraikan sebelumnya mulai diluruskan dengan UU yayasan. Yayasan akan
ditempatkan pada kedudukan yuridis sebagai badan hukum yang berfungsi sosial, idiil, dan keagamaan.
Yayasan boleh menggunakan kegiatan usaha, boleh mempunyai sisa hasil usaha, tetapi tidak boleh profit
orientet sudah seperti halnya PT. Sisa hasil usaha belum ada, tetapi tidak boleh dibagi kepada organ
yayasan. Yayasan mendirikan badan usaha, misalnya PT, dengan modal usaha maksiamal 25% dari
seluruh aset.

Yayasan harus membuat laporan keuangan, diamana laporan keuangan itu harus diperiksa oleh akuntan
pubik untuk yayasan yang memilik aset seniali Rp. 20 milyar lebih dan yang mendapat bantuan senilai
Rp. 500 juta ke atas. Laporan keuangan tersebut harus diumumkan dan tembusannya harus
disampaikan kepada Menteri.

Pengembangan Organisasi Yayasan

Pada dasarnya, yayasan merupakan suatu organisasi sehingga pendekatan yang digunakan dalam
pengembangannya juga tidak jauh berbeda dengan pendekatan yang digunaka dalam pengembangan
organisasi pada umumnya.

Pengembangan yayasan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses
pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi, terutama melalui manajemen budaya organisasi
yang lebih efektif dan kolaboratif dengan teanan khusus pada budaya tim kerja formal dengan bantuan
pengantar perubahan, katalisator, dan penggunaan teori serta teknologi ilmiah keperilakuan terapan
termasuk riset kegiatan.

Melaui proses pembaharuan, para pengelolah yayasan menyesuaikan gaya dan tujuan pemecahan
masalah untk memenuhi berbagai permintaan perubahan lingkungan yayasan. Jadi, salah satu tujuan
pengembangan yayasan adalah untuk memperbaiki proses pembaharua itu sendiri, sehingga para
pengelolah dapat lebih cepat mengambil gaya manajemen yang sesuai dengan msalah-masalah baru
yang dihadapi.

Riset kegiatan merupakan metode perubahan organisasi dalam menjalankan aspek-aspek yayasan yang
perlu diperbaiki. Kegiatan riset meliputi :

 Diagnosis pendahuluan terhadap masalah pengantar perubahan pengembangan yayasan,


Pengumpulan data untuk mendukung diagnosis,
 Umpan balik datar kepada para anggota pengelola,
 Eksplorasi data oleh para anggota pengelola,
 Perencanaan kegiatan yang tepat,
 Pengambilan kegiatan yang tepat.

Teknik-Teknik Pengembangan Yayasan

Teknik pengembangan organisasi dapat diguanakan untuk memperbaiki efektifitas perseorangan,


hubungan pekerjaan antara dua atau 3 individu, pemfungsian kelompok-kelompok, hubungan antara
kelompok atau efektifitas yayasan secara keseluruhan. Teknik yang digunakan untuk kelompok sasaran
yaitu:

 Pengembangan organisasi untuk perseorangan


 Pengembangan organisasi untuk dua atau tiga orang
 Pengembangan organisasi untuk tim atau kelompok
 Pengembangan organisasi untuk hubungan antar kelompok
 Pengembangan organisasi untuk organisasi keseluruhan

Grid OD (Grid Organizational Development)

Salah satu teknik pengembangan organisasi yaitu Grid OD didasarkan atas kisi manajerial dari Robert
Blake dan Jane Mouton. Kini manajerial mengidentifikasika berbagai kombinasi produksi dan karyawan,
agar perhatian terhadap variabel tersebut meningkat dalam grid OD pengantar perubahan
mempergunakan daftar pertanyaan untuk menentukan gaya pada manajer atau pengelola sekarang,
membantu mereka untuk menguji kembali gayanya, dan bekerja menuju efektivitas.

Metode Pengembangan Organisasi OCA (Organizational Capacity Assessment)

Salah satu metode pengembanganorganisasi yang lain adalah Penjajakan kapasitas organisasi. OCA
merupakan metode pengembangan organisasi sejak dari menyusun perangkap, melakukan penjajakan,
hingga menyusun rencana pengembangan organisasi serta pelaksanaan rencana pengembangan dan
evaluasi atas pelaksanaan rencana tersebut. Seluruh tahapan itu dilakukan oleh seluruh bagian yang ada
dalam organisasi atau secara representatif mewakili seluruh bagian yang ada. Prinsip oca adalah
partisipatif dalam seluruh proses pelaksnaan OCA serta kerahasiaan atas proses dan hasil OCA.

MANAJEMEN YAYASAN

Dalam mengelola suatu yayasan, diperlukan pehaman dan keahlian dasar tentang manajemen.
Keahlian pertama adalah pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Seorang pengelola dapat
menggunakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Hal ini
disebabkan karena tidak semua masalah dan keputusan yang dibuat bisa dipecahkan dengan
pendekatan rasional. Keahlian yang kedua adalah perencanaan, yaitu pemilihan sekumpulan kegiatan
dan pemutusan selanjutnya tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Keahlian yang ketiga adalah pendelegasian, yaitu ketika pengawas memberikan tanggung jawab dan
kewenangan kepada bawahannya untuk melengkapi tugas, dan menggambarkan bagaimana tugas
tersebut dapat diselesaikan. Pendelegasian yang efektif dapat mengembangkan orang menjadi lebih
produktif. Keahlian yang keempat adalah dasar-dasar komunikasi internal, yaitu terjalinnya komunikasi
secara eektif yng akan menjadi “darah kehidupan” bagi suatu organisasi. Keahlian yang kelima adalah
manajemen rapat, yaitu penerapan sistem rapat secara efektif untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi yayasan, baik persoalan eksternal maupun internal.

Pengelola yayasan harus melakukan penggalian dana untuk memenuhi kebuthan keuangan
organisasi. Hal ini penting karena yayasan tidak melakukan kegiatan yang berorientasi profit. Dalam
penggalian dana ini, keterlibatan semua pihak sangat diperlukan.

Program kerja yang disusun dengan baik dan logis akan meringankan persoalan klasik dan pelik
bagi institusi yayasan, yaitu perencanaan. Pengelola lembaga harus mampu menyusun rencana program
yang baik dan logis untuk pelaksana dan donor. Program yang koheren dan logis akan meyakinka dan
donor untuk mendukungnya.

Komponen kunci dari penilaian keadaan yayasan adalah evaluasi efisiensi dan efektivitas
program. Evaluasi ini akan memberikan data mengenai apakah masing-masing program akan dilanjutkan
atau tidak, mempertahankan program tersebut pada tingkat yang ada, memperluas atau mengubah
arah program tersebut, dan memasarkannya secara agresif.

Pengelolaan keuangan dalam suatu yayasan akan memberikan keseluruhan perspektif proses
dasar bagi manajemen keuangan yayasan. Pengelolaan keuangan yang baik akan tergambar dari laporan
keuangan atau sistem akuntansi yang ditetapkan oleh yayasan tersebut. Dalam sistem akuntansi, siklus
akuntansi meliputi pembukuan, penyusunan laporan keuangan, dan analisis informasi dari laporan
keuangan.

PERENCANAAN YAYASAN
Perbedaan utama antara rencana strategis dan rencana jangka panjang adalah focus pengembangan.
Pada umumnya, perencanaan jangka panjang dipertimbangkan dalam rencana tindakan untuk suatu
tujuan atau serangkaian tujuan selama beberapa tahun. Asumsi utama rencana jangka panjang adalah
terpenuhinya informasi tentang kondisi masa depan. Sebagai contoh, dalam lima puluh tahun terakhir
dan enam puluh pertama, ekonomi Amerika secara relative stabil dan oleh karena itu, dapat diprediksi.
Perencanaan jangka panjang sangat banyak modelnya; dan semuanya dilandasi oleh lingkungan asumsi
yang tidak dapat diprediksi. Focus perencanaan adalah penyelesaian tujuan yang telah disepakati.

Yayasan, sebagai suatu organisasi nonprofit, mengarahkan proses perencanaan dan sumber daya
yang tersedia untuk memaksimalkan manfaat yang akan diperoleh. Sumber daya utama yang diperlukan
untuk perencanaan adalah waktu pengelola, waktu Pembina, dan uang (seperti penelitian pasar, para
konsultan, dan sebagainya).

Suatu pernyataan visi yang realistik dan dipercaya harus ditetapkan secara baik dan dapat
dipahami secara mudah, tepat, ambisius, serta responsif terhadap perubahan. Suatu visi juga harus
berorientasi pada energi kelompok dan berperan sebagai pedoman terhadap tindakan. Visi harus
konsisten dengan nilai yayasan. Serta singkat, suatu visi dapat menantang dan memberikan inspirasi
kepada kelompok untuk mecapai misinya.

Hasil perencanaan sangat ditentukan oleh informasi yang diperoleh dan pilihan atas eksploitasi
sumber daya. Implementasi ide yang luar biasa tentang produk, jasa, dan program lembaga tergantung
pada sumber daya serta skala prioritas. Jadi, rencana evaluasi program dipengaruhi oleh proses
pembuatan keputusan. Manajemen biasanya dihadapkan dengan pembuatan keputusan untuk
menurunkan dana, komplain yang terus menerus, kebutuhan yang tidak terpenuhi diantara para
pelanggan dan klien, serta kebutuhan untuk memperbaiki penyampaian jasa; seperti, apakah lebih
banyak catatan yang harus dibuat dalam perjalanan program, apakah pelaksanaan program mencapai
tujuan yayasan atau tidak, dan pengaruh program terhadap pelanggan? Informasi yang dibutuhkan
merupakan kombinasi dari berbagai pertanyaan diatas. Fokus pengujian evaluasi perlu ditetapkan agar
pelaksanaan evaluasi lebih efisien dari segi biaya, waktu, dan sumber daya yang dicurahkan.

AKUNTABILITAS YAYASAN

Pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama, yaitu untuk menilai :

a) Jasa yayasan dan kemampuan yayasan untuk memberikan jasa secara berkesinambungan.

b) Mekanisme pertanggungjawaban dan aspek kinerja pengelola.

Kemampuan yayasan dalam mengelola jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan,
dimana informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan diantara
unsur-unsur tersebut, akan disampaikan. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik
yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban pengelola yayasan
tentang hasil pengelolaan sumber daya yayasan disajikan melalui laporan aktifitas akan dan laporan arus
kas. Laporan aktifitas akan menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok
aktiva bersih.

Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan dalam memenuhi
kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber
daya bagi yayasan.

Pengelola yayasan perlu mengembangkan keahlian dasar tentang manajemen keuangan. Dalam
suatu yayasan, tugas lainnya adalah mengelola keuangan yang secara jelas merupakan tugas yang sulit.
Keahlian dasar dalam manajemen keuangan mulai dari bidang kritis manajemen kas dan pembukuan,
harus dilakuakan sesuai dengan kontrak keuangan tertentu untuk memastikan keterpaduan proses
pembukuan. Pengelola yayasan sebaiknya mempelajari bagaimana menyusun laporan keuangan (dari
jurnal pembukuan) dan menganalisis laporan tersebut agar dapat memahami kondisi keuangan dari
aktivitas yayasan tersebut dengan benar. Analisis keuangan akan memperlihatkan “realitas” keadaan
aktifitas yayasan – sebagaimana yang terlihat dalam manajemen keuangan sebagai salah satu dari
sebagian besar praktek penting dalam manajemen.

PENGENDALIAN KEUANGAN

Sistem pengendalian keuangan (akuntansi) adalah serangkaian prosedur yang melindungi praktek
manajemen secara umum maupun dari segi keuangan. Prosedur pengendalian akuntansi bertujuan
agar :

 Informasi keuangan reliable (dapat dipercaya) sehingga pengelola dapat memperoleh informasi
yang akurat untuk perencanaan program dan keputusan lainnya.
 Aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak dicuri, disalahgunakan, atau dirusak dengan
sengaja.
 Kebijakan-kebijakan yayasan diikuti.
 Peraturan-peraturan pemerintah terpenuhi.

Langkah pertama dalam pengembangan sistem pengendalian akuntansi yang efektif adalah
mengidentifikasi bidang dimana penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan sangat mungkin terjadi.
Beberapa akuntan akan memberikan checklist (daftar pengecekan) menyangkut bidang dan pertanyaan
tentang waktu perencanaan sistem. “Price Waterhouse’s booklet, Effective Internal Accounting Control
for Nonprofit Organizations : A Guide for Directors and Management”, memasukkan bidang dan tujuan
pengembangan sistem pengendalian akuntansi yang efektif.

Sistem pengendalian akuntansi diperlukan untuk memastikan pencatatan yang tepat atas barang
yang didermakan, sumbangan, dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan dan pengembalian informasi
harus dicatat secara akurat dan tepat waktu, serta memenuhi peraturan pemerintah lainnya.

INVESTASI YAYASAN
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, yayasan dihadapkan pada masalah
pengambilan keputusan investasi yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan,
dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi harus mendapat perhatian
yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki
dampak jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek. Kesalahan
dalam mengambil keputusan investasi tidak saja akan berdampak terhadap anggaran tahun berjalan,
tetapi juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya.

Investasi memiliki kaitan yang erat dengan penganggarn modal/investasi. Penganggaran


modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek
tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi. Untuk menberikan mekanisme dalam
nengatur proyek investasi secara lebih efisien dan efektif, perlu dilakukan analisis investasi secara
mendalam. Analisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi sumber daya,
dan praktek manajemen keuangan disektor publik. Selain itu, program investasi juga merupakan bentuk
dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran modal/investasi dari anggaran rutin..

AUDIT YAYASAN

Audit adalah proses pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yayasan. Proses pengujian ini akan memungkinkan akuntan publik independen yang
bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat atau opini mengenai seberapa baik laporan keuangan
yayasan mewakili posisi keuangan yayasan, dan apakah laporan keuangan tersebut memenuhi prinsip-
prinsip akuntansi yang berterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). GAAP
ditetapkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Anggota dewan
pengurus, staf, dan sanak kelurganya tidak dapat melakukan audit, karena hubungan kekeluargaan
dengan yayasan akan mempengaruhi independensi auditor.

Diindonesia, permasalahan agen audit sektor publik merupakan hal yang serius. Ini berarti
kejelasan tentang peristilahan perlu dilakukan sebelum membahas audit dan pengawasan. Dalam buku
ini, istilah auditor merupakan sebutan bagi seseorang yang melakukan pemeriksaan eksternal disektor
publik, seperti Badan Pemeriksa Keuangan dan Kantor Akuntan Publik.

Disisi lain, peristilahan pegawas digunakan untuk sebutan auditor internal. Saat ini, auditor
internal yang ada dalam pemerintahan seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektur
Jendral, dan Badan Pengawas Daerah, selalu dikaitkan dengan peristilahan pengawas. Diyayasan,
pengawas ditunjuk oleh dewan pengurus, yang bisa berasal dari staf bagian keuangan atau bendahara
dewan pengurus.

Dalam audit, penetapan tujuan perlu dimulai untuk menentukan jenis audit apa yang akan
dilaksanakan serta standar audit apa yang harus diikuti oleh auditor. Audit dapat mempunyai gabungan
tujuan dari audit keuangan dan audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada
beberapa aspek dari masing-masing jenis audit. Misalnya, dalam pelaksanaan audit atas kontrak
pemborongan pekerjaan atau atas bantuan Pemerintah kepada yayasan atau badan hokum lainnya;
tujuan audit yang demikian sering kali mencakup baik tujuan audit keuangan maupun tujuan audit
kinerja. Audit semacam ini umumnya disebut audit kontrak, yang contohnya adalah audit atas
pelaksanaan sistem pengendalian internal, atas masalah yang berkaitan dengan ketaatan pada
peraturan perundang-undangan, atau atas suatu sistem berbasis computer.

Anda mungkin juga menyukai