Oleh
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
ii
BAB 3
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
manajemen. Inilah yang disebut juga masalah agensi atau agency problem (Putra &
Kurnia, 2019).
2
Berhubungan dengan manajemen laba, adanya perbedaan atau selisih antara
metode dalam peraturan pajak dengan akuntansi komersial yang mengakibatkan koreksi
fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif akan menghasilkan aset
pajak tangguhan sedangkan koreksi negatif menghasilkan kewajiban pajak tangguhan
(Fitriany, 2016). Perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan 3
berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan juga peraturan
perpajakan yang berlaku. Namun, untuk menjalankan fungsi dari budgeter dan regulasi
perpajakan, pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak) akan menyakinkan
beberapa perlakuan khusus yang berbeda dengan aturan akuntansi dalam PSAK.
Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan perpajakan disebabkan karena tujuan
antara pemerintah dan perusahaan berlawanan. Laporan akuntansi pada perusahaan lebih
memberikan keleluasaan manajemen dalam menentukan prinsip dan estimasi akuntansi
dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan perpajakan. Semakin
meningkatnya motivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba maka akan
mengakibatkan semakin meningkatnya pula perbedaan antara laba akuntansi dengan
laba perpajakan (Negara & Saputra, 2017).
Aset pajak tangguhan (deffered tax asset) merupakan faktor yang mempengaruhi
manajemen laba. Menurut (Putra & Kurnia, 2019) aset pajak tangguhan adalah aset yang
terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban
pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak
menurut peraturan perpajakan dalam undang-undang. Aset pajak tangguhan yang
totalnya diperbesar oleh manajemen dimotivasi adanya pemberian bonus dan beban
politis atas besarnya perusahaan sehingga manajemen akan termotivasi untuk melakukan
tindakan manajemen laba, jika jumlah aset pajak tangguhan semakin besar maka
semakin tinggi indikasi manajemen untuk melakukan manajemen laba (earning
management).
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah beban pajak
tangguhan. Beban pajak tangguhan merupakan beban yang muncul atau timbul akibat
dari perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk
kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pajak) (Negara & Saputra, 2017), yang dimaksud dari perbedaan temporer
3
yaitu perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan
penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan
perpajakan. Beban pajak tangguhan dan aset pajak tangguhan akan memungkinkan
perusahaan untuk memanfaatkan celah dalam merekayasa laopran keuangan. Sedangkan
dalam beban pajak tangguhan menerangkan bahwa suatu beban pajak tangguhan dapat
mendorong suatu perusahaan untuk melakukan manajemen laba karena beban pajak
tangguhan dapat mengurangi tingkat laba dalam perusahaan. Kasus di atas menunjukkan
bahwa perilaku manajemen daIam memanipuIasi informasi keuangan dengan
meIaporkan peningkatan Iaba menunjukkan bahwa perusahaan memiIiki praktik
manajemen pendapatan. Manajmen hasil diIakukan oIeh manajer yang menggunakan
evaIuasi tertentu daIam pelaporan keuangan, menyesatkan pemangku kepentingan
mengenai kinerja ekonomi yang dihasiIkan. KonfIik ini terjadi Ketika setiap orang
berusaha mencapai tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Sebuah perusahan mungkin
membayar pajak Iebih sedikit hari ini, tapi pada kenyataannya mungkin menimbuIkan
hutang pajak yang Iebih besar di masa depan. Atau sebaIiknya, suatu perusahaan dapat
membayar pajak Iebih banyak hari ini, tetapi sebenarnya potensi utang pajak di masa
depan akan lebih kecil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah aset pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada PT.
Oval Investasi?
2. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan PT. Oval Investasi?
3. Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan PT. Oval Investasi?
1.3 Ruang Lingkup
Dikarenakan adanya keterbatasan yang dimiliki penulis dan untuk menghindari
terjadinya pelebaran masalah, maka adapun ruang lingkup penelitian kali ini adalah:
1. Seluruh perusahaan manufaktur yang secara aset pajak tangguhan di PT. Oval
Investasi dan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling.
4
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba diproksikan dengan aset pajak,
beban pajak dan perencanaan pajak.
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh aset pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada
perusahaan PT. Oval Investasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba
pada perusahaan sektor energi yang terdaftar di PT. Oval Investasi.
3. Untuk mengatahui pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba pada
perusahaan sektor energi yang terdaftar di PT. Oval Investasi.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil dari penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi referensi, bahan
pertimbangan, wacana, rujukan, informasi tambahan maupun perbandingan dalam
melakukan penelitian selanjutnya mengenai sejauh mana pengaruh aset pajak
tangguhan, beban pajak tangguhan, dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
2. Bagi Penulis
Penulis mendapat kesempatan untuk dapatkan pengetahuan teoritis,
memperoleh tambahan wawasan pengetahuan, serta jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang telah diuraikan sebelumnya.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
perusahaan mengenai aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan perencanaan
pajak terhadap manajemen laba.
4. Bagi Pihak Lainnya
Sebagai dasar referensi bacaan dalam melakukan penelitian di waktu yang akan
datang dan juga menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai pengaruh aset pajak
tangguhan, beban pajak tangguhan, dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
1.5 Metodologi Penelitian
5
Dalam penelitian ini, objek dari penelitian ini adalah perusahaan PT. Oval
Investasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan PT. Oval Investasi. Jenis data yang
akan digunakan berupa financial report dan annual report. variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan,
perencanaan pajak sedangkan Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah manajemen laba.
Metode penelitian analisis ini menggunakan perhitungan statistic dengan
menggunakan aplikasi IBM SPSS Stastistic 25. Lalu, setelah variabel dalam penelitian
dihitung maka selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan statistik deskriptif,
regresi linear berganda dan uji hipotesis untuk menguji pengaruh variabel independen
yaitu capital intensity, leverage, dan manajemen laba terhadap tax avoidance.
1.6 Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran singkat mengenai pembahasan yang akan diuraikan
dalam skripsi ini, Penelitian ini memiliki sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB 2 LANDASAN TEORIDAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pada bab ini penulis membahas mengenai secara umum teori-teori yang berkaitan
dengan judul skripsi, literature, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis.
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai objek penelitian yang akan diteliti
yaitu seluruh perusahaan sektor energi yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.
6
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
7
keuntungannya, maka terdapat alasan bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang
terbaik untuk kepantingan principal.
8
Principal dapat membatasinya dengan cara menetapkan insentif yang tepat bagi
pihak agent dan melakukan pengawasan untuk membatasi.
2.1.2 Manajemen Laba (Earning Management)
Manajemen laba merupakan usaha atau tindakan yang ditempuh oleh manajemen
dalam mengelola perusahaan melalui kebijakan akuntansi tertentu dengan meningkatkan
atau menurukan laba bersih yang mempengaruhi data-data dengan tujuan untuk
kepentingannya sendiri (Wanti et al., 2020). Tindakan ini merupakan tindakan
mengabaikan standar akuntansi yang telah ditetapkan, sehingga menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya yang dapat menjerumuskan pihak-pihak eksternal untuk
menggunakan laporan keuangan tersebut dalam pertimbangan pengambilan keputusan.
Alasan mendasar manajer melakukan manajemen laba karena harga pasar suatu
perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Maka dari itu,
perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun secara
konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan mengalami penurunan lebih besar
dibandingkan dengan prosentase kenaikan laba. Hal ini yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang akan melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu
upaya untuk mengurangi risiko (Sulistyanto, 2018:47) Menurut Sulistyanto (2018:62-64)
dalam segala tindakan ada beberapa sebab ataupun motivasi atas dilakukannya suatu
tindakan tersebut yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Rencana Bonus
2. Kontrak Utang Jangka Panjang
3. Motivasi Politis
4. Motivasi Perpajakan
5. Pergantian Direksi
6. Penawaran Perdana
Adanya beberapa motivasi akan membuat perusahaan melakukan manajemen laba,
tentunya ada tindakan yang dilakukan untuk memanajemen laba perusahaan. Menurut
Riska & Arief (2019) menyatakan bahwa adapun pola atau bentuk manajemen laba yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Taking a bath, teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan
datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen
9
membebankan perkiraan biaya mendatang yang mengakibatkan laba periode
selanjutnya akan lebih tinggi.
2. Income Minimazation, teknik ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami
tingkat profitabilitasnya yang tingga sehingga jika laba periode yang akan datang
diperkirakan menurun drastis maka dapat diatasi dengan mengambil laba periode
yang sebelumnya.
3. Income Maximation, teknik ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan.
Tujuan tindakan atas income maximation untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan mendapatkan bonus yang lebih besar, perusahaan melakukan
pola ini untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang.
4. Income Smooting, teknik ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba
yang dilaporkan sehingga akan dapat mengurangi fluktulasi laba yang terlalu
besar karena pada dasarnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
5. Offsetting Exraordinary / Unusual Gains, teknik ini dilakukan dengan cara
memindahkan efek-efek dari laba yang tidak biasa atau temporal dan berlawanan
dengan trend laba.
6. Aggressive Accounting Aplications, teknik ini diartikan sebagai salah saji
(misstatement) dan digunakan untuk membagi laba antar periode.
7. Timing Revenue and Expense Recognition, teknik ini dilakukan dengan cara
membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu transaksi,
contohnya pengakuan prematur atas pendapatan.
8. Aset Pajak Tangguhan Aset pajak tangguhan (deffered tax asset) adalah aset
yang terjadi apabila terjadi perbedaan waktu yang menyebabkan koreksi positif
yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding
beban pajak menurut peraturan perpajakan atau UndangUndang pajak (Harnanto,
2016:115).
Aset pajak tangguhan disebabkan karena jumlah pajak penghasilan (PPh)
terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Besarnya aset pajak tangguhan akan dicatat
jika kemungkinan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang, maka dari
itu dibutuhkan judgment untuk mengukur seberapa mungkin aset pajak tagguhan
10
tersebut dapat direalisasikan (Fitriany, 2016). Menurut Hakim & Praptoyo (2015)
dengan adanya kewajiban untuk melakukan peninjauan kembali pada tanggal neraca,
maka setiap tahun manajemen harus membuat suatu penilaian untuk menentukan saldo
dan pencadangan aset pajak tangguhan, sedangkan penilaian manajemen untuk
menentukan saldo cadangan aset pajak tangguhan tersebut bersifat subjektif, dengan
diberlakukannya PSAK No. 46 yang mensyaratkan para manajer untuk mengakui dan
menilai kembali aset pajak tangguhan yang dapat disebut pencadangan nilia aset pajak
tangguahan. Menurut Timuriana (2015) kewajiban pajak tangguhan maupun aset pajak
tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Apabila penghasilan sebelum pajak (pretax accounting income) lebih banyak dari
penghasilan kena pajak (taxible income), maka beban pajak (tax expense) akan
lebih banyak dari penghasilan kena pajak (taxible income), maka beban pajak
(tax expense) akan lebih banyak dari pajak terutang (tax payable), sehingga akan
menghasilkan kewajiban pajak tangguhan (deferred taxes liability). kewajiban
pajak tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan temporer dengan
tarif pajak yang berlaku.
2. Sebaliknya jika penghasilan sebelum pajak lebih sedikit dari penghasilan kena
pajak, maka beban pajak juga lebih sedikit dari pajak terutang, sehingga akan
menghasilkan aset pajak tangguhan. aktiva pajak tangguhan sama dengan
perbedaan sementara dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut
terpulihkan.
Dengan diberlakukannya PSAK No.46 yang mensyaratkan para manajer untuk
mengakui dan menilai kembali aset pajak tangguhan yang dapat disebut pencadangan
nilai aset pajak tangguhan. Peraturan ini dapat memberikan kebebasan manajemen untuk
menentukan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian aset pajak tangguhan
pada laporan keuangannya, sehingga dapat digunakan untuk mengindikasikan ada
tidaknya rekayasa laba atau manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dalam
laporan keuangan yang dilaporkan dalam rangka menghindari penurunan atau kerugian
laba.
2.1.3 Beban Pajak Tangguhan
11
Beban pajak tangguhan (deffered tax expense) diartikan sebagai beban yang
timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Harnanto,
2016:115). Maksud dari perbedaan temporer adalah perbedaan yang disebabkan adanya
perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan
standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Putra & Kurnia, 2019),
sedangkan menurut (Utami et al., 2018) menyatakan bahwa beban pajak tangguhan
merupakan beban yang timbul akibat perbedaan sementara antara laba akuntansi (laba
dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan
sebagai dasar perhitungan pajak). Menurut Hakim & Praptoyo (2015) terdapat
perbedaan antara beban pajak penghasilan dengan PPh terutang yang dikategorikan
menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Perbedaan permanen atau tetap yaitu perbedaan yang muncul dari adanya
penghasilan yang bukan termasuk objek pajak atau penghasilan yang dikenakan
pajak bersifat final (PPh final), dan adanya non-deductible expenses, contohnya
penghasilan bunga deposito.
2. Perbedaan temporer atau waktu yaitu perbedaan karena adanya pengakuan
pembebanan dalam periode yang berbeda, namun perbedan tersebut tetap diakui
baik dalam laporan keuangan komersial maupun dalam laporan keuangan fiskal
tetapi dalam periode yang berbeda. Perbedaan temporer merupakan perbedaan
dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva atau kewajiban, yang
menyebabkan laba fiskal bertambah atau berkurang pada periode yang akan
datang. Perbedaan temporer disebabkan oleh perbedaan persyaratan waktu item
pendapatan dan biaya. Laporan keuangan komersial memasukkan penghasilan
lain-lain, sedangkan laporan keuangan fiskal tidak memasukkan dalam
perhitungan laba fiskal karena telah dikenakan PPh final. Selain itu terdapat
beberapa jenis beban yang tidak boleh menjadi pengurang 18 oleh undang-
undang perpajakan. Sebagai contoh, biaya sumbangan (Putra & Kurnia, 2019).
2.1.4 Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak (tax planning) adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan
oleh wajib pajak dalam melakukan manajemen perpajakan usaha atau penghasilannya,
namun perlu diperhatikan bahwa perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan
12
pajak tanpa melakukan pelanggaran konstitusi atau Undang - Undang Perpajakan yang
berlaku. Perencanaan pajak menurut (Pohan, 2016:8) merupakan rangkaian dari strategi
untuk mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan agar dapat meminimalkan
kewajiban perpajakan dengan cara-cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan (in
legal way).
Secara teoritis, perencanaan pajak dikenal sebagai effective tax planning, yaitu
seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui
prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan Undang-
Undang Perpajakan (Pohan, 2016:14). Menurut Putra & Kurnia (2019) Ada beberapa
perilaku yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalisir beban pajaknya yaitu
antara lain :
1. Pergeseran pajak (tax shifting) adalah memindahkan beban pajaknya kepada
subjek pajak ke pihak lainnya. Secara otomatis orang atau badan yang
seharusnya dikenakan atas beban pajaknya menjadi tidak menanggung beban
pajaknya sama sekali.
2. Tax saving adalah upaya untuk mengefisiensikan beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah (Pohan, 2016:10).
3. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan, Sering kali Wajib Pajak
kurang mendapat informasi mengenai pembayaran yang dapat dikreditkan.
4. Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya yang dilakukan oleh wajib
pajak untuk meminimalisir beban pajaknya dengan cara merekayasa dan dapat
diterima dikarenakan masih dalam peraturan perpajakan yang berlaku.
Perencanaan pajak yang baik untuk digunakan oleh perusahaan yaitu
menggunakan tax aviodance dan tax saving karena kedua perencanaan tersebut tidak
melanggar Undang-Undang Perpajakan atau peraturan pajak (Setyawan & Harnovinsah,
2016).
2.2 Pengembangan Hipotesis
Dalam hal perpajakan, sesuai dengan undang-undang bahwa UU KUP pasal 1 ayat
1 menyatakan bahwa, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
13
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak menurut pemerintah adalah
sumber penerimaan negara yang digunakan untuk pengembangan dan kepentingan
negara dan kemakmuran untuk rakyatnya. Akan tetapi, pajak menurut perusahaan
maupun Wajib Pajak adalah beban atau biaya pajak yang dapat mengurangi laba
perusahaan maupun Wajib Pajak. Penelitian ini dilakukan dengan mengarah terhadap
pengujian variabel independen yaitu: aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan,
perencanaan pajak. Sedangkan variabel dependen yaitu manajemen laba. Objek
penelitian yang akan diteliti adalah seluruh perusahaan sektor energi yang terdaftar di
BEI periode 2017-2021. Berdasarkan variabel - variabel diatas dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
2.2.1 Pengaruh aset pajak tangguhan terhadap manajemen laba.
Asset pajak tangguhan terjadi bila laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal
akibat perbedaan temporer. Lebih besarnya laba akuntansi dari laba fiskal
mengakibatkan perusahaan menunda pajak terutang periode mendatang (Fitriany, 2016).
Adanya peranan antara aktiva pajak tangguhan yang akan dimungkinkan dapat
digunakan sebagai indicator manajemen laba. Jika jumlah aktiva pajak tangguhan
semakin besar maka semakin tinggi manajemen melakukan manajemen laba (Hakim,
2015). 9 Hasil penelitian Fitriany (2016) dan Hakim (2015) menunjukkan bahwa aset
pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba karena aktiva pajak tangguhan
yang jumlahnya diperbesar oleh manajemen dimotivasi adanya pemberian bonus, beban
politis atas besarnya perusahaan dan meminimalisasi pembayaran pajak agar tidak
merugikan perusahaan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Asset pajak tangguhan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba
2.2.2 Pengaruh beban pajak tangguhan terhadap Manajemen laba
Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer
antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba
fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak) (Harnanto, 2003:115).
Beban pajak tangguhan dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba yang
digunakan perusahaan dalam memenuhi dua tujuan, yaitu: (1) untuk menghindari
penurunan laba dan (2) untuk menghindari kerugian. Perpajakan dapat menjadi motivasi
bagi manager untuk melakukan manajemen laba, yaitu dengan cara memperkecil taxble
14
income dalam rangka mengurangi pajak adalah dengan menggunakan metode akuntansi
dalam perhitungan nilai persediaan, depresiasi dan cadangan-cadangan yang
diperbolehkan (Scott, 2003: 361). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2015),
Astutik (2016) dan Ifada dan Wulandari (2015) menunjukkan bahwa beban pajak
tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba yang berarti jika beban pajak
tangguhan meningkat memungkinkan perusahaan untuk mengelola keuntungan
perusahaan mereka akan menurun. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriany
(2016) menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba
2.2.3 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba
Suandy (2008) menjelaskan bahwa jika tujuan perencanan pajak adalah
merekayasa beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-
Undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara 10
hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak
(after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik
untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Manajemen termotivasi untuk melakukan praktik manajemen laba untuk mempengaruhi
besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dengan cara menurunkan laba
sebelum pajak untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar (Astutik, 2016). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriany (2016) dan Astutik (2016) menunjukkan bahwa
parencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini mengindikasikan
bahwa semakin baik perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak manajemen laba
yang diterapkan dalam perusahaan juga semakin baik. Sedangkan penelitian Ifada dan
Wulandari (2015) menunjukkan bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H3: Perencanaan Pajak berpengaruh terhadap manajemen laba
2.3 Kerangka Hipotesis
15
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh aset pajak
tangguhan, beban pajak tangguhan, perencanaan pajak terhadap manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan dengan mengarah terhadap pengujian variabel independen yaitu:
aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, perencanaan pajak. Sedangkan variabel
dependen yaitu manajemen laba. Berikut adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan model penelitian dan hubungan setiap variabel dalam penelitian :
16
Aset Pajak
Tangguhan (X1)
Beban Pajak
Tangguhan (X2)
Perencanaan Pajak
(X3)
17
BAB 3
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
langkah ilmiah untuk dapat mengolah data untuk mencapai tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2019:12). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode deskripsi
statistik. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya menggunakan angka atau
bilangan. Data yang digunakan berupa data sekunder dengan dokumentasi untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian ini menggunakan tiga variabel
independen (X) dan satu variabel dependen (Y). Variabel (X) tersebut berupa aset pajak
tangguhan (deffered tax asset), beban pajak tangguhan (deffered tax expense), dan
perencanaan pajak (tax planning) terhadap variabel dependen. Variabel (Y)
menggunakan manajemen laba (earnings management).
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang telah ditetapkan oleh
18
peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2019:126). Pada
penelitian ini, populasi yang diambil yaitu perusahaan PT. Oval Investasi.
2. Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang telah dimiliki oleh populasi
tersebut. Jika populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang
ada dalam populasi, misalnya karena adanya keterbatasan dana, waktu dan tenaga
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
2019:132). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan PT. Oval Investasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang memiliki
kriteria atau tujuan tertentu terhadap sampel yang diteliti. Puposive sampling ialah
menggunakan teknik dengan kriteria- kriteria tertentu (Sugiyono, 2019:133). Kriteria
– kiteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Definisi Konseptual
19
penelitian kali ini ini variabel dependennya adalah manajemen laba (earning
management). Manajemen laba adalah perilaku yang dilakukan oleh manajer
perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan laba perusahaan. Untuk mengukur
manajemen laba menggunakan model Jones Modifikasi yaitu dengan rumus sebagai
berikut:
Aset pajak tangguhan merupakan aset yang terjadi jika ada perbedaan waktu
yang menyebabkan koreksi positif dan mengakibatkan beban pajak menurut
akuntansi komersial lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak menurut peraturan
perpajakan. Variabel aset pajak tangguhan dapat diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
20
2) Beban Pajak Tangguhan (X2)
Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan (PPh) yang terutang
pada tahun yang akan datang sebagai akibat dari adanya perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan dari sisa kompensasi kerugian yang dapat dikompensasikan.
Variabel beban pajak tangguhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak dan juga merupakan
langkah awal dalam melakukan manajemen pajak. Variabel perencanaan pajak dapat
diukur dengan menggunakan rumus tingkat retensi pajak yang digunakan sebagai
ukuran untuk efektifitas perencanaan pajak. Rumusnya adalah sebagai berikut :
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 it
𝑇𝑅𝑅 =
𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 (𝐸𝐵𝐼𝑇) 𝑖𝑡
Definisi Oprasional Variabel yaitu batasan definisi terkait variabel yang dikaji
dan di dalamnya telah mencerminkan indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Ghozali,
2018:107). Berdasarkan definisi konseptual yang telah diuraikan diatas, maka
dijelaskan oprasional variabel yang disajikan dalam tabel sebagai berikut :
21
1. Manajemen Laba Merekayasa Rasio
(Y) (Achyani & laporan keuangan
Lestari, 2019) Dait = TAit / NDAit
Data penelitian menggunakan data kuantitatif ialah data sekunder diambil dari situs
resmi PT. Oval Investasi. Berupa laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2017-
2021 yang.
Data yang telah diperoleh dalam penelitian akan diolah menggunakan aplikasi
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.0. Aplikasi SPSS digunakan
untuk menghitung dan menguji data, dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi
klasik yang terdiri dari 4 yaitu : uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
22
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, empat pengujian akan diolah untuk hasil
perhitungan yang tepat dan efisien.
Uji asumsi klasik merupakan tahapan pengujian yang dilakukan sebelum uji
hipotesis, yang terdiri dari empat pengujian yaitu : uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinieritas
23
independen mempunyai nilai korelasi antar variabel indepeden yaitu sana dengan nol
(Ghozali, 2018:107).
1. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, artinya terjadi multikolinieritas.
2. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, artinya tidak terjadi
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
24
1) Jika terdapat pola tertentu, misalnya seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudia menyempit), maka ini
merupakan terjadinya heteroskedastisitas.
2) Jika tidak terdapat pola yang jelas, titik-titik yang menyebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka ini tidak akan terjadi heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Keterangan :
Y = Manajemen Laba
α = Konstanta
β = Koefisien Variabel
X1 = Aset Pajak Tangguhan
X2 = Beban Pajak Tangguhan
X3 = Perencanaan Pajak
e = Error
4. Pengujian Hipotesis
a) Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t dalam penelitian ini merupakan pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa pengaruh antar variabel independen (aset pajak tangguhan,
beban pajak tangguhan, dan perencanaan pajak) terhadap variabel dependen
(manajemen laba). Pada uji t pengambilan keputusan dapat dilihat pada nilai
signifikan 0,05. Kriteria pengujian ini yaitu dengan membandingkan tingkat
signifikan sebagai berikut :
1. Jika nilai t < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y)
25
2. Jika nilai t > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara s atu
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
b) Uji Koefisien Determinan (R2)
Uji koefisien determinan (R2) dalam penelitian ini merupakan pengujian yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model ketika menerangkan
pada variasi variabel- variabel independen (X) yang mampu untuk memperjelas
variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi yang diberi simbol R2
menunjukkan hubungan pengaruh antar dua variabel, jika nilai R2 kecil maka
kemampuan variabel independen (X) dalam menjelaskan variasi variabel dependen
(Y) sangat terbatas dan sedangkan jika nilai R2 mendekati satu maka variabel-
variabel independen (X) menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan
guna untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97).
26
DAFTAR PUSTAKA
Achyani, F., & Lestari, S. (2019). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen
Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017). Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia,
Vo. 04, 77–88.
Aditama, & Purwaningsih. (2014). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Non Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Modus, 26(1), 33–50.
Anasta, & Lawe. (2015). Analisis Pengaruh Deffered Tax Asset, Deffered Tax
Liabilities, dan Tingkat Hutang Terhadap Manajemen Laba. Jurnal TEKUN, 4(2).
Astutik, R., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(3),
1–17.
Baradja, L., Basri, Y., & Sasmi, V. (2017). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,
Perencanaan Pajak dan Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi Trisakti, 4(2), 191–206.
Fitriany, L. (2016). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Dan
Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013). JOM Fekon, 3(1), 1150–
1163.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 (9th
ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hakim, A., & Praptoyo, S. (2015). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Beban Pajak
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu Akuntansi Dan Riset, 4(7),
1–15. Harnanto. (2016). Akuntansi Perpajakan (Pertama).
Hendrata, R., & Rajagukguk, L. (2019). Analisis Pengaruh Aset Pajak Tangguhan,
Perencanaan Pajak, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Tercataat di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016. Jurnal
Akuntansi, 19(117–34).
Kanji, L. (2019). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015. Bongaya Journal for Research in Accounting, 2(1),
20–27.
Khalida, H., & Tarmizi, M. (2015). Deffered Tax Expense, Profitabilitas, Discretionary
Accruals Dan Manajemen Laba. Journal Applied Buisiness and Economics,
1(4), 266–280.
Lubis, I., & Suryani. (2018). Pengaruh Tax Planning, Beban Pajak Tangguhan dan
Ukuran PerusahaanTerhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 – 2016). Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 7(1), 41–58.
27
Mettawidya, & Stella. (2017). Analisis Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Asimetri
Informasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 20(3), 2045–2072.
Negara, A. A. G., & Saputra, I. D. G. (2017). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban
Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 20(3), 2045–2072.
Ningsih, F. C. (2017). Pengaruh aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan,
perencanaan pajak terhadap manajemen laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016.
Pindiharti. (2011). Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan
Akrual Terhadap Earning Manajemen (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia).
Pohan, C. (2016). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak Dan Bisnis
(Edisi Revi). Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Putra, Y., & Kurnia. (2019). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan,
Dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017). Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol. 08, 1–21.
Putri, & Harwidhea, D. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba dengan Tax Planning Sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah
Mahasiswa.
Putri, P. (2017). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguahan Terhadap
Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Non-Manufaktur Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,
6(1), 14.
Rahmi, A. (2013). Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini dalam
Mendeteksi Mannajemen Laba pada Saat Seasoned Equity Offerings.
Safitri, K., Masitoh, E., & Rachmawati, R. (2019). The Effect Of Deffered Tax Assets,
Deffered Tax Expense, Tax Planning and Managerial Ownership Of Earning
Management (Empirical Study of the LQ45 Company Listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2014-2017). 428–444.
Sari, R., Hardiyanto, A., & Simamora, P. (2019). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,
Perencanaan Pajak dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdafatar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2012 – 2017. 1–20.
Setyawan, B., & Harnovinsah. (2016). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,
Profitabilitas, Dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014). 15–40.
Sutadipraja, M. W., & Ningsih, S. S. (2019). Pajak Kini , Pajak Tangguhan , Aset
Pajak Tangguhan , Liabilitas Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. 3(2),
149–162.
28
Trimuriana, & Muhamad, R. . (2015). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban
Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas
Ekonomi, 1(2), 12–20.
Utami, J., Manik, T., & Husna, A. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Aset Pajak
Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan Dan Akrual Terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016. 1–17.
Wanti, S., Indriasih, D., & Fajri, A. (2020). Pengaruh Likuiditas , Profitabilitas dan
Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ).
Jurnal Perpajakan, Manajemen, Dan Akuntansi, 12(1), 74–86.
Wardani, Dewi, K., & Desifa, S. (2018). Pengaruh Tax Planning, Ukuran Perusahaan,
Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi, 6(1), 11–24.
29