Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi Dan Jenis Lingkungan Terbangun Sertapembangunan


Berkelanjutan

Keberlanjutan (sustainability) secara umum berarti kemampuan untuk menjaga


dan mempertahankan keseimbangan proses atau kondisi suatu sistem, yang terkait
dengan sistem hayati dan binaan. Dalam konteks ekologi, keberlanjutan dipahami
sebagai kemampuan ekosistem menjaga dan mempertahankan proses, fungsi,
produktivitas, dan keanekaragaman ekologis pada masa mendatang. Dalam
perkembangannya seiring dengan kebutuhan menjaga keberlanjutan kehidupan
manusia di bumi, masyarakat dunia diperkenalkan pada pemahaman mengenai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Walaupun hingga kini secara
ilmiah belum terbukti adanya kehidupan manusia yang tidak berkelanjutan, namun
pada prinsipnya pembangunan berkelanjutan memiliki tujuan agar pemanfaatan
sumberdaya alam dipertahankan pada laju dimana kelangkaan dan kepunahan
sumberdaya alam bersangkutan tidak dihadapi oleh generasi mendatang. Dalam
prinsip tersebut terkandung makna adanya batas atau limitasi keberlanjutan. Dalam
berbagai konteks kepentingan, pengertian berkelanjutan menjadi semakin kompleks
terkait dengan beragamnya sistem kehidupan, baik yang terkait dengan karakteristik
lingkungan hayati, lingkungan fisik, dan lingkungan binaan, termasuk diantaranya
pengertian dan pemaknaan mengenai kota berkelanjutan (sustainable
cities) dan ecomunicapilities.

Walaupun demikian, definisi Brundtland Commission secara universal masih


diinterpretasikan secara beragam dengan berbagai makna. Yang paling mendasar
adalah kenyataan bahwa sebagian mengartikan definisi Brundtland
Commission sebagai proses dan sebagian lainnya sebagai tujuan dari suatu fakta atau
nilai. Hal ini menjadi penting dalam menerapkan dan mengaplikasikan prinsip
berkelanjutan bagi suatu kepentingan, dimana dibutuhkan suatu konteks dan tujuan
yang jelas dan nyata. Beberapa premis lain menyatakan bahwa walaupun
keberlanjutan merupakan konsep yang penting, namun relatif tidak fokus, cenderung
bias, dan memiliki substansi yang sangat terbatas. Bahkan jika dikaitkan dengan
kegiatan pembangunan (development)  yang secara harfiah dapat diartikan sebagai
aktifitas penggunaan atau bahkan menghabiskan sumberdaya alam serta berpotensi
merusak lingkungan, maka pembangunan berkelanjutan sebagai suatu konsep
dianggap menjadi kurang tepat. Pandangan tersebut pada dasarnya bermaksud
memposisikan lingkungan sebagai ekstrim yang berbeda dari kegiatan pembangunan,
sehingga konsep keberlanjutan lingkungan (ecological sustainability) dianggap lebih
tepat.  Berbagai pandangan di atas mengisyaratkan pentingnya dialektika yang perlu
dipertimbangkan dalam memaknai keberlanjutan, yakni memposisikan dimensi
ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai tiga pilar utama dalam sistem kehidupan
sebagaimana dinyatakan oleh Brundtland Commission. Jika dimensi ekonomi dan
sosial dianggap dapat mewakili dan merepresentasikan tujuan dan kegiatan
pembangunan (development), maka keduanya perlu memiliki keterkaitan dengan
dimensi lingkungan, termasuk sumberdaya alam. Pada hakekatnya
keterkaitan (overlapping) ketiga pilar tidak sepenuhnya bersifat mutually exclusive,
namun mampu menciptakan perkuatan satu dengan lainnya (mutually
reinforcing). Secara etimologi, pembangunan berarti bangun, bangun berarti sadar
siuman, bergerak, bangkit, dan berdiri. Dalam arti bentuk (ilmu bangun), bangun
berarti bangun persegi panjang sedangkan dalam arti kata kerja, bangun adalah
membuat, mendirikan atau membina. Apabila dilihat dari segi etimologi, konsep
pembangunan meliputi anatomik bentuk), fisiologi (kehidupan), behavioral
(perilaku). Sementara menurut pendapat beberapa ahli terkait pengertian
pembangunan, adalah sebagai berikut:

a. Pontoh dan Kustiwan mendefinisikan mengenai pembangunan adalah suatu


proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana; sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan
b. Kartz mengartikan pembangunan sebagai perubahan yang lebih luas dari
masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai kepada
keadaan yang lebih bernilai. Tjokrowinoto menyimpulkan beberapa makna
dari pembangunan sebagai berikut :
a. Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju ketatanan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
b. Pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terencana dan
terlembaga.
c. Pembangunan sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free).
d. Pembangunan memperoleh sifat dan konsep transedental sebagai
metadiciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebagai
ideologi, the ideology of developement.
e. Pembangunan sebagai konsep yang sarat nilai (value loaded) menyangkut
proses pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin meningkat.
f. Pembangunan menjadi culture specific, situation specific, dan time
specific.

Berdasarkan berbagai definisi pembangunan yang bervariasi di atas, maka


kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Pembangunan adalah kegiatan atau
usaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu
masyarakat menuju kondisi yang lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan
fisik-nonfisik, material-spiritual, meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Pembangunan Berkelanjutan merupakan paradigma dalam pembangunan.


Pembangunan berkelanjutan muncul pada awal 1970-an yang diharapkan dapat
menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan polusi akibat pembangunan
industri yang dilakukan. Atas dasar itulah Konferensi Stockholm diselenggarakan
pada tahun 1972 diikuti dengan pembentukan The First Governing Council di
Nairobi. Konferensi yang dibentuk bertujuan untuk menyelesaikan persoalan
lingkungan fisik global baik yang terjadi di negara maju maupun negara
berkembang. Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sementara
Mannion menebutkan bahwa konsep sustainable development adalah suatu
kebutukan guna melakukan rekonsiliasi pembangunan ekonomi, kualitas
kehidupan, dan lingkungan dalam kerangka politik yang beragam yang saling
berkaitan pada tingkat internasional dan global. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa makna pembangunan berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian
lingkungan. Lingkungan yang lestari diharapkan dapat menopang kehidupan
manusia. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan mampu meningkatkan mutu hidup generasi masa sekarang dan masa
depan.

2. Isu pada setiap jenis lingkungan terbangun yang berkelanjutan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam
itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Permasalahan di bidang lingkungan hidup meliputi di antaranya
perubahan iklim global, meningkatnya laju kerusakan lingkungan, peningkatan
pencemaran air, penurunan kualitas udara di kota besar, pencemaran sumber limbah
domestik, sulitnya penerapan konsep 3R (reduce, reuse, recycle), lemahnya
harmonisasi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup, rendahnya ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup, belum
optimalnya penataan ruang dan lingkungan hidup, rendahnya kesadaran masyarakat
dalam pelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup, lemahnya penerapan standardisasi lingkungan dan kurangnya
insentif bagi pembangunan lingkungan, serta kurangnya ketersediaan data dan
informasi di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Kondisi tersebut diperparah oleh menurunnya tutupan vegetasi di kawasan


lindung, hilangnya ekosistem mangrove/tanaman pantai di pesisir, semakin rusaknya
DAS, hilangnya sumber-sumber air dan semakin menurunnya kualitas air sungai dan
laut. Dampak langsung yang terlihat nyata merugikan seperti terjadinya bencana
kekeringan, banjir dan longsor di berbagai daerah yang menelan korban manusia,
merusak/mengganggu fungsi infrastruktur yang sudah terbangun, dan memperburuk
akses terhadap air bersih. Telah dilakukan pengkajian dampak lingkungan (Amdal)
yang meliputi pengembangan peraturan, kewenangan, peningkatan kemampuan
teknis, penyusunan database, penilaian dokumen Amdal, verifikasi audit lingkungan
dan evaluasi kebijakan yang berjalan. Sementara itu, dalam penataan lingkungan
hidup telah dilaksanakan, yaitu antara lain:

a. Mengoperasionalkan pendekatan pembangunan berkelanjutan pada kebijakan


perencanaan pembangunan dan penataan ruang,
b. Mendorong kualitas pengambilan keputusan aparat pemerintah daerah,
khususnya aparat yang mengurus perencanaan pembangunan (Bappeda dan
Sesda), penataan ruang (bappeda, dinas tata ruang/kota, kantor pertanahan, dinas
permukiman), dan pengelolaan lingkungan hidup (Bapedalda/BPLHD), serta
c. Mendorong posisi masyarakat sebagai pelaksana utama penataan lingkungan,
khususnya dalam perencanaan serta pengawasan dan evaluasi pemanfaatan
ruang, melalui pendidikan dan pelatihan, serta fasilitasi inisiatif masyarakat.

Langkah-langkah untuk perlindungan dan konservasi sumber daya hutan juga perlu
dilanjutkan, yaitu antara lain:

a. perlindungan hutan terhadap kebakaran dengan mendorong pihak swasta untuk


ikut serta secara aktif dalam penanggulangan kebakaran;
b. pemantapan pengelolaan kawasan konservasi (taman nasional, taman wisata
alam, cagar alam, suaka marga satwa, taman buru, taman hutan raya, dan hutan
lindung);
c. pengembangan sumber benih dan usaha perbenihan tanaman hutan;
d. pelaksanaan kerja sama bidang konservasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan lembaga masyarakat dan dunia usaha;
e. pelibatan masyarakat sekitar hutan dan peningkatan efektivitas kawasan
konservasi.

Demikian juga dengan upaya rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya
hutan perlu dilanjutkan dengan upaya sebagai berikut :

a. pelaksanaan kegiatan Gerhan dengan mengembangkan kemitraan antara pelaku


usaha dengan masyarakat;
b. mengembangkan kerja sama dan koordinasi dengan para pihak (investor, donor,
dan sektor terkait);
c. menyelesaikan forum koordinasi DAS tingkat propinsi;
d. meningkatkan kapasitas kelembagaan rehabilitasi hutan dan lahan.

Di bidang lingkungan hidup, perlu ditingkatkan upaya perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup dengan memperkuat berbagai kebijakan untuk
menurunkan laju kerusakan keanekaragaman hayati, melanjutkan programprogram
yang mengacu pada dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
Indonesia (IBSAP) 2003-2020 yang terbagi atas rencana aksi pembangunan
kapasitas manusia dan masyarakat, pengembangan sumber daya, teknologi, dan
kearifan lokal dalam pengelolaan keanekaragaman hayati, peningkatan konservasi
dan rehabilitasi keanekaragaman hayati, peningkatan kapasitas kelembagaan dan
pranata kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati, serta peningkatan kapasitas
penyelesaian konflik keanekaragaman hayati, yang harus diselesaikan pada kurun
waktu 2008 hingga tahun 2020.
Upaya lain adalah perlu diterapkannya pertimbangan pelestarian fungsi
lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, pengawasan
pemanfaatan ruang dan lingkungan, serta meningkatkan kepatuhan pelaku
pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi lingkungan. Upaya peningkatan
kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan hidup di pusat maupun daerah perlu
dilakukan dengan menyinergiskan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dalam
bentuk penegasan pembagian urusan pemerintahan antarpusat, provinsi dan
kabupaten/kota untuk mengurangi potensi konflik kepentingan dan duplikasi
penanganan perencanaan. Perkuatan database dan akses informasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup perlu dilakukan sebagai dasar perencanaan pembangunan yang
berbasis lingkungan dan diarahkan pada mainstreaming pengelolaan lingkungan
dalam perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya alam, dengan
memasukkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan global. Upaya pengelolaan
lingkungan juga perlu dilakukan dengan peningkatan pendanaan alternatif dan
memperkuat kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan swasta, seperti melalui
Corporate Social Responsibility (CSR), Domain Name Server (DNS), dan lain-lain.

Beberapa isu dalam pembangunan berkelanjutan telah dijelaskan secara rinci


oleh Mudiyarso, yaitu: perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, menurunnya
keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas lingkungan, masalah kemiskinan.
berwawasan lingkungan. Terlihat jelas bahwa perwujudan harmonisasi antara
pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta sumberdaya menjadi dua
hal pokok yang perlu diperhatikan. Dengan demikian, pembangunan yang dilakukan
tidak hanya berguna untuk masa sekarang akan tetapi dapat berkelanjutan untuk
masa yang akan datang Sejalan dengan itu, The Global Tomorrow Coalition
menyebutkan bahwa ada empat (4) hal yang menjadi alasan dasar dari pembangunan
berkelanjutan. Keempat hal tersebut adalah:
 Pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan merupakan dua hal pokok
yang saling berkaitan. Proses pengambilan keputusan atau perumusan
kebijakan mengawali integrasi yang terjadi antara lingkungan dan ekonomi .
 Persoalan lingkungan merupakan hal yang saling terkait satu sama lain.
 Masalah ekonomi dan lingkungan juga berhubungan dengan faktor sosial dan
politik.
 Pentingnya kerjasama dan komunikasi internasional diakibatkan oleh faktor-
faktor ekonomi, polusi, dan ekosistem yang tidak mempedulikan batas-batas
negara.

Sementara Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan pola


kebijaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk tidak mengganggu keseimbangan
ekosistem yaitu pembangunan yang berorientasi kepada pengelolaan sumber daya
alam sekaligus melakukan upaya perlindungan dan pengembangannya. Pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan,
Lonergan menegaskan bahwa terdapat tiga (3) dimensi penting yang harus menjadi
pertimbangan. Ketiga dimensi tersebut adalah:

 Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh unsur


makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana
sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.
 Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan penampilan
dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan degradasi lingkungan
pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk peranan agen masyarakat dan
struktur sosial dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
 Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah dengan
dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan tradisi agama.
Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk mendorong terciptanya
pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka adapun yang termasuk ke dalam usaha


dan/atau kegiatan yang memumungkinkanmenimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.

3. Contoh kasus penerapan salah satu prinsip pembangunan berkelanjutan pada


konteks rancangan arsitektur atau perkotaan

Pembangunan berkelanjutan menerapkan prinsip keseimbangan dan


keberlanjutan dalam pembangunan. Bidang utama yang harus menerima manfaat
dari pembangunan yaitu bidang lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Setiap
kegiatan pembangunan dilandasi oleh tujuan untuk memberikan kesejahteraan
sosial dan keadilan bagi masyarakat. Kegiatan pembangunan juga harus mampu
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat
dan negara secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sumber daya alam yang
digunakan dalam kegiatan pembangunan harus dapat dipulihkan kembali secara
berkelanjutan setelah dimanfaatkan. Perlindungan lingkungan hidup di dalam
pembangunan berkelanjutan mencakup wilayah lokal, regional, maupun global.
Lingkungan hidup harus dikelola dengan kearifan lokal. Pihak yang mendukung
kelestarian lingkungan hidup harus didukung dengan insentif,
sedangkan pajak diberlakukan bagi pengguna sumber daya alam.

Konsep arsitektur berkelanjutan yang baik semestinya bijak dalam


penggunaan energi, mengurangi penggunaan energi fosil dan menggantinya
dengan penggunaan energi alam yang dapat terbarukan seperti cahaya matahari,
angin, dan lain sebagainya. Penggunaan void dapat membantu menambah
efisiensi, dimana bisa menjadi alternatif desain pasif yang efektif untuk
permukiman padat di daerah perkotaan, karena ventilasi vertikal membantu
penghuni gedung mendapatkan lebih banyak ventilasi dan pencahayaan alami
(Anggana Fitri Satwikasari, 2018). Adapun beberapa faktor yang semestinya di
upayakan adalah upaya dalam penggunaan energi terbarukan, upaya
meminimalisir energi buatan dan upaya meminimalisir emisi buangan :

Terdapat beberapa upaya meminimalisir

upaya dalam penggunaan penggunaan energi buatan

1 energi terbarukan dan dan memamaksimalkan

meminimalisir energi buatan penggunaan energi alami pada mal ini.


Seperti terdapat skylight pada selasar utama
bangunan yang berfungsi untuk memasukan
pencahayaan alami kedalam bangunan di
siang hari. Pada bagian atrium utama,
terbuka langsung menghadap keluar hal ini
dapat berguna untuk memasukan
penghawaan
alami kedalam bangunan.

Upaya meminimalisir emisi


2 buangan Terdapat beberapa jenis tanaman yang
mengelilingi area tapak bangunan, hal ini
dapat berguna untuk meminimalisir dampak
negatif yang ditimbulkan oleh aktifitas di
dalam dan sekitar bangunan ke lingkungan
sekitar, serta dapat dapat berguna untuk
meredam polusi
kendaraan bermotor dari luar ke dalam
bangunan

Dalam hal penggunaan energi terbarukan dan meminimalisir energi buatan


bangunan sudah melakukan upaya, salah satunya ialah dengan adanya penggunaan
skylight dan keterbukaan pada area atrium utama guna memaksimalkan pencahayaan
dan penghawaan alami masuk kedalam bangunan. Dalam hal upaya meminimalisir
emisi buangan, mal ini telah melakukan upaya salah satunya dengan meletakkan
vegetasi di sekitar garis terluar tapak.

REFERENSI

Budimanta, (2005). Memberlanjutkan Pembangunan Di Perkotaan Melalui


Pembangunan Berkelanjutan Dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota
Indonesia dalam abad 21.

Dewanto, Hadi. Hariani, Dyah. Maesaroh. 2013. Perencanaan Strategis dalam


Penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jurnal. Journal of public policy
and management review vol.2 No.3.

Otoritas Jasa Keuangan, “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”,


https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/prinsipdan-kesepakatan-
internasional/Pages/Tujuan-PembangunanBerkelanjutan.aspx, (diakses pada 27
April 2021).
Sugandi, dkk. (2007). Prinsip dasar kebijakan pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Utina, R. Kecerdasan Ekologis dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bajo Desa


Torasiaje Provinsi Gorontalo. Prosiding Konferensi dan Seminar Nasional.
Pusat Lingkungan Hidup Indonesia ke-21, 13-15 September 2012, di Mataram.

Anda mungkin juga menyukai