Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOLOGI LINGKUNGAN

KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERWAWASAN


LINGKUNGAN

Oleh:
1. Chintami Dwijayanti
2. Delsi Ulpa Sari
3. Evitia Yuliani

(13222016)
(13222023)
(13222039)

Dosen Pembimbing:
Dra. Rohil, MS

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi
adalah bagaimana menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan
pembangunan disatu sisi dan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan
disisi lain. Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang
tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan
berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya sumber
daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas.
Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan
kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan
permasalahan pembangunan dikemudian hari (Suryadi, 2004).
Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sejak sudah lama
menjadi perhatian para ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability)
sendiri baru muncul beberapa dekade yang lalu, walaupun perhatian terhadap
keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang
mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan penduduk yang
pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini
semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun 1972
menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth dalam
kesimpulannya, bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang
terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak
akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis)
(Suryadi, 2004).
Meskipun mendapat kritikan yang tajam dari para ekonom karena
lemahnya fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit to
Growth, namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan pentingnya
pembangunan yang berkelanjutan. Karena itu perhatian terhadap aspek
keberlanjutan ini mencuat kembali ketika pada tahun 1987 World
Commission on Environment and Development (WCED) atau dikenal
sebagai Brundland Commission menerbitkan buku berjudul Our Common
Future. Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda baru mengenai

konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan lingkungan dalam


konteks pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini sekaligus menjadi
tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal yang merupakan
konsep pembangunan konvensional yang selama ini dikenal, yang
menyatakan bahwa sustainable development is one that meets the needs of
the present without comprimising the ability of the future generations to meet
their own need atau pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan dating (Suryadi, 2004).
Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk
memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui
ekosistem yang mendukung kehidupannya. Dewasa ini masalah
pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai isu penting yang perlu
terus di sosialisasikan ditengah masyarakat. Oleh karena itu penulis merasa
tertarik untuk mendalami konsep tersebut yang dituangkan dalam makalah
biologi lingkungan ini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk menyajikan konsep pembangunan
berkelanjutan sebagai kerangka pikir dalam pelaksanaan pembangunan
dewasa ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara


bertahap dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki negara secara
bijaksana. Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan
Lingkungan Hidup, jumto UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya (Elang, 2003).
Menurut Emil Salim, yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan
adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber
daya alam dan sumberdaya manusia, dengan menyerasikan sumberdaya alam
dengan manusia dalam pembangunan. Menurut Ignas Kleden, pembangunan
berkelanjutan di sini untuk sementara didefinisikan sebagai jenis
pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber
alam maupun sumber daya manusia secara optimal, dan di lain pihak serta
pada saat yang sama memelihara keseimbangan optimal di antara berbagai
tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumberdaya tersebut (Elang,
2003).
Menurut Sofyan Effendi, pembangunan berkelanjutan adalah suatu
proses pembangunan yang pengembangan teknologinya dan perubahan
kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan
potensi pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat
diartikan sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan
politik untuk meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kepentingan mereka. Konsep keberlanjutan ini
paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu karena
keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa
mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem
sumberdaya alam dan lingkungan (Elang, 2003).
Pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan wacana moral dan
kultural. Hal ini disebabkan karena yang menjadi persoalan utama adalah
pada bentuk dan arah peradaban seperti apa yang akan dikembangkan
manusia di Bumi ini. Kearifan lingkungan lokal, sekaligus plural perlu terus

dikembangkan. Tetapi tidak hanya diposisikan sebagai upaya untuk


melawan kecenderungan globalisasi dan westernisasi, melainkan satu
pilihan. Dengan kata lain, pengembangan kearifan lingkungan tidak selalu
harus dibenturkan globalisasi/westernisasi, karena dia adalah keyakinan
sekaligus pilihan-pilihan sadar tiap kelompok manusia di Bumi untuk
mengembangkan peradaban yang plural, sekaligus identitas yang beragam
(Sutamihardja, 2004).
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan pula perubahan positif sosial
ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana
masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan
kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu,
viabilitas politiknya bergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui
pemerintah, kelembagaan sosial dan kegiatan dunia usaha.
Menurut saya, pembangunan berwawasan lingkungan sangat diperlukan
mengingat daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang dengan laju
tuntutan perkembangan pemenuhan kebutuhan hidup. Namun perkembangan
yang dicapai manusia karena majunya derap pembangunan itu membawa
dampak negatif bagi lingkungan yakni rusaknya lingkungan karena
pembangunan yang lebih cenderung berorientasi ekonomis. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan
lingkungan hidup. Dengan pembangunan yang terus menerus diharapkan kita
tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan
sehingga akan tercipta Ruang Terbuka Hijau Hijau yang ideal yaitu sekitar
40% dari luas wilayah. Contoh dari pembangunan berwawasan lingkungan
misalnya di Unnes sendiri terdapat salah satu pilar konservasi yaitu Green
Architecture (arsitektur hijau).
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan Hidup
digunakan dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Selain itu juga dikenal ada lingkungan dan pembangunan, sedang
sebelumnya lebih popular digunakan sebagai istilah Pembangunan yang
berwawasan lingkungan sebagai terjemah dari Eco-development Menurut

Sonny Keraf, sejak tahun 1980-an agenda politik lingkungan hidup mulai
dipusatkan pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Mulai pertama
istilah ini muncul dalam World Conservation Strategy dari the International
Union for the conservation of nature (1980), lalu dipakai oleh Lester R.
Brown dalam bukunya Building a Suistainable Society (1981) istilah tersebut
kemudian menjadi sangat popular melalui laporan Bruntland, Our Common
Future (1987). Tahun 1992 merupakan puncak dari proses politik, yang
akhirnya pada konfe-rensi tingkat tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jainero,
Brazil, paradigma Pembangunan Berkelanjutan diterima sebagai sebuah
agenda politik pembangunan untuk semua negara di dunia (Sutamihardja,
2004).
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang
kita pergunakan disini adalah merupakan terjemahan dari suistainable
development yang sangat populer dipergunakan di negara-negara barat.
Istilah Pembangunan Berkelanjutan secara resmi digunakan dalam Tap
MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN menyebutkan bahwa bahwa konsep
pembangunan berkelanjutan telah diletakkan sebagai kebijakan, namun dalam
pengalaman praktek selama ini, justru terjadi pengelolaan sumber daya alam
yang tidak terkendali. Karena itu pembangunan berkelanjutan adalah sebuah
harapan yang harus kita wujudkan dan dalam upaya mewujudkannya itu
peranan hukum menjadi sangat relevan (Sutamihardja, 2004).
Bagi Indonesia konsep ini sebenarnya merupakan suatu konsep yang
relatif baru. Menurut Emil Salim, inti pokok dari pembangunan yang lama
tidak mempertimbangkan lingkungan, dan memandang kerusakan lingkungan
sebagai biaya yang harus dibayar. Walaupun demikian konsep ini sebenarnya
sudah dibahas mendahului Konferensi Stockholm dalam Seminar Nasional
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional di Bandung
tanggal 15-18 Mei 19972 sedangkan Konferensi Stockholm berlangsung
tanggal 15-18 Juni 1972. Menurut Daud Silalahi Seminar Nasional
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional 1972 di UNPAD
yang bekerjasama dengan BAPPENAS telah mengawali konsep
pembangunan yang berwawasan lingkungan (eco-development). Menurut

pendapatnya pertemuan ini membawa pengaruh pada pengaturan hukum


lingkungan dan pada konsep pembangunan dengan masuknya pertimbangan
lingkungan dalam setiap keputusan rencana pembangunan (Abdurahman,
2003).
Awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena
perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui sedang ekspoitasi terhadapnya dilakukan terus menerus.
Pengertian dari tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan generasi
yang akan datang adalah pembangunan yang dilakukan dimasa sekarang itu
jangan sampai merusak lingkungan, boros terhadap SDA dan juga
memperhatikan generasi yang akan datang. Generasi yang akan datang juga
jangan terlalu dimanjakan dengan tersedianya semua fasilitas (Dewi, 2012).
Menurut Abdurahman (2003), dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan, terdapat dua kaidah yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu:
1. Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources): Laju
pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi (produksi
lestari).
2. Untuk masalah lingkungan: laju pembuangan (limbah) harus lebih kecil
atau setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan.
Menurut Djajadinigrat (2001), sspek operasional dari konsep
keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif
pengertian sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
1. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang
diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi
tidak menurun sepanjang waktu (non-declining consumption).
2. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola
sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa
mendatang.
3. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital
stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
4. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.

5. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan


dan daya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
Menurut Djajadinigrat (2001), selain definisi operasional di atas, melihat
bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman,
yaitu:
1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara
keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya
ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan
industri.
2. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari
eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep
ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas
ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori
sumber-sumber ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem
yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik
Konsep pembangunan berkelanjutan berhubungan erat dengan masalah
etika, mengingat bahwa konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi
pada masa depan (future) dan juga memfokuskan diri pada masalah
kemiskinan (poverty). Konsep ini sangat memperhatikan kesejahteraan
generasi yang akan datang, namun pada saat yang bersamaan juga tidak
mengurangi perhatian terhadap upaya-upaya untuk meningkatkan taraf hidup
orang-orang miskin yang ada pada generasi sekarang (Dewi, 2013)
Di katakan konsep pembangunan yang berkesinabungan memang
mengimplikasikan batas bukan batas absolut akan tetapi batas yang
ditentukan oleh tingkat teknologi dan organisasi sosial sekarang ini mengenai
sumber daya lingkungan serta oleh kemampuan biosfer menyerap pengaruhpengaruh kegiatan manusia, akan tetapi teknologi untuk memberi jalan bagi
erat baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan permasalahan global.

Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan himbauan bahwa


pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan
kesejahteraan, tanpa mengurangi hak generasi masa depan juga meningkat
kesejahteraannya. Terdapat tiga pilar pembangunan berkelanjutanyang
ditekankan perlunya koordinasi dan integrasi yakni aspek sosial,ekonomi dan
lingkungan. Pembangunan berkelanjutan memerlukan keterpaduaan
koordinasi yang mantap antara pemanfaatan sumber daya alam, sumberdaya
manusia, dan sumberdaya buatan dalamsuatu kurun waktu, dimensi ruang
agar tepat guna, berhasil guna dan berdayaguna.
B. Ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Tujuannya
Menurut Abdurahman (2004), pembangunan berwawasan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan memiliki karakteristik yang khas dan berbeda
dengan pola pembangunan lainnya yang selama ini dilaksanakan. Ciri-ciri
tersebut sebagai berikut :
1. Menggunakan pendekatan integratif. Dengan menggunakan pendekatan
integratif maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan
lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
2. Menggunakan pandangan jangka panjang. Pandangan jangka panjang
dapat digunakan untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya yang mendukung pembangunan agar secara berkelanjutan
dapat dimanfaatkan.
3. Menjamin pemerataan dan keadilan. Strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan
faktor produksi, pemerataan kesempatan perempuan, dan pemerataan
ekonomi untuk kesejahteraan.
4. Menghargai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan
dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati
memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara
berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan datang.
5. Dalam pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan tiga dimensi
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam

meningkatkan kualitas manusia. Dimensi ekonomi dalam pembangunan


berkelanjutan tetap memfokuskan kepada pertumbuhan, pemerataan,
stabilitas, dan arif. Dimensi sosial mencakup pemberdayaan, peran serta,
kebersamaan, mobilitas, identitas kebudayaan, pembinaan kelembagaan,
dan pengentasan kemiskinan. Dimensi ekologi bertujuan untuk integritas
ekosistem, ramah lingkungan dan hemat sumber daya alam, pelestarian
keanekaragaman hayati, dan tanggapan isu global.
Menurut Dewi (2012), tujuan pembangunan berwawasan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1.

Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia

2.

dan lingkungan hidup.


Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang

3.

memiliki sikap dan tindakan yang melindungi lingkungan hidup


Terjaminnya kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan

4.
5.
6.

datang.
Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Terlindunginya wilayah Indonesia dari pengaruh negatif pembangunan,
seperti pencemaran tanah, air, dan udara.
Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan
reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya
mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak seimbangnya antara yang
ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya. Peraturan
perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan ini
(Suryadi, 2004).

C. Strategi Pembangunan Berkelanjutan


Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari
setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat
komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang.
1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial
harus dilandasi hal-hal seperti: meratanya distribusi sumber lahan dan
faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya

ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.


Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai.
Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat
diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang
menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin
melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat
(Suryadi, 2004).
Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan
berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat
dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti
pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi
masa datang dalam memenuhi kebutuhannya (Suryadi, 2004).
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk
memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara
berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati
juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem.. Pemeliharaan
keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata
terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi
berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti (Elang, 2003).
3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian
tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial.
Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan
yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang
dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam
kelembagaan (Elang, 2003).
4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,
implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang
melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan
dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam
prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif

pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka


pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi,
oleh karena itu perlu dipertimbangkan (Sutamihardja, 2004).
D. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan
Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan
pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek
kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya,
politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.
1. Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan
keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin
keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis
harus diupayakan hal-hal sebagai berikut (Sutamihardja, 2004) :
a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang
kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas,
adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh kehidupan
berkelanjutan.
b. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas
tatanan lingkungan yaitu; daya dukung, daya asimilatif dan
keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan. Ketiga untuk
melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan
lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan modifikasi ekosistem,
kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku mutu ekologis
yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya
asimilatifnya lingkungan.
c. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan
yang menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang
menjadikan rangkaian jasa pada manusia masa kini dan masa
mendatang.
2. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua
hal utama keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek
keberlanjutan lainya. Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan
ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui

reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan


ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang
berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi
kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan
makro ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor
publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi
kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk
pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi
pendapatan dan asset (Sutamihardha, 2004).
3. Keberlanjutan Ekonomi Sektoral
Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi
makro secara jangka pendek akan mengakibatkan distorsi sektoral yang
selanjutnya mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini harus diperbaiki
melalui kebijaksanaan sektoral yang spesifik dan terarah. Oleh karena itu
penting mengindahkan keberlanjutan aktivitas dan ekonomi sektoral.
Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan
terhadap kegiatan ekonomi. Pertama, sumberdaya alam yang nilai
ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan sebagai kapital yang
tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip harga
sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi, ditambah biaya
lingkungan dan biaya pemanfaatannya (Djajadiningrat, 2001).
4. Keberlanjutan Sosial Budaya
Menurut Djajadiningrat (2001), secara menyeluruh keberlanjutan
sosial dan budaya dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri manusia
dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial dan
budaya mempunyai empat sasaran yaitu:
a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen
politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat
peranan dan status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan
lingkungan keluarga.
b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan
dan mengurangi kemiskinan absolut.
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan
menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan

memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat


masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan
keputusan.
5. Keberlanjutan Politik
Keberlanjutan politik diarahkan pada aspek human right, kebebasan
individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan
politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses
demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesedian
pangan, air, dan pemukiman (Dewi, 2012).
6. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan
Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi
tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung
dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan (Dewi, 2012).
E. Pelaksanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Dalam proses pelaksanaan pembangunan atau kegiatan ekonomi,
komponen-komponen lingkungan tersebut kemungkinan akan mengalami
perubahan atau lebih dikenal terkena dampak dari suatu kegiatan
pembangunan. Perubahan lingkungan tersebut dapat bersifat global,nasional
maupun lokal. Ketiganya harus dilihat secara menyeluruh dan terpadu oleh
karena memang ketiganya tidaklah dapat dipisahkan dan saling terkait. Lebih
lanjut, perlu dipahami bahwa keterkaitan antara permasalahan lingkungan
global dan lokal sangatlah erat. Sebagai contoh, membicarakan Agenda 21
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari Agenda 21 Rio karena yang terakhir
inilah yang mendasari terciptanya Agenda 21 Indonesia. Demikian juga,
dalam membicarakan isu lingkungan global perlu juga diimbangi dengan
pembicaraan tentang isu lingkungan nasional (Indonesia) (Dewi, 2012).
Dalam pembangunan perlu memasukkan antara pembangunan dengan
lingkungan karena lingkungan berfungsi sebagai penopang pembangunan
secara

berkelanjutan. Jika pembangunan secara terus-menerus

tidak

memperhatikan faktor lingkungan maka lingkungan hidup akan rusak dan


berkelanjutan pembangunan itu sendiri akan terancam. Pembangunan

berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas manusia secara


bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan ilmu pengetahuan dengan menserasikan ketiga komponen
tersebut sehingga dapat berkesinambungan.
Menurut Dewi (2012), dalam memanfaatkan lingkungan sebagai
penopang pembangunan harus pula memperhitungkan keterbatasannya,
sehingga tidak boleh serakah agar tidak habis pada saat ini. Hal-hal penting
dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan antara lain sebagai
berikut:
1. Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus-menerus dengan
ditopang kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara
berkelanjutan.
2. Pembangunan yang dilakukan memungkinkan meningkatkan
kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kesejahteraan generasi
yang akan datang.
3. Lingkungan hidup memiliki keterbaasan sehingga dalam pemanfaatannya
akan mengalami pengurangan dan penyempitan.
4. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula pengaruhnya
terhadap kualitas hidup yang tercermin antara lain pada meningkatnya usia
harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian.
5. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, dilakukan
sehemat mungkin dan dicari sumber daya alternatif lainnya sehingga dapat
digunakan selama mungkin.
Menurut Abdurahman (2003), cara mengupayakan kelestarian
lingkungan hidup yaitu dengan :
1. Memilah-milah sampah menurut jenisnya: sampah organik (daun, sisa
makanan, dan kertas) dan sampah nonorganik (plastik, botol, dan kaleng)
sehingga dapat didaur ulang.
2. Menanam kembali pohon muda untuk menggantikan pohon yang telah
ditebang.

3. Menghemat penggunaan kertas dan pensil, sebaiknya menggunakan kertas


yang masih kosong meskipun bekas.
4. Menggunakan air sehemat mungkin dengan cara jangan sampai kran air
terbuka terus hingga air terbuang percuma, serta menggunakan air bekas
mencuci untuk menyiram tanaman, tidak langsung dibuang.
5. Tidak menggunakan semprotan untuk minyak wangi dan obat insektisida.
6. Menggunakan saringan udara pada kendaraan bermotor, pabrik, dan dapur
rumah tangga.
7. Menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, contohnya
menghemat penggunaan minyak bumi dan gas bumi serta batubara.
8. Menggunakan alat pendingin udara (AC) dan lemari es yang tidak
mengandung freon.
9. Mengurangi penggunaan busa untuk alas tidur, kursi, dan jok mobil.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberlanjutan bukanlah merupakan konsep yang sederhana malainkan
komplek, karena dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan
dan saling berkaitan. Oleh karena pemahaman pembangunan berkelanjutan
penting ditingkatkan terutama bagi pengambil kebijakan baik skala makro
maupun mikro guna mencapai tujuan pembangunan. Untuk memahami
konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka dalam aplikasi atau
penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang dapat dijadikan
acuan dalam menuju arah pembangunan, oleh karena itu pada makalah ini
penulis telah mencoba mendalami dan menggambarkan berbagai konsep dan
pertimbangan-pertimbangan aspek keberlanjutan guna membantu
mengidentifikasi dan memformulasikan berbagai strategi, guna menjadi
acuan dalan mencapai tujuan pembangunan, khusus di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. 2003. Pembangunan Berkelanjutan. Website: http://www.lfip.org/
english/pdf/baliseminar/pembangunan%20berkelanjutan
%20%20abdurrahman.pdf. Di akses Minggu, 20 Desember 2015 pada pukul
08.50 WIB.
Dewi. 2012. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Website: http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/30654/4/Chapter%20II.pdf. Di akses Minggu, 20
Desember 2015 pada pukul 08.50 WIB.
Djajadinigrat, 2001 Untuk Generasi Masa Depan: Pemikiran, Tantangan dan
Permasalah Lingkungan. Bandung: ITB.
Elang L. 2003 Kumpulan Makalah Perubahan Lingkungan Global dan kerjasama
Internasional Bogor: IPB
Suryadi. 2004. Pembangunan Berkelanjutan. Website: http://file.upi.edu/
Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031ACE_SU
RYADI/askar_jaya.pdf. Di akses Minggu, 20 Desember 2015 pada pukul
08.40 WIB.
Sutamihardja. 2004. Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam. Bogor: IPB

Anda mungkin juga menyukai