Anda di halaman 1dari 11

Sustainable Development (Pengembangan Berkelanjutan)

Oleh : Herfi Rahmi (1207113629)



BAB I
PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi.
Pembangunan selalu diidentikan dengan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya.
Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata.
Namun hal tersebut telah menimbulkan beberapa efek negatif. Momentum pembangunan
dicapai dengan pengorbanan (at the expense of) deteriorasi ekologis, penyusutan sumber lain,
timbulnya kesenjangan sosial, dan dependensi. Sejumlah pemikir di Massachusetts Institute of
Technology dan Club of Rome, misalnya, memperingatkan pertumbuhan penduduk dunia tetap
seperti ini, pada suatu ketika akan tercapai batas ambang (threshold) pertumbuhan, dan akan
terjadi kehancuran planet bumi ini sebagai suatu sistem.
Dalam pola pembangunan, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber
daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan bukan hanya berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan
pendapatan perkapita sebagai indeks dari pembangunan saja, akan tetapi pembangunan
merupakan suatu proses multi dimensi yang meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh
sistem dan aktifitas ekonomi dan sosial dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.
Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan
Undangundang Dasar 1945. Dalam melaksanakan pembangunan nasional perlu memperhatikan
tiga pilar pembangunan berkelanjutan secara seimbang, hal ini sesuai dengan hasil Konferensi
PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan suatu Deklarasi
Lingkungan Hidup KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang menyepakati prinsip dalam
pengambilan keputusan pembangunan harus memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia
serta KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Tahun 2002 yang membahas dan
mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup
Prinsip pembangunan berkelanjutan diangkat dalam berbagai hasil dari Konferensi PBB
tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and
Development atau UNCED), yang program kegiatannya dicantumkan dalam Agenda 21 Global.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Brundtland Report dari PBB (1987) dalam Wikipedia, pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran
lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan
social serta lingkungan.
Pada beberapa dekade terakhir, konsep pembangunan keberlanjutan
(sustainable development) semakin sering digunakan oleh banyak negara di dunia
untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional
maupun internasional. Keberlanjutan (sustainability) saat ini telah menjadi elemen
inti (core element) bagi banyak kebijakan pemerintah negara-negara di dunia dan
lembaga-lembaga strategis lainnya. Menurut Khanna et al. (1999) pembangunan
keberlanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamik antara fungsi maintenance
(sustainability) dan transformasi (development) dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup.
Menurut Cornelissen et al. (2001) sustainability memiliki implikasi pada
dinamika pembangunan yang sedang berlangsung dan dikendalikan oleh ekspektasi
tentang berbagai kemungkinan di masa yang akan datang. Untuk memulai dan
memantau pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan kerangka kerja
terstandardisasi (standardized framework) yang terbagi dalam empat tahap, yaitu:
1. Mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan konteksnya;
2. Mendeterminasi permasalahan dengan context-dependent pada dimensi
ekonomi, ekologi, dan sosial;
3. Menterjemahkan permasalahan ke dalam indikator keberlanjutan yang
terukur;
4. Menilai kontribusi indikator-indikator tersebut pada pembangunan
berkelanjutan secara menyeluruh.
Pada dasarnya konsep pembangunan berkelanjutan ini merupakan strategi
pembangunan yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah
dan sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi
merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan sosial
ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam
menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam
pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas
fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.

2. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar
kesejahteraan hidup manusia yang layak, cukup sandang, pangan, papan, pendidikan
bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan
dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan
kebebasan untuk menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf
kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga kelestarian lingkungan alam
serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.

3. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan mineral,
dan keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan,
keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan
memerhatikan pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan
lingkungan hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk
peningkatan kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan dasar
bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki
kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa
kini dan masa yang akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan integratif,
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang dilakukan
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.


4. Skema Pembangunan Berkelanjutan
Skema pembangunan berkelanjutan terletak pada titik temu tiga pilar (sosial,
ekonomi dan lingkungan), Deklarasi Universal Keberagaman Budaya
(UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan
menyebutkan bahwa keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana
pentingnya keragaman hayati bagi alam. Dengan demikian pembangunan tidak
hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk
mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual. dalam pandangan
ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan
pembangunan berkelanjutan. (id.wikipedia.org)

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut
tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-
akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh.
Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang
adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus
berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar
dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable).
Atau hubungan ketiganya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

5. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990 dalam Askar Jaya (2004)) bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk
mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa
mendatang.
Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja dalam Askar Jaya (2004), menyatakan
sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan
terjadinya:
1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration
equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali
ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam
yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya
alam yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik
masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
antar generasi.
6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.

6. Tahapan Pembangunan Berkelanjutan
Dalam buku Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21
(Buku 1) Sarosa menyampaikan bahwa pada era sebelum pembangunan berkelanjutan
digaungkan, pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya tujuan bagi
dilaksanakannya suatu pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya.
Selanjutnya pada era pembangunan berkelanjutan saat ini ada 3 tahapan yang dilalui
oleh setiap negara. Pada setiap tahap, tujuan pembangunan adalah pertumbuhan
ekonomi namun dengan dasar pertimbangan aspek-aspek yang semakin komprehensif
dalam tiap tahapannya. Tahapan-tahapan ini digambarkan sebagai evolusi konsep
pembangunan berkelanjutan, seperti dalam Gambar 3 berikut ini:


B. Peran Tata Ruang Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Budihardjo (2005) dalam bulletin tata ruang (2008), rencana tata
ruang adalah suatu bentuk kebijakan publik yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan proses pembangunan berkelanjutan. Namun masih banyak masalah
dan kendala dalam implementasinya dan menimbulkan berbagai konflik kepentingan.
Konflik yang paling sering terjadi di Indonesia adalah konflik antar pelaku
pembangunan yang terdiri dari pemerintah (public sector), pengusaha atau
pengembang (private sector), profesional (expert), ilmuwan (perguruan tinggi),
lembaga swadaya masyarakat, wakil masyarakat, dan segenap lapisan masyarakat.
Konflik yang terjadi antara lain: antara sektor formal dan informal atau sektor modern
dan tradisional di perkotaan terjadi konflik yang sangat tajam; proyek urban renewal
sering diplesetkan sebagai urban removal; fasilitas publik seperti taman kota harus
bersaing untuk tetap eksis dengan bangunan komersial yang akan dibangun; serta
bangunan bersejarah yang semakin menghilang berganti dengan bangunan modern dan
minimalis karena alasan ekonomi.
Terkait dengan berbagai konflik tersebut, maka beberapa usulan yang diajukan
Budiharjo (2005) untuk meningkatkan kualitas perencanaan ruang, antara lain:
1. Orientasi jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan
pemecahan masalah jangka pendek
2. Penegakan mekanisme development control lengkap dengan sanksi
(disinsentif) bagi berbagai jenis pelanggaran dan insentif untuk ketaatan
pada peraturan.
3. Penataan ruang secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-
model advocacy, participatory planning dan over-the-board planning
atau perencanaan lintas sektoral, sudah saatnya dilakukan secara
konsekuen dan konsisten.
4. Perlu peningkatan kepekaan sosio kultural dari para penentu kebijakan
dan para professional (khususnya di bidang lingkungan binaan) melalui
berbagai forum pertemuan/diskusi/ceramah/publikasi, baik secara formal
maupun informal.
5. Perlu adanya perhatian yang lebih terhadap kekayaan khasanah
lingkungan alam dalam memanfaatkan sumber daya secara efektif dan
efisien.
6. Keunikan setempat dan kearifan lokal perlu diserap sebagai landasan
dalam merencanakan dan membangun kota, agar kaidah a city as a social
work of art dapat terejawantahkan dalam wujud kota yang memiliki jati
diri. Fenomena globalization with local flavour harus dikembangkan
untuk menangkal penyeragaman wajah kota dan tata ruang.
Disamping enam usulan tersebut tentunya implementasi indikator-indikator
pembangunan berkelanjutan yang berpijak pada keseimbangan pembangunan dalam
sedikitnya 3 (tiga) pilar utama, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial harus menjadi
dasar pertimbangan sejak awal disusunnya suatu produk rencana tata ruang
kota/wilayah.

C. Indonesia dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Kewajiban yang dimuat dalam Prinsip 21 Deklarasi Stockholm dan prinsip Deklarasi
Rio mengatur hak berdaulat negara atas sumberdaya alam dan tanggungjawab negara
untuk:
a) mencegah dampak lingkungan yang bersifat lintas batas batas negara;
b) melakukan tindakan pencegahan (the principle of prevention action);
c) bertetangga yang baik dan kewajiban melakukan kerjasama internasional;
d) pembangunan berkelanjutan (the principle of sustainable development);
e) Prinsip kehati-hatian (the precautionary principle);
f) Prinsip pencemar membayar (the polluter pays principle); dan
g) Prinsip kebersamaan dengan tanggungjawab yang berbeda (the principle of common
but differentiated responsibility).
Secara faktual pembangunan nasional Indonesia masih belum mencerminkan konsep
dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, terutama prinsip-prinsip yang
didasarkan pada Deklarasi Rio 1992 yang meliputi:
Akses pada informasi (access to information)
Partisipasi publik dalam pengambilan keputusan (public participation in decision
making)
Akses pada keadilan (access to justice)

Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan sebagai hasil debat antara
pendukung pembangunan dan pendukung lingkungan. Konsep pembangunan yang
berkelanjutan ini terus berkembang. Pada tahun 1987, Edward B. Barbier mengusulkan
bahwa pembangunan berkelanjutan harus dilihat sebagai interaksi antara tiga system :
sistem biologis dan sumber daya, sistem ekonomi dan sistem sosial.
Tiga masalah yang merupakan hambatan utama dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia yaitu masalah kemiskinan, masalah
kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan ketertiban.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan
hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menjamin Pemerataan dan Keadilan.
Menghargai Keanekaragaman Hayati
Menggunakan Pendekatan Integratif
Menggunakan Pandangan Jangka Panjang
3. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek
yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh.
4. Hambatan utama dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia
adalah kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban, dan
sebagainya.
5. Bahwa masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di suatu
kawasan tertentu memperlihatkan bahwa kawasan itu sedang dalam proses tidak
berkelanjutan.
6. Kemiskinan dan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah hilang atau rusak, tercemar,
itu merupakan ancaman terhadap proses pembangunan berkelanjutan. Ancaman tersebut
tidak hanya terjadi di kawasan itu saja, tetapi juga akan mempengaruhi sub-sub sistem
lain yang membentuk kawasan itu
7. Indikator pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari beberapa aspek, yaitu
aspek ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya serta pertahanan dan
keamanan.
8. Dengan berpijak pada keseimbangan pembangunan sedikitnya 3 (tiga) pilar utama, yaitu
ekonomi, lingkungan dan sosial harus menjadi dasar pertimbangan sejak awal disusunnya
suatu produk rencana tata ruang kota/wilayah.

Anda mungkin juga menyukai