Anda di halaman 1dari 135

Hari/Tanggal :

Pukul :
Tempat : Ruang Seminar
Tim Penguji
1. Dr. Jafriati, S.Si., M.Si.
2. Yasnani, S.Si., M.Kes
3. Laode Ahmad Saktiansyah, S.K.M., M.P.H
Pembimbing
1. Prof. Dr. Yusuf Sabilu, M.Si
2. Nurmaladewi, S.K.M., M.P.H

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT SELAMA PANDEMI


COVID-19 DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SARMIN
J1A1 17 330

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT SELAMA PANDEMI


COVID-19 DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) BAHTERAMAS
PROVINSI SULWESI TENGGARA

Disusun Oleh :

SARMIN
J1A1 17 330

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Yusuf Sabilu, M. Si Nurmaladewi, S.K.M., M.P.H


NIP. 196809241993031003 NIP. 199108142019032024

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat

Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes


NIP. 19670601 200212 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Masa Pandemi Covid-19 Di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 2020”. Untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu oleo.

Dari lubuk hati yang mendalam, ucapan terimakasih yang tak terhingga saya

persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda La Diki yang telah

menjadi penguat dalam melakukan berbagai hal dan Ibunda tercinta Wa Sanaria

yang telah melahirkan, mengasuh, membimbing, mendidik dengan kasih sayang

yang melimpah, menjadi motivasi untuk hidup lebih mandiri serta memberikan

dukungan terus menerus dan doa yang tiada hentinya. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak. Terima kasih dan penghargaan penulis berikan kepada Bapak

Prof. Dr. Yusuf Sabilu, M. Si.. dan Ibu Nurmaladewi, S.K.M., M.P.H. selaku

dosen pembimbing yang senantiasa memberikan masukkan, saran dan koreksi

dalam penyusunan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, beserta seluruh jajarannya.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo Kendari.

iii
4. Penasehat Akademik Bapak Rahman, S.K.M., M.P.H serta Seluruh Dosen

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, Kendari.

5. Staf pengelola Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu

administrasi penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Kepala Kesatuan Bangsa Dan Politik Sulawesi Tenggara yang telah

memberikan izin penelitian kepada penulis.

7. Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara beserta seluruh

stafnya telah banyak membantu dalam proses penelitian.

8. Kepala Instalasi Sanitasi dan Penanggung Jawab Pengelola Limbah Medis

yang telah banyak memberikan saran, motovasi dan arahan terkait dalam

proses penelitian

9. Seluruh Kepala Ruangan, Perawat Ruangan dan Cleaning Service Rumah

Sakit Bahteramas yang telah memberikan kesempatan dalam upaya

pengambilan data atau informasi tentang pengelolaan limbah medis padat

10. Kepada Tim Penguji, Ibu Dr. Jafriati, S.Si., M.Si. Ibu Yasnani, S.Si., M.Kes.

dan La Ode Ahmad Saktiansyah, S.K.M., M.P.H.

11. Teman-teman seperjuangan FKM 2017 terkhusus kelas Kesling dan Epid yang

tidak bisa disebutkan satu persatu yang setiap harinya selalu berbagi ilmu dan

berbagi cerita dalam suka dan duka.

12. Teman-teman PBL Kelurahan Talia dan teman-teman KKN Tematik 2020

Kota Kendari yang memberikan banyak cerita serta pengalaman yang luar

biasa.

iv
13. Teman-teman Leting SMAN 2 Kusambi yang saling memotivasi antara satu

dengan yang lain

14. Terkhusus teman-teman seperjuangan Muhamammad Mirza Ramadhan, Siti

Salifa, Sridevi, Yulya Devitha dan Hijrawati yang selalu menemani, motivasi,

menguatkan, mendukung dan mendoakan dari proses penyusunan proposal,

hasil penelitian dan skripsi.

Harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang kesehatan,

membangun bangsa, negara, dan agama.

Akhir kata teriring harapan dan doa semoga apa yang telah di berikan baik

secara moril maupun materil, insyaallah mendapat imbalan dari Allah SWT.

Amin.

Kendari, Desember 2020

Penulis

v
ABSTRAK

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI MASA PANDEMI COVID-


19 DI RUMAH SAKIT BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI
TANGGARA 2020

OLEH:

SARMIN
J1A1 17 330

Limbah medis yang dihasil selama pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit


Bahteramas pada bulan Juli jumlah limbah medis yang dihasilkan sebanyak 3650
kg, pada bulan Agustus sebesar 5623 kg dan pada bulan September 7748 kg.
Data menunjukan volume limbah medis semakin meningkat, karena semakin
bertambahnya jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan limbah medis padat selama
pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara. Metode yang digunakan dengan pendekatan Studi kualitatif. Informan
penelitian yaitu Penanggung Jawab Pengelola Limbah Medis, Kepala Ruangan,
Cleaning Service dan Perawat Petugas. Penelitian di Rumah Sakit Bahteramas
menunjukkan bahwa pemilahan sudah dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah, masing-masing ruangan telah disediakan tempat sampah
medis dan non-medis yang diberi label limbah infeksius dan non-infeksius serta
safety box sebagai tempat pewadahan limbah B3. Pewadahan sudah dilakukan
untuk limbah medis padat yang terkontaminasi maupun yang tidak
terkontaminasi, digunakan tong sampah pijakan yang anti tusuk, anti bocor,dan
anti air serta dilapisi kantong plasti kuning berlabelkan limbah infeksius dan
limbah non-infeksius. Kemudian safety box untuk limbah medis benda tajam,
Pengumpulan limbah medis dilakukan oleh CS ruangan, limbah medis padat
disimpan di kantong plastik kuning dan limbah non medis di simpan kantong
plastik hitam sedangkan benda tajam di safety box. Pengangkutan sudah
dilakukan menggunakan troli tertutup yang anti bocor, anti air dan tidak memiliki
sudut runcing. Penelitian menunjukan bahwa dalam pengelolaan limbah medis
sudah sesuai dengan Kepmenkes Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 terkait dengan
proses pemilahan disediakan tempat sampah medis dan non-medis dan safety box,
pewadahan digunakan tong sampah pijakan yang anti tusuk, anti bocor,dan anti
air serta dilapisi kantong plasti kuning berlabelkan limbah infeksius dan limbah
non-infeksius. Kemudian safety box untuk limbah medis benda tajam dan
pengangkutan sudah dilakukan menggunakan troli tertutup yang anti bocor, anti
air dan tidak memiliki sudut runcing.
Kata Kunci : Covid-19, Limbah Medis, Pengelolaan.

vi
ABSTRACT

MANAGEMENT OF SOLID MEDICAL WASTE IN THE COVID-19


PANDEMIC TIME IN BAHTERAMAS HOSPITAL IN SULAWESI
TANGGARA PROVINCE 2020

By:

SARMIN
J1A1 17 330

The medical waste generated during the Covid-19 pandemic At Bahteramas


Hospital in July the amount of medical waste produced was 3,650 kg, in August it
was 5,623 kg and in September 7748 kg. The data shows that the volume is
increasing, due to the increasing number of confirmed positive cases of Covid-19
in Southeast Sulawesi. This study aims to look at the management of solid
medical waste during the Covid-19 pandemic at the Bahteramas Regional General
Hospital, Southeast Sulawesi Province. The method used is a qualitative study
approach. The informants were the research person in charge of medical waste
management, the head of the room, cleaning service and nurse officers. Research
at Bahteramas Hospital shows that in sorting it has been carried out starting from
sources that produce waste, each room has been provided with medical and non-
medical trash bins labeled infectious and non-infectious waste as well as a safety
box as a container for B3 waste. Storage has been carried out for both
contaminated and uncontaminated solid medical waste, use a puncture-proof,
leak-proof and water-repellent stepping trash can and prepare yellow plastic bags
labeled with infectious and non-infectious waste. Then the safety box for medical
waste sharp objects, transportation has been carried out using a closed trolley that
is leak-proof, waterproof and has no sharp corners. Research shows that in
medical waste management it is in accordance with the Kepmenkes Number: 1204
/ Menkes / SK / X / 2004 which is related to the sorting process, provided medical
and non-medical trash bins and safety boxes, the containers are used for anti-
puncture, anti leaking, and water repellent and management of yellow plastic bags
labeled infectious waste and non-infectious waste. Then the safety box for
medical waste sharp objects and transportation has been carried out using a closed
trolley that is leak-proof, waterproof and has no sharp corners.

Keywords: Covid-19, Medical Waste, Management.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………… iii
ABSTRAK…………………………………………………………….. vi
ABSTRACT…………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL……………………….……………………………. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG…....…………………… Xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 7
1.3 Tujuan………………………………………………………….. 7
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………. 7
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………… 7
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 8
1.4.1 Manfaat Ilmiah…………………………………………… 8
1.4.2 Manfaat Institusi…………………………………………. 8
1.4.3 Manfaat Praktis..…………………………………………. 9
1.5 Ruang Lingkup………………………………………………… 9
1.6 Glosarium……………………………………………………… 9
1.7 Organisasi……………………………………………………… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….. 11
2.1 Tinjauan Hasil Penelitian……………………………………... 11
2.2 Tinjauan Teori Dan Konsep…………………………………… 14
2.2.1 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit……..…………… 14
2.2.2 Tinjauan Umum Tentang Limbah Medis Padat ………… 16
2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Coronavirus Desease………… 29
2.2.4 Tinjauan Umum Tentang Protokol
Kesehatan Di Rumah Sakit Umum………………….... 31
2.3 Kerangka Pemikiran Dan Defenisi Konsep…………………… 33
2.3.1 Kerangka Pemikiran…………………………………….. 33
2.3.2 Defenisi Konsep………………………………………… 35
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………. 37
3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian……………………………… 37
3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti…………………………… 37
3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………… 38
3.4 Penentuan Informan…………………………………………… 38
3.5 Sumber Data…………………………………………………… 39
3.6 Tehnik Pengumpulan Data…….……………………………… 39
3.7 Tehnik Analisis Data…………..……………………………… 40

viii
3.8 Pengecekan Validitas Temuan………………………………… 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………. 42
4.1 Gambaram Umum Lokasi Penelitian………………………….. 42
4.1.1 Letak Geografis………………………………….……… 42
4.1.2 Area Dan Bangunan……………………………………. 42
4.1.3 Organisasi Dan Manajemen…………………………….. 43
4.2 Gambara Umum Tentang Informan…………………………….. 47
4.2.1 Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin……… 47
4.2.2 Distribusi Narasumber Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 47
4.2.3 Distribusi Narasumber Berdasarkan Masa Kerja……….. 48
4.3 Gambara Umum Penelitian……..…………………………….. 48
4.4 Hasil…………………………………………………………… 49
4.4.1 Manajemen K3 Di Rumah Sakit Bahteramas…………… 50
4.4.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 53
4.4.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 58
4.5 Pembahasan……………………………………………………. 62
4.5.1 Manajemen K3 Di Rumah Sakit Bahteramas…………… 62
4.5.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 66
4.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 70
BAB V PENUTUP…………………………………………………… 76
5.1 Kesimpulan……………………………………………………. 76
5.2 Saran…………………………………………………………... 77
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 79
LAMPIRAN…………………………………………………….……. 88

DAFTAR TABEL

Teks Halama
n

Pemilahan Limbah Berdasarkan Jenisnya……………….. 25


Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 47
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.... 47

ix
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja... ………. 47

DAFTAR GAMBAR

Teks Halama
n

Bagan Kerangka Pemikiran….....……………………………. 34


Struktur Organisasi Di Rumah Sakit Bahteramas…………… 46

x
DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman

Pedoman Wawancara Informan Kunci ………………………….……... 85


Pedoman Wawancara Informan Biasa…………..................................... 88

xi
Pedoman Check list ……………………………………………….……. 90
Surat Izin Penelitian Untuk Kesbangpol Sultra………………………… 94
Surat Izin Penelitian Untuk RSUD Bahteramas Prov. Sultra…………… 95
Surat Izin Penelitian Di Rumah Sakit Bahteramas……………………… 96
Surat Keterangan Selesai Penelitian……………………………………. 97
Hasil Observasi……………………….………………………………… 98
Tabel Narasumber………………………………………………………. 108
Dokumentasi……………………………………………………………. 109
Matriks Hasil Wawancara Informan Kunci Dan Informan Biasa……… 112

DAFTAR SINGKATAN

ADB : Asia Development Bank

APD : Alat Pelindung Diri

B3 : Bahan Berbahaya Dan Beracun

xii
Covid-19 : Coronavirus Desease

Depkes : Departemen Kesehatan

HIV : Human Immunodeficiency Virus

ICU : Intensive Care Unit

IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah

MCK : Mandi Cuci Kakus

MSW : Municipal Solid Waste

MERS : Middle East Respiratory Syndrome

UGD : Unit Gawat Darurat

RSPI : Rumah Sakit Penyakit Infeksi

RS : Rumah Sakit

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RNA : Asam Ribonukleat

SPO : Standar Prosedur Operasional

SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome

TPS : Tempat Penampungan Sementara

WHO : World Health Organizatio

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas

ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis

namun juga sebagai salah satu penghasil limbah infeksius (Dari, 2018). Limbah

yang dihasilkan memiliki potensi menimbulkan pencemaran bagi lingkungan,

ancaman kesehatan bagi petugas kesehatan dan masyarakat sekitarnya jika tidak

dilakukan pengelolaan yang baik sesuai dengan standar pengelolaan limbah

(Mayang et al., 2018).

Sudah hampir dua bulan sejak kasus pertama Coronavirus Disease

(Covid-19) pertama kali diumumkan Pemerintah Indonesia pada 2 Maret 2020.

Data statistik terus direkam dengan cermat berkaitan dengan jumlah kasus positif-

sembuh-meninggal, beserta aneka olahan data lain yang tersaji diberbagai portal

resmi pemerintah pusat maupun daerah. Namun untuk menghindari proses

penularan atau memutus rantai penularan Covid-19 harus memperhatikan

pengelolaan limbah medis yang berasal dari pasien terkonfirmasi positif covid-19

yang baik agar dapat dipastikan para petugas dan orang-orang disekitar tidak

terpapar Covid-19 (Prasetiawan, 2020).

Limbah medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis.

Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di rumah

sakit dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada

saat pengumpulan, pemilahan, penampungan, penyimpanan, pengangkutan dan

1
2

pemusnahan serta pembuangan akhir (Rahno et al., 2015). Limbah yang

dihasilkan dari upaya medis seperti rumah sakit merupakan jenis limbah yang

termasuk dalam kategori Biohazard. Biohazard yaitu jenis limbah yang sangat

membahayakan lingkungan, di mana sangat banyak terdapat buangan virus,

bakteri maupun zat-zat yang membahayakan (Pratiwi & Maharani, 2013).

Semua individu yang berada di rumah sakit berisiko untuk terpapar limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tidak saja terhadap pasien namun juga

individu yang bekerja di rumah sakit seperti tenaga medis, administrasi dan

pendukung. Akibat pengelolaan yang kurang hati-hati, petugas yang berada di

tempat perawatan kesehatan yang menghasilkan limbah maupun yang berada di

luar sumber limbah namun bertugas untuk menangani limbah tersebut berisiko

terpapar virus atau bakteri (Narayana, V., 2014). Begitupula dimasa pandemi

Covid-19 saat ini dimana seperti yang diketahui virus corona memiliki viruslensi

yang tinggi untuk menular utamanya bagi petugas kesehatan di rumah sakit yang

menangani pasien terkonfirmasi positif Covid-19, petugas medis ini tdk hanya yg

merawat pasien tetapi juga termasuk petugas yang menangani limbah medis

dirumah sakitr tersebut (Prihartanto, 2020).

Limbah medis dimasa pandemi Covid-19 perlu dikumpulkan dan diolah

secara tepat waktu, aman dan dengan cara yang efektif untuk meminimalkan

penyebaran virus dan risiko pada manusia. Timbulan limbah medis padat

meningkat secara eksponensial selama wabah covid-19 (Yu et al., 2020). Data

menunjukan bahwa kota-kota secara kolektif menyumbang sekitar 864,00 ton

umum limbah medis padat ke Municipal Solid Waste (MSW) setiap hari.
3

Landfilling masih merupakan salah satu Municipal Solid Waste (MSW) yang

paling umum opsi manajemen di negara berkembang Asia seperti India, Malaysia,

Thailand, Bangladesh, Myanmar, dan Indonesia (Kulkarni, 2020). Peningkatan

pesat dalam jumlah dikonfirmasi kasus posisitif Covid-19 seiring dengan

peningkatan jumlah limbah medis padat di Rumah Sakit (RS) (Peng et al., 2020).

Data menunjukan bahwa limbah medis padat dibeberapa Ibukota negara

Asia Tenggara sangat beragam selama pandemi Covid-19, dimana penghasil

limbah tertinggi adalah Ibukota Fillipina yaitu Manila sebesar 280 t/d, ke dua

adalah Ibukota Thailand yaitu Bangkok sebesar 210 t/, ke tiga adalah Ibukota

Indonesia yaitu Jakarta sebesar 201 t/d, ke empat adalah Ibukota Vietnam yaitu

Ha Noi sebesar 160 t/d sedangkan yang terendah adalah Kuala Lumpur sebesar

154 t/d (Nghiem et al., 2020). Tren kenaikan jumlah timbulan limbah medis padat

terjadi di seluruh negara di dunia. Selama wabah Covid-19 berlangsung di

Provinsi Hubei, Tiongkok, tercatat kenaikan 6 kali timbulan normal limbah medis

padat, dari 40 ton/hari menjadi 240 ton/hari Berdasarkan data dari Kementerian

Ekologi dan Lingkungan China, hingga 21 Maret 2020, terjadi penambahan

limbah medis padat dari 4.902,8 ton per hari menjadi 6.066 ton per hari (Shi J.,

2020).

Limbah medis padat di Rumah Sakit Indonesia juga turut meningkat

selama pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukan dari data Direktur Kesehatan

Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes menjelaskan bahwa limbah

medis padat yang belum dikelola jumlahnya masih sangat besar. Volume limbah

medis padat yang berasal dari 2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di
4

Indonesia mencapai 290-an ton per hari (Humas UGM, 2019). Data dari Rumah

Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianto Suroso menunjukkan adanya kenaikan

timbulan limbah medis padat dan alat pelindung diri (APD) yang dimusnahkan

oleh insinerator. Jumlah timbulan limbah medis padat pada Januari 2020, jumlah

timbulan adalah 2.750 kg, meningkat menjadi 4.500 kg pada bulan Maret 2020,

seiring dengan peningkatan pasien terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di rumah

sakit tersebut (Deni C. N., 2020). Asian Development Bank (ADB) memprediksi

DKI Jakarta saja akan menghasilkan limbah medis padat 212 ton/hari

(Prasetiawan, 2020). Sementara itu jumlah fasilitas pengelolaan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) yang ada di Indonesia masih terbatas. Fakta

menunjukkan bahwa dari 132 Rumah Sakit (RS) rujukan yang ditunjuk

pemerintah untuk merawat pasien Covid-19, baru 20 RS saja yang memiliki

insinerator berizin. Di sisi lain, dari total 2.889 RS yang beroperasi, baru 110 RS

saja yang memiliki fasilitas insinerator berizin (Soemiarno, 2020).

Limbah medis padat Covid-19 perlu ditangani secara serius mengingat

penyebarannya sangat cepat dan mudah. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

menjadi sebuah keharusan demi mencegah penularan Covid-19. APD yang

digunakan oleh tenaga medis umumnya terdiri dari masker, sarung tangan, baju

penutup kepala, sebagian besar berbahan dasar plastik dengan masa penggunaan

sekali pakai (singleuse). Hal ini menyebabkan timbulan limbah medis bekas APD

melonjak secara signifikan. Selain itu, limbah medis Covid-19 juga dapat berupa

spesimen, bahan farmasi bekas, alat kesehatan bekas, dan kemasan bekas

makanan/minuman pasien Covid-19 (Prihartanto, 2020).


5

Terjadinya pandemi Covid-19 menuntut upaya yang masif dalam

pencegahan dan penularan penyakit infeksi tersebut dengan berbagai macam cara.

Prinsip pencegahan penularan penyakit infeksi Covid-19 adalah melalui

pemutusan rantai host/penjamu/inang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan pengelolaan limbah medis rumah sakit yang dikategorikan sebagai

limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan baik dan benar sesuai dengan

Permen LHK No.P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Menghadapi pandemi Covid-19, potensi terbesar penularan Coronavirus

selain para petugas medis juga petugas kebersihan dan pengelolaan limbah di

fasilitas layanan kesehatan. Resiko infeksi Covid-19 untuk petugas kebersihan dan

pengelolaan limbah dapat timbul dari kontak dengan bahan, permukaan dan

lingkungan yang berpotensi terkontaminasi. Petugas melakukan pengelolaan

limbah medis dengan tujuan agar tidak terjadi penularan Covid-19 berikutnya dan

ancaman terbesar kepada para pengunjung dan masyarakat sekitarnya jika

pengelolaan limbah medis padat tidak diperhatikan terutama yang berasal dari

pasien terkonfirmasi pasien Covid-19 akan menimbulkan cluster baru penularan

Covid-19. Apalagi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 menular

melalui droplet atau percikan dari cairan dari saluran pernapasan, hasil penelitian

yang diterbitkan di New England Journal Of Medicine menunjukan bahwa

Coronavirus bisa bertahan dipermukaan kardus selama 24 jam dan bertahan 2-3

hari dipermukaan plastik dan stainless steel (WHO dan UNICEF, 2020).
6

Rumah Sakit Umum Bahteramas merupakan rumah sakit rujukan nasional

penanganan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 untuk wilayah Provinsi

Sulawesi Tenggara. Data konfirmasi positif Covid-19 di Sulawesi Tenggara

semakin hari semakin meningkat dengan jumlah kasus pada tang al 9 September

2020 sebanyak 1740 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 sehingga

menyebabkan limbah medis semakin meningkat pula (Satgas Sultra, 2020).

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di RSU Bahteramas terkait

dengan limbah medis dimasa Pandemi Covid-19 menunjukan bahwa sumber

limbah medis di RSU Bahteramas berasal dari beberepa ruangan yaitu Poli

Terpadu, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Kamar Operasi

Sentral (IKOS), Ruang Perawat, Instalasi Binatu, Ruang Isolasi, Ruang Unit

Gawat Darurat (UGD), Ruang Persalinan, Ruang Hemodialisa, Ruang Unit

Transfusi Darah, Ruang Komenterap, Ruang Onkologi dan Ruang Kamar

Jenazah. Jenis limbah yang dihasilkan berupa jarum, pipet, pecahan kaca, pisau

bedah dan limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasil amputasi,

cairan tubuh dan plasenta. Data volume limbah medis yang dihasil selama

pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Bahteramas adalah pada bulan Juli jumlah

limbah medis yang dihasilkan sebesar 3650 kg, pada bulan Agustus sebesar 5623

kg sedangkan pada bulan September 7748 kg. Menurut data tersebut dapat

dilihat bahwa volume limbah medis semakin meningkat, hal disebabkan karena

semakin bertambah jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sulawesi

Tenggara.
7

Proses pengelolaan limbah di RSU Bahteramas dengan memperhatikan

pengelolaan limbah medis pada umumnya meliputi pemilahan, pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan dan Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Sedangkan limbah medis padat infeksius (B3) baik itu dari pasien terkonfirmasi

positif Covid-19 maupun dari pasien dari jenis penyakit selain Covid-19 itu

limbahnya di simpan safety box, di RSU Bahteramas belum memiliki Insinerator

yang memenuhi standar sehingga pemusnahan limbah medis padat diserahkan ke

pihak ke tiga(3) tepatnya di Surabaya.

Penanganan limbah medis padat khususnya saat pandemi Covid-19 perlu

menjadi perhatian juga mengingat risiko penularannya yang sangat tinggi, oleh

karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang

pengelolaan limbah medis padat dimasa pandemi Covid-19 di Rumah Sakit

Umum (RSU) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang rumusan masalah dalam penelitian

ialah bagaiman cara pengelolaan limbah medis padat selama pandemi Covid-19

Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah medis padat selama pandemi

Covid-19 Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah:


8

a. Untuk mengetahui pemilahan limbah medis padat selama pandemi Covid-

19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Untuk mengetahui pewadahan limbah medis padat selama pandemi Covid-

19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

c. Untuk mengetahui pengumpulan limbah medis padat selama pandemi

Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

d. Untuk mengetahui pengangkutan limbah medis padat selama pandemi

Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

e. Untuk mengetahui pemusnahan limbah medis padat selama pandemi

Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

f. Untuk mengetahui pembuangan akhir limbah medis padat selama pandemi

Covid-19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

g. Untuk mengetahui daur ulang limbah medis padat selama pandemi Covid-

19 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

a. Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam

memperluas cakrawala pengetahuan melalui penelitian

b. Diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan dan

pengalaman bagi peneliti melalui penelitin lapangan

1.4.2 Manfaat Institusi

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi daerah sebagai

proses pembangunan
9

b. Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait untuk

peningkatan derajat Kesehatan Lingkungan khususnya

penanganan limbah medis dan sanitasi lingkungan

1.4.3 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumber informasi tentang kondisi pengelolaan limbah medis padat di

Rumah Sakit Umum (RSU) Provinsi Sulawesi Tenggara dan

diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan sanitasi

rumah sakit.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada Rumah Sakit

Umum (RSU) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian

ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dimana penelitian ini berusaha

memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai

suatu kolektifitas objek yang diteliti secara sistematis dan actual

mengenai fakta yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

tenaga kerja Rumah Sakit Umum (RSU) Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berprofesi tenaga sanitarian.

1.6 Glosarium

Biohazard : Bahaya hayati atau bahaya biologis dapat merujuk


10

pada organisme maupun bahan-bahan yang

berasal dari organisme yang dapat membahayakan

kesehatan manusia

Bakteri : Bakteri adalah kelompok organisme yang


tidak
memiliki membran inti sel
Covid-19 : Penyakit menular yang disebabkan oleh

jenis

coronavirus yang menyerang sistem pernapasan

Desinfeksi : Proses menghilangkan sebagian besar atau

semua

mikroorganisme patogen kecuali spora bakteri

yang terdapat di permukaan benda mati (non-

biologis, seperti pakaian, lantai, dinding) 

Insinerator : Teknologi pengolahan sampah yang melibatkan


pembakaran bahan organik
Landfilling : Tempat untuk menimbun sampah
Nosokomial : Infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit
Pandemi : Penyakit yang menyebar secara global meliputi

area geografis yang luas

Syringes : Pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau

menghisap cairan atau gas

Virus : Agen infeksi berukuran kecil yang

bereproduksi di dalam sel inang yang hidup


11

1.7 Organisasi

Proposal penelitian ini berjudul Gambaran Pengelolaan Limbah

Medis Selama Pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Umum (RSU)

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibimbing oleh Prof. Dr

Yusuf Sabilu, M.Si (Pembimbing I) dan Nurmaladewi, S.KM., M.P.H

(Pembimbing II).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Hasil Penelitian

2.1.1 Peng et al, 2020

Judul Praktek Pengelolaan Limbah Medis Selama Pandemi

Coronavirus Novel 2019-2020: Pengalaman Di Rumah Sakit Umum. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Limbah dari masker wajah pelindung telah

sangat meningkatkan kemungkinan membawa patogen. Pembuangan limbah

medis padat di rumah sakit dengan menggunakan sistem pewadahan dengan

tanda berbeda ditempatkan di area umum rumah sakit untuk mengumpulkan

limbah. Limbah medis padat dikemas dalam lapisan ganda kantong limbah

medis dan dibuang sebagai limbah medis umum oleh staf khusus. Limbah

medis dan limbah domestik dari klinik demam, observasi bangsal, bangsal

isolasi, ruang pemeriksaan khusus, dan laboratorium medis laboratorium

khususnya laboratorium pengujian asam nukleat harus diperlakukan sebagai

limbah medis terkait Covid-19, dan label yang tercetak “Infeksi Covid-19”

harus dipasangkan. Limbah infeksius dan patologis limbah harus dikemas

dengan limbah medis berlapis ganda kantong, dan permukaan kantong harus

disterilkan dengan menyemprotkan yang mengandung klor desinfektan

sebelum memasukkannya ke dalam medis.

2.1.2 Pyopyash E. L., et al., 2019

Judul Kajian Pengelolaan Sampah Medis Di rumah sakit x cilegon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit X Cilegon

11
12

menunjukkan bahwa limbah medis yang dihasilkan adalah 106,79 kg / hari.

Berdasarkan hasil penilaian di PT Dari aspek pengelolaan sampah, sebagian

besar dari mereka masih mengalami kekurangan karena proses langkahnya

yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 7 tahun 2019 tentang Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit hasil pengelolaan limbah medis telah memenuhi

persyaratan karena memiliki nilai 80% dari total skor 100%. Selain itu,

masalah yang terjadi seperti setiap hari masih ada limbah yang tidak dikelola

dan petugas limbah medis tidak menggunakan alat pelindung diri sepenuhnya.

2.1.3 Zuhriyani, 2019

Judul Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat Berkelanjutan

Di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi menunjukan bahwa Hasil

penelitian menunjukan pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat

mulai dari proses pemilahan sampai dengan proses pengolahan limbah medis

padat di RSUD Raden Mattaher Jambi sudah baik tetapi belum sepenuhnya

sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :

P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari Fasilitas Pelayanan

Kesehatan
Pemilahan
2.1.4 Ronald T., 2018
Pengumpulan
Judul Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Beracun
Pengangkutan
(B3) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Piru Kabupaten Seram Bagian
Penyimpanan
Barat, Propinsi Maluku Pada Tahun 2018 hasil penelitian menunjukan
Pemanfaatan Kembali bahwa
Pengumpulan
Pengangkutan
TPS
Pemusnahan
13

Proses pengurangan dan pemilahan limbah medis padat B3 tidak berjalan

dengan baik, ditemui kendala pada , sarana, prasarana, sumber daya baik dari

tenaga maupun pembiayaan yang sangat kurang. Penyimpanan limbah medis

padat B3 tidak dilaksanakan. Pengangkutan limbah medis padat B.

Pengolahan limbah medis padat B3 tidak dilaksanakan. Penguburan dan

penimbunan limbah medis padat B3 tidak dilaksanakan sesuai peraturan yang

berlaku. Proses penimbunan tidak dilakukan sama sekali. Pengelolaan limbah

medis padat B3 di rsud piru perlu campur tangan berbagai pihak dalam hal ini

harus adanya supervisi dari dinas Kesehatan kabupaten seram bagian barat,

serta peningkatan sumber daya manusia supaya proses pengelolaan limbah

padat medis B3 dapat berjalan dengan sebaik mungkin.

2.1.5 Wati et al., 2018

Judul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Mukomuko hasil penelitian menunjukan bahwa

proses pengelolaan limbah medis padat di RSUD Kabupaten Mukomuko pada

tahap minimisasi limbah, pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan

daur ulang, tempat penampungan sementara, pengolahan dan pemusnahan

limbah sudah dilakukan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 (2004)

Sementara pada tahap pengangkut limbah, transportasi yang digunakan tidak

sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 (2004) karena gerobak dorong yang

digunakan untuk mengumpulkan limbah dari ruangan ke ruangan dan motor

Var yang digunakan untuk mengangkut limbah yang telah terkumpul ke depo

sampah tidak dalam keadaan tertutup.


14

A. Definisi Sampah

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya

(Undang-Undang RI, 2009).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 4 tahun 2018 disebutkan bahwa Rumah Sakit merupakan

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas rumah sakit sebagai

institusi pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat terutama di

wilayah cakupannya. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah

menyelenggarakan pelayanan spesialistik atau medik sekunder dan

pelayanan subspesialistik atau medik tersier. Dengan demikian, produk

utama rumah sakit adalah pelayanan medik. Dalam kegiatannya, unit

penghasil pelayanan dalam Rumah Sakit adalah instalasi. Sebagai unit

penghasil pelayanan, maka instalasi di rumah sakit merupakan ujung

(Menteri Kesehatan, 2018).


15

Defenisi lain Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayan an rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat (Menteri Kesehatan, 2020).

B. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum (RSU) diklasifikasikan berdasarkan fasilitas

dan kemampuan pelayanan rumah sakit serta berdasarkan jumlah tempat

tidur Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010

tentang Klasifikasi Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan

Perizinan Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Umum (RSU)

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Umum kelas A

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 pelayanan medik dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang

medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub

spesialis (Menteri Kesehatan, 2010) dan memiliki jumlah tempat tidur

paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah (Menteri Kesehatan,

2020).

2. Rumah Sakit Umum kelas B

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan medik paling sedikit

4 pelayanan medik dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8

pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 pelayanan medik subspesialis


16

dasar (Menteri Kesehatan, 2010) dan memiliki jumlah tempat tidur

paling sedikit 200 (dua ratus) (Menteri Kesehatan, 2020).

3. Rumah Sakit Umum kelas C

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar dan 4 pelayanan

spesialis penunjang medik (Menteri Kesehatan, 2010) dan memiliki

jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) (Menteri Kesehatan,

2020).

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 2 pelayanan medik dasar (Menteri Kesehatan, 2010) dan

memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah

(Menteri Kesehatan, 2020).

2.2.2 Tinjauan Umum Tentang Limbah Medis Padat

A. Defenisi Limbah Medis Padat

Limbah medis padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan

yang tidak digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat

yang bersifat infeksius atau kontak dengan pasien atau limbah yang

berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian,

pengobatan, perawatan, atau Pendidikan yang menggunakan bahan-

bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali

jika dilakukan pengamanan tertentu (Kementerian Kesehatan, 2020).

Limbah medis padat Rumah Sakit dikategorikan sebagai limbah Bahan


17

Berbahaya dan Beracun (B3) seperti disebutkan dalam lampiran 1 PP

No. 101 tahun 2014 bahwa limbah medis memiliki karakteristik

infeksius. Limbah B3 dapat dapat menimbulkan bahaya terhadap

lingkungan dan juga dampak terhadap kesehatan masyarakat serta

mahkluk hidup lainnya bila dibuang langsung ke lingkungan. Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56

Tahun 2015 juga menyebutkan Rumah sakit termasuk salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang

meliputi pengurangan dan pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah

B3, pengangkutan limbah B3, pengolahan limbah B3, penguburan

limbah B3, dan/atau penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 di

rumah sakit sangat diperlukan karena apabila limbah B3 tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan dampak antara lain: mengakibatkan

cedera, pencemaran lingkungan, serta menyebabkan penyakit

nosokomial. Pengelolaan limbah B3 rumah sakit yang baik diharapkan

dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan tersebut (Pemerintah

Republik Indonesia, 2014).

Limbah B3 di masa pandemi Covid-19 adalah barang atau bahan

sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan kembali yang berpotensi

terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan

pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang menangani pasien Covid-19,

meliputi: masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas,

plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan


18

minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas,

sisa makanan pasien dan lain-lain, berasal dari kegiatan pelayanan di

UGD, ruang isolasi, ruang ICU, ruang perawatan, dan ruang pelayanan

lainnya (Kementerian Kesehatan, 2020).

B. Jenis Limbah Medis Padat

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik

Indonesia Nomor p.56/menlhk-setjen/2015 yang termasuk dalam

golongan limbah medis padat diantaranya adalah:

1. Limbah benda tajam dapat berupa jarum, pipet, pecahan kaca, pisau

bedah. Kesemuanya adalah berbahaya yang memiliki potensi untuk

menularkan penyakit. Semua benda tajam ini berpotensi

menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda

tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan

tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau

radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila

benda tajam tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau

penyakit infeksi.

2. Limbah infeksius dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar

perawatan, sangat berbahaya dapat menularkan penyakit. Limbah ini

berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang

perawatan/isolasi penyakit menular.


19

3. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat

sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat

dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruang

peracikan. Bahan-bahan tersebut antara lain swadust, granula

absorpsi, atau perlengkapan pembersih lainnya. Semua pembersih

tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang

pemusnahannya harus menggunakan insinerator karena sifat

racunnya yang tinggi.

4. Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan kimia yang telah

kadaluarsa, obat-obat yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan

oleh pasien atau yang tidak digunakan.

5. Limbah kimia ada yang berbahaya dan ada juga yang tidak

berbahaya. Terdapat limbah kimia yang dapat meledak, membuat

korosi pada saluran sehingga harus dikelola dengan benar dan sesuai

dengan petunjuk.

6. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan

radioisotop dimana pengelolaannya harus memenuhi peraturan yang

telah diwajibkan (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

C. Pengelolaan Limbah Medis Padat

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah medis padat tidak lepas

dari sistem pengelolaan limbah B3 kerana limbah medis padat


20

merupakan limbah yang sangat infeksius terutama dimasa pandemic

Covid-19, Adapun persyaratan fasilitas adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit meliputi wadah

penampungan limbah B3 diruangan sumber, alat pengangkut limbah

B3, TPS Limbah B3, dan mesin pengolah limbah B3 dengan

teknologi insinerasi atau non-insinerasi (Menteri Kesehatan, 2019).

2. Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber harus memenuhi

ketentuan teknis sebagai berikut:

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, antikarat

dan dilengkapi penutup

b. Ditempatkan di lokasi yang tidak mudah dijangkau sembarang

orang

c. Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran dan

bentuk sesuai standar di permukaan wadah

d. Dilengkapi dengan alat ey ewash

e. Dilengkapi logbook sederhana

f. Dilakukan pembersihan secara periodik (Menteri Kesehatan,

2019)

3. Alat angkut (troli) limbah B3, harus memenuhi ketentuan teknis

sebagai berikut :

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti karat

dan dilengkapi penutup dan beroda


21

b. Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika digunakan

untuk mengambil dan mengangkut limbah B3 di ruangan sumber

Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran dan

bentuk sesuai standar, di dinding depan kereta angkut

c. Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodik dan

berkesinambungan (Menteri Kesehatan, 2019).

4. TPS Limbah B3 harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:

a. Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan

tidak berdekatan dengan kegiatan pelayanan dan permukiman

penduduk disekitar rumah sakit

b. Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi

yang cukup, sistem penghawaan (exhause fan), sistem saluran

(drain) menuju bak control dan atau IPAL dan jalan akses

kendaraan angkut limbah B3.

c. Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang

penyimpanan limbah B3 infeksi, ruang limbah B3 non infeksi fase

cair dan limbah B3 non infeksi fase padat. Penempatan limbah B3

di TPS dikelompokkan menurut sifat/karakteristiknya.

d. Untuk limbah B3 cair seperti olie bekas ditempatkan di drum anti

bocor dan pada bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan

dilengkapi saluran dan tanggul untuk menampung tumpahan

akibat kebocoran limbah B3 cair


22

e. Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum yang

kuat, kedap air, anti korosif, mudah dibersihkan dan bagian

alasnya ditempatkan dudukan kayu atau plastik (pallet)

f. Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda

dan pada wadah tersebut ditempel label, simbol limbah B3 sesuai

sifatnya, serta panah tanda arah penutup, dengan ukuran dan

bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat wadah

diletakkan ditempel papan nama jenis limbah B3.

g. Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar 50

cm. Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan

sifatnya, dan label.

h. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas

penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang cukup.

i. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan

memasang pagar pengaman dan gembok pengunci pintu TPS

dengan penerangan luar yang cukup serta ditempel nomor

telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor

pemadam kebakaran, dan kantor polisi terdekat.

j. TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda

larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai

dengan jenis limbah B3, dan titik koordinat lokasi TPS.


23

k. TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan

limbah B3, SPO kondisi darurat, buku pencatatan (logbook)

limbah B3.

l. TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil

pembersihan disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah

dan atau unit pengolah air limbah (IPAL) (Menteri Kesehatan,

2019).

Limbah rumah sakit harus dikelola dengan baik dan benar

mengingat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan apabila pengelolaan

yang salah. Ada beberapa persyaratan dalam pengelolaan limbah di

rumah sakit berdasarkan bentuknya antara lain:

a. Pengurangan limbah (minimasi limbah)

1) Upaya pengurangan limbah dilakukan oleh setiap rumah sakit

sejak mulai limbah itu dihasilkan (sumber)

2) Penggunaan bahan kimia dan B3 harus dikelola dan diawasi oleh

setiap rumah sakit

3) Penggunaan bahan kimia dan farmasi harus dikelola dalam hal

stok agar menghindari terjadinya bahan yang expired date.

4) Kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan limbah

padat medis harus menggunakan peralatan yang berizin atau

tersertifikasi oleh instansi/ badan tertentu sesuai dengan

kewenangannya (Rosihan A., 2018).

b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang


24

1) Pemisahan limbah wajib dilakukan oleh setiap penghasil limbah.

2) Pemisahan harus dilakukan apabila ada limbah yang akan

dimanfaatkan kembali.

3) Harus disediakan suatu wadah yang anti bocor, anti tusuk untuk

menampung dan mengumpulkan limbah benda tajam yang

tertutup dan tidak mudah terbuka agar tidak dimanfaatkan oleh

pihak yang tidak bertanggung jawab.

4) Pemisahan jarum dan syringes dapat dilakukan jika ada teknologi

yang mendukung, tidak dilakukan secara manual. Pemisahan ini

pada dasarnya bertujuan agar tidak dapat digunakan kembali.

Namun hal ini sering bertentangan dengan Komite Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi (PPI) rumah sakit, dimana pemisahan

jarum dan syringes ini berpotensi tertusuk jarum yang mengarah

pada infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja.

5) Harus ada kegiatan sterilisasi untuk setiap limbah medis padat

yang akan dimanfaatkan kembali dan pemanfaatan kembali ini

harus mendapat perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

6) Jarum suntik yang digunakan harus jarum suntik yang sekali pakai

(disposable). Meskipun ada teknologi sterilisasi yang

memungkinkan untuk penggunaan kembali jarum suntik setelah

diberikan perlakuan, namun tidak dianjurkan.

7) Limbah medis padat ditempatkan dalam wadah yang berlabel

sesuai dengan standarnya yaitu :


25

Tabel 1. Pemilahan limbah berdasarkan jenisnya

No Kategori Warna Lambang Keterangan

Kontainer/Kantong

Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong

boks timbal

dengan

symbol

radiaktif
2 Sangat Kuning Kantong

Infeksius plastik kuat,

anti bocor

atau

kontainer

yang dapat
26

disterilisasi

dengan

otoklaf
3 Limbah Kuning Plastic kuat

Infeksius dan anti

Patologi bocor atau

Dan container

Anatomi
4 Sitotoksis Ungu kontainer

plastic kuat

dan anti

bocor
5 Limbah Coklat - Kanting

Kimia dan plastic atau

Farmasi container

8) Rumah sakit tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan daur

ulang kecuali telah memiliki izin pemanfaatan kembali dari

instansi yang berwenang.

9) Pengumpulan limbah sitotoksik dilakukan dengan menggunakan

pewadahan yang memenuhi kriteria “kuat, anti bocor, dan diberi

label bertuliskan limbah sitotoksik” (Rosihan A., 2018).

c. Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis padat

di lingkungan rumah sakit :


27

1) Pengumpulan dilakukan dalam tempat yang tertutup (tidak boleh

menggunakan tempat sampah terbuka)

2) Pengangkutan dilakukan dari setiap sumber penghasil limbah.

Pengangkutan dengan troli tertutup dan tidak boleh dicampur

dengan limbah non medis padat.

3) Limbah medis dapat ditampung dan disimpan di tempat

penyimpanan sementara namun lama penyimpanan harus

maksimal “48 jam pada musim hujan dan maksimal 24 jam pada

musim kemarau” (Rosihan A., 2018).

d. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit

1) Limbah medis padat dikumpulkan, dikemas pada tempat yang

kuat.

2) Limbah medis padat yang terkumpul dapat diangkut ke luar rumah

sakit dengan menggunakan “kendaraan khusus”, tidak boleh

menggunakan kendaraan sama yang digunakan untuk mengangkut

penumpang atau yang lainnya (Rosihan A., 2018).

e. Pengolahan dan pemusnahan

1) Dilarang melakukan pembuangan limbah medis padat ke tempat

pembuangan akhir limbah domestik secara langsung sebelum

limbah dipastikan aman bagi kesehatan.

2) Pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat dapat dilakukan

dengan cara dan teknologi tertentu sesuai dengan kemampuan

rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, baik dengan
28

metode pemanasan (autoclave) atau dengan metode pembakaran

(insenerator) (Rosihan A., 2018).

D. Dampak Positif Dan Negatif Pengelolaan Limbah Medis Padat

1. Dampak Positif Pengelolaan Limbah Medis Padat

Adapun dampak positif pengelolaan limbah medis padat yaitu :

a) Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan

memberikan dampak postif terhadap kesehatan masyarakat,

lingkungan dan rumah sakit itu sendiri.

b) Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga

meningkatkan pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu

rumah sakit sekaligus akan dapat mencegah penyebaran penyakit

(infeksi nosokomial).

c) Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan

menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung

rumah sakit tersebut.

d) Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan

sosial budaya masyarakat disekitar rumah sakit.

e) Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan

berkurang juga tempat berkembang biaknya serangga dan tikus

sehingga populasi kepadatan vektor sebagai mata rantai

penularan penyakit dapat dikurangi (Yahar, 2011).

2. Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Medis Padat


29

Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit

disamping memberikan kesembuhan atau peningkatan derajat

kesehatan masyarakat juga menghasilkan sejumlah hasil sampingan.

Hasil sampingan tersebut berupa limbah jarum suntik, set infus dan

gas yang banyak mengandung kuman phatogen, zat kimia, yang

beracun,zat radioaktif dan zat lain. Apabila pengelolaan bahan

buangan tidak dilaksanakan dengan baik secara sanitasi, maka akan

menyebabkan gangguan terhadap kelompok masyarakat disekitar

rumah sakit serta lingkungan didalam dan di luar rumah sakit (Yahar,

2011).

Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan

kesehatan di RS memasuki media lingkungan melalui air, (air kotor

dan air minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga

kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini agen penyakit

tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat. RS yang

rentan, misalnya penderita yang dirawat, atau yang berobat jalan,

karyawan RS, pengunjung, atau pengantar orang sakit, serta

masyarakat di sekitar RS. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu

media lingkungan ini terhadap kemungkinan akan adanya

kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan

pelayanan kesehtan di RS, hendaknya dipantau dengan cermat

sehingga media tersebut bebas dari kontaminasi. Dengan demikian,

kelompok masyarakat di RS terhindar dari kemungkinan untuk


30

mendapatkan gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari

masyarakat tersebut (Yahar, 2011).

2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Corona Virus Desease

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.

Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah

kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah Covid-19, ada 6 jenis

coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E,

alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1,

Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Riedel S. et al, 2019).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini

masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan

wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu

Sarbecovirus (Zhun et al, 2020). Atas dasar ini, International Committee on

Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (Gorbalenya et al,

2020).

Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber

transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-

CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk

atau bersin (Han Y, 2020). Benda-benda yang terkontaminasi oleh pasien

yang terkonfirmasi positif Covid-19 dianggap sebagai limbah medis yang


31

harus mendapatkan penanganan khusus, agar tidak terjadi penularan Covid-19

(Deni C. N., 2020).

Keberadaan Coronavirus di lingkungan menurut studi di Singapura

menemukan bahwa Coronavirus yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien

Covid-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu,

dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun

tidak pada sampel di udara. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan

Coronavirus dilingkungan tergantung pada keberadaan konfirmasi positif

Covid-19, tanpa terkecuali benda-benda yang sudah terkontaminasi harus

benar-benar disterilkan (Ong SWX et al, 2020).

SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat Pelindung Diri

(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama

penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker

wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun nonsteril lengan

panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan kontrol

administratif dan control lingkungan dan teknik (WHO, 2020b). Penggunaan

APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko pajanan dan dinamika transmisi

dari patogen. Pada kondisi berinteraksi dengan pasien tanpa gejala pernapasan,

tidak diperlukan APD. Jika pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak

minimal satu meter dan pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan

menggunakan APD lengkap. Alat seperti stetoskop, thermometer, dan

spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus untuk satu pasien. Bila akan


32

digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi dengan alcohol 70%

(WHO, 2020a).

2.2.4 Tinjauan Umum Tentang Protokol Kesehatan Di Rumah


Sakit
Umum

Penerapan protokol kesehatan dilakukan agar menghindari terjadi kluster

baru dalam penularan Covid-19. Adapun protokol kesehatan yang harus

diterapkan bagi Pengelola, Petugas, Pasien, dan Pengunjung/Pengantar di

Rumah Sakit Umum maka wajib:

a) Menggunakan masker dan/atau pelindung wajah, dan apabila

menggunakan masker kain, sebaiknya menggunakan masker kain 3 lapis

b) Mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir atau menggunakan hand

sanitizer

c) Mentaati ketentuan jaga jarak minimal 1 meter pada saat berinteraksi dan

duduk

d) Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

e) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan pada saat bersin

dan batuk

f) Menghindari penggunaan tangan secara langsung menyentuh area wajah

seperti mata, hidung, dan mulut

g) Menjalani pengukuran suhu tubuh

h) Segera mandi dan berganti pakaian setelah sampai di rumah

i) Membersihkan barang pribadi, seperti handphone, kacamata, tas, masker,

dan barang lainnya, dengan cairan disinfektan sesuai kebutuhan


33

j) bersedia diperiksa oleh petugas kesehatan dalam rangka pencegahan

penyebaran COVlD-19 dan

k) menghindari kontak fisik saat menyampaikan salam (Peraturan

Pemerintah, 2020)

2.3 Kerangka Pemikiran Dan Defenisi Konsep

2.3.1 Kerangka Pemikiran

Rumah sakit adalah institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yang

menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan

menyediakan pelayan kesehatan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.

Dalam pelayanan medis akan menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah

medis dan non-medis. Penelitian ini fokus pada pengelolaan limbah medis

padat. Variabel dalam penelitian ini adalah pemilahan, pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan, pembuangan akhir dan daur ulang

yang telah dirujuk dari buku yang ditulis Rosihan, 2018 tentang pedoman
34

pengelolaan limbah medis panduan penulisan buku ini berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Rumah Sakit

Limbah

Limbah Medis

Limbah Non- Medis

Limbah
Medis Padat

Pemilahan
Pewadahan
Pengumpulan
Pengelolaan Pengangkutan
Pemusnahan
Pembuangan Akhir
Daur Ulang
35

Sumber : (Rosihan A., 2018).


Ket :
= Variabel terikat
= Variabel bebas

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.3.2 Defenisi Konsep


a) Pemilahan

Pemilahan dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah dengan

maksud untuk memisahkan limbah berdasarkan jenis, kelompok dan

karakteristik limbah.

b) Pewadahan

Limbah biasanya ditampung di tempat produksi limbah untuk

beberapa lama. Oleh karena itu, tiap unit harus disediakan tempat

penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan

jumlah limbah dan kondisi unit tersebut.Persyaratan minimal tempat

penampungan limbah adalah: bahan tidak mudah berkarat, kedap air,

terutama untuk menampung limbah basah, bertutup rapat, mudah


36

dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkat dan tidak menimbulkan

bising/tahan terhadap benda tajam dan runcing.

c) Pengumpulan

Pengumpulan limbah medis padat dilakukan berdasarkan wadah

jenis limbah yang dihasilkan seperti infeksius dan non-ifeksius.

d) Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan dari setiap sumber penghasil limbah.

Pengangkutan dengan troli tertutup dan tidak boleh dicampur dengan limbah

non medis padat.

e) Pemusnahan

Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus

ditimbun dengan kapur dan ditanam, limbah dapur sebaiknya dibuang

pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Insinerator

merupakan alat pemanas dengan bahan bakar solar dengan temperature

±1000 C dan diberikan cerobong asap dengan tinggi minimal 35 m (lebih

tinggi dari perumahan yang berada di sekitar rumah sakit).

f) Pembuangan Akhir

Setelah insenerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke

tempat pembuangan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah

aman

g) Daur Ulang
37

Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui

sterilisasi meliputi pisau bedah, jarum hipodermik, syringes, botol gelas,

dan container.
37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara

melihat masalah yang terjadi berdasarkan pedoman wawancara dan selanjutnya

mengadakan ceck dan receck dari satu sumber dibandingkannya dengan sumber

lain sampai peneliti merasa yakin bahwa informasi yang dikumpulkan itu benar

(Husnu, 2020)

Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moeloeng L. J.,

2012).

3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sekaligus sebagai

instrument aktif dalam upaya pengumpulan data-data di lapangan. Sedangkan

instrument pengumpulan data yang lain selain manusia yang berbentuk alat bantu

dan dokumen-dokumen lainnnya dapat pula digunakan, namun fungsinya hanya

sebagai instrument pendukung. Oleh sebab itu kehadiran peneliti dilapangan

dalam penelitian ini sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami fenomena

yang terjadi dilapangan, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif

dengan informan atau sumber data disini mutlak diperlukan (Moeloeng L. J.,

2012). Sehingga peneliti mampu menjelaskan dalam upaya keberhasilan

penelitian ini :

37
38

1. Menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian sehingga

pembaca lebih muda memahami topik, setting serta interprestasi dari para

subjek mengenai fenomena tertentu (Moeloeng L. J., 2012).

2. Menjelaskan mengenai masalah-masalah yang mungkin terjadi. Tujuannya

supaya memberikan pemahaman lebih luas mengenai fenomena yang diambil

sehingga banyak variansi ilmu pengetahuan yang didapatkan (Moeloeng L. J.,

2012).

3. Menjelaskan Langkah-Langkah yang akan diterapkan dalam proses penelitian

melalui izin terhadap pihak-pihak yang berkaitan. Tujuan dari izin ini adalah

untuk memudahkan peneliti dalam penggalian data mendalam yang

dibutuhkan (Moeloeng L. J., 2012).

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara, pada bulan September 2020.

3.4 Penentuan Informan

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan ciri yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data sesuai dengan

kebutuhan melalui penyeleksian dan penetapan informan yang benar-benar

menguasai informasi serta dipercaya untuk menjadi sumber data berdasarkan

pedoman wawancara (Mulyatiningsing E, 2011).

Informan dalam penelitian ini terdiri dari Informan Kunci dan Informan

Biasa. Informan kunci adalah Kabag Sanitasi, Kordinator Limbah Medis dan
39

Kordinator Pengendalian Pencegahan Infeksi sedangkan informan biasa adalah

pengangkut limbah medis padat, petugas insenerator dan perawat ruangan

3.5 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari subjek penelitian dengan melalui wawancara

mendalam (Indepth interview) dan observasi secara langsung. Dalam hal ini data

primer ada dua yaitu data dari informan utama/kunci dan informan

pendukung/tambahan. Dalam penelitian ini subjek utama adalah petugas

sanitarian, karena sumber informasi dan data yang akan akan diperoleh tentang

Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit (Moeloeng L. J., 2012).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dipeoleh secara tidak langsung. Data

sekunder dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian yaitu berupa buku, arsip

dan literatur (Moeloeng L. J., 2012).

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Wawancara adalah proses interaksi tanya jawab atau bertatap muka secara

langsung dengan informan dengan tujuan untuk menggumpulkan data yang

diperlukan (Kristiani, L., 2012).

2. Perekaman yaitu dilakukan untuk mengambil data asli dari penuturan

langsung dari penutur selain itu juga sebagai dokumentasi data (Irmawan,

2015).
40

3. Pengamatan (observasi) yaitu pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap obyek (Kristiani, L., 2012).

4. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat data dan

informasi yang sudah tersedia baik berupa buku, karya ilmiah, serta

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini (Farida, 2010).

3.7 Tehnik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat di kelola, mensintetiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang akan

diceritakan kepada orang lain (Moeloeng L. J., 2012).

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data

tersebut memuat analisis dari fakta yang menjadi kebiasaan petugas sanitarian

dalam melakukan pengelolaan limbah medis yang menjadi subjek penelitian

(Moeloeng L. J., 2012).

3.8 Pengecekan Validitas Temuan

Penelitian ini untuk menjamin validitas data dan informasi penelitian

yang diperoleh dilapangan maka peneliti akan menggunakan teknik triangulasi.

Penggunaan teknik triangulasi bertujuan akan mendapatkan informasi yang tepat,

lengkap dan dapat dipercaya. Data dan informasi akan diperoleh dengan

menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, check list dan Hp sebagai

alat rekam suara serta dokumentasi. Teknik pemeriksaan yang akan digunakan

untuk mencapai keabsahan dari penggunaan triangulasi adalah :


41

a. Triangulasi sumber yaitu seperti dokumentasi, wawancara, hasil observasi,

check list, informan kunci dan informan biasa serta referensi dari beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

b. Triangulasi metode yaitu wawancara mendalam dan metode

pengamatan/observasi.

c. Triangulasi waktu seperti menambah waktu pencarian informan dengan tujuan

mendapatkan informasi yang lebih baik (Zamili M, 2015).


42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Sejak tanggal 21 November 2012 RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara

pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No . 151 Kelurahan Kemaraya Mandonga

ke jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40 Baruga dan bernama RSUD Bahteramas

Prov. Sultra (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019). Di lokasi yang baru ini mudah

dijangkau dengan kendaraaan umum dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelat Utara : Perumahan Penduduk

2. Sebelah Timur : Balai Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

3. Sebelah Seletan : Kantor Pengadilan Agama

4. Sebelah Barat : Kantor Polsek Baruga (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

4.1.2 Area Dan Bangunan

RSUD Bahteramas berdiri diatas lahan seluas 17,5 Ha. Memiliki 17

bangunan fisik, yang sampai saat ini masih terus-menerus ditambah sesuai dengan

master plan pembangunan rumah sakit. Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m 2

dan halaman parkir seluas ± 1.500 m2 . luas banguna yang terealisasi sampai

dengan akhir tahun 2019 adalah 35,410 m2 semua bangunan mempunyai tingkat

aktivitas yang sangat tinggi. Disamping kegiatan pelayanan Kesehatan kepada

pasien, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi,

pengelolaan makanan, pemeliharaan atau perbaikan instlasi listrik dan air,

42
43

kebersihan dan lain-lain (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019). Berikut ini

beberapa sarana yang ada di RSUD Bahteramas adalah :

1. Listrik dari PLN tersedia 2000 KVA dibantu dengan 2 unit genset (2 x 250

KVA)

2. Air yang digunakan di RSUD Bahteramas berasal dari sumur dalam,

sumur bor, dan PDAM

3. Sarana komunikasi berupa jaringan PABX dan jaringan internet

4. Sentral instalasi oksigen cair untuk ruangan yang membutuhkan

5. Sistem alarm kebakaran, Hidrant dan tabung pemadam kebakaran di

semua Gedung

6. Pembuangan limbah limbah cair dengan menggunkan IPAL dan

insenerator khusus untuk limbah padat, tetapi insenerator tidak bisa

digunakan untuk pengelolaan limbah padat karena karena tidak memenuhi

standar (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

4.1.3 Organisasi Dan Manajemen

Struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

ditetapkan berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007 yang dituangkan dalam Perda

Provinsi Sulawesi Tenggara No. 5 Tahun 2008, Pergub Sulawesi Tenggara No. 65

Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola RSUD Prov. Sultra dan Pola tata Kelola RSUD

Prov. Sultra (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

Pipimpinan RSUD Bahteramas Prov. Sultra disebut Direktur dan

menduduki jabatan structural II.b. Direktur dibantu oleh tiga (3) orang Wakil

Direktur yaitu Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur Umum Dan Keuangan
44

dan Wakil Direktur Perencanaan Diklat, masing-masing menduduki jabatan

struktural eselon III.a (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

Wakil Direktur Pelayan membawahi 3 (tiga) bidang yaitu Bidang

Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan dan Bidang Penunjang

Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi 3 (tiga) Bagian

yaitu Bagian Umum, Bagian SDM, dan Bagian Keuangan. Wakil Direktur

Perencanaan dan Diklat membawahai 3 (tiga) Bidang yaitu : Bidang Perencanaan

Dan Evaluasi, Bidang Informasi Dan Rekam Medis dan Bidang Diklat dan

Litbang. Kepala Bidang dan Kepala Bagian menduduki jabatan struktural

eselon.III.B. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian menduduki jabatan structural

eselon.IV.a (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

Wakil Direktur Pelayanan Medis membawahi :

1. Kepala Bidang Pelayanan Medis membawahi Seksi Pelayanan Fasilitas Medis

dan Seksi Pelayanan Mutu dan Pelayanan Medik.

2. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan membawahi Seksi Asuhan

Keperawatan dan Seksi Manajemen Keperawatan.

3. Kepala Bidang Penunjang Pelayanan membawahi Seksi Pelayanan Fasilitas

Penunjang Medis dan Pengendalian Mutu dan Medis (Profil RSUD Provinsi

Sultra, 2019).

Wakil Direktur Perencanaan Diklat membawahi :

1. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi membawahi Seksi Penyusunan

Program dan Anggaran dan Seksi Penyusunan Laporan.


45

2. Kepala Bidang Informasi dan Rekam Medis membawahi Seksi Sistem

Informasi dan Pemasaran dan Seksi Rekam Medis.

3. Kepala Bidang Diklat dan Litbang membawahi Seksi Diklat dan Seksi Litbang

dan Perpustakaan (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).

Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi :

1. Bagian Umum membawahi Sub Bagian Administrasi dan Ketatausahaan, Sub

Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga dan Sub Bagian Humas dan Hukum.

2. Bagian SDM membawahi Sub Bagian Administrasi Kepegawaian dan

Penempatan, Sub Bagian Pengembangan SDM dan Sub Bagian Mutasi dan

Akreditasi.

3. Bagian Keuangan membawahi Sub Bagian Perbendaharaan dan Sub Bagian

Akutansi dan Verifikasi dan Sub Bagian Mobilisasi Dana (Profil RSUD

Provinsi Sultra, 2019).

Menunjang kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi Penunjang dan Unit

Trafusi Darah (UTD), instalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi

Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif (ICU),

Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi, Klinik (Laboratorium), Instalasi Patologi

Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rehabilitasi Medik,

Instalasi Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi

Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan Desinfeksi, Instalasi Gas Medik

dan Instalasi Pemulasaran Jenazah (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).


46

Struktuk organisasi Rumah Sakit Bahteramas dapat dilihat dibawah ini :

Direktur

Wadir Wadir Umum Dan Keuangan Wadir Perencanaan Dan Diklat


Pelayanan
Kabid Pelayanan Kabid Pelayanan Kabid Penunjang Kabid Perencaan Kabid Informasi Kabid Diklat
Medis Kabag Umum Kabag SDM Kabag Keuangan dan Rekam Medis Dan Litbang
Keperawatan Pelayanan Dan Evaluasi

Kasi Kasi Sistem


Kasi Pelayanan Kasi Asuhan Kasi Pelay. Kasubag Adm. Kasubag Adm. Kasubag
Penyusunan Informasi Dan Kasi Diklat
Dan fasilitas Medis Kperawatan Fasilitas Dan Kepegawaian Perbendaharaan
Program dan Pemasaran
Penunjang Medis Ketatausahaan dan Penempatan
Anggrana

Kasi Manajemen Kasi Kasubag Kasubag Kasubag Kasi Rekam Kasi Litbang dan
Kasi Pengendalian Perlengkapan Kasi Evaluasi
Keperawatan Pengendalian Pengemabngan Akuntansi Dan Medis Perpustakaan
Mutu Dan Yanmed Dan Rumah Dan Penyusunan
Mutu Dan SDM Verifikasi
Tangga Laporan
Medis

Instalasi Rawat Instalasi Rawat Inap Instalasi Gawat Kasubag Humas Kasubag Mutasi Kasubag
Jalan Darurat Dan Hukum Dan Akreditasi Mobilisasi Dana
Instalasi Farmasi Instalasi perawan Intensif Instalasi Radiologi
Instalasi bedah Instalasi Gizi Instalasi Patologi
sentral Klinik
Instalasi Patologi Instalasi Rehabilitasi Instalasi Binatu
Anatomi Medik
Instalasi Jabatan
Satuan
Komite Pengawas
rumah
Instalasi CSSD Instalasi pemulasaran Instalasi Gas Medik
Pemeliharaan Fungional
Intern
Sakit
Jenazah Instalasi sanitasi Sarana Dan Lainnya
Prasarana

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD Bahteramas Prov. Sultra


47

4.2 Gambaran Umum Tentang Informan

Penelitian ini dilakukan di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

terhitung sejak tanggal 7 Oktober 2020 s.d. 7 November 2020. Pemilihan

informan menggunakan metode purposive sampling. Hasil wawancara mendalam

dengan informan biasa dan informan kunci dapat memberikan informasi lebih

lanjut tentang Pengelolaan Limbah Medis Di Masa Pandemi Covid-19 Di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pengumpulan data dari informan menggunakan teknik wawancara mendalam

berupa panduan pedoman wawancara dengan instrumen alat perekam suara

(handphone). Berikut ini distribusi informan berdasarkan jenis kelamin, tingkat

Pendidikan dan masa kerja :

4.2.1 Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin didapatkan dengan

jumlah 18 narasumber yaitu 5 narasumber berjenis kelamin laki-laki dan 13

narasumber perempuan.

Tabel 2. Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


(1) (2) (3) (4)
1 Laki-laki 5 27,8
2 Perempuan 13 72,2
3 Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer 2020

4.2.2 Distribusi Narasumber Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi narasumber berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan dengan

jumbah 28 narasumber yaitu 16 narasumber dengan tingkat pendidikan SMA, 10


48

narasumber dengan tingkat pendidikan Diploma (D3), dan 2 narasumber dengan

tingkat pendidikan Sarjana (S1).

Tabel 3. Distribusi narasumber berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


(1) (2) (3) (4)
1 SD/Sederajat 0 0
2 SMP/Mts/Sederajat 5 27,8
3 SMA/MA/Sederajat 2 11,1
4 Diploma 2 11,1
5 S1 8 44,4
6 S2 1 5,6
7 S3 0 0
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer 2020

4.2.3 Distribusi Narasumber Berdasarkan Masa Kerja

Distribusi narasumber berdasarkan masa kerja didapatkan dengan jumlah

28 narasumber yaitu 15 narasumber dengan masa kerja 0-5 tahun, 5 narasumber

dengan masa kerja 6-10 tahun, dan 8 narasumber dengan masa kerja 11-15 tahun.

Tabel 4. Distribusi narasumber berdasarkan masa kerja

No Masa Kerja (Tahun) Jumlah Persentase (%)


(1) (2) (3) (4)
1 0-5 10 55,55
2 6-10 1 5,55
3 11-15 4 22,22
4 16-20 3 16,66
5 21-25 0 0
6 26-30 0 0
7 Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer 2020

4.3 Gambaran Umum Penelitian

Alur proses penyusunan hasil penelitian ini yaitu berawal dari pembuatan

surat izin penelitian dilakukan pada tanggal 30 September 2020, Selanjutnya


49

setelah surat izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik Sulawesi Tenggara

diterbitkan, peneliti mengantarkan surat izin penelitian ke beberapa pihak yang

tertera dalam tembusan, yaitu Dekan FKM UHO dan RSUD Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 7 Oktober 2020 s.d. 7

November 2020 di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini

dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai pengelolaan limbah medis

dimasa pandemi Covid-19.

Pada tanggal 8 Oktober s.d. 3 November 2020, peneliti melakukan

pengumpulan data primer dengan mewawancarai langsung informan kunci yaitu

Kepala Instalasi Sanitasi, Penanggung Jawab Limbah Medis Padat dan Kordinator

PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksius). Kemudian dilanjutkan dengan

wawancara informan biasa yaitu Petugas Pengangkut Sampah, Cleaning Service

(CS), Kepala Ruangan dan Perawat Ruangan.. Adapun teknik wawancara

mendalam (indeph interview) yang menggunakan panduan pedoman wawancara

dengan instrument berupa tape recorder/HP.

4.4 Hasil Penelitian

Wawancara dilakukan dengan informan kunci yaitu Kepala Instalasi

Sanitasi, Penanggung Jawab Limbah Medis Padat dan Koordinator PPI

(Pencegahan dan Pengendalian Infeksius). Kemudian dilanjutkan dengan

wawancara informan biasa yaitu Petugas Pengangkut Sampah, Cleaning Service

(CS), Kepala Ruangan dan Perawat Ruangan. Beberapa informan dalam penelitian

ini adalah Kepala Instalasi Sanitasi (R1) , Penanggung Jawab Limbah Medis

Padat (R2), Koordinator PPI (R3), Perawat Ruangan Kelas II (R4), Perawat
50

Ruangan Intensif (R5), Staf Laboratorium (R6), Pelaksana Rehabilitasi Medik

(R7), Cleaning Service Ruang Perawatan Kelas II (R8), Cleaning Service Ruang

Perawatan Kelas II (R9), Cleaning Service Ruang Perawatan Kelas II (R10),

Cleaning Service Ruang Perawatan Kelas II (R11), Cleaning Service Ruang PICU

Anak (R12), Cleaning Service Koridor (R13), Cleaning Service Ruang Radiologi

(R14) Cleaning Service Ruang Jenazah (R15), Staf Ruang IGD (R16), Perawat

Ruang Isolasi Covid-19 (R17) dan Petugas Pengangkut Sampah (R18).

4.4.1. Manajemen Kesehatan Dan Kesalamatan Kerja Rumah Sakit


Bahteramas

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit adalah suatu

proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian (Kepmenkes RI No.432, 2007). Peraturan yang

ditetapkan pihak rumah sakit tentang kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah

Sakit Bahteramas tidak ada. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan

kunci (kepala bagian sanitasi dan penanggungjawab pengelola limbah medis

padat) yaitu :

“Berhubungan dengan peraturan K3 di rumah sakit belum ada, terkait


dengan peraturan K3 telah tertuang pada SOP pengelolaan limbah
medis.” (R1)
“Kalau Peraturan K3 di rumah sakit ini khusus bagi petugas pengelola
limbah medis padat tidak ada, terkait dengan pengangkut limbah dari
rumah sakit dibawa keluar mungkin ada peraturan K3 yang dibuat oleh
perusahaan ( PT Mitra Hijau).” (R2)

Hasil wawancara menunjukan bahwa peraturan mengenai Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Bahteramas belum ada, terkait dengan

penggunaan APD oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis
51

telah tertuang pada SOP yang telah dibuat oleh pihak sanitasi, hal ini telah

dijelaskan pada Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara No.Per/798/2019 tentang pengelolaan lingkungan menjelaskan bahwa

petugas kebersihan ruangan menggunakan APD sebelum melakukan pembersihan.

Dan Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

No.Per/768/2019 tentang tanggap darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan

limbah B3 menjelaskan bahwa penggunaan APD yang sesuai, artinya bahwa

petugas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengelolaan

limbah medis tidak lepas dari penggunaan APD, APD yang digunakan tergantung

dari seberapa besar resiko yang mengancam kesehatan petugas. hal ini dapat

dilihat dari wawancara informan berikut :

“Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, sepatu bot wajib,
baju hazmat wajib tapi kalau pasien biasa maka biasa saja APD pokonya
kami melayani APD lengkap.” (R6)
“Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, hazmat.” (R16 dan
R17)

Hasil wawancara menunjukan bahwa APD yang digunakan oleh petugas

yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat adalah handscoon, masker

bedah, N95, face shield, sepatu boot, helem dan hazmat. Beberapa jenis APD

yang disebutkan itu, terkhusus untuk ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium.

Semua pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dirawat di ruangan Isolasi, jika

pasien tersebut menunjukan gejala yang sangat parah maka akan dibawa di

ruangan IGD sedangkan ruang Laboratorium sebagai pemeriksaan sampel darah

atau uji swab. Selain ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium penggunaan APD
52

hanya berupa handscoon, masker dan faceshield hal ini didukung dengan hasil

wawancara dengan beberapa informan biasa yaitu :

“Masker, Handscoon, face shield.” (R4 dan R15)


“Masker, Handscoon.” (R5)
“Handscoon, kaos tangan, masker.” R8-R14

Hasil wawancara menunjukan bahwa APD yang digunakan selain yang

bekerja di ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium adalah masker handscoon, face

shield dan kaos tangan, hal ini menunjukan penggunaan APD sesuai dengan

seberapa besar resiko yang mengancam kesehatan petugas yang terlibat dalam

pengelolaan limbah medis padat.

Pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas dalam upaya

menghindari resiko yang mengancam kesehatan, dari Pihak PPI mengadakan

kegiatan pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksius. Hal ini sesuai

dengan yang dikatakan oleh informan kunci yaitu :

“Iya ada, dari PPI pelatihan khusus pencegahan dan pengendalian


infeksius, dan yang ikut dalam pelatihan itu diberikan sertifikat dari
PPI.” (R1)

“Iya ada, dari PPI pelatihan khusus tenaga Cleaning Service (CS) tentang
pencegahan dan pengendalian infeksius, dan yang ikut dalam pelatihan
itu diberikan sertifikat dari PPI.” (R2)

“Iya ada, terakhir diadakan pada tahun 2019 tentang pencegahan dan
pengendalian infeksius khusus CS, perawat dan dokter.” (R3)

Hasil wawancara ini didukung dengan hasil wawancara dengan informan

biasa yaitu :
53

“Iya, disini mengikuti kegiatan pelatihan tiap-tiap ruangan dari PPI.”


(R4)

“Iya, semua petugas di RS ini baik mahasiswa yang turun penelitian,


turun lapangan, praktek harus ikut sosialisasi PPI.” (R5)

“Iya, semua petugas lab ikut pengendalian infeksius.” (R6)

“Iya ada, diadakan oleh PPI tentang pengendalian infeksius.” (R7-R18)

Hasil wawancara menunjukan bahwa pelatihan di Rumah Sakit

Bahteramas terakhir diadakan pada tahun 2019 tentang pencegahan dan

pengendalian infeksius kepada seluruh tenaga Kesehatan, selain itu ada juga

edukasi yang diberikan oleh petugas PPI kepada petugas kesehatan dan juga

mahasiswa yang melakukan kegiatan praktikum tetapi dalam kontrol tiap ruangan

terhadap para petugas tidak berjalan khususnya bagi pihak-pihak yang terkait

dengan pengelolaan limbah medis padat.

4.4.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Bahteramas

Pengelolaan limbah medis padat penanggung jawab dibantu oleh Cleaning

Service sebagai pengangkut dan perawat ruangan sebagai pengumpul limbah yang

dihasilkan dan juga masing-masing kepala ruangan yang membantu mengarahkan

Cleaning Service dan perawat ruangan. Setiap kepala ruangan bertanggung jawab

atas pengelolaan limbah yang dikerjakan.

Berdasarkan wawancara dengan informan kunci yaitu:

“Jadi yang mengelolah limbah rumah sakit itu penanggung jawab nya
satu Ibu Martini, dibantu pihak ke-3 yaitu Cleaning Service.” (R1)
54

“Petugas pengelolah limbah medis ada 2 orang, mereka bertugas


sebagai pengangkut yang dibawa ke TPS, pagi satu dan sore satu.” (R2)

Hasil wawancara menunjukan bahwa dalam pengelolaan limbah medis

yang berperan sebagai pengangkut limbah medis adalah Cleaning Service yang

diangkut dua (2) kali dalam sehari dengan menggunakan troli limbah padat lalu

dibuang di Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Manajemen pengelolaan limbah medis telah tertuang dalam SOP yang

telah dibuat, pihak-pihak yang telibat dalam pengelolaan limbah medis tersebut

adalah kepala ruangan, perawat ruang atau petugas medis dan Cleaning Service.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh informan kunci dibawah ini :

“Iya ada, dibuat bu Martini kemudian yang terlibat kepala ruangan,


perawat ruangan dan cs.” (R1)

“Iya ada SOP yang disahkan oleh direktur khusus penanganan limbah
ada, yang terlibat dalam penangan limbah medis tersebut adalah kepala
ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan Cleaning Service.”
(R2)

“Iya ada dari sanitasi.” (R3)

Hasil wawancara menunjukan bahwa Rumah Sakit Umum Bahteramas

telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Pengelolaan Limbah

Medis Padat yang dibuat oleh pihak instalasi sanitasi, mulai dari pengumpulan,

pemisahan dan pengangkutan, yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis

padat adalah kepala ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan cleaning

service. Kepala ruangan mengkordinir perawat ruangan atau petugas medis atas

limbah yang dihasilkan untuk mengumpulkan dan memisahkan limbah sesuai

dengan jenis limbah yang dihasilkan (sesuai dengan SOP yang ada) dan
55

mengkordinir Cleaning Service sebagai pengangkut limbah medis padat yang

dibawa ke TPS. Berkaitan dengan SOP tentang pengelolaan limbah medis padat

juga didukung dengan hasil wawancara informan biasa yaitu :

“iya ada.” (R4, R8-R16)

“Iya ada, seperti yang saya jelaskan tadi itu sesuai dengan SOP-nya.”

(R5)

“Iya ada, masa akreditasi A nda ada wajib ada.” (R6)

“Iya ada bahwa limbah ini disimpan disini sesuai dengan tempatnya.”

(R7)

“Iya ada, tadi kan sesuai dengan SOP nya itu.” (R17 dan R18)

Hasil wawancara menunjukan bahwa Rumah Sakit Umum Bahteramas

memiliki SOP tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat yang dibuat oleh pihak

instalasi Sanitasi, mulai dari pengumpulan, pemisahan dan pengangkutan. Jadi

petugas pengangkut limbah medis, cleaning service dan perawat ruangan bekerja

sesuai dengan SOP.

Pengelolaan limbah medis padat, pihak rumah sakit menyediakan beberapa

fasilitas penunjang yang cukup memadai untuk memperlancar kegiatan

pengelolaan limbah medis adalah tempat sampah berbahan fiber pada masing-

masing ruangan seperti Safety Box, plastik kuning dan hitam serta troli. Seperti

yang dijelaskan oleh informan kunci yaitu :

“Jadi yang pertama APD, kemudian sarana transportasi limbah dan


kemudian tempat penyimpananya.” (R1)
56

“Dari rumah sakit itu hanya menyediakan TPS, kantong plastik kuning dan
hitam, Safety Box, lebih dari itu ditanggung dari pihak perusahhan.” (R2)
“Yaa tempat limbah medisnya APD nya selama corana ini.” (R3)

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan

informan kunci fasilitas yang ada sebagai penunjang kegiatan pengelolaan limbah

medis padat adalah sarana transportasi sebagai pengangkut limbah, dan tempat

penyimpanan limbah seperti kantong plastik kuning dan hitam, safety box dan

TPS. Kemuadian fasilitas lain seperti kontainer disediakan oleh perusahaan yaitu

PT Mitra Hijau sebagai mitra kerja sekaligus transporter limbah. Hal ini

didukung dengan hasil wawancara dengan informan biasa yaitu :

“Yaaa, bak sampah infeksius dan non infeksius dan ada Safety Box untuk
menyimpan benda-benda yang tajam satu lagi dengan troli kalau kita
diruangan ini cumin itu.” (R4)

“Bak sampah infeksius dan non-infeksius safety box.” (R5)

“Tempat sampah infeksius non infeksius safety box.” (R6)

“Kalau disini hanya dua (2) wadah Kantong plastic kuning dan
hitam.”(R7)

“Tong sampah, kantong kuning dan hitam.”(R8-R15)

“Termasuk APD nya, tong sampah, kantong kuning dan hitam.” (R16-
R18)

Hasil wawancara menunjukan bahwa fasilitas yang disediakan rumah sakit

sebagai penunjang kegiatan pengelolaan limbah medis padat adalah bak sampah

infeksius (kantong plastik kuning) dan non-infeksius (kantong plastik hitam),

safety box dan troli. Di Rumah Sakit Bahteramas memiliki insenerator tetapi tidak

layak pakai, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan berikut ini :
57

“Tidak ada dan kami tidak punya petugas insinerator karena


inseneratornya tidak Standarisasi.” (R1)

“Tidak ada, kembali pada pribadinya yang mau dan bertanggung jawab”.
(R2)

Hasil wawancara menunjukan bahwa Di Rumah Sakit Bahteramas

memiliki insenerator tetapi tidak layak pakai atau tidak standarisasi sehingga tidak

bisa digunakan untuk pemusnahan limbah medis padat. untuk pemusnahan pihak

rumah sakit melakukan kerja sama dengan pihak ke-3.

Mengahadapi pandemi Covid-19, Di Rumah Sakit Bahteramas dalam

pengelolaan limbah medis telah menyediakan beberapa jenis Alat Pelindung diri

(APD) untuk menghindari penularan Covid-19, dapat dilihat dari wawancara

informan kunci berikut ini :

“Baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu bot, sarung tangan, kaca
mata bogel, dan handscoon.” (R1)

“Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan, face shield,
handscoon.” (R2)
“Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan.” (R3)

Hasil wawancara menunjukan bahwa Alat Pelindung Diri secara umum

yang disediakan oleh Rumah Sakit Bahteramas adalah sarung tangan dan masker

baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu boot, sarung tangan, kaca mata

bogel dan handscoon. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan informan

biasa yaitu :

“Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, sepatu bot wajib,
baju hazmat wajib tapi kalau pasien biasa maka biasa saja APD pokonya
kami melayani APD lengkap.” (R6)
58

“Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, hazmat.” (R16 dan
R17)

Hasil wawancara menunjukan bahwa APD yang digunakan oleh setiap

petugas medis atau perawat ruangan dan cleaning service sesuai dengan potensi

atau resiko penularan Covid-19. Ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium, petugas

medis atau perawat ruangan yang kontak dengan pasien terkonfirmasi positif

Covid-19 serta cleaning service di ruangan tersebut atau petugas pengangkut

limbah harus menggunakan APD full body seperti handscoon, masker bedah, N95,

face shield, sepatu boot, helem, hazmat. Berbeda dengan APD yang digunakan

oleh petugas medis atau perawat ruangan dan cleaning service yang bekerja selain

di ruangan Isolasi, IGD dan Labaoratorium hanya menggunakan beberapa APD

saja, hal ini dapat dilihat dari wawancara informan berikut :

“Masker, Handscoon, face shield” (R4 dan R15)


“Masker, Handscoon.” (R5)
“Handscoon, kaos tangan, masker” R8-R14

Hasil wawancara menunjukan bahwa ruangan selain ruangan Isolasi, IGD

dan Laboratorium hanya menggunakan beberapa APD saja yaitu masker,

handscoon, face shield begitu pula dengan petugas cleaning service selain ruangan

Isolasi, IGD dan Laboratorium hanya menggunakan beberapa APD pula yaitu

Handscoon, kaos tangan dan masker

4.4.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Bahteramas

Metode pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Bahteramas sudah

memenuhi peraturan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yaitu telah


59

melewati proses pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

pemusnahan, dan sampai dengan tahap pembuangan akhir.

Berdasarkan wawancara dengan informan kunci yaitu:

“Jadi prosesnya dari penghasil sampah perawat ruangan dikumpulkan lalu


diangkut oleh CS ke TPS” (R1)

“Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan. Pemilahan itu dilakukan dari


ruangan masing-masing, karena kan ada pewadahan dari pengguna itu
kan dari perawat sehingga mereka meletakan sendiri, peran nya clining
service mereka hanya pengangkut jadi posisinya clining service itu hanya
pengangkut. Limbahnya sudah disediakan oleh perawat yg sudah dipilah
sisa diangkut.” (R2)

Hasil wawancara menunjukan bahwa pada masing-masing ruangan telah

disediakan tempat sampah atau limbah medis padat berbahan fiber untuk

pewadahan limbah infeksius dan limbah non-infeksius, serta telah dilengkapi

dengan safety box. Dari aktivitas kegiatan medis limbah yang dihasilkan setiap

ruangan sangat berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari beberapa informan berikut

ini :

“Untuk limbah infeksius biasanya masker, handscoon, botol infus, sisa-


sisa urin, sisa-sisa kasa pembersihan luka, pecahan-pecahan ampul dan
jarum suntik kalau limbah non infeksiusnya seperti kertas tulisan, kertas
obat/tempat obat, jarum suntik, ampul-ampul, infus” (R4)

“Spoit, jarum suntik, botol infus, kateter urin, selang NGT, kain kasa”

(R5)

“Disini hanya handscoon dengan masker” (R7)

“Jarum suntik, ampul-ampul, infus, masker bekas, sarung tangan bekas,


perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas
bekas makanan dan minuman, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas,
sisa makanan pasien Covid-19” (R16)
60

“Masker bekas, perban bekas, jarum suntik, terus ampul, sarung tangan,
bekas makanan dan minuman dan lain-lain.” (R17)

Hasil wawancara menunjukan bahwa secara umum limbah medis yang

dihasilkan di Rumah Sakit Bahteramas adalah untuk limbah infeksius biasanya

masker, handscoon, botol infus, sisa-sisa urin, sisa-sisa kasa pembersihan luka,

pecahan-pecahan ampul, infus, bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu

bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman,

set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien Covid-19 non

infeksiusnya seperti kertas tulisan, kertas obat/tempat obat. Berdasarkan limbah

yang dihasilkan, pemilahan dan pewadahan atau pengumpulan dilakukan oleh

perawat ruangan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan

biasa berikut ini :

“Limbah medis disini terbagi 2 yaitu infeksius dan non-infeksius, yang


non infeksius itu biasa biasa diberi label kantong plastik hitam sedangkan
infeksius kantong plastik kuning setelah itu diurus cleaning service
sebagai pengangkut” (R4)

“Limbah medis disini kan ada yang tajam terus ada yang infeksius dan
ada yang non-infeksius kalau yang infeksius kita sebagai perawat kita
pisahkan to tong sampahnya disini berwarna kuning kalau non-infeksius
warna hitam sedangkan limbah benda tajam disimpan di safety box kami
sebagai perawat hanya sebatas disitu saja, kita sudah memisahkan, terus
untuk selanjutnya diserahkan ke cleaning service” (R5)

“Kalau disini kan lab jadi limbah yang dihasilkan infeksius dan non
infeksius. Infeksius yaitu limbah darah cairan yang berasal dari tubuh
manusia, spoit, jarum suntik, sudah ada tempatnya safety box kalau
cairan disimpan kantong kuning dan non infeksiun kertas-kertas disimpan
di kantung hitam kemudian diangkat oleh petugas cleaning dalam
keadaan sudah dipilahkan” (R6)
61

Hasil wawancara menunjukan bahwa limbah yang dihasilkan dari setiap

ruangan dikumpulkan oleh perawat ruangan berdasarkan jenis limbah yang ada,

limbah yang infeksius disimpan di tong sampah yang dilapisi kantong plastik

kuning sedangkan non-infeksius disimpan di tong sampah yang dilapisi kantong

plastik hitam serta limbah medis jarum suntik atau limbah B3 disimpan di safety

box. Setelah limbah dikumpulkan berdasarkan jenisnya maka selanjutnya

diangkut oleh petugas cleaning service untuk dibawa ke TPS. Dapat dilihat dari

wawancara dengan cleaning service yaitu :

“Kalau sampahnya kan sudah terpisahkan memang infeksius dan non-


infeksius, infeksius dikantong kuning dan non-infeksius di kantong hitam
setelah itu dari dalam kami kasi keluar lalu diangkut oleh petugas
pengangkut sampah untuk dibawah di belakang” (R8-R14)

“Yaaa dikumpul oleh perawat ruangan kemudian diangkut dibawa


belakang” (R18)

Hasil wawancara menunjukan bahwa setelah limbah medis dikumpulkan

oleh perawat ruangan, maka petugas cleaning service bertanggung jawab untuk

membawa limbah medis ke TPS. Pewadahan sudah sesuai dengan peraturan

Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 mengenai pewadahan yaitu

wadah sudah anti bocor, dan anti tusuk. Hal ini dapat dilihat dari wawancara

dengan informan kunci yaitu :

“Anti bocor iya kami sudah memiliki safety box sama kontainer limbah
untuk pengangkutan..” (R1)

Pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas hanya

meliputi beberapa tahap yaitu pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan, untuk

pengelolaan tahap selanjutnya seperti pemusnahan dan pembuangan akhir


62

diserahkan ke pihak ketiga melalui kerja samanya PT Mitra Hijau. Hal ini sesuai

dengan wawancara dengan informan kunci yaitu :

“Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di TPS, selanjutnya di


serahkan kepada pihak ketiga selanjutnya pemusnahannya di Surabaya
transporter (PT Mitra Hijau)” (R1)

“Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di TPS, selanjutnya di


serahkan kepada transporter (PT Mitra Hijau)” (R2)

Hasil wawancara menunjukan bahwa limbah yang dihasilkan oleh rumah

sakit tidak ada yang diproses di dalam Rumah Sakit, melainkan semua limbah

diangkut dengan menggunakan kontainer yang disediakan oleh PT Mitra Hijau

sebagai transpoter limbah medis, selanjutnya PT Mitra Hijau melakukan kerja

sama dengan pihak terkait untuk pengelolaan limbah medis lebih lanjut.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Manajemen Kesehatan Dan Kesalamatan Kerja Rumah Sakit


Bahteramas

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sistem

manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeiharaan kebijakan dalam rangka pegendalian risiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif (Melianti, 2019). Menurut Kepmenkes RI No.432, 2007 Manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan

yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan


63

pengendalian. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/

Menkes/ SK/ IV/ 2007, menyatakan bahwa tujuan Keselamtan dan Kesehatan

Kerja di Rumah Sakit adalah mewujudkan terciptanya cara kerja, lingkungan

kerja yang sehat, aman dan nyaman dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan karyawan rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2007).

Upaya K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja, cara atau metode

kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi

peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan atau rehabilitasi.

Kemampuan kerja atau daya produktivitas petugas medis dan non medis di

rumah sakit merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja (Melianti, 2019)

Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa peraturan mengenai

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Bahteramas belum ada, tetapi

terkait dengan penggunaan APD oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan

limbah medis telah tertuang pada SOP yang telah dibuat oleh pihak sanitasi, hal

ini telah dijelaskan pada Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara No.Per/798/2019 tentang pengelolaan lingkungan menjelaskan

bahwa petugas kebersihan ruangan menggunakan APD sebelum melakukan

pembersihan. Dan Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara No.Per/768/2019 tentang tanggap darurat Bahn Berbahaya dan Beracun

(B3) dan limbah B3 menjelaskan bahwa penggunaan APD yang sesuai, artinya

bahwa petugas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap

pengelolaan limbah medis tidak lepas dari penggunaan APD, APD yang
64

digunakan tergantung dari seberapa besar resiko yang mengancam kesehatan

petugas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh (Ryane Toding,

2016) menunjukan bahwa manajemen rumah sakit yang berkaitan dengan K3RS

belum diwujudkan dalam bentuk tertulis tentang K3, tetapi pendanaan terkait

K3RS dan fasilitas K3RS telah dilakukan, walau yang dimiliki masih belum

lengkap. Upaya K3 terhadap kecelakaan kerja juga telah dilakukan dengan

mengurangi risiko melalui penggunaan APD (Ryane Toding, 2016).

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk

melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang

terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau mengurangi bahaya

yang ada, peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan

cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Rizka Ayu

Zahara, 2017)

Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa APD yang digunakan di

Rumah Sakit Bahteramas oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah

medis padat adalah handscoon, masker bedah, N95, face shield, sepatu boot,

helem dan hazmat. Beberapa jenis APD yang disebutkan itu, terkhusus untuk

ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium. Semua pasien yang terkonfirmasi positif

Covid-19 dirawat di ruangan Isolasi, jika pasien tersebut menunjukan gejala yang

sangat parah maka akan dibawa di ruangan IGD sedangkan ruang Laboratorium

sebagai pemeriksaan sampel darah atau uji swab. Selain ruangan Isolasi, IGD dan

Laboratorium penggunaan APD hanya berupa handscoon dan masker. Hasil


65

penelitian ini sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan,

Rumah Sakit Darurat Dan Puskesmas Yang Menangani Pasien Covid-19 yang

ditulis oleh Kemenkes 2020 menjelaskan bahwa petugas pengumpulan sampah

khusus harus dilengkapi dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, apron,

kacamata pelindung (goggle), dan penutup kepala (Kementerian Kesehatan, 2020)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit tidak lepas dari

kegiatan Pencegahan dan pengendalian infeksius yang merupakan bagian penting

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis dan asuhan keperawatan di

Rumh Sakit yang berfokus pada keselamatan pasien dan petugas medis meliputi

dokter, perawat, paramedis dan petugas kebersihan (Anugrah, 2019).

Program Pencegahan dan Pengendalian Infksius merupakan sebuah

program yang wajib dilaksanakan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan di

Indonesia untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi (Laode Alifarik, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di Rumah Sakit Bahteramas menunjukan

bahwa pelatihan di Rumah Sakit Bahteramas terakhir diadakan pada tahun 2019

tentang pencegahan dan pengendalian infeksius kepada seluruh tenaga kesehatan,

selain itu ada juga edukasi yang diberikan oleh petugas PPI kepada petugas

kesehatan dan juga mahasiswa yang melakukan kegiatan praktikum tetapi dalam

kontrol tiap ruangan dan sosialisai mengenai pentingnya PPI terhadap para

petugas tidak berjalan dengan baik khususnya bagi pihak-pihak yang terkait

dengan pengelolaan limbah medis padat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Mufidah AL Amri, 2017) menunjukan bahwa

pelatihan PPI di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu sudah dijalankan dalam hal
66

kepala-kepala ruangan dan dibuktikan dengan dengan sertifikat dan absensi

pelatihan PPI dasar yang dilaksanakan oleh internal rumah sakit dan para petugas

PPI tidak melakukan kontrol dan sosialiasi ke petugas medis secara rutin di setiap

ruangan (Mufidah AL Amri, 2017)

4.5.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit Bahteramas

Sistem manajemen pengelolaan limbah rumah sakit diperlukan

dikarenakan kegiatan pelayanan di rumah sakit menghasilkan limbah klinis atau

infeksius yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pencemaran

lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Dengan mempertimbangkan risiko

yang mungkin terjadi, maka dari itu rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa

peraturan pemerintah dengan mewajibkan setiap orang memelihara kelestarian

fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup (Nopriadi, 2020).

Standar Operasional Prosedur (SOP) limbah medis rumah sakit adalah

persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit dan menjadi pedoman atau

acuan dalam pengelolaan limbah medis yang berlaku pada pihak yang terlibat

dalam pengelolaan limbah medis tersebut, instalasi sanitasi rumah sakit

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat

(Kemenkes RI, 2004)


67

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Rumah Sakit Umum

Bahteramas telah memiliki SOP tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat yang

dibuat oleh pihak instalasi Sanitasi, mulai dari pengumpulan, pemisahan dan

pengangkutan, yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat adalah kepala

ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan Cleaning Service. Jadi petugas

pengangkut limbah medis, cleaning service dan perawat ruangan bekerja sesuai

dengan SOP. Didalam SOP tersebut tidak ada penjelasan mengenai kriteria

khusus untuk menjadi petugas pengelola limbah medis akan tetapi lebih

menekankan pada pengabdian serta kerelaan untuk mau diberikan tanggung

jawab sebagai petugas pengelola limbah. Hasil penelitian ini sudah sejalan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 tahun 2004 menjelaskan bahwa

rumah sakit harus memiliki SOP pengelolaan Limbah medis, memiliki logbook,

B3, Neraca Limbah dan TPS (Kemenkes RI, 2004).

Fasilitas penunjang dalam upaya pengelolaan limbah medis padat tertuang

dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 tahun 2004 menjelaskan

bahwa dalam kegiatan pengelolaan limbah medis padat fasilitas yang harus

disediakan adalah Safety Box sebagai tempat limbah medis padat seperti jarum

suntik, wadah sampah terdapat dua jenis yaitu infeksius dan non infeksius yang

dilapisi dengan 2 jenis kantong kuning (Infeksius) dan hitam (non-infeksius)

(Kemenkes RI, 2004).

Menurut Paramita, Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

diperlukan sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai

hasil yang ditetapkan, maka sebaiknya rumah sakit harus menyediakan sarana
68

pengelolaan limbah medis padat dimulai dari wadah pemilahan limbah, troli untuk

pengangkutan limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah ke tempat

penampungan sementara (bak penampung), dan menggunakan incinerator untuk

pembuangan akhir (Beny Yulinto, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Di Rumah Sakit

Bahteramas memiliki sarana peralatan dan APD yang disediakan sangat memadai

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, dari

penyediaannya yaitu ada tempat sampah berbahan fiber pada masing ruangan,

Safety Box, plastik kuning dan hitam serta 1 troli yang digunakan untuk

mengangkut sampah medis dari ruangan yang akan dibawa menuju tempat

penampungan (Kemenkes RI, 2004).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi

Suryono, Mamik 2018 dengan judul Manajemen Pengelolaan Limbah Medis

Padat Di Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani menunjukan bahwa fasilitas

yang ada dalam upaya penunjang pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit islam

Surabaya Ahmad Yani adalah safety box sebagai tempat limbah medis benda

tajam, troli sebagai pengangkut limbah medis dari ruangan ke TPS dan dua (2)

jenis tempat sampah disetiap ruangan infeksius dan non-infeksius (Yudhit Tri

Chrisyanti dan Hadi Suryono, Mamik 2018).

Salah satu kekurangan fasilitas penunjang dalam pengelolaan limbah

medis padat Di Rumah Sakit Bahteramas adalah insinerator, sebenarnya memiliki

insinerator tetapi belum bisa digunakan dalam pemusnahan limbah medis padat

seperti jarum suntik karena tidak standarisasi atau tidak layak pakai sehingga tidak
69

memiliki sertifikat izin dari pihak yang berwewenang (BLH Provinsi Sulawesi

Tenggara), letak insinerator yang tidak mendukung sehingga tidak beroperasi

yaitu dekat dengan perumahan warga (BTN Baruga Nusantara), cerobong asap

yang pendek dari pada bangunan rumah sakit. Insinerator ini beroperasi selama 2

tahun mulai 2015 kemudian berhenti beroperasi pada tahun 2017 karena tidak

mendapat surat izin operasional dari BLH maka insinerator ini berhenti

beroperasional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi Suryono, Mamik 2018 dengan judul Manajemen

Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani

hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pengelolaan limbah medis padat di

Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani telah bekerja sama dengan pihak ketiga

yang fungsi sebagai pengangkut dan pemusnahan limbah medis padat yang

dihasilkan rumah sakit tersebut (Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi Suryono, Mamik

2018).

Penggunaan APD untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada

pekerja juga diperlukan tahap pencegahannya. Kelengkapan APD sangat

diperlukan demi keselamatan dan mengurangi risiko kontaminasi bibit penyakit

yang ditularkan dari limbah yang dihasilkan (Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, 2015).

Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 menyebutkan bahwa terkait dengan

APD seperti Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall),

Apron, Pelindung kaki/sepatu boot dan Sarung tangan khusus (disposable gloves

atau heavy duty gloves). Fasilitas sarana-prasarana untuk menunjang pengelolaan


70

limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas sudah memenuhi Kepmenkes No.

1204 Tahun 2004. Fasilitas yang ada di Rumah Sakit Bahteramas terkait dengan

Alat Pelindung Diri (APD) adalah masker, sepatu boot, baju coverall, face shield

dan apron hal (Kemenkes RI, 2004).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Devi Ditabeliana Rachmawati dan Lilis Sulistyorini, 2018 dengan judul

Timbulan Limbah Medis Padat dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas

Limbah Medis Rumah Sakit X Jawa Timur hasil penelitian menunjukan bahwa

Penggunaan APD bagi petugas pengangkut limbah yang disediakan rumah sakit X

jawa Timur masih sangat minim meliputi masker, pakaian panjang, dan sarung

tangan disposable. APD yang belum disediakan bagi pengangkut sampah adalah

topi/ pelindung kepala, apron untuk industri, dan sepatu safety/ boot (Devi

Ditabeliana Rachmawati dan Lilis Sulistyorini, 2018).

4.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Bahteramas

Pajanan limbah layanan kesehatan dapat mengakibatkan penyakit atau

cidera petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitar

lingkungan Limbah medis merupakan porsi yang lebih besar dari infeksi limbah,

yang berpotensi berbahaya karena kemungkinan berisi agen patogen. Pengelolaan

limbah harus dilakukan dengan benar dan efektif serta memenuhi persyaratan

sanitasi. Sebagai suatu yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi, dan harus

dibuang maka limbah tentu harus dikelola dengan baik. Pengelolaan limbah

merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang


71

meliputi pengurangan, penanganan dan pemusnahan limbah (Laylatul Hasanah

dan Nelyta Oktavianisya, 2018).

Metode pengelolaan limbah medis sudah memenuhi peraturan Kepmenkes

RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yaitu telah melewati proses pemilahan,

pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan, dan sampai dengan tahap

pembuangan akhir. Hasil penelitian Di Rumah Sakit Bahteramas menunjukan

bahwa dalam pengelolaan limbah medis hanya beberapa tahap yang dilewati yaitu

pemilahan, pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan, lebih dari itu diserahkan

ke pihak ke-tiga seperti pemusnahan, pembuangan akhir dan daur ulang. pada

masing-masing ruangan telah disediakan tempat sampah berbahan fiber untuk

pewadahan limbah infeksius dan limbah non infeksius. Serta telah dilengkapi

dengan safety box. Pengangkutan dilaksanakan oleh pertugas cleaning service.

Limbah medis padat yang dihasilkan di Rumah Sakit Bahteramas tidak ada yang

didaur ulang atau digunakan kembali, seluruh limbah yang dihasilkan dari

kegiatan medis termasuk perawatan pasien, pemeriksaaan pasien langsung

dikumpulkan oleh petugas medis/perawat ruangan di tempat sampah infeksius dan

non-infeksius dan safety box kemudian diangkut oleh Cleaning Service ke TPS

(Kemenkes RI, 2004).

Pengelolaan limbah medis diwajibkan melakukan pemilihan menurut

limbah dan menyimpannya di dalam kantong plastik yang berbeda-beda menurut

karekteristik atau jenis limbahnya. Limbah umum dimasukkan ke dalam plastik

berwarna hitam, limbah infeksius ke dalam kantong plastik (Ningrum Dan

Tualeka, 2019).
72

Rumah Sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara

limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepmenkes No.

1204/Menkes/SK/X/2004. Adapun syarat Kesehatan menurut Permenkes No.

1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu memenuhi syarat jika tempat sampah anti bocor

dan anti tusuk, memiliki tutup dan tidak mudah dibuka orang, sampah medis padat

yang akan dimanfaatkan harus melalui sterilisasi. Berdasarkan hasil observasi

langsung di Rumah Sakit Umum Bahteramas kegiatan pemilahan sudah

dilakukan oleh semua ruangan penghasil limbah medis yaitu Ruangan Isolasi,

IGD, Laboratorium, Rehabilitasi, Ruang Perawatan, Radiologi dan Ruang

Jenazah. sesuai karakteristiknya seperti limbah infeksius, benda tajam dan non-

infeksius sesuai dengan tempatnya masing-masing.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alvionita Ajeng Purwanti, 2018, Menunjukan bahwa pemilahan limbah B3 di

RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan memisahkan tempat penampungan / wadah

dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu wadah sampah medis

tajam, wadah sampah medis lunak dan wadah sampah B3. Hal ini dilakukan

dengan harapan limbah padat B3 sudah terpilah mulai dari sumbernya di ruangan

berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah B3 (Ajeng Purwanti,

2018).

Wadah limbah medis adalah suatu jenis tempat limbah yang tersedia dan

digunakan sebagai tempat membuang limbah, baik limbah medis maupun non

medis yang memiliki kriteria sehingga layak digunakan sebagai wadah tempat

limbah medis maupun non medis. Pewadahan yang digunakan oleh setiap rumah
73

sakit adalah pewadahan yang betul-betul memperhatikan kelayakan atau

memenuhi syarat kesehatan dengan pertimbangan bahwa wadah tersebut sesuai

dengan standar kesehatan nasional yang ditetapkan dalam Permenkes No

1204/Menkes/SK/X/2004 dan mengacu pada standar WHO (World Health

Organization) yaitu pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong

plastik/kontainer), sampah radioaktif menggunakan warna merah, sampah sangat

infeksius menggunakan warna kuning, sampah/limbah infeksius, patologi dan

anatomi menggunakan warna kuning, sampah sitotoksis menggunakan warna

ungu, dan sampah/limbah kimia dan farmasi menggunakan warna cokelat (Ajeng

Purwanti, 2018).

Berdasarkan hasil observasi langsung di Rumah Sakit Umum Bahteramas,

petugas sudah melakukan pemilahan antara limbah medis, non medis dan limbah

domestik sesuai dengan karakternya dengan wadah anti bocor, anti tusuk, dan

tidak mudah untuk dibuka, sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat

membukanya. Jarum dan syringes dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widia

Rahmatullah, 2017) menunjukan limbah medis yang dihasilkan di Rumah Sakit

JIH dalam proses pewadahan telah disediakan tempat sampah berbahan fiber

untuk pewadahan limbah medis dan non-medis serta safety box untuk pewadahan

limbah B3, limbah yang dihasilkan dimusnahkan oleh pihak ketiga (Widia

Rahmatullah, 2017)
74

Hasil wawancara dan observasi Pelabelan dan pengkodean limbah medis

di Rumah Sakit Bahteramas sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004

menunjukan bahwa tempat sampah diberikan stiker bertuliskan limbah infeksius

dan limbah non-infeksius. Serta di lapisi dengan plastik kuning untuk limbah

infeksius, dan plastik hitam untuk limbah non-infeksius serta telah disediakan

safety box untuk limbah medis benda tajam (Kemenkes RI, 2004). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Agus Ramon, 2019) menunjukan

bahwa, RSUD Kabupaten Mukomuko pada tahapan kegiatan pemilahan limbah

dimulai dari sumber limbah, yaitu dari tiap-tiap ruangan disediakannya tempat

sampah yang dibedakan antara limbah medis dan non medis yang dilapisi dengan

kantong plastik kuning dan hitam serta safety box untuk limbah B3 (Agus Ramon,

2019). Pewadahan limbah medis di Rumah Sakit Bahteramas sudah sesuai dengan

peraturan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 mengenai pewadahan

yaitu wadah sudah anti bocor, dan anti tusuk (Kemenkes RI, 2004).

Pada umumnya pengangkutan limbah medis padat dilakukan dengan

menggunakan gerobak dorong yang mempunyai penutup limbah yang telah

dikumpulkan pada lokasi tertentu dipindahkan ke dalam wadah gerobak dorong

sesuai kategori limbah. Proses pengangkutan limbah medis merupakan proses

pemindahan limbah medis dari sumber penghasil limbah ke tempat penyimpanan

sementara dengan menggunakan gerobak limbah padat yang dilengkapi dengan

penutup (Ajeng Purwanti, 2018). Pengangkutan limbah medis padat di Rumah

Sakit Bahteramas sesuai dengan ketentuan Permenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

yakni dengan menggunakan kereta atau troli permukaaan rata, dan tidak tembus,
75

atau anti tusuk mudah dibersihkan dan dikeringkan, limbah tidak menempel pada

alat angkut, dan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali (Kemenkes RI,

2004).

Pemusnahan limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas dengan

menggunakan insinerator tidak mendapatkan izin dari BLH Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017, hal ini disebabkan karena letak insinerator yang dekat

dengan pemukiman warga yaitu BTN Baruga Nusantara dan cerobong asap yang

lebih pendek dari bangunan rumah sakit sehingga surat izin operasional tidak

dikeluarkan. Berdasarkan Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004, Rumah Sakit yang

tidak memiliki insenerator maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan

melalui kerjasama dengan pihak ketiga dan melakukan pemusnahan paling lama

sekali dalam 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang (Kemenkes RI, 2004).

Hasil wawancara menunjukan bahwa Limbah medis yang dihasilkan di

Rumah Sakit Umum Bahteramas seluruhnya diproses di luar rumah sakit.

Pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Bahteramas hanya mempunyai

beberapa tahap yaitu mulai dari pemilahan, pewadahan infeksius atau non

infeksius setelah itu di kumpulkan oleh CS kemudian diangkut oleh petugas

pengangkut sampah di bawa ke TPS, kemudian diangkut oleh PT Mitra Hijau

untuk di bawa dari rumah sakit ke Surabaya untuk pengelolaan lebih lanjut. Jadi

pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Bahteramas hanya meliputi 3 tahap

yaitu pemilahan, pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan setelah itu di bawa

oleh transporter keluar dari rumah sakit yaitu PT Mitra Hijau. Rumah Sakit

melakukan kerja dengan sama dengan PT Mitra Hijau sebagai transporter


76

selanjutnya PT Mitra Hijau melakukan kerja sama dengan pihak lain untuk

pengelolaan limbah medis secara tuntas yaitu di Surabaya. Oleh karena itu

keadaan pengelolaan limbah selanjutnya pihak Rumah Sakit tidak mengetahui

keadaan lapangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Vita zulfani, 2018) menunjukan bahwa Insinerator di Rumah Sakit Umum

Haji Medan tidak digunakan karena belum mendapatkan izin atau tidak layak

pakai sehingga untuk pemusnahan limbah medis di serahkan kepada pihak ke-tiga

(Vita zulfani, 2018).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat

Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara terkait dengan proses pengelolaan limbah meliputi

beberapa tahap yaitu pemilahan, pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.

Pada tahap pemusnahan dan pembuangan akhir pihak rumah sakit melakukan

kerja sama dengan pihak ke tiga (3), sehingga dalam pengelolaan limbah medis

padat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


77

1. Pemilahan sudah dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah,

masing-masing ruangan telah disediakan tempat sampah medis dan non-medis

yang diberi label limbah infeksius dan non-infeksius serta safety box sebagai

tempat pewadahan limbah B3. Proses pemilahan limbah dilakukan oleh

masing-masing-masing perawat ruangan.

2. Pewadahan atau pengumpulan sudah dilakukan untuk limbah medis padat

yang terkontaminasi maupun yang tidak terkontaminasi, digunakan tong

sampah pijakan yang anti tusuk, anti bocor,dan anti air serta dilapisi kantong

plasti kuning berlabelkan limbah infeksius dan limbah non-infeksius.

Kemudian safety box untuk limbah medis benda tajam.

3. Pengumpulan limbah medis dilakukan oleh perawat ruangan, limbah medis

padat disimpan di kantong plastik kuning dan limbah non medis di simpan

kantong plastik hitam sedangkan benda tajam di safety box.

4. Pengangkutan limbah dilakukan setiap pagi dan sore hari oleh petugas

cleaning service. Petugas pengangkut76limbah medis tidak menggunakan APD

full body, APD yang digunakan adalah sepatu boots, apron, masker N95,

helem, dan handscoon rubber gloves. Pengangkutan sudah dilakukan

menggunakan troli tertutup yang anti bocor, anti air dan tidak memiliki sudut

runcing.

5. Pemusnahan limbah medis padat di Rumah Sakit Bahtermas tidak dapat di

proses dalam rumah sakit karena insinerator tidak mendapat surat izin dari

BLH Privinsi Sulawesi Tenggara, sehingga melakukan kerja sama dengan

pihak ke-3 (PT Mitra Hijau)


78

6. Pembuangan akhir pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit

Bahteramas telah diserahkan kepada pihak ke-3, seluruh limbah medis padat

yang dihasilkan oleh setiap ruangan diangkut oleh transporter (PT Mitra

Hijau) untuk pengelolaan lebih lanjut.

7. Daur ulang limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas telah diserahkan

kepada pihak ke-3.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut :

Khusus Untuk Rumah Sakit Bahtermas :

1. Pembuatan Peraturan K3 dalam upaya peningkatan Sistem Manajemen

Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

2. Pembentukan Panitia atau kelompok Pengawas K3.

3. Menyediakan lokasi operasional insinerator yang jauh dari pemukiman warga,

yang lebih tinggi cerobong asapnya sehinga mendapatkan izin operasional dari

pihak terkait (BLH Provinsi Sulawesi Tenggara)

4. Pemberian pelatihan kepada petugas pengelola limbah dan tenaga kesehatan

mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja terkait pengelolaan limbah

medis padat.

5. Perealisasian program imunisasi dan pemeriksaan kesehatan terutama pada

petugas yang melakukan kontak langsung dengan limbah medis padat.

Untuk Peneliti Selanjutnya :


79

Diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai sistem pengelolaan

limbah medis padat di Rumah Sakit Bahterams terkait variabel yang belum di

teliti, dan juga terkait dengan pengelolaan limbah cair.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ramon. (2019). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Mukomuko. Vol 14. ISSN  : p 1978 – 0664 e :
2654 – 3249
Ajeng Purwanti, A. (2018). Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3) Rumah Sakit Di Rsud Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 10(3), 291–298.
Anugrah. (2019). PPI (Cetakan 1). Diterbitkan Aisyiyah Yogyakarta. ISBN 978-
602-0739-21-2
Beny Yulinto. (2017). Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Dumai. Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat,
Vol. 1 No. Edisi November ISSN 2580-0590
Dari, S. P. (2018). Gambaran Perilaku Perawat dalam Membuang Limbah Medis
80

dan Non Medis di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Tahun 2017.


Deni C. N. (2020). Tinjauan Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Infeksius
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). 1–12.
Farida, I. (2010). Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif (D. P. FISIPO
(ed.)). Universitas Sang Bumi Ruwa Jura.
Gorbalenya et al. (2020). The species Severe acute respiratory syndrome-related
coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat
Microbiol. https://doi.org/published online March 2. DOI: 10.1038/s41564-
020-0695-z
Han Y, Y. H. (2020). The Transmission And Diagnosis Of 2019 Novel
Coronavirus Infection Disease (Covid-19): A Chinese Perspective.J Med
Virol. 2020. Published Online March 6. https://doi.org/DOI:
10.1002/jmv.25749
Humas UGM. (2019). Pengelolaan Limbah Medis di Indonesia Belum Maksimale.
1–3.
Husnu. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV.Pustaka Ilmu
Group.
Irmawan, S. (2015). Pengakuan Keesaan Tuhan Dalam Mantra Sahadat Sunda
Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. 1–125.
Kemenkes RI. (2004). Nomor:1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan. (2020). Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Rujukan, Rumah Sakit Darurat Dan Puskesmas Yang Menangani Pasien
Covid-19. 1–14.
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Pedoman Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan kerja.
Kristiani, L., dan A. (2012). Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian
Kualitatif. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (K. K. RI (ed.)).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kulkarni. (2020). Asesmen kelestarian lingkungan dari pembuangan tanah di
limbah padat kota yang dihasilkan di kota-kota India: Tinjauan Lingkungan.
https://doi.org/10.1016/j.envdev.2019.100490
Laode Alifarik. (2019). Hubungan Pelaksanaan Program PPI Terhadap Perilaku
Perawat Dalam PPI Nosokomial Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kendari. 1,
148–159. P-ISSN : 2655-2728. E-ISSN : 2655-4712
Laylatul Hasanah dan Nelyta Oktavianisya. (2018). Gambaran Pengelolaan
Limbah Medis Padat pada Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Kecamatan
Bluto. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1 No 2. P-ISSN : 2614-5057. E-
81

ISSN : 2614-5056
Mayang, N., Saputra, I., & Sofia, A. (2018). Analisis Kapasitas Insinerator Dan
TPS Di Perusahaan Pengolahan Limbah Medis Padat. 9(1), 1–6.
Melianti. (2019). Manajemen K3 Oleh Perawat Di Rumah Sakit. 1–8.
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Menteri Kesehatan. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien.
Menteri Kesehatan. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Menteri Kesehatan. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Peraturan menteri
lingkungan hidup dan kehutanan Republik indonesia nomor p.56/menlhk-
setjen/2015 Tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Moeloeng L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kualitatif. PT
Rosdakarya.
Mufidah AL Amri. (2017). Analisis Impelementasi PPI Di Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu. halm 1–141.
Mulyatiningsing E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan Dan Teknik
(Cetakan 1). UNY Press.
Narayana, V., S. R. & N. D. (2014). Hazards and Public Health Impacts of
Hospital Waste. Indian Journal of Applied Reseach, 4(6), 386–388.
Nghiem, L. D., Morgan, B., Donner, E., & Short, M. D. (2020). The COVID-19
pandemic: Considerations for the waste and wastewater services sector.
Chemical and Environmental Engineering, 1–5.
Ningrum Dan Tualeka. (2019). Upaya Pengendalian Risiko Pada Unit
Pengelolaan Limbah Medis Benda Tajam Di Rumah Sakit. Journal of Public
Health Research and Community Health Development, 1(2), 98–108.
Nopriadi. (2020). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Untuk Mewujudkan
Konsep green hospital di RSUP dr. M. Djamil Padang. Vol 7, No. 1. p-ISSN
2356-2226 e-ISSN 2655-8114
Ong SWX et al. (2020). Air, Surface Environmental, and Personal Protective
Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient. JAMA.
82

https://doi.org/DOI: 10.1001/jama.2020.3227
Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
Peng, J., Wu, X., Wang, R., Li, C., Zhang, Q., & Wei, D. (2020). Medical Waste
Management Practice During The 2019-2020 Novel Coronavirus Pandemic:
Experience In A General Hospital. American Journal of Infection Control,
48(8), 918–921. https://doi.org/10.1016/j.ajic.2020.05.035
Peraturan Pemerintah. (2020). Surat Edaran Nomor 3355 Tahun 2020 Tentang
Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru.
Prasetiawan, T. (2020). Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Di Indonesia.
12(19).
Pratiwi, D., & Maharani, C. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada
Puskesmas Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat, 9(1), 74–86.
Prihartanto. (2020). Perkiraan Timbulan Limbah Medis Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3) Dari Rumah Sakit Penanganan Pasien Covid-19. Jurnal Sains
Dan Teknologi Mitigasi Bencana, 15(1), 1–7.
Pyopyash E. L., et al. (2019). Kajian Pengelolaan Sampah Medisdi Rumah Sakit
X Cilegon. Kesehatan Masyarakat, 7(7), 150–156.
Rahno, D., Roebijoso, J., & Leksono, A. S. (2015). Pengelolaan Limbah Medis
Padat Di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa
Tenggara Timur. 6(1), 22–32.
Riedel S. et al. (2019). Medical Microbiology (28th ed. N). McGrawHill
Education/Medical.
Rizka Ayu Zahara. (2017). Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri (Apd)
Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Perilaku Pada Petugas Instalasi
Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS). Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2 (2), 153–158.
Ronald T. (2018). Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Beracun
(B3) Di Rumah Sakit Umum Daerah ( Rsud ) Piru Kabupaten Seram Bagian
Barat, Propinsi Maluku Pada Tahun 2018. 7(5).
Rosihan A. (2018). Pengelolaan Limbah Medis Pelayanan Kesehatan. (Edisi 1).
Lambung Mangkurat University.
Satgas Sultra. (2020). Data Perkembangan Kasus Covid-19 Di Sulawesi
Tenggara.
Shi J., dan W. Z. (2020). Coronavirus: China struggling to deal with mountains
of medical waste created by epidemic. www.scmp. com/news/china/society/
article/3065049/coronaviruschina, diakses 20 April 2020.
83

Soemiarno, S. S. (2020). Penanganan Limbah B3 Infeksius Covid-19: Analisa


Gap Kapasitas dan Alternaif Solusi.
Undang-Undang RI. (2009). Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Vita zulfani. (2018). Pengelolaan Limbah Medis Dan Non Medis Serta
Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perawat Di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Hlm 1–103.
Wati, N., Ramon, A., Husin, H., & Elianto, R. (2018). Hubungan Jarak
Kehamilan Dan Kejadian Retensio Plasenta Di Rumah Sakit Islam
Palembang. Jurnal Ilmiah AVICENNA ISSN : 1978 – 0664 EISSN: 2654 –
3249. 13(3), 1–63.
WHO. (2020a). Infection prevention and control during health care when novel
coronavirus (nCoV) infection is suspected.
WHO. (2020b). Rational use of personal protective equipment for coronavirus
disease (COVID-19).
WHO dan UNICEF. (2020). Air, Sanitasi, Higienitas Dan Pengelolaan Limbah
Untuk Covid-19. Di. http://www.who.int/publications-detail/water-sanitation-
hygiene-and-waste-management-for-covid-19
Widia Rahmatullah. (2017). Analisis Pelaksanaan Standar Operating Procedure
(SOP) Pengolahan Limbah Medis Dan Non Medis Di Rumah Sakit Jogja
International Hospital. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika, Vol 2.
ISSN Cetak : 2528-7621 dan ISSN Online: 2579-93801
Yahar. (2011). Studi tentang Pengelolaan Limbah Medis Di Rumah Sakit Umum
daerah Kab. Barru. 1-97.
Yu, H., Sun, X., Solvang, W. D., & Zhao, X. (2020). Reverse Logistics Network
Design for E ff ective Management of Medical Waste in Epidemic
Outbreaks : Insights from the Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 )
Outbreak in Wuhan ( China ).
Zamili M. (2015). MENGHINDAR DARI BIAS: Praktik Triangulasi Dan
Kesahihan Riset Kualitatif. 7(2), 1–23.
Zhun et al. (2020). A Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China,
2019. N Engl J Med, 8(382), 727–733.
Zuhriyani. (2019). Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
Berkelanjutan di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi. Jurnal
Pembangunan Berkelanjutan, 1.(1), 40–52.
https://doi.org/https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
84
85

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara untuk informan kunci.

PEDOMAN WAWANCARA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT

(Pedoman Wawancara Pengelolaan Limbah Medis Padat untuk Kepala Bagian


Sanitasi. Kordinator Limbah Medis dan Koordinator Pengendalian Pencegahan
Infeksius)

A. Identitas
86

1. Nama :

2. Pendidikan terakhir :

3. Unit kerja :

4. Jabatan :

5. Masa kerja :

6. Alamat :

B. Pertanyaan

1. Berapakah jumlah tenaga kerja yang bekerja di bagian pengelolaan limbah

RSU Bahteramas ?

2. Apakah ada peraturan yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit tentang

kesehatan dan keselamatan kerja dalam pengelolaan limbah medis padat di

masa pandemi covid-19? Jika iya, sebutkan dan jelaskan. Jika tidak ada,

mengapa tidak dibuat peraturan?

3. Apakah rumah sakit memiliki manajemen dan SOP/Pedoman tentang

pengelolaan limbah medis padat pada masa pandemi covid-19? Jika iya, siapa

saja yang terlibat dalam manajemen pengelolaan limbah tersebut? Jika tidak,

bagaimana penanganan lebih lanjut tentang pengelolaan limbah medis padat

tersebut?

4. Bagaimana kriteria yang di tetapkan untuk dapat menjadi petugas pengelola

limbah dan petugas insenerator?

5. Apakah ada limbah medis padat yang digunakan kembali atau di daur ulang

Jika ada, bagaimana sistem pengelolaannya?


87

6. Peralatan apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk menunjang

kegiatan pengelolaan limbah medis padat di masa pandemi covid-19?

7. Apakah setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah sudah

melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang?

8. Apakah setiap wadah limbah medis padat sudah anti bocor, anti tusuk, dan

tidak mudah di buka?

9. Jenis pelabelan atau kode warna apa yang digunakan untuk menandai limbah

medis padat?

10. Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada anggota tim pengelolaan

limbah? Jika iya, pelatihan seperti apa?

11. Jenis alat pelindung diri apa sajakah yang yang disediakan pihak rumah sakit

untuk dipakai petugas pengelola limbah medis padat? Dan bagaimana

penyediaannya?

12. Apakah semua petugas yang bekerja menangani limbah telah diberikan

imunisasi? Jika iya imunisasi apa saja ?

13. Apakah limbah medis padat diproses di dalam rumah sakit? Jika iya bagaimana

ketentuannya? Jika tidak, dimanakah limbah medis padat tersebut diproses

untuk di insenerasi? Dan bagaimana proses serta ketentuannya?

14. Berapa hari sekali limbah diangkut keluar rumah sakit untuk diproses pada

insenerator ?

15. Alat angkut apakah yang digunakan untuk membawa keluar limbah medis

padat dari rumah sakit menuju insenerator yang dituju?


88

16. Bagaimana pengelolaan selanjutnya setelah limbah medis padat tiba di tempat

yang dituju?

Lampiran 2. Pedoman wawancara untuk informan biasa.

PEDOMAN WAWANCARA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT

(Pedoman Wawancara Pengelolaan Limbah Medis Padat untuk Petugas


Pengangkut Limbah Medis Padat, Petugas Insenerator dan Perawat Ruangan)
89

A. Identitas

1. Nama :

2. Pendidikan terakhir :

3. Unit kerja :

4. Jabatan :

5. Masa kerja :

6. Alamat :

B. Pertanyaan

1. Sejak kapan anda bekerja di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi

Tenggara ?

2. Bagaimana metode pengelolaan limbah medis padat yang diterapkan di

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara ?

3. Apakah anda mempunyai pedoman dari rumah sakit tentang pengelolaan

limbah medis padat?

4. Apakah anda mengikuti semua petunjuk yang terdapat dalam SOP/pedoman

pengelolaan limbah ketika menjalankan tugas pengelolaan limbah medis padat

atau ada beberapa bagian yang anda lewatkan?

5. Apakah anda mengetahui peraturan yang di tetapkan di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tentang Kesehatan Keselamatan

Kerja? Jika iya, sebutkan.

6. Apakah peraturan di rumah sakit di rasa memberatkan anda?

7. Apakah pekerjaan anda berhubungan dengan limbah medis padat?


90

8. Apakah anda pernah mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh pihak Rumah

Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara?

9. Peralatan apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk menunjang

kegiatan pengelolaan limbah padat?

10. Jenis pelabelan atau kode warna apa yang digunakan untuk menandai limbah

medis padat?

11. Apakah ada limbah medis padat yang dimanfaatkan kembali atau di daur

ulang?

12. Jika ada, bagaimana sistem pengelolaannya?

13. Alat pelindung diri jenis apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk di

pakai selama bertugas? Bagaimana penyediaannya?

14. Apakah selama anda bertugas memakai alat pelindung diri tersebut?

15. Apakah selama anda menangani limbah medis padat pernah mengalami

kecelakaan kerja? Jika iya, bagaimana pelaporannya?

16. Apakah anda telah mendapatkan imunisasi seperti titanus, thypoid, atau

hepatitis dari pihak rumah sakit

Lampiran 3. Pedoman Check list pelaksanaan prosedur pengelolaan limbah


medis padat

CHECK LIST PELAKSANAAN PROSEDUR PENGELOLAAN


LIMBAH MEDIS PADAT

Tanggal Pengambilan data :


91

Nama ruangan :

Pemenuhan
No Tahap Syarat Syarat Keterangan
Ya Tidak
1 Pemilahan 1. Limbah medis B3
dimasukkan ke dalam
wadah/bin yang dilapisi
kantong plastik warna
kuning yang bersimbol
“biohazard”
2. Hanya limbah B3 medis
berbentuk padat yang dapat
dimasukkan ke dalam
kantong plastik limbah B3
medis
3. Bila di dalamnya terdapat
cairan, maka cairan harus
dibuang ke tempat
penampungan air limbah
yang disediakan atau
lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam
IPAL (instalasi pengolahan
Air Limbah)
4. Setelah ¾ penuh atau paling
lama 12 jam,
sampah/limbah B3 dikemas
dan diikat rapat.
2 Pewadahan 1. Limbah Padat B3 Medis
yang telah diikat setiap 24
jam harus diangkut dicatat
dan disimpan pada TPS
Limbah B3 atau tempat
yang khusus
2. Pengumpulan limbah B3
medis padat ke TPS Limbah
B3 dilakukan dengan
menggunakan alat
transportasi khusus limbah
infeksius dan petugas
92

menggunakan APD
3. Berikan simbol Infeksius
dan label, serta keterangan
“Limbah Sangat Infeksius.
Infeksius Khusus”
4. Limbah B3 Medis yang
telah diikat setiap 12 jam di
dalam wadah/bin harus
diangkut dan disimpan pada
TPS Limbah B3 atau
tempat yang khusus
5. Pada TPS Limbah B3
kemasan sampah/limbah B3
Covid-19
dilakukandisinfeksi dengan
menyemprotkan disinfektan
(sesuai dengan dosis yang
telah ditetapkan) pada
plastik sampah yang telah
terikat
6. Setelah selesai digunakan,
wadah/bin didisinfeksi
dengan disinfektan seperti
klorin 0,5%, lysol, karbol,
dan lain-lain
7. Limbah B3 Medis padat
yang telah diikat, dilakukan
disinfeksi menggunakan
disinfektan berbasis klorin
konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut ke pengolah
3 Pemanfaat 1.Limbah yang akan
-an kembali dimanfaatkan kembali harus
atau daur dipisahkan dari limbah yang
ulang tidak dimanfaatkan
kembali.
2.Limbah medis yang akan
dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi.
3.Limbah jarum hipodermik
93

tidak disarankan untuk


didaur ulang.
4.Sterilisasi dilakukan secara
kimiawi, dibakar atau
dengan autoclaving.
4 Pengumpu 1. Pengangkutan dilakukan
-lan, dengan menggunakan alat
pengangku transportasi khusus
-tan, dan limbah dan petugas
penyimpanan menggunakan APD.
limbah 2. Petugas pengangkut yang
medis telah selesai bekerja
benda tajam melepas APD dan segera
mandi dengan
menggunakan sabun
antiseptik dan air mengalir
3. Dalam hal tidak dapat
langsung dilakukan
pengolahan, maka Limbah
dapat disimpan dengan
menggunakan freezer/cold-
storage yang dapat diatur
suhunya di bawah 0 0C di
dalam TPS
5 Pengolahan 1. Pengolahan limbah B3
dan medis dapat menggunakan
pemusnahan insinerator/autoklaf/gelomb
limbah ang mikro. Dalam kondisi
medis benda darurat, penggunaan
tajam peralatan tersebut
dikecualikan untuk
memiliki izin
2. Limbah ditimbah terlebih
dahulu berdasarkan
jenisnya.
3. Petugas melakukan
dokumentasi dan pencatatan
limbah medis yang akan
dimusnahkan.
4. Limbah medis benda tajam
94

harus diolah dengan


insenerator dengan suhu
700 .
5. Petugas insenerator
merupakan petugas yang
telah mendapatkan
pelatihan khusus.
6 Pembuangan 1. Limbah medis benda tajam
akhir yang infeksius dapat diolah
limbahmedis dahulu menggunakan
bendatajam encapsulation
2. Setelah diinsenerasi limbah
medis benda tajam yang
sudah tidak berbahaya
dapat dibuang ke landfill.
3. Tempat pembuangan akhir
selalu dipantau oleh petugas
sanitasi lingkungan atau
petugas yang berwenang.
7 Pencatatan 1. Petugas melakukan
dan pencatatan harian mengenai
Pelaporan limbah yang dihasilkan.
2. Petugas melakukan
pencatatan insiden bagi
petugas yang mengalami
kecelakaan, jenis,
penyebab, waktu, dan
pertolongan yang diberikan.
3. Petugas mencatat jenis dan
volume limbah yang akan
diangkut dan dimusnahkan.
4. Petugas melaporkan kepada
pimpinan rumah sakit dan
pihak rumah sakit
melaporkan kegiatan
pengelolaan limbah kepada
instansi terkait yaitu Dinkes
dan Bapedal.
95

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Untuk Kesbangpol Sultra


96

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Untuk RSUD Bahteramas Prov. Sultra


97

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Di Rumah Sakit Bahteramas


98

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian


98

Lampiran 8. Hasil Observasi


Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Medis Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Ket : Y = Ya, T = Tidak
Pengelolaan limbah medis padat di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
No Tahap Persyaratan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1 Pemilahan 5. Limbah medis B3 dimasukkan ke
dalam wadah/bin yang dilapisi
X X X X X X X X X
kantong plastik warna kuning yang
bersimbol “biohazard”
6. Hanya limbah B3 medis berbentuk
padat yang dapat dimasukkan ke
X X X X X X X X X
dalam kantong plastik limbah B3
medis
7. Bila di dalamnya terdapat cairan,
maka cairan hParus dibuang ke
X X X X X X X X X
tempat penampungan air limbah
yang disediakan atau lubang di
wastafel atau WC yang
mengalirkan ke dalam IPAL
(instalasi pengolahan Air Limbah
4. Setelah ¾ penuh atau paling lama
12 jam, sampah/limbah B3 X X X X X X X X X
dikemas dan diikat rapat.
99

2 Pewadahan 8. Limbah Padat B3 Medis yang


telah diikat setiap 24 jam harus
X X X X X X X X X
diangkut dicatat dan disimpan
pada TPS Limbah B3 atau tempat
yang khusus
9. Pengumpulan limbah B3 medis
padat ke TPS Limbah B3
X X X X X X X X X
dilakukan dengan menggunakan
alat transportasi khusus limbah
infeksius dan petugas
menggunakan APD
10. Berikan simbol Infeksius dan
label, serta keterangan “Limbah
X X X X X X X X X
Sangat Infeksius. Infeksius
Khusus”
11. Limbah B3 Medis yang telah
diikat setiap 12 jam di dalam
X X X X X X X X X
wadah/bin harus diangkut dan
disimpan pada TPS Limbah B3
atau tempat yang khusus
12. Pada TPS Limbah B3
kemasan sampah/limbah B3
X X X X X X X X X
Covid-19 dilakukandisinfeksi
dengan menyemprotkan
disinfektan (sesuai dengan dosis
100

yang telah ditetapkan) pada plastik


sampah yang telah terikat
13. Setelah selesai digunakan,
wadah/bin didisinfeksi dengan
X X X X X X X X X
disinfektan seperti klorin 0,5%,
lysol, karbol, dan lain-lain
7. Limbah B3 Medis padat yang telah
diikat, dilakukan disinfeksi
menggunakan disinfektan berbasis X X X X X X X X X
klorin konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut ke pengolah

3 Pengumpu 4. Pengangkutan dilakukan dengan


-lan, menggunakan alat transportasi
pengangku khusus X X X X X X X X X
-tan, dan limbah dan petugas menggunakan
penyimpanan APD.
limbah
medis 5. Petugas pengangkut yang telah
benda tajam selesai bekerja melepas APD dan
X X X X X X X X X
segera
mandi dengan menggunakan sabun
antiseptik dan air mengalir
6. Dalam hal tidak dapat langsung
dilakukan pengolahan, maka
X X X X X X X X X
Limbah dapat disimpan dengan
101

menggunakan freezer/cold-storage
yang dapat diatur suhunya di
bawah 0 0C di dalam TPS
4 Pemanfaat
-an kembali
X X X X X X X X X
atau daur
ulang
5 Pengolahan
dan
X X X X X X X X X
pemusnahan
limbah
medis benda
tajam
6 Pembuangan
akhir limbah
X X X X X X X X X
medis benda
tajam
7 Pencatatan 5. Petugas melakukan pencatatan
dan harian mengenai limbah yang X X X X X X X X X
Pelaporan dihasilkan.
6. Petugas melakukan pencatatan
insiden bagi petugas yang
X X X X X X X X X
mengalami kecelakaan, jenis,
penyebab, waktu, dan pertolongan
yang diberikan.
102

7. Petugas mencatat jenis dan volume


limbah yang akan diangkut dan X X X X X X X X X
dimusnahkan.
8. Petugas melaporkan kepada
pimpinan rumah sakit dan pihak X X X X X X X X X
rumah sakit melaporkan kegiatan
pengelolaan limbah kepada
instansi terkait yaitu Dinkes dan
Bapedal

Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Medis Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Ket : Y = Ya, T = Tidak
Pengelolaan limbah medis padat di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
No Tahap Persyaratan R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
103

1 Pemilahan 8. Limbah medis B3 dimasukkan ke


dalam wadah/bin yang dilapisi
X X X X X X X X X
kantong plastik warna kuning
yang bersimbol “biohazard”
9. Hanya limbah B3 medis
berbentuk padat yang dapat
X X X X X X X X X
dimasukkan ke dalam kantong
plastik limbah B3 medis
10. Bila di dalamnya terdapat
cairan, maka cairan harus dibuang
X X X X X X X X X
ke tempat penampungan air
limbah yang disediakan atau
lubang di wastafel atau WC yang
mengalirkan ke dalam IPAL
(instalasi pengolahan Air Limbah
4. Setelah ¾ penuh atau paling lama
12 jam, sampah/limbah B3 X X X X X X X X X
dikemas dan diikat rapat.
2 Pewadahan 14. Limbah Padat B3 Medis
yang telah diikat setiap 24 jam
X X X X X X X X X
harus diangkut dicatat dan
disimpan pada TPS Limbah B3
atau tempat yang khusus
15. Pengumpulan limbah B3
medis padat ke TPS Limbah B3
X X X X X X X X X
104

dilakukan dengan menggunakan


alat transportasi khusus limbah
infeksius dan petugas
menggunakan APD
16. Berikan simbol Infeksius dan
label, serta keterangan “Limbah
X X X X X X X X X
Sangat Infeksius. Infeksius
Khusus”
17. Limbah B3 Medis yang telah
diikat setiap 12 jam di dalam
X X X X X X X X X
wadah/bin harus diangkut dan
disimpan pada TPS Limbah B3
atau tempat yang khusus
18. Pada TPS Limbah B3
kemasan sampah/limbah B3
X X X X X X X X X
Covid-19 dilakukandisinfeksi
dengan menyemprotkan
disinfektan (sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan) pada
plastik sampah yang telah terikat
19. Setelah selesai digunakan,
wadah/bin didisinfeksi dengan
X X X X X X X X X
disinfektan seperti klorin 0,5%,
lysol, karbol, dan lain-lain
7. Limbah B3 Medis padat yang
105

telah diikat, dilakukan disinfeksi


menggunakan disinfektan berbasis X X X X X X X X X
klorin konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut ke pengolah

3 Pengumpu 7. Pengangkutan dilakukan dengan


-lan, menggunakan alat transportasi
X X X X X X X X X
pengangku khusus limbah dan petugas
-tan, dan menggunakan APD.
penyimpanan
limbah 8. Petugas pengangkut yang telah
medis selesai bekerja melepas APD dan
X X X X X X X X X
benda tajam segera mandi dengan
menggunakan sabun antiseptik
dan air mengalir
9. Dalam hal tidak dapat langsung
dilakukan pengolahan, maka
X X X X X X X X X
Limbah dapat disimpan dengan
menggunakan freezer/cold-storage
yang dapat diatur suhunya di
bawah 0 0C di dalam TPS
4 Pemanfaat
-an kembali
X X X X X X X X X
atau daur
ulang
5 Pengolahan
106

dan
pemusnahan X X X X X X X X X
limbah
medis benda
tajam
6 Pembuangan
akhir limbah
X X X X X X X X X
medis benda
tajam
7 Pencatatan 9. Petugas melakukan pencatatan
dan harian mengenai limbah yang
X X X X X X X X X
Pelaporan dihasilkan.
10. Petugas melakukan
pencatatan insiden bagi petugas
X X X X X X X X X
yang mengalami kecelakaan,
jenis, penyebab, waktu, dan
pertolongan yang diberikan.
11. Petugas mencatat jenis dan
volume limbah yang akan
X X X X X X X X X
12. diangkut dan dimusnahkan.
13. Petugas melaporkan kepada
pimpinan rumah sakit dan pihak
X X X X X X X X X
rumah sakit melaporkan kegiatan
pengelolaan limbah kepada
instansi terkait yaitu Dinkes dan
107

Bapedal
108

Lampiran 9. Tabel Narasumber


Tabel Narasumber
No. Narasumber Masa Pendidikan Jenis Unit Kerja
Kerja Terakhir Kelamin
(Tahun)
1 Dedy 11 S2 Laki-laki Instalasi Sanitasi
Hardianto,
ST., MM.
2 Murtini 12 S1 Perempuan Instalasi Sanitasi
Salam, S.K.M
3 Gusti Ayu
Kade Budiarti, 20 S1 Perempuan Komite PPI
S.Kep., NS
4 Eko
Luhdiyono, S. 3 S1 Laki-laki Rawat Inap
Kep., NS
5 Sri Ratna Ayu,
S. Kep., NS 2 S1 Perermpuan Instalasi Anestesi
6 Heni Umar, S. 14 S1 Perempuan Lab. Patologi
St Klinik
7 Nur Hidaya 20 S1 Perempuan Instalasi
Rehabilitasi
Medik
8 Harsiah 8 SMP Perempuan Spertil
9 Eda 1 SMP Perempuan Raha Mongkilo
10 Yuriyanti 2 SMP Perempuan Raha Mongkilo
11 Yanti 4 SMP Perempuan Raha Mongkilo
12 Marwiah 2 SMA Perempuan PICU Anak
13 Kusriatin 1 SMP Perempuan Koridor
14 M 16 D4 Perempuan Instalasi
Radiologi
15 Sumin 1 D2 Perempuan Instalasi
Pemulasaran
Jenazah
16 D 12 S1 Laki-laki IGD
17 Agung, S. 3 S1 Laki-laki Isolasi Covid-19
Kep., NS
18 Arman 5 SMA Laki-laki Pengangkut
Limbah

Lampiran 10. Dokumentasi


109

Kontainer pengangkut limbah

TPS Limbah Medis


110

Fasilitas Tempat Pembuangan Limbah di setiap ruanagan


111

Wawancara dengan cleaning service

Wawancara dengan Kepala Ruang Isolasi

Wawancara dengan Kepala Ruangan Sanitasi


112

Lampiran 11.

Matriks Hasil Wawancara Informan Kunci Dan Informan Biasa


No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
1 Manajemen Kesehatan Dan Apakah ada peraturan yang “Jadi ini hanya sebatas peraturan rumah sakit selama Tidak ada peraturan tentang
Kesalamatan Kerja Rumah ditetapkan oleh pihak rumah pandemi corona yang itu ada SOP pengelolaan K3, K3 untuk petugas
Sakit Bahteramas sakit tentang kesehatan dan limbah medis.” (R1) pengelolah limbah medis
keselamatan kerja dalam telah tertuang dalam SOP
pengelolaan limbah medis “Kalau Peraturan K3 di rumah sakit ini khusus bagi tentang pengelolaan limbah
padat di masa pandemi covid- petugas pengelola limbah medis padat tidak ada, medis.
19? Jika iya, sebutkan dan kemudian mungkin bagi pengangkut dari rumah sakit
jelaskan. Jika tidak ada, dibawah keluar itu ada peraturannya yang dibuat
mengapa tidak dibuat oleh perusahaan ( PT Mitra Hijau)” (R2)
peraturan?

Alat pelindung diri jenis apa “Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, Alat Pelindung Diri yang
saja yang disediakan pihak sepatu bot wajib, baju hazmat wajib tapi kalau disediakan oleh rumah sakit
rumah sakit untuk di pakai pasien biasa maka biasa saja APD pokonya kami adalah Handscoon, masker
selama bertugas? melayani APD lengkap. (R6) bedah, N95, sepatu boots,
helem, hazmat, face shield
Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, dan kaos tangan
hazmat. (R16 dan R17)

“Masker, Handscoon, face shield” (R4 dan R15)


“Masker, Handscoon.” (R5)
“Handscoon, kaos tangan, masker”. R8-R14

Apakah ada pelatihan khusus “Iya ada, dari PPI pelatihan khusus pencegahan dan Pelatihan PPI terakhir
yang diberikan kepada anggota pengendalian infeksius, dan yang ikut dalam dilakukan tahun 2019
tim pengelolaan limbah? Jika pelatihan itu diberikan sertifikat dari PPI” (R1) kepada tenaga dokter,
iya, pelatihan seperti apa ? perawat ruangan, kepala
“Iya ada, dari PPI pelatihan khusus tenaga Cleaning ruangan dan cleaning
Service (CS) tentang pencegahan dan pengendalian service
113

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
infeksius, dan yang ikut dalam pelatihan itu
diberikan sertifikat dari PPI” (R2)

“Iya ada, terakhir diadakan pada tahun 2019


tentang pencegahan dan pengendalian infeksius
khusus CS, perawat dan dokter” (R3)

“Iya, disini mengikuti kegiatan pelatihan tiap-tiap


ruangan dari PPI” (R4)

“Iya, semua petugas di RS ini baik mahasiswa yang


turun penelitian, turun lapangan, praktek harus ikut
sosialisasi PPI” (R5)

“Iya, semua petugas lab ikut pengendalian


infeksius” (R6)

“Iya ada, diadakan oleh PPI tentang pengendalian


infeksius” (R7-R18)

2 Manajemen Pengelolaan Berapakah jumlah tenaga kerja “Jadi yang mengelolah limbah rumah sakit itu Penanggung jawab
Limbah Medis Padat Rumah yang bekerja di bagian penanggung jawab nya satu Ibu Murtin, dibantu pengelolah limbah medis
Sakit Bahteramas pengelolaan limbah RSU pihak ke-3 yaitu Cleaning Service” (R1) adalah Ibu Murtin,
Bahteramas ? kemudian dibantu dengan
“Petugas pengelolah limbah medis ada 2 orang, cleaning serivice
mereka bertugas sebagai pengangkut yang dibawah
ke TPS, pagi satu dan sore satu” (R2)

Apakah rumah sakit memiliki Iya ada, dibuat bu Murtin kemudian yang terlibat Di rumah sakit Bahteramas
manajemen dan SOP/Pedoman kepala ruangan, perawat ruangan dan cs. (R1) telah memiliki SOP, yang
tentang pengelolaan limbah disahkan oleh direktur, yang
114

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
medis padat pada masa Iya ada SOP yang disahkan oleh direktur khusus terlibat dalam pengelolaan
pandemi covid-19? Jika iya, penanganan limbah ada, yang terlibat dalam limbah medis tersebut
siapa saja yang terlibat dalam penangan limbah medis tersebut adalah kepala adalah kepala ruangan,
manajemen pengelolaan limbah ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan perrawat ruangan, dan CS
tersebut? Jika tidak, bagaimana Cleaning Service. (R2)
penanganan lebih lanjut tentang
pengelolaan limbah medis Iya ada dari sanitasi. (R3)
padat tersebut?

Apakah anda mempunyai “iya ada” (R4, R8-R16) Di rumah sakit Bahteramas
pedoman dari rumah sakit telah memiliki SOP, jadi
tentang pengelolaan limbah “Iya ada, seperti yang saya jelaskan tadi itu sesuai petugas bekerja sesuai
medis padat? dengan SOP-nya” (R5) dengan SOP yang ada

“Iya ada dong, masa akreditasi A nda ada wajib


ada” (R6)

“Iya ada bahwa limbah ini disimpan disini sesuai


dengan tempatnya” (R7)

“Iya ada, tadi kan sesuai dengan SOP nya itu” (R17
dan R18)

Peralatan apa saja yang “Jadi yang pertama APD, kemudian sarana peralatan yang disediakan
disediakan pihak rumah sakit transportasi limbah dan kemudian tempat oleh rumah sakit untuk
untuk menunjang kegiatan penyimpananya” (R1) penunjang pengelolah
pengelolaan limbah medis limbah medis adalah APD,
padat di masa pandemi covid- “Dari rumah sakit itu hanya menyediakan TPS, tong sampah, kantong
19 ? kantong plastik kuning dan hitam, Safety Box, lebih plastik, safety box dan TPS
dari itu ditanggung dari pihak perusahhan” (R2)

Yaa tempat limbah medisnya APD nya selama corana


ini. (R3)

“Yaaa, bak sampah infeksius dan non infeksius dan


ada Safety Box untuk menyimpan benda-benda yang
tajam satu lagi dengan troli kalau kita diruangan ini
115

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
cumin itu”. (R4)

“Bak sampah infeksius dan non-infeksius safety


box”. (R5)

“Tempat sampah infeksius non infeksius safety box”.


(R6)

“Kalau disini hanya dua (2) wadah Kantong plastic


kuning dan hitam”. (R7)

“Tong sampah, kantong kuning dan hitam”. (R8-


R15)

“Termasuk APD nya, tong sampah, kantong kuning


dan hitam”. (R16-R18)
Bagaimana kriteria yang di “Tidak ada dan kami tidak punya petugas Di rumah sakit Bahteramas
tetapkan untuk dapat menjadi insenerator karena inseneratornya tidak telah memiliki Insenerator
petugas pengelola limbah dan Standarisasi”. (R1) untuk pemusnahan limbah
petugas insenerator? medis, tetapi tidak layak
“Tidak ada, kembali pada pribadinya yang mau dan pakai
bertanggung jawab”. (R2)

Jenis alat pelindung diri apa “Baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu bot, APD yang disediakan oleh
sajakah yang yang disediakan sarung tangan, kaca mata bogel, dan handscoon” rumah sakit adalah Baju
pihak rumah sakit untuk (R1) coveral, face shield, baju
dipakai petugas pengelola hazmat, sepatu bot, sarung
limbah medis padat? “Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan, kaca mata bogel,
tangan, face shield, handscoon” (R2) dan handscoon

“Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung


tangan” (R3)

Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib,


sepatu bot wajib, baju hazmat wajib tapi kalau
pasien biasa maka biasa saja APD pokonya kami
melayani APD lengkap. (R6)
116

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)

Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem,


hazmat. (R16 dan R17)

“Masker, Handscoon, face shield” (R4 dan R15)

“Masker, Handscoon.” (R5)

“Handscoon, kaos tangan, masker”. R8-R14

3 Pengelolaan Limbah Medis Bagimana proses manajemen “Jadi prosesnya dari penghasil sampah perawat Proses pengelolaan sampah
Padat Di Rumah Sakit pengelolaan limbah medis ruangan dikumpulkan lalu diangkut oleh CS ke TPS” dimulai dari sumber
Bahteramas padat ? (R1) penghasil sampah, dari
“Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan. aktivitaas medis limbah2
Pemilahan itu dilakukan dari ruangan masing- yang dihasilkan langusng di
masing, karena kan ada pewadahan dari pengguna kumpulkan oleh perawat
itu kan dari perawat sehingga mereka meletakan ruangan berdasarkan jenis
sendiri, peran nya clining service mereka hanya sampah, kemudian diangkut
pengangkut jadi posisinya clining service itu hanya oleh CS
pengangkut. Limbahnya sudah disediakan oleh
perawat yg sudah dipilah sisa diangkut.” (R2)

“Limbah medis disini terbagi 2 yaitu infeksius dan


non-infeksius, yang non infeksius itu biasa biasa
diberi label kantong plastik hitam sedangkan
infeksius kantong plastik kuning setelah itu diurus
cleaning service sebagai pengangkut” (R4)

“Limbah medis disini kan ada yang tajam terus ada


yang infeksius dan ada yang non-infeksius kalau
yang infeksius kita sebagai perawat kita pisahkan to
tong sampahnya disini berwarna kuning kalau non-
infeksius warna hitam sedangkan limbah benda
tajam disimpan di safety box kami sebagai perawat
hanya sebatas disitu saja, kita sudah memisahkan,
terus untuk selanjutnya diserahkan ke cleaning
117

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
service” (R5)

“Kalau disini kan lab jadi limbah yang dihasilkan


infeksius dan non infeksius. Infeksius yaitu limbah
darah cairan yang berasal dari tubuh manusia, spoit,
jarum suntik, sudah ada tempatnya safety box kalau
cairan disimpan kantong kuning dan non infeksiun
kertas-kertas disimpan di kantung hitam kemudian
diangkat oleh petugas cleaning dalam keadaan
sudah dipilahkan” (R6)

“Kalau sampahnya kan sudah terpisahkan memang


infeksius dan non-infeksius, infeksius dikantong
kuning dan non-infeksius di kantong hitam setelah itu
dari dalam kami kasi keluar lalu diangkut oleh
petugas pengangkut sampah untuk dibawah di
belakang” (R8-R14)

“Yaaa dikumpul oleh perawat ruangan kemudian


diangkut dibawa belakang” (R18)

Jenis Limbah apa saja yang “Untuk limbah infeksius biasanya masker, Jenis limbah yang
dihasilkan di ruangan ini pak ? handscoon, botol infus, sisa-sisa urin, sisa-sisa kasa dihasilkan adalah masker,
pembersihan luka, pecahan-pecahan ampul dan handscoon, botol infus, sisa-
jarum suntik kalau limbah non infeksiusnya seperti sisa urin, sisa-sisa kasa
kertas tulisan, kertas obat/tempat obat, jarum suntik, pembersihan luka, pecahan-
ampul-ampul, infus” (R4) pecahan ampul dan jarum
suntik kalau limbah non
“Spoit, jarum suntik, botol infus, kateter urin, selang infeksiusnya seperti kertas
NGT, kain kasa” (R5) tulisan, kertas obat/tempat
obat, jarum suntik, ampul-
“Disini hanya handscoon dengan masker” (R7) ampul dan infus

“Jarum suntik, ampul-ampul, infus, masker bekas,


sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas,
plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas
makanan dan minuman, set infus bekas, Alat
118

No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien Covid-
19” (R16)

“Masker bekas, perban bekas, jarum suntik, terus


ampul, sarung tangan, bekas makanan dan
minuman dan lain-lain.” (R17)

Apakah setiap wadah limbah “Anti bocor iya kami sudah memiliki safety box sama Wadah limbah medis di
medis padat sudah anti bocor, kontainer limbah untuk pengangkutan..” (R1) rumah sakit bahterams
anti tusuk, dan tidak mudah di sudah anti bocor, anti tusuk,
buka? dan tidak mudah di buka

Apakah limbah medis padat “Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di Untuk pengelolaan limbah
diproses di dalam rumah TPS, selanjutnya di serahkan kepada pihak ketiga lebih lanjut pihak rumah
sakit? Jika iya bagaimana selanjutnya pemusnahannya di Surabaya sakit telah bekerja sama
ketentuannya? Jika tidak, transporter (PT Mitra Hijau)” (R1) dengan pihak ke-3 yaitu PT
dimanakah limbah medis Mitra Hijau
padat tersebut diproses untuk “Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di
di insenerasi? Dan bagaimana TPS, selanjutnya di serahkan kepada transporter
proses serta ketentuannya? (PT Mitra Hijau)” (R2)
110

Anda mungkin juga menyukai