Pukul :
Tempat : Ruang Seminar
Tim Penguji
1. Dr. Jafriati, S.Si., M.Si.
2. Yasnani, S.Si., M.Kes
3. Laode Ahmad Saktiansyah, S.K.M., M.P.H
Pembimbing
1. Prof. Dr. Yusuf Sabilu, M.Si
2. Nurmaladewi, S.K.M., M.P.H
SKRIPSI
Oleh:
SARMIN
J1A1 17 330
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil Penelitian
Disusun Oleh :
SARMIN
J1A1 17 330
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Dari lubuk hati yang mendalam, ucapan terimakasih yang tak terhingga saya
persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda La Diki yang telah
menjadi penguat dalam melakukan berbagai hal dan Ibunda tercinta Wa Sanaria
yang melimpah, menjadi motivasi untuk hidup lebih mandiri serta memberikan
dukungan terus menerus dan doa yang tiada hentinya. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Terima kasih dan penghargaan penulis berikan kepada Bapak
Prof. Dr. Yusuf Sabilu, M. Si.. dan Ibu Nurmaladewi, S.K.M., M.P.H. selaku
dalam penyusunan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
iii
4. Penasehat Akademik Bapak Rahman, S.K.M., M.P.H serta Seluruh Dosen
yang telah banyak memberikan saran, motovasi dan arahan terkait dalam
proses penelitian
10. Kepada Tim Penguji, Ibu Dr. Jafriati, S.Si., M.Si. Ibu Yasnani, S.Si., M.Kes.
11. Teman-teman seperjuangan FKM 2017 terkhusus kelas Kesling dan Epid yang
tidak bisa disebutkan satu persatu yang setiap harinya selalu berbagi ilmu dan
12. Teman-teman PBL Kelurahan Talia dan teman-teman KKN Tematik 2020
Kota Kendari yang memberikan banyak cerita serta pengalaman yang luar
biasa.
iv
13. Teman-teman Leting SMAN 2 Kusambi yang saling memotivasi antara satu
Salifa, Sridevi, Yulya Devitha dan Hijrawati yang selalu menemani, motivasi,
Akhir kata teriring harapan dan doa semoga apa yang telah di berikan baik
secara moril maupun materil, insyaallah mendapat imbalan dari Allah SWT.
Amin.
Penulis
v
ABSTRAK
OLEH:
SARMIN
J1A1 17 330
vi
ABSTRACT
By:
SARMIN
J1A1 17 330
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………… iii
ABSTRAK…………………………………………………………….. vi
ABSTRACT…………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL……………………….……………………………. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG…....…………………… Xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 7
1.3 Tujuan………………………………………………………….. 7
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………. 7
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………… 7
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 8
1.4.1 Manfaat Ilmiah…………………………………………… 8
1.4.2 Manfaat Institusi…………………………………………. 8
1.4.3 Manfaat Praktis..…………………………………………. 9
1.5 Ruang Lingkup………………………………………………… 9
1.6 Glosarium……………………………………………………… 9
1.7 Organisasi……………………………………………………… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….. 11
2.1 Tinjauan Hasil Penelitian……………………………………... 11
2.2 Tinjauan Teori Dan Konsep…………………………………… 14
2.2.1 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit……..…………… 14
2.2.2 Tinjauan Umum Tentang Limbah Medis Padat ………… 16
2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Coronavirus Desease………… 29
2.2.4 Tinjauan Umum Tentang Protokol
Kesehatan Di Rumah Sakit Umum………………….... 31
2.3 Kerangka Pemikiran Dan Defenisi Konsep…………………… 33
2.3.1 Kerangka Pemikiran…………………………………….. 33
2.3.2 Defenisi Konsep………………………………………… 35
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………. 37
3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian……………………………… 37
3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti…………………………… 37
3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………… 38
3.4 Penentuan Informan…………………………………………… 38
3.5 Sumber Data…………………………………………………… 39
3.6 Tehnik Pengumpulan Data…….……………………………… 39
3.7 Tehnik Analisis Data…………..……………………………… 40
viii
3.8 Pengecekan Validitas Temuan………………………………… 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………. 42
4.1 Gambaram Umum Lokasi Penelitian………………………….. 42
4.1.1 Letak Geografis………………………………….……… 42
4.1.2 Area Dan Bangunan……………………………………. 42
4.1.3 Organisasi Dan Manajemen…………………………….. 43
4.2 Gambara Umum Tentang Informan…………………………….. 47
4.2.1 Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin……… 47
4.2.2 Distribusi Narasumber Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 47
4.2.3 Distribusi Narasumber Berdasarkan Masa Kerja……….. 48
4.3 Gambara Umum Penelitian……..…………………………….. 48
4.4 Hasil…………………………………………………………… 49
4.4.1 Manajemen K3 Di Rumah Sakit Bahteramas…………… 50
4.4.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 53
4.4.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 58
4.5 Pembahasan……………………………………………………. 62
4.5.1 Manajemen K3 Di Rumah Sakit Bahteramas…………… 62
4.5.2 Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 66
4.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Bahteramas…………………………….. 70
BAB V PENUTUP…………………………………………………… 76
5.1 Kesimpulan……………………………………………………. 76
5.2 Saran…………………………………………………………... 77
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 79
LAMPIRAN…………………………………………………….……. 88
DAFTAR TABEL
Teks Halama
n
ix
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja... ………. 47
DAFTAR GAMBAR
Teks Halama
n
x
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Halaman
xi
Pedoman Check list ……………………………………………….……. 90
Surat Izin Penelitian Untuk Kesbangpol Sultra………………………… 94
Surat Izin Penelitian Untuk RSUD Bahteramas Prov. Sultra…………… 95
Surat Izin Penelitian Di Rumah Sakit Bahteramas……………………… 96
Surat Keterangan Selesai Penelitian……………………………………. 97
Hasil Observasi……………………….………………………………… 98
Tabel Narasumber………………………………………………………. 108
Dokumentasi……………………………………………………………. 109
Matriks Hasil Wawancara Informan Kunci Dan Informan Biasa……… 112
DAFTAR SINGKATAN
xii
Covid-19 : Coronavirus Desease
RS : Rumah Sakit
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis
namun juga sebagai salah satu penghasil limbah infeksius (Dari, 2018). Limbah
ancaman kesehatan bagi petugas kesehatan dan masyarakat sekitarnya jika tidak
Data statistik terus direkam dengan cermat berkaitan dengan jumlah kasus positif-
sembuh-meninggal, beserta aneka olahan data lain yang tersaji diberbagai portal
pengelolaan limbah medis yang berasal dari pasien terkonfirmasi positif covid-19
yang baik agar dapat dipastikan para petugas dan orang-orang disekitar tidak
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis.
Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di rumah
1
2
dihasilkan dari upaya medis seperti rumah sakit merupakan jenis limbah yang
termasuk dalam kategori Biohazard. Biohazard yaitu jenis limbah yang sangat
Semua individu yang berada di rumah sakit berisiko untuk terpapar limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tidak saja terhadap pasien namun juga
individu yang bekerja di rumah sakit seperti tenaga medis, administrasi dan
luar sumber limbah namun bertugas untuk menangani limbah tersebut berisiko
terpapar virus atau bakteri (Narayana, V., 2014). Begitupula dimasa pandemi
Covid-19 saat ini dimana seperti yang diketahui virus corona memiliki viruslensi
yang tinggi untuk menular utamanya bagi petugas kesehatan di rumah sakit yang
menangani pasien terkonfirmasi positif Covid-19, petugas medis ini tdk hanya yg
merawat pasien tetapi juga termasuk petugas yang menangani limbah medis
secara tepat waktu, aman dan dengan cara yang efektif untuk meminimalkan
penyebaran virus dan risiko pada manusia. Timbulan limbah medis padat
meningkat secara eksponensial selama wabah covid-19 (Yu et al., 2020). Data
umum limbah medis padat ke Municipal Solid Waste (MSW) setiap hari.
3
Landfilling masih merupakan salah satu Municipal Solid Waste (MSW) yang
paling umum opsi manajemen di negara berkembang Asia seperti India, Malaysia,
peningkatan jumlah limbah medis padat di Rumah Sakit (RS) (Peng et al., 2020).
limbah tertinggi adalah Ibukota Fillipina yaitu Manila sebesar 280 t/d, ke dua
adalah Ibukota Thailand yaitu Bangkok sebesar 210 t/, ke tiga adalah Ibukota
Indonesia yaitu Jakarta sebesar 201 t/d, ke empat adalah Ibukota Vietnam yaitu
Ha Noi sebesar 160 t/d sedangkan yang terendah adalah Kuala Lumpur sebesar
154 t/d (Nghiem et al., 2020). Tren kenaikan jumlah timbulan limbah medis padat
Provinsi Hubei, Tiongkok, tercatat kenaikan 6 kali timbulan normal limbah medis
padat, dari 40 ton/hari menjadi 240 ton/hari Berdasarkan data dari Kementerian
limbah medis padat dari 4.902,8 ton per hari menjadi 6.066 ton per hari (Shi J.,
2020).
selama pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukan dari data Direktur Kesehatan
medis padat yang belum dikelola jumlahnya masih sangat besar. Volume limbah
medis padat yang berasal dari 2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di
4
Indonesia mencapai 290-an ton per hari (Humas UGM, 2019). Data dari Rumah
timbulan limbah medis padat dan alat pelindung diri (APD) yang dimusnahkan
oleh insinerator. Jumlah timbulan limbah medis padat pada Januari 2020, jumlah
timbulan adalah 2.750 kg, meningkat menjadi 4.500 kg pada bulan Maret 2020,
sakit tersebut (Deni C. N., 2020). Asian Development Bank (ADB) memprediksi
DKI Jakarta saja akan menghasilkan limbah medis padat 212 ton/hari
Berbahaya dan Beracun (B3) yang ada di Indonesia masih terbatas. Fakta
menunjukkan bahwa dari 132 Rumah Sakit (RS) rujukan yang ditunjuk
insinerator berizin. Di sisi lain, dari total 2.889 RS yang beroperasi, baru 110 RS
penyebarannya sangat cepat dan mudah. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
digunakan oleh tenaga medis umumnya terdiri dari masker, sarung tangan, baju
penutup kepala, sebagian besar berbahan dasar plastik dengan masa penggunaan
sekali pakai (singleuse). Hal ini menyebabkan timbulan limbah medis bekas APD
melonjak secara signifikan. Selain itu, limbah medis Covid-19 juga dapat berupa
spesimen, bahan farmasi bekas, alat kesehatan bekas, dan kemasan bekas
pencegahan dan penularan penyakit infeksi tersebut dengan berbagai macam cara.
adalah dengan pengelolaan limbah medis rumah sakit yang dikategorikan sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan baik dan benar sesuai dengan
selain para petugas medis juga petugas kebersihan dan pengelolaan limbah di
fasilitas layanan kesehatan. Resiko infeksi Covid-19 untuk petugas kebersihan dan
pengelolaan limbah dapat timbul dari kontak dengan bahan, permukaan dan
limbah medis dengan tujuan agar tidak terjadi penularan Covid-19 berikutnya dan
pengelolaan limbah medis padat tidak diperhatikan terutama yang berasal dari
melalui droplet atau percikan dari cairan dari saluran pernapasan, hasil penelitian
Coronavirus bisa bertahan dipermukaan kardus selama 24 jam dan bertahan 2-3
hari dipermukaan plastik dan stainless steel (WHO dan UNICEF, 2020).
6
semakin hari semakin meningkat dengan jumlah kasus pada tang al 9 September
limbah medis di RSU Bahteramas berasal dari beberepa ruangan yaitu Poli
Sentral (IKOS), Ruang Perawat, Instalasi Binatu, Ruang Isolasi, Ruang Unit
Jenazah. Jenis limbah yang dihasilkan berupa jarum, pipet, pecahan kaca, pisau
bedah dan limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasil amputasi,
cairan tubuh dan plasenta. Data volume limbah medis yang dihasil selama
pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Bahteramas adalah pada bulan Juli jumlah
limbah medis yang dihasilkan sebesar 3650 kg, pada bulan Agustus sebesar 5623
kg sedangkan pada bulan September 7748 kg. Menurut data tersebut dapat
dilihat bahwa volume limbah medis semakin meningkat, hal disebabkan karena
Tenggara.
7
Sedangkan limbah medis padat infeksius (B3) baik itu dari pasien terkonfirmasi
positif Covid-19 maupun dari pasien dari jenis penyakit selain Covid-19 itu
menjadi perhatian juga mengingat risiko penularannya yang sangat tinggi, oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang
ialah bagaiman cara pengelolaan limbah medis padat selama pandemi Covid-19
g. Untuk mengetahui daur ulang limbah medis padat selama pandemi Covid-
proses pembangunan
9
rumah sakit.
mengenai fakta yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
1.6 Glosarium
kesehatan manusia
jenis
semua
1.7 Organisasi
(Pembimbing II).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian ini menunjukkan bahwa Limbah dari masker wajah pelindung telah
limbah. Limbah medis padat dikemas dalam lapisan ganda kantong limbah
medis dan dibuang sebagai limbah medis umum oleh staf khusus. Limbah
medis dan limbah domestik dari klinik demam, observasi bangsal, bangsal
limbah medis terkait Covid-19, dan label yang tercetak “Infeksi Covid-19”
dengan limbah medis berlapis ganda kantong, dan permukaan kantong harus
11
12
persyaratan karena memiliki nilai 80% dari total skor 100%. Selain itu,
masalah yang terjadi seperti setiap hari masih ada limbah yang tidak dikelola
dan petugas limbah medis tidak menggunakan alat pelindung diri sepenuhnya.
mulai dari proses pemilahan sampai dengan proses pengolahan limbah medis
padat di RSUD Raden Mattaher Jambi sudah baik tetapi belum sepenuhnya
Kesehatan
Pemilahan
2.1.4 Ronald T., 2018
Pengumpulan
Judul Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Beracun
Pengangkutan
(B3) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Piru Kabupaten Seram Bagian
Penyimpanan
Barat, Propinsi Maluku Pada Tahun 2018 hasil penelitian menunjukan
Pemanfaatan Kembali bahwa
Pengumpulan
Pengangkutan
TPS
Pemusnahan
13
dengan baik, ditemui kendala pada , sarana, prasarana, sumber daya baik dari
medis padat B3 di rsud piru perlu campur tangan berbagai pihak dalam hal ini
harus adanya supervisi dari dinas Kesehatan kabupaten seram bagian barat,
sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 (2004) karena gerobak dorong yang
Var yang digunakan untuk mengangkut limbah yang telah terkumpul ke depo
A. Definisi Sampah
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas rumah sakit sebagai
tidur Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010
paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah (Menteri Kesehatan,
2020).
2020).
Limbah medis padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan
yang bersifat infeksius atau kontak dengan pasien atau limbah yang
Tahun 2015 juga menyebutkan Rumah sakit termasuk salah satu fasilitas
meliputi: masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas,
minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas,
UGD, ruang isolasi, ruang ICU, ruang perawatan, dan ruang pelayanan
1. Limbah benda tajam dapat berupa jarum, pipet, pecahan kaca, pisau
penyakit infeksi.
5. Limbah kimia ada yang berbahaya dan ada juga yang tidak
korosi pada saluran sehingga harus dikelola dengan benar dan sesuai
dengan petunjuk.
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, antikarat
orang
2019)
sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti karat
(drain) menuju bak control dan atau IPAL dan jalan akses
bocor dan pada bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan
limbah B3.
2019).
dimanfaatkan kembali.
3) Harus disediakan suatu wadah yang anti bocor, anti tusuk untuk
6) Jarum suntik yang digunakan harus jarum suntik yang sekali pakai
Kontainer/Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong
boks timbal
dengan
symbol
radiaktif
2 Sangat Kuning Kantong
anti bocor
atau
kontainer
yang dapat
26
disterilisasi
dengan
otoklaf
3 Limbah Kuning Plastic kuat
Dan container
Anatomi
4 Sitotoksis Ungu kontainer
plastic kuat
dan anti
bocor
5 Limbah Coklat - Kanting
Farmasi container
maksimal “48 jam pada musim hujan dan maksimal 24 jam pada
kuat.
rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, baik dengan
28
(infeksi nosokomial).
Hasil sampingan tersebut berupa limbah jarum suntik, set infus dan
rumah sakit serta lingkungan didalam dan di luar rumah sakit (Yahar,
2011).
dan air minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu
2020).
CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk
menemukan bahwa Coronavirus yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien
dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun
wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun nonsteril lengan
panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan kontrol
APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko pajanan dan dinamika transmisi
dari patogen. Pada kondisi berinteraksi dengan pasien tanpa gejala pernapasan,
tidak diperlukan APD. Jika pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak
minimal satu meter dan pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan
digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi dengan alcohol 70%
(WHO, 2020a).
b) Mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer
c) Mentaati ketentuan jaga jarak minimal 1 meter pada saat berinteraksi dan
duduk
e) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan pada saat bersin
dan batuk
Pemerintah, 2020)
menyediakan pelayan kesehatan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
Dalam pelayanan medis akan menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah
medis dan non-medis. Penelitian ini fokus pada pengelolaan limbah medis
yang telah dirujuk dari buku yang ditulis Rosihan, 2018 tentang pedoman
34
Rumah Sakit
Limbah
Limbah Medis
Limbah
Medis Padat
Pemilahan
Pewadahan
Pengumpulan
Pengelolaan Pengangkutan
Pemusnahan
Pembuangan Akhir
Daur Ulang
35
karakteristik limbah.
b) Pewadahan
beberapa lama. Oleh karena itu, tiap unit harus disediakan tempat
c) Pengumpulan
d) Pengangkutan
Pengangkutan dengan troli tertutup dan tidak boleh dicampur dengan limbah
e) Pemusnahan
f) Pembuangan Akhir
aman
g) Daur Ulang
37
dan container.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
mengadakan ceck dan receck dari satu sumber dibandingkannya dengan sumber
lain sampai peneliti merasa yakin bahwa informasi yang dikumpulkan itu benar
(Husnu, 2020)
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moeloeng L. J.,
2012).
instrument pengumpulan data yang lain selain manusia yang berbentuk alat bantu
dalam penelitian ini sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami fenomena
yang terjadi dilapangan, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan atau sumber data disini mutlak diperlukan (Moeloeng L. J.,
penelitian ini :
37
38
pembaca lebih muda memahami topik, setting serta interprestasi dari para
2012).
melalui izin terhadap pihak-pihak yang berkaitan. Tujuan dari izin ini adalah
Informan dalam penelitian ini terdiri dari Informan Kunci dan Informan
Biasa. Informan kunci adalah Kabag Sanitasi, Kordinator Limbah Medis dan
39
1. Data Primer
mendalam (Indepth interview) dan observasi secara langsung. Dalam hal ini data
primer ada dua yaitu data dari informan utama/kunci dan informan
sanitarian, karena sumber informasi dan data yang akan akan diperoleh tentang
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dipeoleh secara tidak langsung. Data
sekunder dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian yaitu berupa buku, arsip
1. Wawancara adalah proses interaksi tanya jawab atau bertatap muka secara
langsung dari penutur selain itu juga sebagai dokumentasi data (Irmawan,
2015).
40
informasi yang sudah tersedia baik berupa buku, karya ilmiah, serta
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang akan
tersebut memuat analisis dari fakta yang menjadi kebiasaan petugas sanitarian
lengkap dan dapat dipercaya. Data dan informasi akan diperoleh dengan
menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, check list dan Hp sebagai
alat rekam suara serta dokumentasi. Teknik pemeriksaan yang akan digunakan
check list, informan kunci dan informan biasa serta referensi dari beberapa
pengamatan/observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No . 151 Kelurahan Kemaraya Mandonga
ke jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40 Baruga dan bernama RSUD Bahteramas
Prov. Sultra (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019). Di lokasi yang baru ini mudah
4. Sebelah Barat : Kantor Polsek Baruga (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019).
bangunan fisik, yang sampai saat ini masih terus-menerus ditambah sesuai dengan
master plan pembangunan rumah sakit. Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m 2
dan halaman parkir seluas ± 1.500 m2 . luas banguna yang terealisasi sampai
dengan akhir tahun 2019 adalah 35,410 m2 semua bangunan mempunyai tingkat
42
43
kebersihan dan lain-lain (Profil RSUD Provinsi Sultra, 2019). Berikut ini
1. Listrik dari PLN tersedia 2000 KVA dibantu dengan 2 unit genset (2 x 250
KVA)
semua Gedung
Provinsi Sulawesi Tenggara No. 5 Tahun 2008, Pergub Sulawesi Tenggara No. 65
Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola RSUD Prov. Sultra dan Pola tata Kelola RSUD
menduduki jabatan structural II.b. Direktur dibantu oleh tiga (3) orang Wakil
Direktur yaitu Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur Umum Dan Keuangan
44
yaitu Bagian Umum, Bagian SDM, dan Bagian Keuangan. Wakil Direktur
Dan Evaluasi, Bidang Informasi Dan Rekam Medis dan Bidang Diklat dan
eselon.III.B. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian menduduki jabatan structural
Penunjang Medis dan Pengendalian Mutu dan Medis (Profil RSUD Provinsi
Sultra, 2019).
3. Kepala Bidang Diklat dan Litbang membawahi Seksi Diklat dan Seksi Litbang
Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga dan Sub Bagian Humas dan Hukum.
Penempatan, Sub Bagian Pengembangan SDM dan Sub Bagian Mutasi dan
Akreditasi.
Akutansi dan Verifikasi dan Sub Bagian Mobilisasi Dana (Profil RSUD
Trafusi Darah (UTD), instalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif (ICU),
Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan Desinfeksi, Instalasi Gas Medik
Direktur
Kasi Manajemen Kasi Kasubag Kasubag Kasubag Kasi Rekam Kasi Litbang dan
Kasi Pengendalian Perlengkapan Kasi Evaluasi
Keperawatan Pengendalian Pengemabngan Akuntansi Dan Medis Perpustakaan
Mutu Dan Yanmed Dan Rumah Dan Penyusunan
Mutu Dan SDM Verifikasi
Tangga Laporan
Medis
Instalasi Rawat Instalasi Rawat Inap Instalasi Gawat Kasubag Humas Kasubag Mutasi Kasubag
Jalan Darurat Dan Hukum Dan Akreditasi Mobilisasi Dana
Instalasi Farmasi Instalasi perawan Intensif Instalasi Radiologi
Instalasi bedah Instalasi Gizi Instalasi Patologi
sentral Klinik
Instalasi Patologi Instalasi Rehabilitasi Instalasi Binatu
Anatomi Medik
Instalasi Jabatan
Satuan
Komite Pengawas
rumah
Instalasi CSSD Instalasi pemulasaran Instalasi Gas Medik
Pemeliharaan Fungional
Intern
Sakit
Jenazah Instalasi sanitasi Sarana Dan Lainnya
Prasarana
dengan informan biasa dan informan kunci dapat memberikan informasi lebih
narasumber perempuan.
dengan masa kerja 6-10 tahun, dan 8 narasumber dengan masa kerja 11-15 tahun.
Alur proses penyusunan hasil penelitian ini yaitu berawal dari pembuatan
setelah surat izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik Sulawesi Tenggara
tertera dalam tembusan, yaitu Dekan FKM UHO dan RSUD Bahteramas Provinsi
Kepala Instalasi Sanitasi, Penanggung Jawab Limbah Medis Padat dan Kordinator
(CS), Kepala Ruangan dan Perawat Ruangan. Beberapa informan dalam penelitian
ini adalah Kepala Instalasi Sanitasi (R1) , Penanggung Jawab Limbah Medis
Padat (R2), Koordinator PPI (R3), Perawat Ruangan Kelas II (R4), Perawat
50
(R7), Cleaning Service Ruang Perawatan Kelas II (R8), Cleaning Service Ruang
Cleaning Service Ruang Perawatan Kelas II (R11), Cleaning Service Ruang PICU
Anak (R12), Cleaning Service Koridor (R13), Cleaning Service Ruang Radiologi
(R14) Cleaning Service Ruang Jenazah (R15), Staf Ruang IGD (R16), Perawat
ditetapkan pihak rumah sakit tentang kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah
Sakit Bahteramas tidak ada. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan
padat) yaitu :
penggunaan APD oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis
51
telah tertuang pada SOP yang telah dibuat oleh pihak sanitasi, hal ini telah
No.Per/768/2019 tentang tanggap darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
limbah medis tidak lepas dari penggunaan APD, APD yang digunakan tergantung
dari seberapa besar resiko yang mengancam kesehatan petugas. hal ini dapat
“Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, sepatu bot wajib,
baju hazmat wajib tapi kalau pasien biasa maka biasa saja APD pokonya
kami melayani APD lengkap.” (R6)
“Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, hazmat.” (R16 dan
R17)
yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat adalah handscoon, masker
bedah, N95, face shield, sepatu boot, helem dan hazmat. Beberapa jenis APD
yang disebutkan itu, terkhusus untuk ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium.
Semua pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dirawat di ruangan Isolasi, jika
pasien tersebut menunjukan gejala yang sangat parah maka akan dibawa di
atau uji swab. Selain ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium penggunaan APD
52
hanya berupa handscoon, masker dan faceshield hal ini didukung dengan hasil
bekerja di ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium adalah masker handscoon, face
shield dan kaos tangan, hal ini menunjukan penggunaan APD sesuai dengan
seberapa besar resiko yang mengancam kesehatan petugas yang terlibat dalam
kegiatan pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksius. Hal ini sesuai
“Iya ada, dari PPI pelatihan khusus tenaga Cleaning Service (CS) tentang
pencegahan dan pengendalian infeksius, dan yang ikut dalam pelatihan
itu diberikan sertifikat dari PPI.” (R2)
“Iya ada, terakhir diadakan pada tahun 2019 tentang pencegahan dan
pengendalian infeksius khusus CS, perawat dan dokter.” (R3)
biasa yaitu :
53
pengendalian infeksius kepada seluruh tenaga Kesehatan, selain itu ada juga
edukasi yang diberikan oleh petugas PPI kepada petugas kesehatan dan juga
mahasiswa yang melakukan kegiatan praktikum tetapi dalam kontrol tiap ruangan
terhadap para petugas tidak berjalan khususnya bagi pihak-pihak yang terkait
Bahteramas
Service sebagai pengangkut dan perawat ruangan sebagai pengumpul limbah yang
Cleaning Service dan perawat ruangan. Setiap kepala ruangan bertanggung jawab
“Jadi yang mengelolah limbah rumah sakit itu penanggung jawab nya
satu Ibu Martini, dibantu pihak ke-3 yaitu Cleaning Service.” (R1)
54
yang berperan sebagai pengangkut limbah medis adalah Cleaning Service yang
diangkut dua (2) kali dalam sehari dengan menggunakan troli limbah padat lalu
telah dibuat, pihak-pihak yang telibat dalam pengelolaan limbah medis tersebut
adalah kepala ruangan, perawat ruang atau petugas medis dan Cleaning Service.
“Iya ada SOP yang disahkan oleh direktur khusus penanganan limbah
ada, yang terlibat dalam penangan limbah medis tersebut adalah kepala
ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan Cleaning Service.”
(R2)
Medis Padat yang dibuat oleh pihak instalasi sanitasi, mulai dari pengumpulan,
padat adalah kepala ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan cleaning
service. Kepala ruangan mengkordinir perawat ruangan atau petugas medis atas
dengan jenis limbah yang dihasilkan (sesuai dengan SOP yang ada) dan
55
dibawa ke TPS. Berkaitan dengan SOP tentang pengelolaan limbah medis padat
“Iya ada, seperti yang saya jelaskan tadi itu sesuai dengan SOP-nya.”
(R5)
“Iya ada bahwa limbah ini disimpan disini sesuai dengan tempatnya.”
(R7)
“Iya ada, tadi kan sesuai dengan SOP nya itu.” (R17 dan R18)
memiliki SOP tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat yang dibuat oleh pihak
petugas pengangkut limbah medis, cleaning service dan perawat ruangan bekerja
pengelolaan limbah medis adalah tempat sampah berbahan fiber pada masing-
masing ruangan seperti Safety Box, plastik kuning dan hitam serta troli. Seperti
“Dari rumah sakit itu hanya menyediakan TPS, kantong plastik kuning dan
hitam, Safety Box, lebih dari itu ditanggung dari pihak perusahhan.” (R2)
“Yaa tempat limbah medisnya APD nya selama corana ini.” (R3)
informan kunci fasilitas yang ada sebagai penunjang kegiatan pengelolaan limbah
medis padat adalah sarana transportasi sebagai pengangkut limbah, dan tempat
penyimpanan limbah seperti kantong plastik kuning dan hitam, safety box dan
TPS. Kemuadian fasilitas lain seperti kontainer disediakan oleh perusahaan yaitu
PT Mitra Hijau sebagai mitra kerja sekaligus transporter limbah. Hal ini
“Yaaa, bak sampah infeksius dan non infeksius dan ada Safety Box untuk
menyimpan benda-benda yang tajam satu lagi dengan troli kalau kita
diruangan ini cumin itu.” (R4)
“Kalau disini hanya dua (2) wadah Kantong plastic kuning dan
hitam.”(R7)
“Termasuk APD nya, tong sampah, kantong kuning dan hitam.” (R16-
R18)
sebagai penunjang kegiatan pengelolaan limbah medis padat adalah bak sampah
safety box dan troli. Di Rumah Sakit Bahteramas memiliki insenerator tetapi tidak
layak pakai, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan berikut ini :
57
“Tidak ada, kembali pada pribadinya yang mau dan bertanggung jawab”.
(R2)
memiliki insenerator tetapi tidak layak pakai atau tidak standarisasi sehingga tidak
bisa digunakan untuk pemusnahan limbah medis padat. untuk pemusnahan pihak
pengelolaan limbah medis telah menyediakan beberapa jenis Alat Pelindung diri
“Baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu bot, sarung tangan, kaca
mata bogel, dan handscoon.” (R1)
“Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan, face shield,
handscoon.” (R2)
“Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan.” (R3)
yang disediakan oleh Rumah Sakit Bahteramas adalah sarung tangan dan masker
baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu boot, sarung tangan, kaca mata
bogel dan handscoon. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan informan
biasa yaitu :
“Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, sepatu bot wajib,
baju hazmat wajib tapi kalau pasien biasa maka biasa saja APD pokonya
kami melayani APD lengkap.” (R6)
58
“Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, hazmat.” (R16 dan
R17)
petugas medis atau perawat ruangan dan cleaning service sesuai dengan potensi
atau resiko penularan Covid-19. Ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium, petugas
medis atau perawat ruangan yang kontak dengan pasien terkonfirmasi positif
limbah harus menggunakan APD full body seperti handscoon, masker bedah, N95,
face shield, sepatu boot, helem, hazmat. Berbeda dengan APD yang digunakan
oleh petugas medis atau perawat ruangan dan cleaning service yang bekerja selain
handscoon, face shield begitu pula dengan petugas cleaning service selain ruangan
Isolasi, IGD dan Laboratorium hanya menggunakan beberapa APD pula yaitu
disediakan tempat sampah atau limbah medis padat berbahan fiber untuk
dengan safety box. Dari aktivitas kegiatan medis limbah yang dihasilkan setiap
ruangan sangat berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari beberapa informan berikut
ini :
“Spoit, jarum suntik, botol infus, kateter urin, selang NGT, kain kasa”
(R5)
“Masker bekas, perban bekas, jarum suntik, terus ampul, sarung tangan,
bekas makanan dan minuman dan lain-lain.” (R17)
masker, handscoon, botol infus, sisa-sisa urin, sisa-sisa kasa pembersihan luka,
pecahan-pecahan ampul, infus, bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu
bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman,
set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien Covid-19 non
perawat ruangan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan
“Limbah medis disini kan ada yang tajam terus ada yang infeksius dan
ada yang non-infeksius kalau yang infeksius kita sebagai perawat kita
pisahkan to tong sampahnya disini berwarna kuning kalau non-infeksius
warna hitam sedangkan limbah benda tajam disimpan di safety box kami
sebagai perawat hanya sebatas disitu saja, kita sudah memisahkan, terus
untuk selanjutnya diserahkan ke cleaning service” (R5)
“Kalau disini kan lab jadi limbah yang dihasilkan infeksius dan non
infeksius. Infeksius yaitu limbah darah cairan yang berasal dari tubuh
manusia, spoit, jarum suntik, sudah ada tempatnya safety box kalau
cairan disimpan kantong kuning dan non infeksiun kertas-kertas disimpan
di kantung hitam kemudian diangkat oleh petugas cleaning dalam
keadaan sudah dipilahkan” (R6)
61
ruangan dikumpulkan oleh perawat ruangan berdasarkan jenis limbah yang ada,
limbah yang infeksius disimpan di tong sampah yang dilapisi kantong plastik
plastik hitam serta limbah medis jarum suntik atau limbah B3 disimpan di safety
diangkut oleh petugas cleaning service untuk dibawa ke TPS. Dapat dilihat dari
oleh perawat ruangan, maka petugas cleaning service bertanggung jawab untuk
wadah sudah anti bocor, dan anti tusuk. Hal ini dapat dilihat dari wawancara
“Anti bocor iya kami sudah memiliki safety box sama kontainer limbah
untuk pengangkutan..” (R1)
diserahkan ke pihak ketiga melalui kerja samanya PT Mitra Hijau. Hal ini sesuai
sakit tidak ada yang diproses di dalam Rumah Sakit, melainkan semua limbah
sama dengan pihak terkait untuk pengelolaan limbah medis lebih lanjut.
4.5 Pembahasan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan
Menkes/ SK/ IV/ 2007, menyatakan bahwa tujuan Keselamtan dan Kesehatan
kerja yang sehat, aman dan nyaman dalam rangka meningkatkan derajat
kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi
Kemampuan kerja atau daya produktivitas petugas medis dan non medis di
rumah sakit merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Bahteramas belum ada, tetapi
terkait dengan penggunaan APD oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan
limbah medis telah tertuang pada SOP yang telah dibuat oleh pihak sanitasi, hal
(B3) dan limbah B3 menjelaskan bahwa penggunaan APD yang sesuai, artinya
pengelolaan limbah medis tidak lepas dari penggunaan APD, APD yang
64
petugas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh (Ryane Toding,
2016) menunjukan bahwa manajemen rumah sakit yang berkaitan dengan K3RS
belum diwujudkan dalam bentuk tertulis tentang K3, tetapi pendanaan terkait
K3RS dan fasilitas K3RS telah dilakukan, walau yang dimiliki masih belum
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk
secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang
yang ada, peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan
cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Rizka Ayu
Zahara, 2017)
Rumah Sakit Bahteramas oleh petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah
medis padat adalah handscoon, masker bedah, N95, face shield, sepatu boot,
helem dan hazmat. Beberapa jenis APD yang disebutkan itu, terkhusus untuk
ruangan Isolasi, IGD dan Laboratorium. Semua pasien yang terkonfirmasi positif
Covid-19 dirawat di ruangan Isolasi, jika pasien tersebut menunjukan gejala yang
sangat parah maka akan dibawa di ruangan IGD sedangkan ruang Laboratorium
sebagai pemeriksaan sampel darah atau uji swab. Selain ruangan Isolasi, IGD dan
penelitian ini sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan,
Rumah Sakit Darurat Dan Puskesmas Yang Menangani Pasien Covid-19 yang
khusus harus dilengkapi dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, apron,
Rumh Sakit yang berfokus pada keselamatan pasien dan petugas medis meliputi
bahwa pelatihan di Rumah Sakit Bahteramas terakhir diadakan pada tahun 2019
selain itu ada juga edukasi yang diberikan oleh petugas PPI kepada petugas
kesehatan dan juga mahasiswa yang melakukan kegiatan praktikum tetapi dalam
kontrol tiap ruangan dan sosialisai mengenai pentingnya PPI terhadap para
petugas tidak berjalan dengan baik khususnya bagi pihak-pihak yang terkait
dengan pengelolaan limbah medis padat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
pelatihan PPI di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu sudah dijalankan dalam hal
66
pelatihan PPI dasar yang dilaksanakan oleh internal rumah sakit dan para petugas
PPI tidak melakukan kontrol dan sosialiasi ke petugas medis secara rutin di setiap
yang mungkin terjadi, maka dari itu rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa
acuan dalam pengelolaan limbah medis yang berlaku pada pihak yang terlibat
Bahteramas telah memiliki SOP tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat yang
dibuat oleh pihak instalasi Sanitasi, mulai dari pengumpulan, pemisahan dan
pengangkutan, yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat adalah kepala
ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan Cleaning Service. Jadi petugas
pengangkut limbah medis, cleaning service dan perawat ruangan bekerja sesuai
dengan SOP. Didalam SOP tersebut tidak ada penjelasan mengenai kriteria
khusus untuk menjadi petugas pengelola limbah medis akan tetapi lebih
jawab sebagai petugas pengelola limbah. Hasil penelitian ini sudah sejalan dengan
rumah sakit harus memiliki SOP pengelolaan Limbah medis, memiliki logbook,
bahwa dalam kegiatan pengelolaan limbah medis padat fasilitas yang harus
disediakan adalah Safety Box sebagai tempat limbah medis padat seperti jarum
suntik, wadah sampah terdapat dua jenis yaitu infeksius dan non infeksius yang
diperlukan sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai
hasil yang ditetapkan, maka sebaiknya rumah sakit harus menyediakan sarana
68
pengelolaan limbah medis padat dimulai dari wadah pemilahan limbah, troli untuk
Bahteramas memiliki sarana peralatan dan APD yang disediakan sangat memadai
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, dari
penyediaannya yaitu ada tempat sampah berbahan fiber pada masing ruangan,
Safety Box, plastik kuning dan hitam serta 1 troli yang digunakan untuk
mengangkut sampah medis dari ruangan yang akan dibawa menuju tempat
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi
Padat Di Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani menunjukan bahwa fasilitas
yang ada dalam upaya penunjang pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit islam
Surabaya Ahmad Yani adalah safety box sebagai tempat limbah medis benda
tajam, troli sebagai pengangkut limbah medis dari ruangan ke TPS dan dua (2)
jenis tempat sampah disetiap ruangan infeksius dan non-infeksius (Yudhit Tri
insinerator tetapi belum bisa digunakan dalam pemusnahan limbah medis padat
seperti jarum suntik karena tidak standarisasi atau tidak layak pakai sehingga tidak
69
memiliki sertifikat izin dari pihak yang berwewenang (BLH Provinsi Sulawesi
yaitu dekat dengan perumahan warga (BTN Baruga Nusantara), cerobong asap
yang pendek dari pada bangunan rumah sakit. Insinerator ini beroperasi selama 2
tahun mulai 2015 kemudian berhenti beroperasi pada tahun 2017 karena tidak
mendapat surat izin operasional dari BLH maka insinerator ini berhenti
beroperasional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi Suryono, Mamik 2018 dengan judul Manajemen
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani
Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani telah bekerja sama dengan pihak ketiga
yang fungsi sebagai pengangkut dan pemusnahan limbah medis padat yang
dihasilkan rumah sakit tersebut (Yudhit Tri Chrisyanti dan Hadi Suryono, Mamik
2018).
Apron, Pelindung kaki/sepatu boot dan Sarung tangan khusus (disposable gloves
limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas sudah memenuhi Kepmenkes No.
1204 Tahun 2004. Fasilitas yang ada di Rumah Sakit Bahteramas terkait dengan
Alat Pelindung Diri (APD) adalah masker, sepatu boot, baju coverall, face shield
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Devi Ditabeliana Rachmawati dan Lilis Sulistyorini, 2018 dengan judul
Timbulan Limbah Medis Padat dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas
Limbah Medis Rumah Sakit X Jawa Timur hasil penelitian menunjukan bahwa
Penggunaan APD bagi petugas pengangkut limbah yang disediakan rumah sakit X
jawa Timur masih sangat minim meliputi masker, pakaian panjang, dan sarung
tangan disposable. APD yang belum disediakan bagi pengangkut sampah adalah
topi/ pelindung kepala, apron untuk industri, dan sepatu safety/ boot (Devi
lingkungan Limbah medis merupakan porsi yang lebih besar dari infeksi limbah,
limbah harus dilakukan dengan benar dan efektif serta memenuhi persyaratan
sanitasi. Sebagai suatu yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi, dan harus
dibuang maka limbah tentu harus dikelola dengan baik. Pengelolaan limbah
bahwa dalam pengelolaan limbah medis hanya beberapa tahap yang dilewati yaitu
ke pihak ke-tiga seperti pemusnahan, pembuangan akhir dan daur ulang. pada
pewadahan limbah infeksius dan limbah non infeksius. Serta telah dilengkapi
Limbah medis padat yang dihasilkan di Rumah Sakit Bahteramas tidak ada yang
didaur ulang atau digunakan kembali, seluruh limbah yang dihasilkan dari
non-infeksius dan safety box kemudian diangkut oleh Cleaning Service ke TPS
Tualeka, 2019).
72
dan anti tusuk, memiliki tutup dan tidak mudah dibuka orang, sampah medis padat
dilakukan oleh semua ruangan penghasil limbah medis yaitu Ruangan Isolasi,
Jenazah. sesuai karakteristiknya seperti limbah infeksius, benda tajam dan non-
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu wadah sampah medis
tajam, wadah sampah medis lunak dan wadah sampah B3. Hal ini dilakukan
dengan harapan limbah padat B3 sudah terpilah mulai dari sumbernya di ruangan
2018).
Wadah limbah medis adalah suatu jenis tempat limbah yang tersedia dan
digunakan sebagai tempat membuang limbah, baik limbah medis maupun non
medis yang memiliki kriteria sehingga layak digunakan sebagai wadah tempat
limbah medis maupun non medis. Pewadahan yang digunakan oleh setiap rumah
73
ungu, dan sampah/limbah kimia dan farmasi menggunakan warna cokelat (Ajeng
Purwanti, 2018).
petugas sudah melakukan pemilahan antara limbah medis, non medis dan limbah
domestik sesuai dengan karakternya dengan wadah anti bocor, anti tusuk, dan
tidak mudah untuk dibuka, sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
kembali.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widia
JIH dalam proses pewadahan telah disediakan tempat sampah berbahan fiber
untuk pewadahan limbah medis dan non-medis serta safety box untuk pewadahan
limbah B3, limbah yang dihasilkan dimusnahkan oleh pihak ketiga (Widia
Rahmatullah, 2017)
74
di Rumah Sakit Bahteramas sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004
dan limbah non-infeksius. Serta di lapisi dengan plastik kuning untuk limbah
infeksius, dan plastik hitam untuk limbah non-infeksius serta telah disediakan
safety box untuk limbah medis benda tajam (Kemenkes RI, 2004). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Agus Ramon, 2019) menunjukan
dimulai dari sumber limbah, yaitu dari tiap-tiap ruangan disediakannya tempat
sampah yang dibedakan antara limbah medis dan non medis yang dilapisi dengan
kantong plastik kuning dan hitam serta safety box untuk limbah B3 (Agus Ramon,
2019). Pewadahan limbah medis di Rumah Sakit Bahteramas sudah sesuai dengan
yaitu wadah sudah anti bocor, dan anti tusuk (Kemenkes RI, 2004).
yakni dengan menggunakan kereta atau troli permukaaan rata, dan tidak tembus,
75
atau anti tusuk mudah dibersihkan dan dikeringkan, limbah tidak menempel pada
alat angkut, dan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali (Kemenkes RI,
2004).
Tenggara pada tahun 2017, hal ini disebabkan karena letak insinerator yang dekat
dengan pemukiman warga yaitu BTN Baruga Nusantara dan cerobong asap yang
lebih pendek dari bangunan rumah sakit sehingga surat izin operasional tidak
dikeluarkan. Berdasarkan Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004, Rumah Sakit yang
melalui kerjasama dengan pihak ketiga dan melakukan pemusnahan paling lama
sekali dalam 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang (Kemenkes RI, 2004).
beberapa tahap yaitu mulai dari pemilahan, pewadahan infeksius atau non
untuk di bawa dari rumah sakit ke Surabaya untuk pengelolaan lebih lanjut. Jadi
oleh transporter keluar dari rumah sakit yaitu PT Mitra Hijau. Rumah Sakit
selanjutnya PT Mitra Hijau melakukan kerja sama dengan pihak lain untuk
pengelolaan limbah medis secara tuntas yaitu di Surabaya. Oleh karena itu
keadaan lapangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Vita zulfani, 2018) menunjukan bahwa Insinerator di Rumah Sakit Umum
Haji Medan tidak digunakan karena belum mendapatkan izin atau tidak layak
pakai sehingga untuk pemusnahan limbah medis di serahkan kepada pihak ke-tiga
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada tahap pemusnahan dan pembuangan akhir pihak rumah sakit melakukan
kerja sama dengan pihak ke tiga (3), sehingga dalam pengelolaan limbah medis
yang diberi label limbah infeksius dan non-infeksius serta safety box sebagai
sampah pijakan yang anti tusuk, anti bocor,dan anti air serta dilapisi kantong
padat disimpan di kantong plastik kuning dan limbah non medis di simpan
4. Pengangkutan limbah dilakukan setiap pagi dan sore hari oleh petugas
full body, APD yang digunakan adalah sepatu boots, apron, masker N95,
menggunakan troli tertutup yang anti bocor, anti air dan tidak memiliki sudut
runcing.
proses dalam rumah sakit karena insinerator tidak mendapat surat izin dari
Bahteramas telah diserahkan kepada pihak ke-3, seluruh limbah medis padat
yang dihasilkan oleh setiap ruangan diangkut oleh transporter (PT Mitra
7. Daur ulang limbah medis padat di Rumah Sakit Bahteramas telah diserahkan
5.2 Saran
sebagai berikut :
yang lebih tinggi cerobong asapnya sehinga mendapatkan izin operasional dari
medis padat.
limbah medis padat di Rumah Sakit Bahterams terkait variabel yang belum di
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ramon. (2019). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Mukomuko. Vol 14. ISSN : p 1978 – 0664 e :
2654 – 3249
Ajeng Purwanti, A. (2018). Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3) Rumah Sakit Di Rsud Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 10(3), 291–298.
Anugrah. (2019). PPI (Cetakan 1). Diterbitkan Aisyiyah Yogyakarta. ISBN 978-
602-0739-21-2
Beny Yulinto. (2017). Manajemen Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Dumai. Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat,
Vol. 1 No. Edisi November ISSN 2580-0590
Dari, S. P. (2018). Gambaran Perilaku Perawat dalam Membuang Limbah Medis
80
ISSN : 2614-5056
Mayang, N., Saputra, I., & Sofia, A. (2018). Analisis Kapasitas Insinerator Dan
TPS Di Perusahaan Pengolahan Limbah Medis Padat. 9(1), 1–6.
Melianti. (2019). Manajemen K3 Oleh Perawat Di Rumah Sakit. 1–8.
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Menteri Kesehatan. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien.
Menteri Kesehatan. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Menteri Kesehatan. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Peraturan menteri
lingkungan hidup dan kehutanan Republik indonesia nomor p.56/menlhk-
setjen/2015 Tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Moeloeng L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kualitatif. PT
Rosdakarya.
Mufidah AL Amri. (2017). Analisis Impelementasi PPI Di Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu. halm 1–141.
Mulyatiningsing E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan Dan Teknik
(Cetakan 1). UNY Press.
Narayana, V., S. R. & N. D. (2014). Hazards and Public Health Impacts of
Hospital Waste. Indian Journal of Applied Reseach, 4(6), 386–388.
Nghiem, L. D., Morgan, B., Donner, E., & Short, M. D. (2020). The COVID-19
pandemic: Considerations for the waste and wastewater services sector.
Chemical and Environmental Engineering, 1–5.
Ningrum Dan Tualeka. (2019). Upaya Pengendalian Risiko Pada Unit
Pengelolaan Limbah Medis Benda Tajam Di Rumah Sakit. Journal of Public
Health Research and Community Health Development, 1(2), 98–108.
Nopriadi. (2020). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Untuk Mewujudkan
Konsep green hospital di RSUP dr. M. Djamil Padang. Vol 7, No. 1. p-ISSN
2356-2226 e-ISSN 2655-8114
Ong SWX et al. (2020). Air, Surface Environmental, and Personal Protective
Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient. JAMA.
82
https://doi.org/DOI: 10.1001/jama.2020.3227
Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
Peng, J., Wu, X., Wang, R., Li, C., Zhang, Q., & Wei, D. (2020). Medical Waste
Management Practice During The 2019-2020 Novel Coronavirus Pandemic:
Experience In A General Hospital. American Journal of Infection Control,
48(8), 918–921. https://doi.org/10.1016/j.ajic.2020.05.035
Peraturan Pemerintah. (2020). Surat Edaran Nomor 3355 Tahun 2020 Tentang
Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru.
Prasetiawan, T. (2020). Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Di Indonesia.
12(19).
Pratiwi, D., & Maharani, C. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada
Puskesmas Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat, 9(1), 74–86.
Prihartanto. (2020). Perkiraan Timbulan Limbah Medis Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3) Dari Rumah Sakit Penanganan Pasien Covid-19. Jurnal Sains
Dan Teknologi Mitigasi Bencana, 15(1), 1–7.
Pyopyash E. L., et al. (2019). Kajian Pengelolaan Sampah Medisdi Rumah Sakit
X Cilegon. Kesehatan Masyarakat, 7(7), 150–156.
Rahno, D., Roebijoso, J., & Leksono, A. S. (2015). Pengelolaan Limbah Medis
Padat Di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa
Tenggara Timur. 6(1), 22–32.
Riedel S. et al. (2019). Medical Microbiology (28th ed. N). McGrawHill
Education/Medical.
Rizka Ayu Zahara. (2017). Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri (Apd)
Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Perilaku Pada Petugas Instalasi
Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS). Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2 (2), 153–158.
Ronald T. (2018). Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Beracun
(B3) Di Rumah Sakit Umum Daerah ( Rsud ) Piru Kabupaten Seram Bagian
Barat, Propinsi Maluku Pada Tahun 2018. 7(5).
Rosihan A. (2018). Pengelolaan Limbah Medis Pelayanan Kesehatan. (Edisi 1).
Lambung Mangkurat University.
Satgas Sultra. (2020). Data Perkembangan Kasus Covid-19 Di Sulawesi
Tenggara.
Shi J., dan W. Z. (2020). Coronavirus: China struggling to deal with mountains
of medical waste created by epidemic. www.scmp. com/news/china/society/
article/3065049/coronaviruschina, diakses 20 April 2020.
83
LAMPIRAN
A. Identitas
86
1. Nama :
2. Pendidikan terakhir :
3. Unit kerja :
4. Jabatan :
5. Masa kerja :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
RSU Bahteramas ?
2. Apakah ada peraturan yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit tentang
masa pandemi covid-19? Jika iya, sebutkan dan jelaskan. Jika tidak ada,
pengelolaan limbah medis padat pada masa pandemi covid-19? Jika iya, siapa
saja yang terlibat dalam manajemen pengelolaan limbah tersebut? Jika tidak,
tersebut?
5. Apakah ada limbah medis padat yang digunakan kembali atau di daur ulang
6. Peralatan apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk menunjang
8. Apakah setiap wadah limbah medis padat sudah anti bocor, anti tusuk, dan
9. Jenis pelabelan atau kode warna apa yang digunakan untuk menandai limbah
medis padat?
10. Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada anggota tim pengelolaan
11. Jenis alat pelindung diri apa sajakah yang yang disediakan pihak rumah sakit
penyediaannya?
12. Apakah semua petugas yang bekerja menangani limbah telah diberikan
13. Apakah limbah medis padat diproses di dalam rumah sakit? Jika iya bagaimana
14. Berapa hari sekali limbah diangkut keluar rumah sakit untuk diproses pada
insenerator ?
15. Alat angkut apakah yang digunakan untuk membawa keluar limbah medis
16. Bagaimana pengelolaan selanjutnya setelah limbah medis padat tiba di tempat
yang dituju?
A. Identitas
1. Nama :
2. Pendidikan terakhir :
3. Unit kerja :
4. Jabatan :
5. Masa kerja :
6. Alamat :
B. Pertanyaan
Tenggara ?
8. Apakah anda pernah mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh pihak Rumah
9. Peralatan apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk menunjang
10. Jenis pelabelan atau kode warna apa yang digunakan untuk menandai limbah
medis padat?
11. Apakah ada limbah medis padat yang dimanfaatkan kembali atau di daur
ulang?
13. Alat pelindung diri jenis apa saja yang disediakan pihak rumah sakit untuk di
14. Apakah selama anda bertugas memakai alat pelindung diri tersebut?
15. Apakah selama anda menangani limbah medis padat pernah mengalami
16. Apakah anda telah mendapatkan imunisasi seperti titanus, thypoid, atau
Nama ruangan :
Pemenuhan
No Tahap Syarat Syarat Keterangan
Ya Tidak
1 Pemilahan 1. Limbah medis B3
dimasukkan ke dalam
wadah/bin yang dilapisi
kantong plastik warna
kuning yang bersimbol
“biohazard”
2. Hanya limbah B3 medis
berbentuk padat yang dapat
dimasukkan ke dalam
kantong plastik limbah B3
medis
3. Bila di dalamnya terdapat
cairan, maka cairan harus
dibuang ke tempat
penampungan air limbah
yang disediakan atau
lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam
IPAL (instalasi pengolahan
Air Limbah)
4. Setelah ¾ penuh atau paling
lama 12 jam,
sampah/limbah B3 dikemas
dan diikat rapat.
2 Pewadahan 1. Limbah Padat B3 Medis
yang telah diikat setiap 24
jam harus diangkut dicatat
dan disimpan pada TPS
Limbah B3 atau tempat
yang khusus
2. Pengumpulan limbah B3
medis padat ke TPS Limbah
B3 dilakukan dengan
menggunakan alat
transportasi khusus limbah
infeksius dan petugas
92
menggunakan APD
3. Berikan simbol Infeksius
dan label, serta keterangan
“Limbah Sangat Infeksius.
Infeksius Khusus”
4. Limbah B3 Medis yang
telah diikat setiap 12 jam di
dalam wadah/bin harus
diangkut dan disimpan pada
TPS Limbah B3 atau
tempat yang khusus
5. Pada TPS Limbah B3
kemasan sampah/limbah B3
Covid-19
dilakukandisinfeksi dengan
menyemprotkan disinfektan
(sesuai dengan dosis yang
telah ditetapkan) pada
plastik sampah yang telah
terikat
6. Setelah selesai digunakan,
wadah/bin didisinfeksi
dengan disinfektan seperti
klorin 0,5%, lysol, karbol,
dan lain-lain
7. Limbah B3 Medis padat
yang telah diikat, dilakukan
disinfeksi menggunakan
disinfektan berbasis klorin
konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut ke pengolah
3 Pemanfaat 1.Limbah yang akan
-an kembali dimanfaatkan kembali harus
atau daur dipisahkan dari limbah yang
ulang tidak dimanfaatkan
kembali.
2.Limbah medis yang akan
dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi.
3.Limbah jarum hipodermik
93
menggunakan freezer/cold-storage
yang dapat diatur suhunya di
bawah 0 0C di dalam TPS
4 Pemanfaat
-an kembali
X X X X X X X X X
atau daur
ulang
5 Pengolahan
dan
X X X X X X X X X
pemusnahan
limbah
medis benda
tajam
6 Pembuangan
akhir limbah
X X X X X X X X X
medis benda
tajam
7 Pencatatan 5. Petugas melakukan pencatatan
dan harian mengenai limbah yang X X X X X X X X X
Pelaporan dihasilkan.
6. Petugas melakukan pencatatan
insiden bagi petugas yang
X X X X X X X X X
mengalami kecelakaan, jenis,
penyebab, waktu, dan pertolongan
yang diberikan.
102
Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Medis Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Ket : Y = Ya, T = Tidak
Pengelolaan limbah medis padat di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
No Tahap Persyaratan R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
103
dan
pemusnahan X X X X X X X X X
limbah
medis benda
tajam
6 Pembuangan
akhir limbah
X X X X X X X X X
medis benda
tajam
7 Pencatatan 9. Petugas melakukan pencatatan
dan harian mengenai limbah yang
X X X X X X X X X
Pelaporan dihasilkan.
10. Petugas melakukan
pencatatan insiden bagi petugas
X X X X X X X X X
yang mengalami kecelakaan,
jenis, penyebab, waktu, dan
pertolongan yang diberikan.
11. Petugas mencatat jenis dan
volume limbah yang akan
X X X X X X X X X
12. diangkut dan dimusnahkan.
13. Petugas melaporkan kepada
pimpinan rumah sakit dan pihak
X X X X X X X X X
rumah sakit melaporkan kegiatan
pengelolaan limbah kepada
instansi terkait yaitu Dinkes dan
107
Bapedal
108
Lampiran 11.
Alat pelindung diri jenis apa “Handscoon wajib, masker, face shield, helm wajib, Alat Pelindung Diri yang
saja yang disediakan pihak sepatu bot wajib, baju hazmat wajib tapi kalau disediakan oleh rumah sakit
rumah sakit untuk di pakai pasien biasa maka biasa saja APD pokonya kami adalah Handscoon, masker
selama bertugas? melayani APD lengkap. (R6) bedah, N95, sepatu boots,
helem, hazmat, face shield
Handscoon, masker bedah, N95, sepatu boots, helem, dan kaos tangan
hazmat. (R16 dan R17)
Apakah ada pelatihan khusus “Iya ada, dari PPI pelatihan khusus pencegahan dan Pelatihan PPI terakhir
yang diberikan kepada anggota pengendalian infeksius, dan yang ikut dalam dilakukan tahun 2019
tim pengelolaan limbah? Jika pelatihan itu diberikan sertifikat dari PPI” (R1) kepada tenaga dokter,
iya, pelatihan seperti apa ? perawat ruangan, kepala
“Iya ada, dari PPI pelatihan khusus tenaga Cleaning ruangan dan cleaning
Service (CS) tentang pencegahan dan pengendalian service
113
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
infeksius, dan yang ikut dalam pelatihan itu
diberikan sertifikat dari PPI” (R2)
2 Manajemen Pengelolaan Berapakah jumlah tenaga kerja “Jadi yang mengelolah limbah rumah sakit itu Penanggung jawab
Limbah Medis Padat Rumah yang bekerja di bagian penanggung jawab nya satu Ibu Murtin, dibantu pengelolah limbah medis
Sakit Bahteramas pengelolaan limbah RSU pihak ke-3 yaitu Cleaning Service” (R1) adalah Ibu Murtin,
Bahteramas ? kemudian dibantu dengan
“Petugas pengelolah limbah medis ada 2 orang, cleaning serivice
mereka bertugas sebagai pengangkut yang dibawah
ke TPS, pagi satu dan sore satu” (R2)
Apakah rumah sakit memiliki Iya ada, dibuat bu Murtin kemudian yang terlibat Di rumah sakit Bahteramas
manajemen dan SOP/Pedoman kepala ruangan, perawat ruangan dan cs. (R1) telah memiliki SOP, yang
tentang pengelolaan limbah disahkan oleh direktur, yang
114
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
medis padat pada masa Iya ada SOP yang disahkan oleh direktur khusus terlibat dalam pengelolaan
pandemi covid-19? Jika iya, penanganan limbah ada, yang terlibat dalam limbah medis tersebut
siapa saja yang terlibat dalam penangan limbah medis tersebut adalah kepala adalah kepala ruangan,
manajemen pengelolaan limbah ruangan, perawat ruangan atau petugas medis dan perrawat ruangan, dan CS
tersebut? Jika tidak, bagaimana Cleaning Service. (R2)
penanganan lebih lanjut tentang
pengelolaan limbah medis Iya ada dari sanitasi. (R3)
padat tersebut?
Apakah anda mempunyai “iya ada” (R4, R8-R16) Di rumah sakit Bahteramas
pedoman dari rumah sakit telah memiliki SOP, jadi
tentang pengelolaan limbah “Iya ada, seperti yang saya jelaskan tadi itu sesuai petugas bekerja sesuai
medis padat? dengan SOP-nya” (R5) dengan SOP yang ada
“Iya ada, tadi kan sesuai dengan SOP nya itu” (R17
dan R18)
Peralatan apa saja yang “Jadi yang pertama APD, kemudian sarana peralatan yang disediakan
disediakan pihak rumah sakit transportasi limbah dan kemudian tempat oleh rumah sakit untuk
untuk menunjang kegiatan penyimpananya” (R1) penunjang pengelolah
pengelolaan limbah medis limbah medis adalah APD,
padat di masa pandemi covid- “Dari rumah sakit itu hanya menyediakan TPS, tong sampah, kantong
19 ? kantong plastik kuning dan hitam, Safety Box, lebih plastik, safety box dan TPS
dari itu ditanggung dari pihak perusahhan” (R2)
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
cumin itu”. (R4)
Jenis alat pelindung diri apa “Baju coveral, face shield, baju hazmat, sepatu bot, APD yang disediakan oleh
sajakah yang yang disediakan sarung tangan, kaca mata bogel, dan handscoon” rumah sakit adalah Baju
pihak rumah sakit untuk (R1) coveral, face shield, baju
dipakai petugas pengelola hazmat, sepatu bot, sarung
limbah medis padat? “Mulai dari helm, baju hazmat, sepatu, sarung tangan, kaca mata bogel,
tangan, face shield, handscoon” (R2) dan handscoon
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
3 Pengelolaan Limbah Medis Bagimana proses manajemen “Jadi prosesnya dari penghasil sampah perawat Proses pengelolaan sampah
Padat Di Rumah Sakit pengelolaan limbah medis ruangan dikumpulkan lalu diangkut oleh CS ke TPS” dimulai dari sumber
Bahteramas padat ? (R1) penghasil sampah, dari
“Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan. aktivitaas medis limbah2
Pemilahan itu dilakukan dari ruangan masing- yang dihasilkan langusng di
masing, karena kan ada pewadahan dari pengguna kumpulkan oleh perawat
itu kan dari perawat sehingga mereka meletakan ruangan berdasarkan jenis
sendiri, peran nya clining service mereka hanya sampah, kemudian diangkut
pengangkut jadi posisinya clining service itu hanya oleh CS
pengangkut. Limbahnya sudah disediakan oleh
perawat yg sudah dipilah sisa diangkut.” (R2)
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
service” (R5)
Jenis Limbah apa saja yang “Untuk limbah infeksius biasanya masker, Jenis limbah yang
dihasilkan di ruangan ini pak ? handscoon, botol infus, sisa-sisa urin, sisa-sisa kasa dihasilkan adalah masker,
pembersihan luka, pecahan-pecahan ampul dan handscoon, botol infus, sisa-
jarum suntik kalau limbah non infeksiusnya seperti sisa urin, sisa-sisa kasa
kertas tulisan, kertas obat/tempat obat, jarum suntik, pembersihan luka, pecahan-
ampul-ampul, infus” (R4) pecahan ampul dan jarum
suntik kalau limbah non
“Spoit, jarum suntik, botol infus, kateter urin, selang infeksiusnya seperti kertas
NGT, kain kasa” (R5) tulisan, kertas obat/tempat
obat, jarum suntik, ampul-
“Disini hanya handscoon dengan masker” (R7) ampul dan infus
No. Pokok Pertanyaan Pertanyaan Data Emik (Informan Langsung) Data Etik (Kesimpulan)
Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien Covid-
19” (R16)
Apakah setiap wadah limbah “Anti bocor iya kami sudah memiliki safety box sama Wadah limbah medis di
medis padat sudah anti bocor, kontainer limbah untuk pengangkutan..” (R1) rumah sakit bahterams
anti tusuk, dan tidak mudah di sudah anti bocor, anti tusuk,
buka? dan tidak mudah di buka
Apakah limbah medis padat “Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di Untuk pengelolaan limbah
diproses di dalam rumah TPS, selanjutnya di serahkan kepada pihak ketiga lebih lanjut pihak rumah
sakit? Jika iya bagaimana selanjutnya pemusnahannya di Surabaya sakit telah bekerja sama
ketentuannya? Jika tidak, transporter (PT Mitra Hijau)” (R1) dengan pihak ke-3 yaitu PT
dimanakah limbah medis Mitra Hijau
padat tersebut diproses untuk “Tidak, semua hanya diangkut kemudian disimpan di
di insenerasi? Dan bagaimana TPS, selanjutnya di serahkan kepada transporter
proses serta ketentuannya? (PT Mitra Hijau)” (R2)
110