Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

DAMPAK SISTEM ZONASI RUJUKAN BPJS KESEHATAN


TERHADAP AKSES PELAYANAN KESEHATAN

Oleh:

UMAIMAH AZ-ZAHRAH IDRIS


NIM. K011171010

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhana wa Ta’ala, yang atas izin-Nya penulisan
makalah dengan judul “Dampak Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan terhadap Akses
Pelayanan Kesehatan”, dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik sepanjang zaman, sosok pemimpin yang
paling berpengaruh sepanjang sejarah kepemimpinan, yang telah membawa manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan dan
Penganggaran Kesehatan sebagai tugas pengganti Mid Semester yang dibimbing oleh
Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak sistem
zonasi rujukan BPJS Kesehatan terhadap akses pelayanan kesehatan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritik dan saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dengan mudah bagi orang yang
membacanya. Sesungguhnya segala kebenaran itu datangnya dari Allah Subhana wa
Ta’ala dan kesalahan datangnya dari penulis pribadi yang hanya manusia biasa dan tak
luput dari kesalahan. Akhir kata, semoga makalah ini memberi manfaat bagi semua
pembaca. Aamiin.

Makassar, 15 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB 1 – PENDAHULUAN ..................................................................................... 1-2

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
D. Manfaat ............................................................................................................. 2

BAB 2 – PEMBAHASAN ........................................................................................ 3-10

A. Pengertian BPJS Kesehatan.............................................................................. 3


B. Manfaat BPJS Kesehatan ................................................................................. 4
C. Pengertian Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan ....................................... 5
D. Dampak Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan ........................................... 8
E. Solusi Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan .............................................. 9

BAB 3 - PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam
Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
tujuan tersebut semakin dipertegas yaitu dengan mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi kesejahteraan seluruh rakyat.
Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Selain
itu, dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden
ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Pembentukan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini
merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, guna memberikan kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk
melaksanakan program Jaminan Sosial di seluruh Indonesia. Dengan undang-undang ini
dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut
jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap.
Dalam BPJS Kesehatan, terdapat kebijakan baru yaitu sistem zonasi rujukan yang
mengharuskan peserta untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut yang
sesuai dengan zona atau yang terdekat dengan tempat tinggal peserta. Hal ini dilakukan
agar masyarakat memilih berobat di rumah sakit terdekat serta tidak terjadi penumpukan
pasien di rumah sakit tertentu.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana dampak
sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan terhadap akses pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu BPJS Kesehatan?
2. Apa saja manfaat dari BPJS Kesehatan?
3. Apa itu sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan?
4. Bagaimana dampak sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan terhadap akses pelayanan
kesehatan?
5. Bagaimana solusi terhadap dampak sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dampak sistem
zonasi rujukan BPJS Kesehatan terhadap akses pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian BPJS Kesehatan.
b. Untuk mengetahui manfaat BPJS Kesehatan.
c. Untuk mengetahui pengertian sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan.
d. Untuk mengetahui dampak sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan terhadap akses
pelayanan kesehatan.
e. Untuk mengetahui solusi terhadap dampak sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai pengertian BPJS Kesehatan.
2. Menambah pengetahuan mengenai manfaat BPJS Kesehatan.
3. Menambah pengetahuan mengenai pengertian sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan.
4. Menambah pengetahuan mengenai dampak sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan
terhadap akses pelayanan kesehatan.
5. Menambah pengetahuan mengenai solusi terhadap dampak sistem zonasi rujukan
BPJS Kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian BPJS Kesehatan
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-
anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh
mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan
medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa
tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak. Secara singkat jaminan sosial
diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat
mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.
Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi ke dalam 5 jenis program jaminan
sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelenggaraan, yaitu :
1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah
Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.
2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian
yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4
(empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI,
dan PT ASKES.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya
semua warga Indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti
program ini peserta BPJS dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk masyarakat yang mampu
dan kelompok masyarakat yang kurang mampu. Peserta kelompok BPJS di bagi 2
kelompok yaitu:
1. PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu peserta Jaminan Kesehatan bagi
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN
yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
2. Bukan PBI jaminan kesehatan.

3
B. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis
berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi
tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
a. Rawat jalan, meliputi:
1) Administrasi pelayanan
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
sub spesialis
3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5) Pelayanan alat kesehatan implan.
6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7) Rehabilitasi medis
8) Pelayanan darah
9) Pelayanan kedokteran forensik
10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b. Rawat Inap yang meliputi:
1) Perawatan inap non intensif
2) Perawatan inap di ruang intensif
3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

4
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk
imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin, meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
d. General check-up, pengobatan alternatif;
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;
f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan
g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

C. Pengertian Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pesertanya, BPJS
Kesehatan menerapkan apa yang disebut sebagai sistem rujukan. Bagi sebagian orang yang
belum mengenal sistem ini akan merasa sistem ini merepotkan dan membuat banyak orang
kesulitan. Supaya bisa memanfaatkan jaminan kesehatan BPJS dengan baik, perlu
diketahui bagaimana sistem dan prosedur rujukan yang ditetapkan BPJS.
1. Tiga Tingkatan Penting dalam Pelayanan BPJS
Jika sakit, fasilitas kesehatan mana pun bebas kita datangi. Mulai dari rumah sakit,
puskesmas, sampai klinik. Di dalam asuransi kesehatan tidak mengenal adanya rujukan.

5
Namun, bukan berarti Anda bebas memilih fasilitas kesehatan. Anda perlu mengetahui
apakah perusahaan asuransi punya kerja sama dengan fasilitas kesehatan (rumah sakit)
tersebut atau tidak.
Sementara BPJS Kesehatan mempunyai sistem yang berbeda. Layanan kesehatan
yang diberikan terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Faskes I): tempat pelayanan kesehatan
pertama yang didatangi pasien BPJS yang ingin berobat, seperti puskesmas, klinik,
atau dokter umum. Disebut juga Faskes Primer.
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua (Faskes II): tempat pelayanan kesehatan
lanjutan setelah mendapat rujukan dari Faskes I yang spesialistis yang dilakukan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
c. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKRTL): tempat pelayanan kesehatan
lanjutan terakhir kalau Faskes II tak sanggup menangani, seperti klinik utama atau
yang setara, rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.

2. Sistem Rujukan Bertujuan untuk Memudahkan Pemberian Layanan


Pembagian Faskes tersebut memiliki tujuan agar pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang. Dalam praktiknya, pelayanan Faskes II hanya akan diberikan atas
dasar rujukan yang diberikan Faskes I. Begitu juga untuk layanan FKRTL baru akan
diberikan atas dasar rujukan dari Faskes II.
Diberikannya rujukan pada peserta BPJS dari pelayanan kesehatan level rendah ke
level yang lebih tinggi, didasarkan atas:
a. pasien perlu mendapat penanganan dari spesialis atau subspesialis;
b. perujuk tidak dapat menangani pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan,
dan/atau sumber daya.

3. Mengapa Faskes I?
Faskes I adalah gerbang awal bagi peserta BPJS untuk mendapatkan layanan
kesehatan. Pasien BPJS diwajibkan untuk datang ke Faskes I terlebih dahulu jika
mengalami masalah kesehatan dan ingin mendapatkan penanganan. Apabila setelah
dilakukan pengecekan dan dirasa perlu untuk dirujuk, akan dibuatkan surat rujukan ke
dokter spesialis atau rumah sakit.
Dalam sistem BPJS, pesertalah yang memilih Faskes I (puskesmas, klinik umum,
atau dokter keluarga) sebagai tempat yang akan memberikan layanan kesehatan pertama

6
kali. Apabila peserta melakukan pendaftaran secara online, web BPJS akan
menampilkan daftar seluruh Faskes I yang bisa dipilih.
Penting untuk diingat, peserta BPJS hanya bisa berobat ke Faskes I yang sudah
dipilih sebelumnya. Nama Faskes I ini akan tercantum di kartu BPJS tiap-tiap peserta.
Namun, peserta bisa mengubah Faskes yang dipilihnya dengan memenuhi sejumlah
syarat.

4. Kondisi Gawat Darurat Tidak Perlu Rujukan


Lalu, bagaimana penanganan peserta misalkan yang berada dalam kondisi gawat
darurat? Dalam kondisi tersebut, maka:
 Peserta bisa langsung mendapat pelayanan dari Faskes I atau lanjutan, baik yang
bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
 Langsung mendapat penanganan dari Faskes Tingkat Lanjutan tanpa surat rujukan.
 Peserta yang mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan setelah tertangani dengan baik dengan kondisi pasien
yang memungkinkan untuk dipindahkan.
 Pengecekan validitas peserta ataupun diagnosis penyakit yang termasuk dalam
kriteria gawat darurat dilakukan oleh Fasilitas kesehatan.
 Faskes dilarang menarik biaya pelayanan kesehatan dari peserta.
Poin no. 4 bisa diketahui lebih jelas lewat contoh berikut ini.
Manakala orang tua mendapati anaknya sedang mengalami demam tinggi hingga
suhu tubuhnya mencapai 38-39° C. Melihat kondisi tersebut, orang tua beranggapan
anaknya sedang berada dalam situasi gawat darurat, padahal jika anak menderita panas
masih atau di bawah 40° belum masuk kriteria menurut BPJS.

5. Ada Sanksi Jika Ada Pelanggaran dari Peserta ataupun Faskes


Di dalam peraturan BPJS, pelanggaran atas rujukan bisa diberikan sanksi, baik
untuk peserta maupun fasilitas kesehatan. Jika peserta diketahui ingin mendapatkan
pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan, dapat dimasukkan ke dalam
kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur BPJS sehingga biaya
pengobatannya tidak dibayarkan.

7
Sementara kalau fasilitas kesehatan tidak menerapkan sistem rujukan, BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing yang mana BPJS akan mengevaluasi
kinerja dari fasilitas kesehatan tersebut.

6. Sistem Zonasi Rujukan


Sistem zonasi rujukan merupakan kebijakan baru dari layanan BPJS Kesehatan
yang diterapkan mulai pada tanggal 15 Agustus 2018. Aturan tersebut mewajibkan
pasien tidak boleh memilih rumah sakit sesuai keinginannya. Namun harus sesuai
dengan sistem zonasi yang ditetapkan. Sistem zonasi rujukan ini bertujuan agar
masyarakat lebih memilih berobat di rumah sakit terdekat sehingga terjadi pemerataan
dan tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit tertentu.
Sejatinya, layanan rujukan online banyak membantu warga dan penyedia layanan
kesehatan. Melalui fasilitas kesehatan (faskes) pertama, pasien sudah langsung
mendapatkan nomor rujukan tanpa mengantre di rumah sakit. Dalam hal ini faskes
pertama merupakan puskesmas, dan dokter rumahan.
Meskipun layanan rujukan online tersebut hadir sebagai solusi. Nyatanya layanan
tersebut secara otomatis memilih rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggal pasien.
Batas maksimal, rumah sakit dalam radius 15 kilometer menjadi prioritas utama bagi
pasien.

D. Dampak Sistem Zonasi Rujukan BPJS Kesehatan


Sistem baru yang diterapkan oleh BPJS Kesehatan berupa sistem zonasi rujukan
memiliki berbagai dampak terhadap akses pelayanan kesehatan, antara lain:
1. Sebagian besar warga di daerah tertentu yang dirujuk ke rumah sakit lain ternyata sudah
terjadi penumpukan pasien, padahal terdapat rumah sakit lain yang dapat menangani
kasus serupa yang dirujuk tersebut.
2. Peserta BPJS menjadi kebingungan dan kesulitan dalam melakukan rujukan di rumah
sakit karena perubahan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berubah sesuai zonasi
atau tempat tinggal terdekat sehingga harus melakukan proses rujukan mulai dari awal.
3. Peserta BPJS telah memiliki dokter untuk konsultasi di rumah sakit yang berbeda
dengan rumah sakit yang ditetapkan oleh sistem zonasi sehingga terjadi mislokasi dalam
lokasi pelayanan fasilitas kesehatan.
4. Petugas kesehatan menjadi kesulitan karena kurangnya sosialisasi mengenai sistem
zonasi. Hal ini menyebabkan protes dari peserta BPJS karena mereka telah lama atau

8
bertahun-tahun dirujuk di rumah sakit lain yang berbeda dari rumah sakit yang
ditetapkan oleh sistem zonasi.
5. Sistem rujukan menyebabkan pasien harus mengantre berjam-jam melalui prosedur
yang melelahkan. Hal ini dapat menyulitkan terutama bagi pasien yang berkursi roda,
buta, atau hidup sebatang kara.
6. Kurangnya sosialisasi sehingga banyak pasien terpaksa pulang karena belum atau telat
mengurus rujukan. Bagi yang punya uang, akhirnya, mereka membayar sendiri biaya
kesehatan mereka.
7. Sistem rujukan online menyisakan masalah baru. Dari data FKTP, FKTL, dan dokter
yang kacau; jadwal praktik dokter tidak cocok; ada KTP yang menggunakan rujukan
manual karena sistemnya belum siap; hingga FKTL yang tidak terdaftar di sistem.
8. Tak sedikit pasien harus pulang karena FKTL rujukannya belum terdata dalam Health
Facilities Information System (HFIS) milik BPJS. Atau, pasien harus terima berobat
sebagai pasien umum di hari itu juga.

E. Solusi terhadap Dampak Sistem Zonasi Rujukan


Untuk mengatasi berbagai dampak yang disebabkan oleh sistem zonasi rujukan,
penulis telah merangkum beberapa solusi yang dapat diterapkan baik oleh BPJS Kesehatan
maupun pengguna atau peserta BPJS Kesehatan.
1. Karyawan tidak memanfaatkan BPJS sama sekali dan sebagai alternatif membeli
asuransi kesehatan sendiri.
Kemudahan proses berobat di asuransi dipandang sebagai manfaat yang lebih
penting, meskipun harus membayar biaya tambahan. Untuk kesehatan banyak orang rela
mengeluarkan dana tambahan demi pelayanan yang lebih baik. BPJS kesehatan bisa
tetap digunakan sebagai jaga-jaga jika plafond asuransi kesehatan habis atau untuk
pengobatan penyakit – penyakit yang tidak ditanggung oleh asuransi.
2. Memanfaatkan koordinasi manfaat antara BPJS dan asuransi kesehatan swasta.
Apa itu koordinasi manfaat? Peserta menggunakan BPJS, jika kemudian terdapat
biaya tambahan atau mengambil kelas kamar di atas standard BPJS, kelebihan biaya
diklaim ke asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan menanggung sisa tagihan yang tidak
dijamin oleh BPJS, selama sisa tagihan masih dalam batas plafond asuransi kesehatan.
Dengan ini, peserta tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.
3. Mengikuti program cash plan yang ditawarkan asuransi.

9
Cash plan adalah santunan harian yang dibayarkan jika peserta masuk rumah sakit.
Bedanya dengan asuransi kesehatan yang mengganti berdasarkan tagihan rumah sakit,
penggantian cash plan jumlahnya tetap regardless jumlah tagihan rumah sakit.
Keunggulan cash plan adalah prosesnya relatif lebih mudah. Peserta hanya perlu
menunjukkan berapa lama dirawat inap di rumah sakit. Asuransi akan mengganti
sejumlah hari rawat inpat dikali manfaat per harinya. Prosesnya tidak ribet dan tidak
membutuhkan koordinasi antar pihak untuk meng-klaim manfaat.
4. Menentukan Faskes I yang sesuai dengan kondisi. Memilih Faskes I berdasarkan
beberapa kriteria berikut:
 Lokasinya dekat dan mudah dicapai dari rumah.
 Buka 24 jam. Penyakit bisa datang kapan saja, sehingga memilih Faskes I yang bisa
dirujuk setiap saat pasti sangat membantu. Sebaliknya, jika memilih Faskes yang
hanya buka di hari kerja, Anda harus antisipasi kondisi saat membutuhkan
penanganan kesehatan Faskes I masih tutup.

 Jika pilih puskesmas, pastikan mengerti jam buka dan tutupnya. Setahu saya, banyak
puskesmas yang tidak buka di hari Sabtu dan Minggu.

 Jika memungkinkan, sebaiknya pilih Faskes I yang memiliki fasilitas layanan


lengkap. Misalnya, ada dokter spesialis, dokter anak dan fasilitas yang memadai. Jadi
Anda one-stop service.

5. Sosialisasi dan penyuluhan mengenai sistem zonasi rujukan BPJS Kesehatan kepada
masyarakat melalui media-media, baik cetak maupun elektronik agar masyarakat tidak
menjadi bingung dan kesulitan saat mengurus surat rujukan atau ingin mengakses
pelayanan kesehatan.
6. Meninjau kembali sistem rujukan online agar pasien dapat memilih rumah sakit tidak
hanya sesuai zonasi. Sistem rujukan online juga sebaiknya menampilkan jumlah pasien
yang dirujuk di masing-masing rumah sakit agar menghindari penumpukan pasien di
salah satu rumah sakit rujukan. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan medis serta akses
pelayanan kesehatan oleh masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Manfaat Jaminan Kesehatan
Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan
manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat ini mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Sistem zonasi merupakan kebijakan baru dari layanan BPJS Kesehatan yang
diterapkan mulai pada tanggal 15 Agustus 2018. Aturan tersebut mewajibkan pasien tidak
boleh memilih rumah sakit sesuai keinginannya. Namun harus sesuai dengan sistem zonasi
yang ditetapkan.
Sistem zonasi rujukan menyebabkan berbagai dampak terhadap akses pelayanan
kesehatan, antara lain: penumpukan pasien pada satu fasilitas kesehatan, menyulitkan dan
membingungkan pasien BPJS karena kurangnya sosialisasi, sistem rujukan online
menyebabkan masalah baru, serta beberapa rumah sakit rujukan tidak terdaftar dalam HSIS
milik BPJS sehingga pasien harus berobat sebagai pasien umum.

B. Saran
Iuran BPJS yang sangat terjangkau membuat jaminan kesehatan ini menawarkan
sejumlah manfaat yang menguntungkan buat para pesertanya. Tapi, syaratnya peserta harus
memahami aturan main, rule of the game, dalam sistem ini.
Sebaiknya kita memahami dengan baik bagaimana sistem rujukan bekerja, apa
prosedurnya, bagaimana menyiasatinya, sehingga kita bisa mengambil manfaat layanan
kesehatan ini secara maksimal.
Sebaiknya pemerintah meninjau kembali sistem rujukan online berbasis zonasi agar
tidak terjadi masalah-masalah yang dapat ditimbulkan oleh sistem tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cermati. 2017. Ini yang Sangat Penting Diketahui dari Sistem Rujukan BPJS Kesehatan.
[online], (https://www.cermati.com/artikel/ini-yang-sangat-penting-diketahui-dari-
sistem-rujukan-bpjs-kesehatan, diakses tanggal 15 Oktober 2018)

Humas. 2018. Rujukan Online, Permudah Faskes Layani Peserta. [online], (https://bpjs-
kesehatan.go.id/BPJS/index.php/post/read/2018/823/RUJUKAN-ONLINE-
PERMUDAH-FASKES-LAYANI-PESERTA, diakses tanggal 15 Oktober 2018)

Kementerian Kesehatan. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan. 2013. Tanya Jawab Seputar BPJS Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.

Muin, Asrhawi. 2018. RSUD Labuang Baji Mulai Terapkan Sistem Zonasi BPJS Kesehatan,
[online], (https://www.sulselsatu.com/2018/10/02/makassar/rsud-labuang-baji-
mulai-terapkan-sistem-zonasi-bpjs-kesehatan.html, diakses tanggal 15 Oktober 2018
).

Putri, Aditya Widya. 2018. Masalah Akut Sistem Rujukan dan Pembayaran BPJS. [online],
(https://tirto.id/masalah-akut-sistem-rujukan-dan-pembayaran-bpjs-kesehatan-c26x,
diakses tanggal 15 Oktober 2018)

Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi Dan
Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rio. 2015. Tips Penting Menghadapi Sistem Rujukan BPJS Kesehatan, [online],
(http://www.duwitmu.com/asuransi/tips-menghadapi-rujukan-bpjs-kesehatan/,
diakses 15 Oktober 2018)

Sulaiman, Fajar. 2018. BPJS Kesehatan Uji Coba Sistem Rujukan Online di 20.906 FKTP,
[online], (https://www.wartaekonomi.co.id/read191384/bpjs-kesehatan-uji-coba-
sistem-rujukan-online-di-20906-fktp.html, diakses tanggal 15 Oktober 2018)

12

Anda mungkin juga menyukai