Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu: Nur Rahma Wahyuddin,SKM.,M.KM

DISUSUN OLEH:

ANDI FATHYAH HANIFAH ASRUL


(70200118023)

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN : 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dengan segala kekurangan dalam menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pembinaan


dan Penganggaran Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini

Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing
maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya
dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bulukumba, 12 Maret 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II

A. Definisi Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia................................. 4

B. Sumber Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia ................................. 5

C. Perundang-Undangan Pokok Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia ........... 7

D. Macam-Macam Sistem Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia ......... 7

E. Syarat Pokok Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia ...................... 10

F. Fungsi Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia ................................ 11

G. Definisi Dari Asuransi Kesehatan ........................................................... 13

H. Health Account Dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan ........................... 14

I. National Health Account (NAH) Dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan . 15

J. District Health Account Dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan ............... 16


BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

LAMPIRAN ..................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi juga merupakan barang
investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi negara, karena
itu negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat (“Health for All”), sehingga
ada kebutuhan untuk melembagakan pelayanan kesehatan universal, ada dua isu
mendasar untuk mewujudkan tujuan pelayanan kesehatan dengan cakupan
universal, yaitu bagaimana cara membiayai pelayanan kesehatan untuk semua
warga, dan bagaimana mengalokasikan dana kesehatan untuk menyediakan
pelayanan kesehatan dengan efektif, efisien, dan adil. (Bisma Murti: 2010)
Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi
pembiayaan kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan
tetapi pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama, karena kesemua hal
itu diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
nasional, regional dan internasional. Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri
memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok,
tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah
dalam area sebagai berikut: 1) meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik
dalam bidang kesehatan, 2) mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan
penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan skema
pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4)
penggalian dukungan nasional dan internasional, 5) penguatan kerangka regulasi
dan intervensi fungsional, 6) pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang
didasarkan pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan evaluasi.
Sejalan dengan itu, dalam rencana strategik Depkes 2005-2009 secara jelas
disebutkan bahwa meningkatkan pembiayaan kesehatan merupakan salah satu dari
empat strategi utama departemen kesehatan disamping menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat

1
2

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan sistem


surveilans, moitoring dan informasi kesehatan. Strategi utama itu dijabarkan dalam
17 sasaran pembangunan. Selanjutnya sasaran dari strategi utama meningkatkan
pembiayaan kesehatan itu adalah; 1) pembangunan kesehatan mendapatkan
penganggaran yang memadai oleh pemerintah pusat dan daerah (sasaran 15), 2)
anggaran kesehatan pemerintah lebih diutamakan untuk pencegahan dan promosi
kesehatan (sasaran 16) dan 3) terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan
terutama bagi masyarakat miskin (sasaran 17).

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan


dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara
berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. (www.ppjk.depkes)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

2. Darimana sajakah Sumber Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

3. Apa saja perundang-undangan Pokok Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

4. Apa sajakah macam-macam sistem Sistem Pembiayaan Kesehatan di


Indonesia?

5. Bagaimana syarat pokok Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia ?

6. Bagaimana fungsi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

7. Apakah definisi dari Asuransi Kesehatan?

8. Apa yang dimaksud dengan Health Account dalam Sistem Pembiayaan


Kesehatan di Indonesia?

9. Apa yang dimaksud dengan National Health Account (NAH) dalam Sistem
3

Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

10. Apa yang dimaksud dengan District Health Account dalam Sistem
Pembiayaan Kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Untuk Mengetahui definisi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

2. Untuk Mengetahui Sumber Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

3. Untuk Mengetahui perundang-undangan Pokok Pembiayaan Kesehatan di


Indonesia

4. Untuk Mengetahui macam-macam sistem Sistem Pembiayaan Kesehatan di


Indonesia

5. Untuk Mengetahui syarat pokok Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

6. Untuk Mengetahui fungsi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

7. Untuk Mengetahui definisi dari Asuransi Kesehatan

8. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Health Account dalam Sistem
Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

9. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan National Health Account


(NAH) dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

10. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan District Health Account dalam
Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Pembiayaan Kesehatan


Sub sistem pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari
ekonomi kesehatan (Health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh peroranagn,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya
kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :

a. Penyedia Pelayanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan


(health provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini
tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.

b. Pemakai Jasa Pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya
kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam
batas-batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam
rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkannya.

Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa
pengertian biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan

4
5

(health provider) dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer).


Bagi penyedia pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk
pada dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan
lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan upaya
kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan pengertian yang seperti ini, tentu
mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya kesehatan
tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh
biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost)
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan
besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang
yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatka suatu upaya
kesehatan.

2. Sumber Biaya Kesehatan

Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan


fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public)
dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya
barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang
dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian
besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas
kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit
swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh
pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan
menjadi kendala terutama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-
fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi sebagian
besar masyarakat Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.
6

Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Bersumber dari anggaran pemerintah

Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya


ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik,
sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
Contohnya dana dari pemerintah pusat dan provinsi.

b. Bersumber dari anggaran masyarakat

Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-
alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau
penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya
CSR atau Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang
dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi.

c. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-


penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya
oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari
luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO
kepada negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).

d. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat


7

Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat


mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan
kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung
sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi.
Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan
yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

3. Perundang-undangan Pokok Pembiayaan Kesehatan di Indonesia


Adapun Perundang-Undangan Pembiayaan Kesehatan yaitu:
1. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 12/2013 menyatakan bahwa
pembayaran BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dilakukan secara pra-upaya berupa kapitasi, dan bukan pembayaran secara tunai
(fee for service).
2. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 Berisi tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Undang-undang SJSN).
3. Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (Undang-undang BPJS) yang memberikan mandat kepada pemerintah
untuk memulai reformasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2014 dengan
harapan dapat mewujudkan cakupan kesehatan semesta (UHC) pada 2019.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.

4. Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional

Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu:

a. Fee for Service ( Out of Pocket )


Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan
layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi
pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan
pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang
8

dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima.


Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem
pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health
Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia masih
bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti
sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah
terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk
memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK mendapat imbalan
berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang
besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang
ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang
ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk
meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa
yang lebih banyak.

b. Health Insurance

Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group
(DRG system).

Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan


kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan
system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada
PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana
sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah satu
lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat).
Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh
dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan
9

melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam
penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda
pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat
dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya
underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang
diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain
itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian
tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini
berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat kepastian
dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi
terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih
kearah preventif dan promotif kesehatan.

Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan terutama dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang ada pasti
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun sistem
pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan pengawasan dan
aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat mengurangi
dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan sehingga dapat
terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Contoh health insurance yang di berada dibawah naungan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial diantaranya :

1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
4. Taspen
5. Jamsostek
6. Dan lain sebagainya.
10

5. Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni
:
a. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua
upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin
memanfaatkannya.
b. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana
yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
c. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya
tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan
masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan


beberapa hal, yakni:

a. Peningkatan Efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, maka
alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan
dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan upaya pencegahan, bukan
pengobatan penyakit.

b. Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk
peningkatan efisiensi antara lain:
11

1) Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari


pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang sering
dipergunakan yakni:
a) standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan
standar minimal laboratorium.
b) standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan
perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan
dapat dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga
sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.
2) Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk
meningkatkan efisiensi ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar
berbagai sarana pelayanan kesehatan. Terdapat dua bentuk kerjasama
yang dapat dilakukan yakni:
a) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama
membeli peralatan kedokteran yang mahal dan jarang
dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama ini
dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula
dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan
demikian efisiensi juga akan meningkat.
b) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya
hubungan kerjasama timbal balik antara satu sarana
kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

6. Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :
a. Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai
sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah
swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan
12

prinsip public-private patnership yang didukung dengan pemberian insentif,


misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana
dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai
upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan
secara pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran
dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial
keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang- kurangnya 5% dari
PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat
untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.
13

7. Asuransi Kesehatan
Dalam konteks asuransi kesehatan, pengertian asuransi adalah
memastikan seseorang yang menderita sakit akan mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkannya tanpa harus mempertimbangkan keadaan ekonominya. Ada pihak
yang menjamin atau menanggung biaya pengobatan atau perawatannya. Pihak yang
menjamin ini dalam bahasa Inggris disebut insurer atau dalam UU Asuransi disebut
asuradur. Asuransi merupakan jawaban atas sifat ketidak-pastian (uncertain) dari
kejadian sakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk memastikan bahwa
kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dibiayai secara memadai, maka seseorang
atau kelompok kecil orang melakukan transfer risiko kepada pihak lain yang
disebut insurer/asuradur, ataupun badan penyelenggara jaminan. (Thabrany H,
2001).

Ada berbagai cara bagi pemerintah untuk membiayai program jaminan


kesehatan masyarakat, dan masing-masing harus dinilai berdasar pemerataan,
efisiensi, keberlanjutan, kelayakan administrasi, dan biaya administrasi. Sebagian
besar negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki beberapa pengaturan
dalam pengumpulan dana publik dan swasta, dan pemerintah harus berusaha
mengurangi fragmentasi dengan demikian dapat meningkatkan ekuitas dan
efisiensi, biaya administrasi yang lebih rendah, dan tersedianya pooling risiko dan
pembelian layanan kesehatan yang lebih efektif.

Semua dana untuk kesehatan ditampung pada asuransi kesehatan baik


publik mapun swasta dan di anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Penampungan dana tersebut mengalokasikan kembali dana dari individu yang sehat
ke individu yang sakit, kemudian dari individu dengan risiko sakit lebih rendah
untuk risiko sakit tinggi yang memerlukan biaya perawatan yang tinggi. Negara
yang sedang berkembang, penampungnan dana kesehatan pada sistem pembiayaan
nasional dan asuransi kesehatan mendominasi dari pendanaan ini dari pada
pembayaran dari pengguna (user payment). Tujuan pooling ini adalah mengurangi
harga pembayaran langsung (out of pocket) terhadap pasien yang membayar
langsung pada saat menerima pelayanan kesehatan dan meyakinkan kembali
14

perlindungan keuangan terhadap pengeluaran katastropik kesehatan dan equity


pada pelayanan yang digunakan. Namun, mengelola dana keshatan adalah sebaga
cara agar pengumpulan nya adil dan efisien. Hal ini yang menjadi tantangan
terbesar bagi pengelola dana kesehatan. Peningkatan pengumpulan dana
berkontribusi terhadap tingginya pembiayaan kesehatan dengan meningkatkan sisi
permintaan (demand) terhadap pelayanan kesehatan.

Di sebagian besar negara, beberapa pengaturan penampungan dijalankan


bersamaan, hal ini mengarah pada risiko fragmentasi. Pada umumnya, pekerja
sektor formal tercakup dalam asuransi sosial wajib; kelompok berpenghasilan lebih
tinggi mampu membayar premi yang lebih tinggi untuk mendaftar dengan asuransi
sukarela swasta (untuk mengakses pelayanan spesialis dan provider swasta); dan
secara otomatis pemerintah menyediakan cakupan di fasilitas kesehatan umum bagi
mereka yang dikecualikan dari aturan asuransi tersebut, terutama kelompok
berpenghasilan rendah dan sektor informal. Akibatnya, kelompok sosial ekonomi
yang berbeda mengumpulkan risiko kesehatan mereka di antara mereka sendiri di
lembaga-lembaga yang berbeda dengan tingkatan kapasitas pendapatan yang
berbeda dan akses terhadap manfaat kesehatan yang berbeda. Fragmentasi yang
dihasilkan menimbulkan kekhawatiran terhadap ekuitas dalam pelayanan yang
digunakan di kelompok yang berbeda (across different group). Hal ini juga
menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan keuangan pool risiko yang kecil.

8. Health Account

Health account erat kaitannya dengan belanja kesehatan, yakni proses


pencatatan dan klasifikasi data untuk menggambarkan aliran belanja dalam
penyelenggaraan system kesehatan sebagai monitoring transaksi. Konsep health
account adalah menjawab dari beberapa pertanyaan mendasar yakni dari mana
sumber dana, yang mengelola, yang dibayar, fungsi yang dilakukan, berupa apa
saja yang dibeli untuk manfaat tersebut, masuk dalam kegiatan program mana, pada
jenjang apa fungsi tersebut dilaksanakan dan kelompok mana yang mendapat
manfaat
15

Health account diperlukan untuk mempelajari pengeluaran masa lalu


secara retrospektif, meningkatkan sistem akuntabilitas perencanaan dan alokasi
sumber daya yang bertujuan membantu negara-negara dalam melindungi rakyatnya
dari ancaman pengeluaran biaya kesehatan, mengurangi ketidak seimbangan dalam
kesehatan pada program jaminan kesehatan nasional. Fokus health account dalam
reformasi pembiayaan kesehatan diantaranya:

1) desentralisasi fiskal (DHA),


2) Klien membayar tarif pada saat menggunakan pelayanan,
3) pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin,
4) alokasi pembiayaan publik dan
5) asuransi kesehatan.

9. National Health Account (NHA)

Badan dunia (WHO dan OECD) menyarankan agar masing-masing


negara membuat pencatatan dan analisis pada pembiayaan kesehatan. Ruang
lingkup pencatatan, analisis dan pelaporan data pembiayaan kesehatan di tingkat
nasional disebut NHA dan pada level provinsi disebut PHA (provincial health
account) sedangkan pada tingkat kabupaten/kota disebut DHA. Konsep NHA
terdiri dari empat pertanyaan mendasar yakni : 1) sumber pembiayaan yang datang
dari mana, 2) aliran sumber tersebut kemana saja, 3) jenis pelayanaan yang
diberikan apa saja dan 4) siapa yang mendapatkan manfaat tersebut. NHA adalah
potret mengenai kondisi pembiayaan kesehatan di Indonesia berdasarkan data dan
analisis yang berisikan laporan data yang akurat dan valid yang dapat dimanfaatkan
sebagai informasi dasar dalam perencanaan dan penyusunan kebijakan berbasis
bukti.

Perhitungan NHA di Indonesia bertujuan: 1) mengetahui sumber daya


kesehatan yaitu siapa yang diberikan pelayanan kesehatan dan siapa yang
membayar pelayanan tersebut, 2) sebagai alat dalam perencanaan, pengembangan
dan pengawasan pembiayaan kesehatan nasional. Hasil NHA dapat dimanfaatkan
untuk membandingkan pembiayaaan kesehatan antar negara yang selanjutnya dapat
16

dikaitkan dengan kinerja pembangunan kesehatan masing-masing serta untuk


menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan.

10. District Health Account

DHA adalah suatu instrumen yang didalamnya terdapat data lengkap dan
akurat tentang sumber-sumber dan pengeluaran pembiayaan kesehatan, jenis
pelayanan kesehatan apa saja yang menggunakan biaya kesehatan serta yang
membayar biaya kesehatan tersebut siapa saja di tingkat kabupaten/kota. Di
Indonesia, DHA sangat penting untuk NHA dan PHA karenasangat sulit melakukan
health account secara sentralitas mencapai lebih dari 514 kabupaten/kota (Pusat
KEKKFKM-UI dan PPJK, 2016).

DHA menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan untuk bahan advokasi


kepada pengambil kebijakan dengan harapan dapat memperbaiki
kelemahan/kekurangan sistem pembiayaan, antara lain 1) meningkatkan alokasi
pembiayaan kesehatan, 2) mengutamakan/mengarahkan anggaran pembiayaan
pada masalah kesehatan prioritas, 3) mengarahkan anggaran pada intervensi dan
kegiatan yang lebih “cost effective”, 4) mengembangkan sistem asuransi dan lain-
lai
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :

1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran
masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran
pemerintah dan masyarakat.
3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya
pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan
pemanfaatan. Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana,
pengalokasian dana dan pembelanjaan.
5. Sebagaimana pemanfaatan anggaran kesehatan Perpres-72/2012 menetapkan
bahwa prioritas pemanfaatan APBN dan APBD adalah untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat “public goods” (pasal 114). Sedangkan untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat “private goods” (pengobatan), pembiayaannya
diutamakan melalui sistem asuransi, kecuali penduduk miskin yang tetap
memerlukan subsidi APBN dan APBD (pasal 115).

B. Saran
Dalam Pembahasan kami di atas, sistem pembiayaan kesehatan telah di
susun sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai aspek. Dimana dari segi
pengimplementasiannya memerlukan kerja keras dan dukungan dari setiap lembaga
dan lapisan masyarakat sehingga dapat terwujudnya kesehatan masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan.
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=85&Itemid=120 .
Diakses 12 Maret 2021.

Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan.http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1. Diakses 12 Maret 2021.

Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan.http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1. Diakses 12 Maret 2021.

Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehatan,


http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan- kesehatan/, diakses 7
Desember 2013

Setyawan, Febri Endra Budi. 2015. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Kesehatan, 11(2), 119 – 126.
LAMPIRAN
Jurnal Terkait Materi Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia

Sistem Pembiayaan Kesehatan

Health financing system

Febri Endra Budi Setyawan1


1
Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Jl. Bendungan Sutami 188A


(Kampus II)

Abstrak
Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional, dalam
pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini derajat kesehatan masyarakat
masih rendah khususnya masyarakat miskin. Hal ini dapat digambarkan bahwa derajat kesehatan
masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan
AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya
biaya kesehatan sehingga akses ke pelayanan kesehatan pada umumnya masih rendah. Asuransi
kesehatan salah satu upaya untuk mengatasi masalah ketidakmampuan terhadap pembiayaan
pelayanan kesehatan.

Abstract

Health development is as part of national development, in health development goal to be achieved


is to improve the optimal public health status. The fact that until now the degree of public health
is still low, especially the poor. It can be illustrated that the health status of the poor based on the
indicator of Infant Mortality Rate (MMR) and Maternal Mortality Rate (AKI) in Indonesia is still
high, namely IMR of 35 per 1000 live births and MMR of 307 per 100,000 live births. One reason
is because of the high cost of health so that access to health services in general is still low. Health
insurance is an effort to overcome the problem of inability to finance health services.

Vol. 2 No.4Februari 2018


PENDAHULUAN (countinues), terpadu (integrated), wajar
Pelayanan kesehatan masyarakat pada (appropiate), dapat diterima (acceptable),
prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan bermutu (quality), tercapai (accessible) serta
promotif dan preventif. Pelayanan promotif
adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat terjangkau (affordable). (Azwar Azrul ,1999).
ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif Dampak krisis ekonomi di Indonesia
mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar sampai saat ini meluas ke seluruh bidang
terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan.
kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada Dilema yang dihadapi pelayanan kesehatan, disatu
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi pihak pelayanan kesehatan harus menjalankan
yang lebih penting adalah upaya-upaya misi sosial, yakni merawat dan menolong yang
pencegahan sedang menderita tanpa memandang sosial,
ekonomi, agama dan sebagainya. Namun dipihak
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
lain pelayanan kesehatan harus bertahan secara
Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan
ekonomi dalam menghadapi badai krisis tersebut.
hanya puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga
Oleh sebab itu pelayanan kesehatan harus
bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung
melakukan reformasi, reorientasi dan revitalisasi.
kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, maupun yang secara tidak langsung (Juanita, 2002).
berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
Reformasi kebijakan pembangunan
(Juanita, 2002). kesehatan telah selesai dilakukan sebagaimana
telah tertuang dalam Visi, Misi, Strategi dan
Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua
Paradigma baru pembangunan kesehatan yang
golongan, yaitu :
populer dengan sebutan Indonesia Sehat.
1. Pelayanan kesehatan primer (primary health Reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
telah memberi arah baru pembangunan kesehatan
care), atau pelayanan kesehatan masyarakat
di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan
adalah pelayanan kesehatan yang paling sistem baru hasil reformasi tersebut tampak
depan, yang pertama kali diperlukan banyak perubahan yang akan dilakukan, dua
diantaranya yang terpenting adalah perubahan
masyarakat pada saat mereka mengalami
pada subsistem upaya kesehatan dan perubahan
ganggunan kesehatan atau kecelakaan. pada subsistem pembiayaan kesehatan. (Gotama I,
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier Pardede D, 2010).
(secondary and tertiary health care), adalah Penggalian, pengalokasian dan
rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan pembelanjaan sumber daya keuangan dalam
perawatan lebih lanjut atau rujukan. Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah subsistem pembiayaan kesehatan dilakukan untuk
sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai membiayai UKM dan UKP penduduk miskin
dengan Rumah sakit kelas A. (Juanita, 2002).
dengan mobilisasi dan dari masyarakat,
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pemerintah dan public-private mix. Sedangkan
masyarakat terhadap kesehatan banyak hal yang untuk penduduk mampu, pembiayaan kesehatan
harus dilakukan, salah satunya masyarakat terutama dari masyarakat itu sendiri
adalah penyelenggaraan pelayanan dengan mekanisme jaminan kesehatan baik wajib
kesehatan. Secara umum dapat dibedakan 9 maupun sukarela. (Gotama I, Pardede D, 2010).
(sembilan) syarat penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang baik, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan

Vol. 2 No.4Februari 2018


PEMBIAYAAN KESEHATAN negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan
kesehatan dan akses (equitable access to health
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa
care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan. Biaya
quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan
kesehatan ialah besarnya dana yang harus
kesehatan di suatu negara seyogyanya
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memberikan fokus penting kepada kebijakan
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
pembiayaan kesehatan untuk menjamin
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok
terselenggaranya kecukupan (adequacy),
dan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini, maka
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan
berdasarkan:
kesehatan itu sendiri. (Departemen Kesehatan RI,
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health 2004).
Provider), adalah besarnya dana yang harus Perencanaan dan pengaturan pembiayaan
disediakan untuk dapat menyelenggarakan kesehatan yang memadai (health care financing)
akan menolong pemerintah di suatu negara untuk
upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini
dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia kesehatan, mengalokasikannya secara rasional
pelayanan adalah persoalan utama pemerintah serta menggunakannya secara efisien dan efektif.
Kebijakan pembiayaan kesehatan yang
dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak
mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada
yang akan menyelenggarakan upaya masyarakat miskin (equitable and pro poor health
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia policy) akan mendorong tercapainya akses yang
universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini
pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada
bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai
seluruh biaya investasi (investment cost) serta kontribusi pada perkembangan sosial dan
seluruh biaya operasional (operational cost). ekonomi. Pelayanan kesehatan itu sendiri pada
akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), negara maju maupun pada negara berkembang.
adalah besarnya dana yang harus disediakan Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan
untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah
satu penyebab utamanya. Penyebab yang lain
Dalam hal ini biaya kesehatan menjadi adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan
persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for
namun dalam batas-batas tertentu pemerintah service) dan lemahnya kemampuan dalam
penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan
juga turut serta, yakni dalam rangka itu sendiri (poor management of resources and
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan services).
kesehatan bagi masyarakat yang (Departemen Kesehatan RI, 2004).
membutuhkannya. Besarnya dana bagi Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada yang tidak memungkinkan setiap individu untuk
menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan
jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pada saat diperlukan:
pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu
1) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul
upaya kesehatan. (Azwar, A. 1999).
secara sporadik dan tidak dapat diprediksikan,
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil
dan berkesinambungan memegang peranan yang sehingga tidak mudah untuk memastikan
amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan bahwa setiap individu mempunyai cukup uang
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan
ketika memerlukan pelayanan kesehatan.
penting dari pembangunan kesehatan di suatu

Vol. 2 No.4Februari 2018


2) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh
tertentu juga sangat mahal, misalnya tabungan individu (risk spreading). Sistem
pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan pembiayaan harus mampu menghitung dengan
kesehatan canggih (operasi dan tindakan mengakumulasikan resiko suatu kesakitan
khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan dengan biaya yang mahal antar individu dalam
sakit jangka panjang yang tidak akan mampu suatu komunitas sehingga kelompok
ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah
umum. (tidak terjangkit sakit, tidak membutuhkan
3) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi
pelayanan kesehatan, tetapi juga lebih kelompok masyarakat yang membutuhkan
membutuhkan pelayanan kesehatan karena pelayanan kesehatan. Secara sederhana, suatu
rentan terjangkit berbagai permasalahan sistem pembiayaan akan menghitung resiko
kesehatan karena buruknya kondisi gizi, terjadinya masalah kesehatan dengan biaya
perumahan. mahal dalam satu komunitas, dan menghitung
4) Apabila individu menderita sakit dapat besaran biaya tersebut kemudian membaginya
mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi kepada setiap individu anggota komunitas.
termasuk bekerja, sehingga mengurangi Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas,
kemampuan membiayai. (Departemen besaran biaya pelayanan kesehatan yang mahal
Kesehatan RI, 2004). tidak ditanggung dari tabungan individu tapi
Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah ditanggung bersama oleh masyarakat.
sistem pembiayaan pelayanan kesehatan haruslah 3) Connection between ill-health and poverty,
bertujuan untuk:
karena adanya keterkaitan antara kemiskinan
1) Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga
mampu meratakan besaran resiko biaya
harus mampu memastikan bahwa orang miskin
sepanjang waktu sehingga besaran tersebut juga mampu pelayanan kesehatan yang layak
dapat terjangkau oleh setiap rumah tangga.
sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak
Artinya sebuah sistem pembiayaan harus
harus mengeluarkan pembiayaan yang
mampu memprediksikan resiko kesakitan besarnya tidak proporsional dengan
individu dan besarnya pembiayaan dalam pendapatan. Pada umumnya di negara miskin
jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun).
dan berkembang hal ini sering terjadi. Orang
Kemudian besaran tersebut diratakan atau miskin harus membayar biaya pelayanan
disebarkan dalam tiap bulan sehingga menjadi kesehatan yang tidak terjangkau oleh
premi (iuran, tabungan) bulanan yang
penghasilan mereka dan juga memperoleh
terjangkau. pelayanan kesehatan di bawah standar.
2) Risk pooling, beberapa jenis pelayanan
4) Fundamental importance of health, kesehatan
kesehatan (meskipun resiko rendah dan tidak merupakan kebutuhan dasar dimana individu
merata) dapat sangat mahal misalnya
tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status
hemodialisis, operasi spesialis (jantung
kesehatan yang baik

Vol. 2 No.4Februari 2018


Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) 1. Tingkat inflasi
sendiri memberi fokus strategi pembiayaan Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat,
kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, maka secara otomatis biaya investasi dan juga
tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada biaya operasional pelayanan kesehatan akan
umumnya adalah dalam area sebagai berikut: meningkat pula, yang tentu saja akan
1) Meningkatkan investasi dan pembelanjaan dibebankan kepada pengguna jasa.
2. Tingkat permintaan
publik dalam bidang kesehatan
Pada bidang kesehatan, tingkat permintaan
2) Mengupayakan pencapaian kepesertaan
dipengaruhi sedikitnya oleh dua faktor, yaitu
semesta dan penguatan permeliharaan meningkatnya kuantitas penduduk yang
kesehatan masyarakat miskin memerlukan pelayanan kesehatan, yang
karena jumlahnya lebih atau bertambah
3) Pengembangan skema pembiayaan praupaya
banyak, maka biaya yang harus disediakan
termasuk didalamnya asuransi kesehatan meningkat pula. Faktor kedua adalah
sosial meningkatnya kualitas penduduk. Dengan
tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih
4) Penggalian dukungan nasional dan baik, mereka akan menuntut penyediaan
internasional layanan kesehatan yang baik pula dan hal ini
5) Penguatan kerangka regulasi dan intervensi membutuhkan biaya pelayanan kesehatan
yang lebih baik dan lebih besar.
fungsional
3. Kemajuan ilmu dan teknologi Sejalan dengan
6) Pengembangan kebijakan pembiayaan
adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam
kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
ilmiah
(penggunaan peralatan kedokteran yang
7) Pemantauan dan evaluasi. modern dan canggih) memberikan
Implementasi strategi pembiayaan
kesehatan di suatu negara diarahkan kepada konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya
beberapa hal pokok yakni; kesinambungan yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi.
pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi
Hal ini membawa akibat dibebankannya biaya
pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan
(out of pocket funding), menghilangkan hambatan investasi dan operasional tersebut pada
biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemakai jasa pelayanan kesehatan.
pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan
4. Perubahan Pola Penyakit
efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya
(resources) serta kualitas pelayanan yang Meningkatnya biaya kesehatan juga
memadai dan dapat diterima pengguna jasa. dipengaruhi adanya perubahan pola penyakit,
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut
beberapa negara, namun secara garis besar berasal menjadi penyakit yang bersifat kronis.
dari: Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut,
perawatan berbagai penyakit kronis ternyata
1. Anggaran pemerintah. lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan
2. Anggaran masyarakat. untuk perawatan dan penyembuhan penyakit
ini akan lebih besar. Hal ini akan sangat
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri.
mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.
4. Gabungan anggaran pemerintah
5. Perubahan pola pelayanan kesehatan
dan masyarakat.
Perubahan pola pelayanan kesehatan ini terjadi
Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh
beberapa hal, beberapa yang terpenting akibat perkembangan keilmuan dalam bidang
diantaranya sebagai berikut: kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan

Vol. 2 No.4Februari 2018


subspesialisasi yang menyebabkan pelayanan diderita pasiennya. Konsekuensi yang terjadi
kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented adalah semakin tingginya biaya yang
health service) dan satu sama lain seolah tidak dibutuhkan oleh pasien untuk mendapatkan
berhubungan. Akibatnya sering terjadi pelayanan kesehatan.
tumpang tindih atau pengulangan metoda 7. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya
pemeriksaan yang sama dan pemberian obat- Kurangnya peraturan perundang-undangan
obatan yang dilakukan pada seorang pasien, yang ditetapkan untuk mengatur dan
yang tentu berdampak pada semakin membatasi pemakaian biaya pelayanan
meningkatnya beban biaya yang harus kesehatan menyebabkan pemakaiannya sering
ditanggung oleh pasien selaku pengguna jasa tidak terkendali, yang akhirnya akan
layanan kesehatan ini. Selain itu, dengan membebani penanggung (perusahaan) dan
adanya pembagian spesialisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
subspesialisasi tenaga pelayanan kesehatan, 8. Penyalahgunaan asuransi kesehatan Asuransi
menyebabkan hari perawatan juga akan kesehatan (health insurance) sebenamya
meningkat. merupakan salah satu mekanisme
6. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien pengendalian biaya kesehatan, sesuai dengan
Sistem kekeluargaan yang dulu mendasari anjuran yang diterapkan oleh pemerintah.
hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat
adanya perkembangan spesialisasi dan sebagaimana yang lazim ditemukan pada
subspesialisasi serta penggunaan berbagai bentuk yang konvensional (third party sistem)
peralatan yang ditunjang dengan kemajuan dengan sistem mengganti biaya
ilmu dan teknologi, mengakibatkan (reimbursement) justru akan mendorong
meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan naiknya biaya kesehatan. (Medis
oleh pasien, hal ini tentu saja membuat pasien Online, 2009).
menuntut adanya kepastian pengobatan dan
penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini Biaya kesehatan banyak macamnya, karena
kesemuanya tergantung dari jenis dan
diperberat dengan semakin tingginya tingkat
kompleksitas pelayanan kesehatan yang
pendidikan pasien selaku pengguna jasa diselenggarakan dan atau yang dimanfaatkan.
layanan kesehatan, yang mendorong semakin Hanya saja disesuaikan dengan pembagian
pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan
kritisnya pemikiran dan pengetahuan mereka
tersebut dapat dibedakan atas dua macam yaitu: 1)
tentang masalah kesehatan. Hal tersebut diatas Biaya pelayanan kedokteran
mendorong para dokter sering melakukan Biaya yang dimaksudkan adalah yang
pemeriksaan yang berlebihan (over dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
utilization), demi kepastian akan tindakan memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang
tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta
mereka dalam melakukan pengobatan dan memulihkan kesehatan penderita. 2) Biaya
perawatan, dan juga dengan tujuan pelayanan kesehatan masyarakat
mengurangi kemungkinan kesalahan yang Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan
dilakukan dalam mendiagnosa penyakit yang untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan

Vol. 2 No.4Februari 2018


masyarakat yaitu yang tujuan utamanya untuk telah diatur secara formal oleh pemerintah dan
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta provider. Bentuk yang paling kompleks adalah
untuk mencegah penyakit. besaran biaya yang bebeda setiap kunjungan
sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang
Sama halnya dengan biaya kesehatan
diberikan (biasanya terjadi untuk fasilitas
secara keseluruhan, maka masing-masing biaya
pelayanan kesehatan swasta). Namun model
kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut
yang umum digunakan adalah ’flat rate’,
yaitu dari sudut penyelenggara kesehatan (health dimana besaran biaya per-episode sakit
provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan
bersifat tetap.
(health consumer).
3. Saving based
Model ini mempunyai karakteristik ‘risk
MODEL SISTEM spreding’ pada individu namun tidak terjadi
PEMBIAYAAN risk pooling antar individu. Artinya biaya
Pertanyaan yang mengemuka ialah model kesehatan langsung, akan ditanggung oleh
kebijakan kesehatan seperti apa yang layak individu sesuai dengan tingkat
diterapkan di Indonesia, sistem pembiayaan yang penggunaannya, namun individu tersebut
bagaimana yang cocok dengan kehidupan mendapatkan bantuan dalam mengelola
masyarakat kita. Terdapat beberapa model sistem pengumpulan dana (saving) dan
pembiayaan pelayanan kesehatan yang dijalankan penggunaannya bilamana membutuhkan
oleh beberapa negara, berdasarkan sumber pelayanan kesehatan. Biasanya model ini
pembiayaannya: hanya mampu mencakup pelayanan kesehatan
primer dan akut, bukan pelayanan kesehatan
1. Direct Payments by Patients yang bersifat kronis dan kompleks yang
Ciri utama model direct payment adalah setiap biasanya tidak bisa ditanggung oleh setiap
individu menanggung secara langsung besaran individu meskipun dengan mekanisme saving.
biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan Sehingga model ini tidak dapat dijadikan
tingkat penggunaannya. Pada umumnya model tunggal pada suatu negara, harus
sistem ini akan mendorong penggunaan didukung model lain yang menanggung biaya
pelayanan kesehatan secara lebih hati-hati, kesehatan lain dan pada kelompok yang lebih
serta adanya kompetisi antara para provider luas.
pelayanan kesehatan untuk menarik konsumen 4. Informal
atau free market. Meskipun tampaknya sehat,
namun transaksi kesehatan pada umumnya Ciri utama model ini adalah bahwa
bersifat tidak seimbang dimana pasien sebagai pembayaran yang dilakukan oleh individu
konsumen tidak mampu mengenali pada provider kesehatan formal misalnya
permasalahan dan kebutuhannya, sehingga dokter, bidan tetapi juga pada provider
tingkat kebutuhan dan penggunaan jasa lebih kesehatan lain misalnya: mantri, dan
banyak diarahkan oleh provider. Sehingga free pengobatan tradisional; tidak dilakukan secara
market dalam pelayanan kesehatan tidak selalu formal atau tidak diatur besaran, jenis dan
berakhir dengan peningkatan mutu dan mekanisme pembayarannya. Besaran biaya
efisiensi namun dapat mengarah pada biasanya timbul dari kesepakatan atau banyak
penggunaan terapi yang berlebihan. diatur oleh provider dan juga dapat berupa
pembayaran dengan barang. Model ini
2. User payments biasanya muncul pada negara berkembang
Dalam model ini, pasien membayar secara dimana belum mempunyai sistem pelayanan
langsung biaya pelayanan kesehatan baik kesehatan dan pembiayaan yang mampu
pelayanan kesehatan pemerintah maupun mencakup semua golongan masyarakat dan
swasta. Perbedaannya dengan model informal jenis pelayanan.
adalah besaran dan mekanisme pembayaran,
juga kelompok yang menjadi pengecualian 5. Insurance Based

Vol. 2 No.4Februari 2018


Sistem pembiayaan dengan pendekatan dengan mendapat premi untuk mengganti
asuransi mempunyai perbedaan utama dimana kerugian karena kehilangan kerugian atau tidak
individu tidak menanggung biaya langsung diperolehnya suatu keuntungan yang diharapkan,
pelayanan kesehatan. Konsep asuransi yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak
memiliki dua karakteristik khusus yaitu diketahui lebih dahulu. (Andreas, 2009). Definisi
pengalihan resiko kesakitan pada satu individu asuransi menurut Undang-Undang Republik
pada satu kelompok serta adanya sharing Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 adalah Asuransi
looses secara adil. Secara sederhana dapat atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua
digambarkan bahwa satu kelompok individu pihak atau lebih, dimana pihak penanggung
mempunyai resiko kesakitan yang telah mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
diperhitungkan jenis, frekuensi dan besaran menerima premi asuransi, untuk memberikan
biayanya. Keseluruhan besaran resiko tersebut penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
diperhitungkan dan dibagi antar anggota kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
kelompok sebagai premi yang harus diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada
dibayarkan. Apabila anggota kelompok, maka pihak ketiga yang mungkin akan diderita
keseluruhan biaya pelayanan kesehatan sesuai tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang diperhitungkan akan ditanggung dari yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
dana yang telah dikumpulkan bersama. pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
Besaran premi dan jenis pelayanan yang hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
ditanggung serta mekanime pembayaran (Andreas, 2009).
ditentukan oleh organisasi pengelola dana
Dalam dunia asuransi ada 6 (enam) macam
asuransi.
prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Insurable interest
ASURANSI KESEHATAN
Dalam kamus atau perbendaharaan kata Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari
bangsa Indonesia, tidak dikenal kata asuransi, suatu hubungan keuangan, antara tertanggung
yang dikenal adalah istilah “jaminan” atau dengan yang diasuransikan dan diakui secara
“tanggungan”. Dalam konteks asuransi kesehatan, hukum.
pengertian asuransi adalah memastikan seseorang
yang menderita sakit akan mendapatkan 2) Utmost good faith
pelayanan yang dibutuhkannya tanpa harus
Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara
mempertimbangkan keadaan ekonominya. Ada
akurat dan lengkap, semua fakta yang material
pihak yang menjamin atau menanggung biaya
(material fact) mengenai sesuatu yang akan
pengobatan atau perawatannya. Pihak yang
diasuransikan baik diminta maupun tidak.
menjamin ini dalam bahasa Inggris disebut
Artinya adalah: penanggung harus dengan
insurer atau dalam UU Asuransi disebut asuradur.
jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu
Asuransi merupakan jawaban atas sifat ketidak-
tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi
pastian (uncertain) dari kejadian sakit dan
dan tertanggung juga harus memberikan
kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk
keterangan yang jelas dan benar atas obyek
memastikan bahwa kebutuhan pelayanan
atau kepentingan yang dipertanggungkan.
kesehatan dapat dibiayai secara memadai, maka
seseorang atau kelompok kecil orang melakukan 3) Proximate cause
transfer risiko kepada pihak lain yang disebut Suatu penyebab aktif, efisien yang
insurer/asuradur, ataupun badan penyelenggara menimbulkan rantaian kejadian yang
jaminan. (Thabrany H, 2001). menimbulkan suatu akibat tanpa adanya
Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang intervensi suatu yang mulai dan secara aktif
Hukum Dagang (KUHD), asuransi mempunyai dari sumber yang baru dan independen.
pengertian sebagai berikut: Asuransi atau 4) Indemnity
pertanggungan adalah suatu persetujuan dimana
penanggung kerugian diri kepada tertanggung,

Vol. 2 No.4Februari 2018


Suatu mekanisme dimana penanggung biasanya berupa budget pada fasilitas kesehatan
menyediakan kompensasi finansial dalam dan gaji staf kesehatan. Meskipun mempunyai
upayanya menempatkan tertanggung dalam cakupan yang luas, keberhasilan sistem ini
posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum tergantung pada tingkat pendapatan masyarakat
terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan angkatan kerja, besaran alokasi pada
dan dipertegas dalam pasal 278). pelayanan kesehatan dan sistem penarikan pajak.
Rendahnya pendapatan masyarakat (ekonomi
5) Subrogation negara) akan menurunkan nilai pajak, alokasi
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada biaya pada pelayanan kesehatan sehingga
penanggung setelah klaim dibayar. mendorong rendahnya cakupan dan mutu
pelayanan sehingga pada akhirnya biaya
6) Contribution
pelayanan kesehatan akan kembali ditanggung
Adalah hak penanggung untuk mengajak langsung oleh individu. 2). Earmarked Payroll tax
penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama Sistem ini memiliki karakteristik yang hampir
kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut serupa dengan general taxation hanya saja
memberikan indemnity. penarikan pajak dialokasikan langsung bagi
pelayanan kesehatan sehingga lebih bersifat
Pada umumnya model asuransi mendorong transparan dan dapat mendorong kesadaran
munculnya apa yang disebut sebagai moral pembayaran pajak karena kejelasan penggunaan.
hazard:
a. Di sisi tertanggung (pasien): adanya B. Asuransi bersifat khusus
kecenderungan untuk memaksimalkan Dibandingkan dengan sistem umum,
asuransi selektif mempunyai perbedaan dalam hal
pelayanan kesehatan karena semua biaya akan
kontribusi dan tanggungan hanya ditujukan pada
ditanggung asuransi, dan kecenderungan untuk suatu kelompok tertentu dengan paket pelayanan
tidak melakukan tindakan preventif yang telah ditetapkan.
b. Di sisi provider: mempunyai kecenderungan 1). Social insurance
untuk memberikan terapi secara berlebihan Social insurance mempunyai karakteristik
untuk memaksimalkan pendapatan. khusus yang membedakan dengan private
insurance, yaitu:
Sehingga beberapa skema asuransi diatur
sedemikian rupa untuk mengurangi terjadinya a. Keanggotaan bersifat wajib
moral hazard, misalnya dengan mengatur batasan b. Kontribusi (premi) sesuai dengan besaran
paket pelayanan, mengatur besaran kontribusi gaji
sesuai dengan tingkat resiko tertanggung. Sistem
ini dapat dibedakan menjadi asuransi yang bersifat c. Cakupan pelayanan kesehatan yang
umum yaitu mencakup semua golongan dan diasuransikan sesuai dengan besaran
asuransi yang bersifat khusus untuk kelompok
kontribusi
masyarakat tertentu. Sifat asuransi dapat
dijelaskan sebagai berikut: d. Pelayanan dirupakan dalam bentuk paket
e. Dikelola oleh organisasi yang bersifat
A. Asuransi bersifat umum
otonom
1). General taxation
f. Biasanya merupakan bagian dari sistem
General taxation merupakan model dimana
jaminan sosial yang berskala luas
sumber pembiayaan diambil dari pajak
pendapatan secara proporsional dari seluruh g. Umumnya terjadi cross subsidi
populasi yang kemudian dialokasikan untuk 2). Voluntary community
berbagai sektor (tidak terbatas pelayanan
kesehatan). Alokasi pada sektor kesehatan

Vol. 2 No.4Februari 2018


Perbedaan utama sistem ini dengan asuransi muncul adalah ketidaksesuaian program funding
sosial adalah keanggotaan yang bersifat sukarela dengan kebutuhan atau kesalahan pengelolaan
serta skala cakupan tertanggung yang lebih oleh negara. Disamping itu sumber dana dari
sempit. funding tentu saja tidak dapat diandalkan
keberlangsungannya. Berdasarkan pengelolaan
Biasanya asuransi ini berkembang pada kelompok
manajemennya, sistem pembiayaan
masyarakat yang tidak tertanggung oleh asuransi
menggambarkan hubungan antara pasien sebagai
sosial yaitu kelompok yang tidak memiliki konsumen dan atau sumber biaya,
pekerjaan formal, yang tidak memungkinkan
provider/penyelenggara atau pemberi pelayanan
untuk dilakukan penarikan kontribusi rutin dari kesehatan (dokter, perawat atau institusi seperti
penghasilan. Contoh penerapan dari sistem ini rumah sakit), pemerintah sebagai pengatur,
adalah kartu sehat/kartu gakin yang
pengelola pelayanan kesehatan dan sumber biaya.
dikembangkan pemerintah daerah dan ditujukan
pada kelompok tertentu (masyarakat miskin).
Asuransi kesehatan yang paling mutakhir
adalah managed care, dimana sistem pembiayaan
3). Private Insurance
dikelola secara terintegrasi dengan sistem
Perbedaan utama private insurance dan social pelayanan. Asuransi kesehatan dengan model
insurance adalah tidak adanya risk pooling dan managed care ini mulai dikembangkan di
bersifat voluntary. Disamping itu private Amerika. Hal ini timbul oleh karena sistem
insurance juga memperhitungkan resiko kesakitan pembiayaan kesehatan yang lama, inflasi biaya
individu dengan besaran premium dan cakupan kesehatan terus meningkat jauh diatas inflasi rata-
pelayanan asuransi yang diberikan. Artinya rata, sehingga digali model lain untuk mengatasi
individu yang lebih beresiko sakit misalnya peningkatan biaya kesehatan. Managed care pada
kelompok rentan (bayi, ibu hami, lansia), orang dasarnya sudah mulai diterapkan pada tahun 1983
dengan perilaku tertentu misalnya perokok, dan yaitu oleh kaisar Permanente Medical Care
orang dengan pekerjaan yang beresiko akan Program, tetapi secara meluas mulai diterapkan
dikenakan premi yang lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1973, yaitu dengan diberlakukannya
kelompok yang dengan resiko rendah. Model ini HMO Act, pada periode pemerintahan Noxon.
tentunya mempunyai mekanisme lebih rumit (Juanita, 2002).
mengingat harus memperhitungkan tingkat resiko
tertanggung. Pada hakekatnya, managed care adalah
suatu konsep yang masih terus berkembang,
Model private insurance mungkin bersifat sehingga belum ada suatu definisi yang satu dan
profit yaitu mencari keuntungan untuk universal tentang managed care. Namun demikian
pengelolaan dan pemilik, atau menggunakan secara umum dapat didefinisikan bahwa managed
keuntungan untuk mengurangi besaran premi care adalah suatu sistem dimana pelayanan
tertanggung. Bentuk private insurance dapat kesehatan terlaksana secara terintegrasi dengan
berupa lembaga asuransi swasta atau NGO bagi sistem pembiayaan kesehatan, yang mempunyai 5
umum maupun asuransi kelompok khusus seperti elemen sebagai berikut:
asuransi pekerja
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh
4). Funding/Donation provider tertentu (selecte provider).
Seluruh sistem pembiayaan yang telah 2. Ada kriteria khusus untuk penetapan
diuraikan diatas menganut keterkaitan antara provider.
pengguna jasa pelayanan kesehatan atau
tertanggung dan penggunaan jasa pelayanan 3. Mempunyai program pengawasan mutu dan
kesehatan. Model funding tidak ditujukan managemen utilisasi.
langsung pada kelompok individu tetapi lebih
4. Penekanan pada upaya promotive dan
pada program kesehatan misalnya bantuan alat
preventive.
kesehatan, pelatihan atau perbaikan fasilitas
pelayanan kesehatan. Permasalahan yang sering

Vol. 2 No.4Februari 2018


5. Ada financial insentive bagi peserta yang containment). Salah satu elemen managed care
melaksanakan pelayanan sesuai prosedur. adalah bahwa pelayanan diberikan oleh provider
(Juanita, 2002). tertentu, yaitu yang memenuhi kriteria yang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ditetapkan meliputi aspek administrasi, fasilitas
menyatakan alokasi anggaran untuk kesehatan
sarana, prasarana, prosedur dan proses kerja atau
yang ideal adalah sekurang-kurangnya 6% dari
anggaran belanja negara (APBN). Sementara itu dengan istilah lain meliputi proses bisnis, proses
di negara-negara maju, alokasi anggaran untuk produksi, sarana, produk dan pelayanan. Dengan
kesehatan mencapai 6%-15%. Di Indonesia
cara ini, maka pengelola dana (asuransi) ikut
anggaran untuk Departemen Kesehatan kurang
5% dari APBN. mengendalikan mutu pelayanan yang diberikan

Melihat karanteristik tersebut diatas, maka kepada pesertanya.


biaya yang timbul akibat gangguan kesehatan
(penyakit) merupakan obyek yang layak
diasuransikan untuk meringankan beban yang SIMPULAN
ditanggung oleh penderita serta meningkatkan Peningkatan biaya pelayanan kesehatan
akses pelayanan kesehatan yang merupakan yang makin tidak terkendali serta mengantisipasi
kebutuhan hidup masyrakat. WHO didalam The ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses
World Health Report 2000-Health Sistem: pelayanan kesehatan sehingga perkembangan
inproving pervormance juga merekomendasikan penyakit semakin tidak terkendali, maka pilihan
untuk mengembangkan sistem pembayaran secara yang tepat untuk pembiayaan kesehatan adalah
”pre payment”, baik dalam bentuk asuransi, tax, asuransi kesehatan. Mengingat kondisi ekonomi
maupun social security. Sistem kesehatan negara dan masyarakat serta keterbatasan sumber
haruslah dirancang sedemikian rupa, sehingga daya yang ada, maka perlu dikembangkan pilihan
bersifat terintegrasi antara sistem pelayanan dan asuransi kesehatan dengan suatu pendekatan yang
sistem pembiayaan, mutu terjamin (quality efisien, efektif dan berkualitas agar dapat
assurance) dengan biaya terkendali (cost menjangkau masyarakat luas.
containment).
Untuk itu sudah saatnya dikembangkan
Indonesia dengan kondisi yang sangat turbulensi asuransi kesehatan nasional dengan managed care
sebagai bentuk operasionalnya. Dengan cakupan
dalam berbagai hal pada saat ini, serta dengan
asuransi yang semakin luas, maka diperlukan
keterbatasan resources yang ada, maka sistem jaringan pelayanan (Rumah Sakit) yang semakin
managed care merupakan pilihan yang tepat luas pula. Tuntutan terhadap pelayanan yang
berkualitas baik terhadap penyelenggaraan
dalam mengatasi masalah pembiayaan kesehatan. asuransi kesehatan maupun penyelenggaraan
Managed care dianggap tepat untuk kondisi di pelayanan kesehatan akan semakin meningkat,
Indonesia, kemungkinan karena sistem upaya peningkatan yang berkesinambungan tidak
hanya menjadi tanggungjawab pemberi pelayanan
pembiayaan managed care dikelola secara kesehatan saja tetapi juga bagi penyelenggaraan
terintegrasi dengan sistem pembiayaan, dengan asuransi. Sebaiknya mengikuti program asuransi
kesehatan sejak umur yang masih dini. Hal ini
managed care berarti badan pengelola dana
untuk mengantisipasi terhadap penolakan
(perusahaan asuransi) tidak hanya berperan keikutsertaan asuransi kesehatan. Oleh karena
sebagai juru bayar, sebagaimana berlaku pada risiko yang harus ditanggung pada usia tua besar
sekali, berbeda dengan kalau masih berusia muda.
asuransi tradisional, tapi ikut berperan dalam dua
hal penting, yaitu pengawasan mutu pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
(quality control) dan pengendalian biaya (cost
………….., 2004, Undang-Undang No. 40 tahun

Vol. 2 No.4Februari 2018


2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Dural, 2008, Health Insurance Changes Highly
Nasional, Sekertaris Negara Republik Irresponsible, Herald letter with Media
Indonesia, Jakarta. Watch,
Diakses tanggal 11
Askes PT, 2009, Asuransi Kesehatan Indonesia, Februari 2012,
Jakarta, Indonesia, Diakses tanggal 10 (http://www.heraldletters.com.au/?=97)
Desember 2011,
Efendy F, 2010, Definisi Unsur dan Jenis Asuransi
(http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Asuransi_Ke
Kesehatan, Kumpulan Artikel Kesehatan
sehatan_Indonesia)
Kedokteran, Keperawatan dan Kebidanan.
Andreas, 2009, Defisi Asuransi, Jakarta, Diakses FK Unhas, Makasar,
tanggal 10 Desember 2011, (http://jurnalsdm. (http://asuransi_kesehatan_definisi _unsur
blogspot.com/ 2009/08/ asuransiinsurance- _dan_jenis_20101011839.htm)
assurance-definisi.html)
Fernandez, B, 2005, Health Insurance: A Primer,
Ahuja R, 2004, Health Insurance for the Poor in CRS Report for Congress, The Library of
India, Working Paper No. 123, Indian Congress, Diakses tanggal 5 Maret2012,
council for research on International (http://www.law-
Economic umarylandedu/marshall/crsreports/crsdocum
ents/RL3 223702032005.pdf).
Relations, New Delhi, India, D,iakses
tanggal 22 Februari 2012,
Gotama I, Pardede D. 2010. Reformasi Jaminan
(http://www.icrier.org/pdf/wp123.pdf). Sosial Kesehatan: Pembiayaan Kesehatan,
Agenda dan Isu-Isu Jaminan Kesehatan,
Azwar, A, 1999, Pengantar Administrasi Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara.
Depkes R.I. Diakses tanggal 18 Januari 2012,
Jakarta. (http://www.litbang.depkes.go.id/
download/ seminar/ desentralisasi6-80606/
Bank Dunia, 2007, Peningkatan Keadaan makalahindra.pdf)
Kesehatan Indonesia, Diakses tanggal 15
Henry, 2009, Reformasi Kesehatan, Washington,
Desember 2011,
USA.
(http://peningkatan_keadaan_kesehatan_ind
o nesia/health2.pdf)
Insurance Provider, 2011, How do Poor People get
Health Insurance, Diakses tanggal 10
Biro Hukum & Organisasi Departemen Kesehatan
R.I, 2010, Jaminan Kesehatan Masyarakat Desember 2011,
Salah Satu Cara Mensejahterakan Rakyat,
Jakarta Selatan, Diakses tanggal 15 Februari
2012 (http://www.jamkesmas_biro
hukum.index.php.htm).

Departemen Kesehatan RI, 2009, Sistem


Kesehatan Nasional, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Rancangan


Final: Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025,
Jakarta, Diakses tanggal 10 Desember 2011,
(http://www.depkes.go.id/downloads/newdo
wnloads/ rancangan_RPJPK_2005-
2025.pdf).

Vol. 2 No.4Februari 2018


(http://www.insuranceproviders.com/howdo-poor-people-get-health-insurance).
International Labour Organization, 2008,
Indonesia: Providing Health Insurance for The Poor, Subregional Office for South East
Asia, Social Security Extension Initatives In South East Asia, Diakses tanggal 25 Januari
2012, (http://www.ilo.org/public/english/region/a sro/bangkok/ events/sis/ download/
paper25.pdf).

Jimmy, 2010, Asuransi Kesehatan. PT Askes, Wikipedia, Ensiklopedia bebas


http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_keseh atan

Juanita, 2002, Peran Asuransi Kesehatan dalam Benchmarking Rumah Sakit dalam Menghadapi
Krisis Ekonomi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan, Universitas Sumatera Utara, Diakses tanggal 12 Februari 2012, (www.
repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/3747/1/ fkm-juanita5.pdf).

Martin S.F, 2007, The Welfare Loss of Excess Health Insurance. The Journal of Political
Economy, Vol. 81, No. 2, Part 1. (Mar. - Apr., 1973), pp. 251280. Harvard University.
Diakses tanggal 20
Februari 2012, (http://econ.duke.edu/~hf14/teaching/socia linsurance/ readings/
Feldstein73(3.11). pdf).

Medis Online, 2009, Medical Information and Services: Sistem Pembiayaan Kesehatan, Diakses
tanggal 10 Januari 2012 (www. medisonline .net / article-journal / 41-article/70pembiayaan-
kesehatan),

Mukti AG, A.G, 2010, Health Insurance. Wikipedia, Jakarta, Ensiklopedia bebas, Diakses
tanggal 10 desember 2011,
(http://www.asuransikesehatan.org).

Oecd, 2009, Health Insurance for The Rural Poor, Diakses tanggal 10 Desember 2011,
(http://www.oecd.org/dataoecd/31/38/251 0517.pdf).

Richardson, C, 2009, Mandatory Health Insurance: Lesson from Massachusetts, USA, Diakses
tanggal
23 Desember 2011, (http://www.cato.org/pubs/journal/cj29n2/ cj29n2-7.pdf)
Thabrany, H, 2001, Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKMUI, Depok, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai