Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“KONSEP PEMBIAYAAN KESEHATAN DAN PENGANGGARAN


KESEHATAN”

DOSEN PENGAMPUH :
Lade Albar Kalza, SKM., M.P.H

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 2
1. Oselya Meidy Kombong J1A121175
2. Rangga Hardianto J1A121181
3. Reski Ramdana J1A121182
4. Sulistiawati J1A121206
5. Tommy Rahmad J1A121211
6. Werlin Mangago J1A121228
7. Martinus Agapa J1A121342
8. Andi Firman Ardiansyah J1A122220

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayahnya serta inayahnya sehingga kami dapat
beraktifitas untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Pembiayaan Kesehatan Dan Penganggaran Kesehatan” ini walaupun banyak isi dari
rangkuman yang kutip dari sumbernya.
Makalah ini berisi tentang “Konsep Pembiayaan Kesehatan Dan
Penganggaran Kesehatan”. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Konsep Pembiayaan
Kesehatan Dan Penganggaran Kesehatan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kendari, 1 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................................3
A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan .........................................................................3
B. Defenisi Penganggaran ...........................................................................................4
C. Fungsi Penganggaran .............................................................................................5
D. Pendekatan Sistem Penganggaran ..........................................................................6
E. Tujuan Pembiayaan Kesehatan ...............................................................................7
F. Klasifikasi Sistem Pembiayaan Kesehatan ...........................................................11
G. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaian ........................11
BAB III ............................................................................................................................19
KESIMPULAN ................................................................................................................19
A. Kesimpulan ..........................................................................................................19
B. Saran ....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam


proses kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung
aktivitas seperti biasa. biasa. Dalam kehidupan kehidupan berbangsa,
berbangsa, pembangunan pembangunan kesehatan kesehatan sesungguhnya
sesungguhnya bernilai bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak
pada tersedianya sumber daya yang senatiasa “siap pakai” dan tetap terhindar
dari serangan berbagai penyakit. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan
berkesinambungan memegang peranan peranan yang amat vital untuk
penyelenggaraan penyelenggaraan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan
dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan
di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara
seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan
kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy),
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai
(health care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat
memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya
secara rasional serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan
pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada
mas mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin
(equitable and pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang
universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan
mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi. Meskipun
tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan

1
kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi
pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena kesemua hal itu
diarahkan 2 untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
nasional, regional dan internasional.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan
kepada beberapa beberapa hal pokok yakni; kesinambungan kesinambungan
pembiayaan pembiayaan program program kesehatan kesehatan prioritas,
prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket
funding ), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan
efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang
memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Pembiayaan Kesehatan?
2. Apa Defenisi Penganggaran?
3. Apa Fungsi Penganggaran?
4. Apa Tujuan Pembiayaan Kesehatan?
5. Bagaimana Klasifikasi Pembiayaan Kesehatan?
6. Apa Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan Dan Upaya Penyelesaian?
C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa Mengetahui Defenisi Pembiayaan Kesehatan
2. Agar Mahasiswa Mengetahui Defenisi Penganggaran
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Fungsi Penganggaran
4. Agar Mahasiswa Mengetahui Tujuan Pembiayaan Kesehatan
5. Agar Mahasiswa Mengetahui Klasifikasi Pembiayaan Kesehatan
6. Agar Mahasiswa Mengetahui Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan Dan
Upaya Penyelesaian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang harus
disediakan untuk dimanfaatkan dalam upaya kesehatan sesuai dengan
kebutuhan perorangan, kelompok dan masyarakat. Dalam sistem kesehatan
nasional, pembiayaan kesehatan adalah penataan sumber daya keuangan yang
mengatur penggalian, pengalokasian dan membelanjakan biaya kesehatan
dengan prinsip efisiensi, efektif, ekonomis, adil, transparan akuntabel dan
berkelanjutan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembiayaan yang dialokasikan untuk kesehatan dikatakan
baik apabila dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan, jumlahnya mencukupi dan dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya yang berlebihan
(Wulandari, et al., 2020).
Semakin maju suatu negara, semakin besar belanja publik untuk
kesehatan. Sampai 2014, belanja APBN Kementerian Kesehatan masih 2% dari
total APBN. Kecilnya alokasi pendanaan di Indonesia oleh karena (Indrayathi
PA., Hardy PDK., 2018):
1. Tax ratio Indonesia kurang dari 13% sedangkan negara-negara maju dan
menengah keatas sudah mencapai 20%.
2. Komitmen pemerintah Indonesia belum memberikan prioritas dalam
alokasi dana untuk kesehatan publik.
Pembiayaan kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga
status kesehatan masyarakat. Pada era desentralisasi saat ini pembiayaan
kesehatan daerah untuk alokasi biaya kesehatan sebesar 10% dari dana APBD
di luar gaji sesuai ketentuan pasal 171 ayat 2 dalam Undang-Undang Kesehatan
nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Indrayathi PA., Hardy PDK., 2018).

3
Pembiayaan kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu (Indrayathi
PA., Hardy PDK., 2018):
1. Pemakai jasa pelayanan, yaitu besarnya dana yang dapat dimanfaatkan
untuk jasa pelayanan.
2. Pemberi layanan kesehatan, yaitu besarnya dana yang harus dialokasikan
untuk mampu menyelenggaran berbagai kegiatan kesehatan.
Berdasarkan pembagian layanan kesehatan, pembiayaan kesehatan dapat
dibedakan atas (Indrayathi PA., Hardy PDK., 2018):
1. Biaya pelayanan kedokteran, yaitu biaya yang dimanfaatkan dalam upaya
untuk menyelenggarakan dan atau menggunakan pelayanan kedokteran
dengan harapan untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
penderita.
2. Biaya layanan kesehatan masyarakat, yaitu biaya yang dibutuhkan dalam
upaya untuk menyelenggarakan dan atau menggunakan layanan kesehatan
masyarakat dengan tujuan utamanya adalah untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Faktor utama pembiayaan kesehatan mencakup beberapa rumusan
(Indrayathi PA., Hardy PDK., 2018):
1. Kecukupan/ adequacy dan keberlanjutan pembiayaan kesehatan baik pada
tingkat pusat maupun kabupaten.
2. Pengurangan biaya out of pokcet dan meminimalisir hambatan
pembiayaan untuk memperoleh layanan kesehatan terutama masyarakat
yang tidak mampu dan rentan.
3. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pembiayaan Kesehatan
B. Defenisi Penganggaran
Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan) yaitu
pendapatan dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-
masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai.
Masing-masing kegiatan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam program
berdasarkan tugas dan tanggung jawab dari satuan kerja tertentu. Penganggaran
sektor public (Public Budgeting) menurut Rubenstein (2002) adalah: "A plan

4
for introducing programs deal with objectives and goals within a period,
including an estimate of resources required, usually compared with past periods
and showing future requirements".
Menurut Edwards, et.al (1959), kata anggaran merupakan terjemahan
dari kata budget dalam bahasa Inggris yang berasal dari kata bougette bahasa
Perancis yang berarti a small bag atau tas kecil dan kata budget digunakan
secara formal pada tahun 1733, yaitu ketika menteri Keuangan Inggris
membawa satu tas kecil yang berisi proposal keuangan pemerintah yang akan
disampaikan pada parlemen dan mengatakan “open the budget”. Dari asal
bahasa ini arti dan makna dari kata penganggaran terus berkembang sesuai
dengan zaman, lahirnya beberapa ekonomekonom baru ikut mempengaruhi
pendapat dan pengertian dari arti danmakna kata “penganggaran”.
C. Fungsi Penganggaran
Menurut Gildenhuys, anggaran memiliki enam fungsi, yaitu:
a. Sebagai kebijakan yang menggambarkan tujuan dan sasaran khusus yang
hendak dicapai melalui suatu pengeluaran dalam anggaran (a policy
statement declaring the goals and specific objectives an authority wishes
to achieve by means of the expenditure concerned).
b. Sebagai sarana redistribusi kekayaan sebagai salah satu fungsi public yang
paling utama dari anggaran (redistribution of wealth is one of the most
important function of a public budget).
c. Sebagai program kerja pemerintah (a work program)
d. Sebagai sumber informasi (as a source of information)
e. Sebagai sarana koordinasi kegiatan pemerintahan (as a coordinating
instrument)
f. Sebagai alat pengawasan legislative terhadap eksekutif (a control
instrument to be used by the legislative authority over the executive
authority and by the executive authority over the administrative authority
and even for internal control within a single component of the
administrative authority).

5
D. Pendekatan Sistem Penganggaran
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3)
pendekatan yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan
kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM). (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan
secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi
dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi
dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun
untuk keperluan biaya operasional. Perencanaan dan penganggaran disusun
secara terpadu dan menyeluruh dengan memperhatikan berbagai sumber
dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan P/HLN, serta APBD. (Permnkes RI
No. 7 Tahun 2014)
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja
Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja Merupakan suatu
pendekatan dalam sistem perencanaan dan penganggaran yang
menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi anggaran dengan
kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian
kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran
dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan kuantitas yang
terukur. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
c. KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan
kebijakan dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi

6
anggaran dalam kurun waktu lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan
tersebut sangat bermanfaat dalam mengelola keuangan negara dalam rangka
pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari KPJM tersebut
antara lain: (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal.
E. Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia,
serta untuk mengatur hak insentif keuangan untuk penyedia, untuk memastikan
bahwa semua individu memiliki akses ke kesehatan masyarakat yang efektif
dan perawatan kesehatan pribadi (WHO, 2008).
Menurut UU. No 36 Tahun 2009 pembiayaan kesehatan bertujuan untuk
penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality).
Sebuah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan haruslah bertujuan
untuk (Setyawan FEB., 2018):
1. Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran
risiko biaya sepanjang waktu, sehingga besaran tersebut dapat dijangkau
oleh setiap rumah tangga. Artinya suatu sistem pembiayaan harus mampu
memprediksikan risiko kesakitan individu dan besarnya pembiayaan

7
dalam jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun). Kemudian besaran
tersebut dibuat rata-rata atau disebarkan dalam tiap bulan sehingga
menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang harus dibayarkan oleh
pemakai jasa kesehatan.
2. Risk pooling, beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun risiko rendah
dan tidak merata) dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi
spesialis (jantung koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan
individu (risk spreading). Sistem pembiayaan harus mampu menghitung
dengan mengakumulasikan risiko suatu kesakitan dengan biaya yang
mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga kelompok
masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit sakit, tidak
membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi kelompok
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara sederhana,
suatu sistem pembiayaan akan menghitung risiko terjadinya masalah
kesehatan dengan biaya mahal dalam satu komunitas, dan menghitung
besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada setiap individu
anggota komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas, besaran
biaya pelayanan kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan
individu tapi ditanggung bersama oleh masyarakat.
3. Connection between ill-health and poverty, karena adanya keterkaitan
antara kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga harus
mampu memastikan bahwa orang miskin juga mampu pelayanan
kesehatan yang layak sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak harus
mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak proporsional dengan
pendapatan. Pada umumnya di negara miskin dan berkembang hal ini
sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya pelayanan kesehatan
yang tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga memperoleh
pelayanan kesehatan di bawah standar.
4. Fundamental importance of health, kesehatan merupakan kebutuhan dasar
dimana individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status kesehatan
yang baik.

8
Pembiayaan kesehatan memiliki fungsi dasar pengumpulan pendapatan,
perhimpunan penghasilan dan pembelian barang-barang dan jasa (WHO, 2000
dalam The World Bank, 2006). Fungsi-fungsi ini sering melibatkan interaksi
kompleks antarsektor kesehatan. Oleh karena itu, fungsi-fungsi ini dapat
memberikan kesempatan bagi sektor kesehatan untuk melakukan reformasi
(The World Bank, 2006).
Pengumpulan pendapatan merupakan suatu cara sistem kesehatan untuk
mengumpulkan uang dari rumah tangga, bisnis, dan sumber-sumber eksternal.
Perhimpunan penghasilan dilakukan dengan mengakumulasikan dan
memanajemen pendapatan sehingga setiap individu ketika terkena risiko
penyakit dapat terlindungi dari besarnya pengeluaran biaya yang tak terduga.
Prabayar memungkinkan setiap individu membayar uang di muka untuk
membebaskan mereka dari ketidakpastian dan memastikan adanya kompensasi
sebelum kerugian terjadi. Pembayaran di muka adalah sebagai bentuk asuransi
kesehatan dan redistribusi antara tinggi rendahnya pengeluaran kesehatan
(subsidi risiko) dan tinggi rendahnya penghasilan individu (subsidi ekuitas).
Dengan pemutusan hubungan antara pengeluaran kesehatan yang diharapkan
dengan kemampuan membayar, pembayaran di muka adalah mekanisme
penting untuk memperoleh tujuan ekuitas (keseimbangan). Fungsi terakhir
pembelian, mengarah pada mekanisme yang digunakan untuk Keamanan
layanan dari penyedia publik dan swasta (The World Bank, 2006).
Berbagai fungsi yang disusun dapat berimplikasi penting terhadap sistem
kesehatan, namun hal itu tergantung pada (The World Bank, 2006):
a. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa mendatang) dan tingkat
layanan serta perlindungan keuangan (dalam dan luasnya cakupan) bagi
penduduk
b. Keadilan, (equity- yang menanggung pajak atau beban pendapatan)
dengan dana digunakan untuk membiayai sistem.
c. Efisiensi ekonomi dari usaha peningkatan pendapatan dalam hal
menciptakan distorsi atau kerugian ekonomi (kelebihan beban perpajakan)

9
d. Tingkat pengumpulan biaya (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran
(subsidi ekuitas)
e. Nomor dan jenis jasa yang dibeli dan dikonsumsi sehubungan dengan
pengaruhnya terhadap hasil kesehatan dan biaya (biaya efektivitas dan
efisiensi alokasi layanan)
f. Efisiensi teknis produksi layanan (tujuan menghasilkan setiap layanan
dengan biaya rata-rata minimum)
g. Akses keuangan dan fisik untuk layanan oleh penduduk (termasuk akses
ekuitas, manfaat insiden).
Efisiensi dan ekuitas merupakan aspek penting dalam sistem pembiayaan
kesehatan dan relevan untuk semua fungsi pembiayaan. Ada beberapa aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam ekuitas terhadap sumber pembiayaan
meliputi tingkat prabayar dan penggabungan, penyediaan layanan, penyedia
pembayaran, dan perawatan fisik. Sedangkan dalam efisiensi, terdapat tiga
jenis, yaitu efisiensi pengumpulan pendapatan (distorsi ekonomi yang
dihasilkan dari perpajakan), efisiensi alokatif (sumber daya dialokasikan untuk
memaksimalkan kesejahteraan komunitas dengan memproduksi hasil
kesehatan yang diinginkan), dan efisiensi teknis (pelayanan diberikan dengan
biaya serendah mungkin) (The World Bank, 2006).
Berdasarkan perspektif kebijakan, fungsi dasar pembiayaan kesehatan
umumnya diwujudkan dalam tiga model sistem pembiayaan kesehatan,
meliputi (The World Bank, 2006):
1. Pelayanan kesehatan nasional, wajib menerapkan universal coverage,
pembiayaan pendapatan yang umum dan nasional, dan pemasukan sektor
kesehatan dengan dana pribadi.
2. Asuransi sosial; wajib menerapkan universal coverage (target kelompok
pekerja) di bawah jaminan sosial (kuasa publik), sistem dibiayai oleh
karyawan dan pemberi kerja berkontribusi untuk dana asuransi nirlaba,
3. dengan publik dan pemasukan sektor kesehatan dengan dana pribadi.
4. Asuransi swasta; anggota atau individu membayar asuransi kesehatan
swasta dan pemasukan sektor kesehatan dengan dana pribadi.

10
Dari model diatas, tidak semua sistem kesehatan mengikuti kebijakan
yang telah ditentukan karena sistem kesehatan mewujudkan fitur dari model
yang berbeda. Hal tersebut memunculkan isu yang penting yaitu apakah sistem
di sektor kesehatan menjamin akses, pemerataan, dan efisiensi. Namun
demikian, model kesehatan di atas dan klasifikasi fungsi pembiayaan kesehatan
telah memberikan informasi yang berguna tentang sistem kesehatan dan makro
ekonomi. Model kesehatan juga menyediakan kerangka kerja yang lebih baik
dan lebih insentif (The World Bank, 2006).

F. Klasifikasi Sistem Pembiayaan Kesehatan


Di dalam World Health Report (2000), WHO mengkategorikan sistem
kesehatan ke dalam 4 prinsip fungsi kesehatan (kepengurusan, penciptaan
sumber daya, pelayanan, dan pembiayaan) dan 3 prinsip objektif (kesehatan,
kontribusi keuangan yang adil, dan tanggap terhadap dugaan nonmedis
seseorang).
Pembiayaan merupakan fungsi sistem utama yang terdiri dari
mengumpulkan, menghimpun, dan membeli. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan kesehatan adalah penggabungan yang kompleks
dari institusi, demografi, sosial ekonomi, lingkungan, tekanan eksternal, dan
faktor politik. Demografi, nilai-nilai sosial, faktor lingkungan, dan kegiatan
ekonomi merupakan penentu yang penting dari kedua pembiayaan kesehatan
wajib dan sukarela, tetapi struktur politik dan tekanan eksternal juga sangat
penting dalam penentu sifat, Skala, dan efektivitas pembiayaan kesehatan.
Struktur politik juga akan berperan alam menentukan sifat dan efektivitas
asuransi kesehatan sukarela karena asuransi tersebut tergantung pada peraturan
pemerintah (The World Bank, 2006).
G. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaian
1) Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan
Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan juga karena telah dipergunakannya sebagai peralatan
canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan makin bertambah komplek.

11
Kesemuanya ini di satu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan
yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak
lain ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Menurut Azrul Azwar
(2010) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Administrasi Kesehatan”,
adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan
kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara, terutama di negara yang sedang berkembang,
dana yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tidaklah memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini berkaitan dengan
masih kurangnya kesadaran mengambil keputusan akan pentingnya arti
kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap
pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif melainkan bersifat
konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan. Ambil contoh untuk
Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya berkisar antara
2-3% dari total anggaran belanja negara dalam setahun. (Azwar, 2010).
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana tidak sesuai,
karena kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika
ditinjau dari penyebaran penduduk, terutama di negara yang
berkembang, kebanyakan tempat tinggal di daerah pedesaan. (Azwar,
2010)
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan satu masalah
yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Mengejutkan bahwa di
banyak negara ternyata biaya pelayanan kedokteran jauh lebih tinggi
daripada biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak
telah mengetahui bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif
daripada pelayanan kesehatan masyarakat. (Azwar, 2010)
4. Pengelolaan dana yang kurang sempurna

12
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempurna, namun jika apa yang dimiliki
tersebut dapat dikelola dengan baik dalam batas-batas tertentu, tujuan
dari pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya, kehendak
yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya belum sempurna, yang terkait tidak hanya dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada
kaitannya dengan sikap mental para pengelola. (Azwar, 2010)
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah
makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak
penyebab yang berperan di sini, beberapa yang terpenting adalah
(Cambridge Research Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988
dalam buku Azrul Azwar (2010) yang berjudul Pengantar Administrasi
Kesehatan)
a. Tingkat Inflasi
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi yang terjadi di masyarakat. Demikianlah apabila terjadi kenaikan
harga di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan juga biaya
operasional pelayanan kesahatan akan meningkat pula. (Azwar, 2010)
b. Tingkat Permintaan
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan
peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua
faktor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih
banyak menyebabkan biaya yang harus disediakan dan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih baik pula. Kedua,
karena meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan
penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang

13
lebih baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar
pengaruh pada peningkatan biaya kesehatan. (Azwar, 2010)
c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan
kesehatan yang ditandai dengan makin banyak dipergunakan berbagai
peralatan modern dan canggih. Ke semua kemajuan ini tentu akan
berpengaruh terhadap pengeluaran yang dilakukan, baik terhadap biaya
investasi, ataupu biaya operasional. Tidak mengherankan jika kemudian
biaya kesehatan meningkat dengan tajam diperkirakan bahwa kontribusi
pemakaian berbagai peralatan canggih terhadap kenaikan biaya
kesehatan tidak kurang dari 31% dari total kenaikan harga. Suatu jumlah
yang memang tidak kecil. Lebih dari pada itu, dengan kemajuan ilmu dan
teknologi ini juga berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit. Jika
dahulu banyak dari penderita yang meninggal dunia, tetapi dengan telah
dipergunakannya berbagai peralatan canggih, penderita dapat
diselamatkan. Sayangnya, penyelamat nyawa manusia tersebut sering
diikuti dengan keadaan cacat, yang untuk pemulihannya (rehabilitation)
sering dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang kesemuanya juga
mendorong makin meningkatnya biaya kesehatan. ((Azwar, 2010)
d. Perubahan Pola Penyakit
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh terjadinya
pola penyakit di masyarakat. Jika dahulu banyak ditemukan berbagai
penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak ditemukan
berbagai penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan penyakit
akut, perawatan berbagai penyakit kronis ini ternyata lebih lama.
Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan
penyakit akan lebih banyak pula. Apabila penyakit yang seperti ini
banyak ditemukan, tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan
akan meningkat dengan pesat. (Azwar, 2010)
e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan.

14
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh perubahan
pola pelayanan kesehataan. Pada saat ini sebagai akibat dari
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi menyebabakan pelayanan
kesehatan tekotak-kotak (fragmented health services) dan satu sama lain
tidak berhubungan. Akibatnya tidak mengherankan jika kemudian sering
dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang yang pada
akhirnya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat
banyak dipergunakan para spesialis dan subspesialis menyebabakan hari
perawatan juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan Feldstein
(1971) menyebutkan jika Rumah Sakit lebih banyak mempergunakan
dokter umum, maka Rumah Sakit tersebut akan berhasil menghemat
tidak kurang dari US$ 39.000 per tahun per dokter umum, dibandingkan
jika Rumah Sakit tersebut mempergunakan dokter spesialis atau
subspesialis. (Azwar, 2010)
f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh pola akibat
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan
berbagai kemajuan ilmu dan teknologi, menyebabakan hubungan dokter-
pasien tidak begitu erat lagi. Tidak mengherankan jika kebetulan sampai
terjadi perselisihan paham, dapat mendorong munculnya sengketa dan
bahkan tuntutan hukum ke pengadilan. Untuk menghindari hal yang
seperti ini, para dokter melakukan dua hal. Pertama, mengasuransikan
praktek kedokterannya, yang ternyata sebagai akibat makin seringnya
tuntutan hukum atas dokter menyebabkan premi yang harus dibayar oleh
dokter dari tahun ke tahun tampaknya semakin meningkat. (Azwar,
2010)
g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya
Untuk mencegah peningkatan biaya kesehatan, sebenarnya telah
tersedia berbagai mekanisme pengendalian biaya (cost containment).
Mekanisme pengendalian biaya yang dimaksud banyak macamnya.
Mulai dari certificate of need, feasibility study, development plan,

15
professional standard, medical audit, sampai dengan rate regulation yang
semunaya dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang jelas.
Sayangnya dalam banyak hal, mekanisme pengendalian harga ini sering
terlambat dikembangkan. Akibatnya, tidaklah mengherankan jika
kemudian biaya kesehatan menjadi tidak terkendali, yang akhirnya akan
membebani masyarakat secara keseluruhan. (Azwar, 2010)
h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan (health insurance) sebenarnya adalah salah satu
mekanisme pengendalian biaya kesehatan. Tetapi jika diterapkan secara
tidak tepat sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang
konvensional (third party system) dengan sistem mengganti biaya
(reimbursement) justru akan mendorong naiknya biaya kesehatan.
(Azwar, 2010)
2) Upaya Penyelesaian
Menurut Azrul Azwar (2010), berbagai upaya untuk mengatasi
masalah secara sederhana dibedakan atas beberapa macam, yakni :
1. Upaya peningkatan sumber dana, dilakukan dengan dua cara, yakni :
(Azwar, 2010)
a. Terhadap Pemerintah, ialah meningkatkan alokasi biaya kesehatan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintahan, ialah menghimpun
dana dari sumber masyarakat serta dari sumber bantuan luar negeri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana,
pada dasarnya berkisar pada dua hal yakni : (Azwar, 2010)
a. Penyempurnaan sistem pelayanan. Lebih mengutamakan pelayanan
kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu dapatlah diharapkan makin
sempurnanya penyebaran dan pemanfaatan dana yang tersedia.
(Azwar, 2010)

16
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Tujuan
utamanya ialah memberikan bekal kepada pengelola sehingga dapat
dilakukan pengelolaan dana yang sebaik-baiknya. (Azwar, 2010)
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment), secara
sederhana dapat diuraikan sebagai berikut: (Azwar, 2010)
a. Memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan (sertificate of need
laws).
Penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru saja
dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarakat
terhadap sarana dan atau fasilitas kesehatan tersebut. Dengan
diperlakukannya peraturan ini, maka dapat dihindari berdiri dan atau
dibelinya berbagai sarana serta fasilitas pelayanan kesehatan yang
berlebihan dan atau yang tidak dibutuhkan. Dampak positif yang
dihasilkannya ialah akan dapat menekan biaya investasi serta biaya
operasional, yang apabila dapat diperlakukan secara konsisten maka
pada gilirannya akan dapat menekan biaya kesehatan. (Azwar, 2010)
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibility study).
Artinya penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang
baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan
fasilitas kesehatan tersebut tetap dapat menyelenggarakan
kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat sosial, maka upaya
untuk menaikkan tarif dengan alasan untuk menutupi kerugian akan
dapat dicegah. (Azwar, 2010)
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana
(developement plan laws).
Artinya dalam pengembangan sarana, fasilitas dan pelayanan
kesehatan hanya dibenarkan apabila sesuai dengan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah disetujui oleh Pemerintah.
Maka dapat dihindari pengembangan sarana, fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
(Azwar, 2010)

17
d. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional medical
standard).
Pelayanan kesehatan hanya dibenarkan untuk diselenggarakan
jika tidak menyimpang dari standar baku yang telah ditetapkan,
sehingga dapat dihindari pelayanan yang dibawah standar dan atau
yang berlebihan. (Azwar, 2010)
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu (quality asurance
program)
Program menjaga mutu ini dipandang penting, karena
sesungguhnya standar baku pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan tidak akan ada gunanya tanapa ada mekanisme
pengawasannya. Contoh kegiatan program menjaga mutu adalah audit
kedokteran (medical audit). (Azwar, 2010)
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan (rate regulation).
Dengan diselenggarakannya pengaturan tarif pelayanan ini,
maka penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat menaikkan tarif
semaunya. Ketentuan tarif telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Dampak positifnya jelas akan membantu pengendalian biaya
kesehatan. (Azwar, 2010)
g. Asuransi kesehatan (health insurance).
Untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah menyelenggarakan
program asuransi kesehatan yang telah dimodifikasi yakni melibatkan
peran serta tanggung jawab penyedia pelayanan kesehatan serta
pemakai jasa pelayanan kesehatan. (Azwar, 2010)

18
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang harus
disediakan untuk dimanfaatkan dalam upaya kesehatan sesuai dengan
kebutuhan perorangan, kelompok dan masyarakat.

Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan) yaitu


pendapatan dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-
masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai.

Menurut Gildenhuys, anggaran memiliki enam fungsi, yaitu Sebagai


kebijakan yang menggambarkan tujuan dan sasaran khusus yang hendak
dicapai melalui suatu pengeluaran dalam anggaran, Sebagai sarana redistribusi
kekayaan sebagai salah satu fungsi public yang paling utama dari anggaran,
sebagai program kerja pemerintah, sebagai sumber informasi, sebagai sarana
koordinasi kegiatan pemerintahandan sebagai alat pengawasan

Menurut UU. No 36 Tahun 2009 pembiayaan kesehatan bertujuan untuk


penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan adalah


penggabungan yang kompleks dari institusi, demografi, sosial ekonomi,
lingkungan, tekanan eksternal, dan faktor politik. Demografi, nilai-nilai sosial,
faktor lingkungan, dan kegiatan ekonomi merupakan penentu yang penting dari
kedua pembiayaan kesehatan wajib dan sukarela, tetapi struktur politik dan
tekanan eksternal juga sangat penting dalam penentu sifat, Skala, dan
efektivitas pembiayaan kesehatan.

Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain kurangnya dana yang


tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak

19
tepat, pengelolaan dana yang kurang sempurna, biaya kesehatan yang maikin
meningkat.

Menurut Azrul Azwar (2010), berbagai upaya untuk mengatasi masalah


secara sederhana dibedakan atas beberapa macam, yakni :
1. Upaya peningkatan sumber dana
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, pada
dasarnya berkisar
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment)
B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih
bersifat umum, oleh karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mencari
sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang saya buat,
guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dabamona, T. D. N. (2021). Refocusing Strategi Penganggaran Penanganan


Covid-19 (Studi Kasus Pada Bepelitbang Kabupaten Kepulauan Aru)
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS HASANUDDIN).
Fauzi, Ridhwan (2019) Pembiayaan dan penganggaran kesehatan. In: Pembiayaan
dan penganggaran kesehatan. EGC, Jakarta, pp. 370-385.
Setiawan, E., Sihaloho, E., van Empel, G., Idris, H., & Siregar, A. (2021).
EMBIAYAAN KESEHATAN : KONSEP DAN BEST PRACTICES DI
INDONESIA. Jakarta: PPJK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Trisnantoro, L. (2021). Kebijakan Pembiayaan dan Fragmentasi Sistem Kesehatan.
UGM PRESS.
Wulandari, A., Rahmad, F., Riana Sari, A., Laily, N., Pujianti, N., Anggraini, L., .
. . Ernawaty. (2020). PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN
KESEHATAN. Yogyakarta: CV Mine.

21

Anda mungkin juga menyukai