PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat
OLEH
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat
OLEH
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan rahmat-Nya, kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
melaksanakan dan menyelesaikan hasil penelitian ini. Dalam penyusunan hasil
penelitian ini kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan hasil ini, kami senantiasa
mendapat bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menghaturkan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam, kepada kedua orang tua kami tercinta yang dengan ikhlas, sabar
dan tanpa rasa lelah merawat dan membesarkan serta membimbing kami, selalu
memberi restu, nasehat, dukungan moral dan batin, yang selalu berdo’a yang terbaik
untuk kami. Sungguh, rasa cinta dan sayang kami yang sangat besar kepada ayah dan
ibu, yang sangat berarti dan sangat penting di dalam hidup penulis.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan hasil ini, kami senantiasa
mendapat bimbingan, petunjuk dan doa dari berbagai pihak sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya, dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Rastika Liaran
selaku dosen mata kuliah Penulisan Ilmiah, dan berbagi ilmu serta waktu untuk
membimbing kami hingga proposal ini dapat terselesaikan.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
( Buka Kurung
) Tutup Kurung
X Kali
% Persen
CO Karbonmonoksida
CO2 Karbondioksida
N Jumlah Populasi
n Jumlah Sampel
α alpa
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama
tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit menular di dunia. Salah satu
penyakit yang paling umum melakukan konsultasi atau perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama dalam layanan kesehatan anak adalah pasien
ISPA (WHO, 2020). ISPA adalah penyakit yang menginfeksi saluran bagian
pernapasan atas dan bawah (alveoli) seperti jaringan sinus, pleura dan rongga
telinga tengah. Penyakit ini berlang sunghingga 14 hari sehingga dapat
dikatakan penyakit tersebut termasuk infeksi akut. ISPA memiliki gejala seperti
demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit
tenggorokan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan Pemenkes RI No. 1077/MENKES/V/2011) tentang
pedoman penyebaran udara dalam ruangan rumah. Kelembapan dan suhu
ruangan yang tidak optimal dapat menyebabkan perkembangbiakan bakteri
penyakit ISPA, begitu pula dengan pencahayaan dalam rumah, karena cahaya
yang masuk kedalam rumah terutama cahaya matahari dapat membunuh bakteri
penyebab ISPA, sedangkan untuk kondisi bangunan rumah seperti lantai,
dinding, atap, dan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat seperti (berdebu,
rusak, lembab) juga dapat menyebabkan timbulnya ISPA pada balita (Andi,
Suci, Indah. 2020).
Sanitasi fisik rumah harus diperhatikan seperti rumah harus dilengkapi
dengan luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai agar didalam rumah terjadi
pertukaran udara yang baik. Suhu yang diperkenankan didalam sebuah rumah
adalah 18 ͦ C – 30 ͦ C dengan kelembapan udara 40 % - 60%. Kelembapan harus
dijaga agar optimal karena kelembapan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat menyebabkan pertumbuhan mikro organisme penyakit. Sedangkan
intensitas pencahayaan alami didalam rumah adalah 60-120 lux. Selain itu
1
2
Kematian akibat ISPA pada balita mencapai 12,4 juta pada balita
golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di Negara
berkembang (Kemenkes, 2020). Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013
adalah 25%, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
sebesar 25,8 % dan <1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013). Sedangkan
menurut provinsi, prevalensi ISPA Sulawesi Utara yaitu 24,7% (Kemenkes,
2020).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Sanitasi Fisik Rumah
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio Kota Bau-bau 2023.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan
Kejadian ISPA Pada balita Wilayah Kerja Di Puskesmas Sorawolio
Kota Bau-bau.
1.3.2 Tujuan Khusus
a Diidentifikasi Sanitasi fisik rumah berupa Ventilasi , dinding
rumah, lantai, rumah, pencahayaan alami, kelembaban, dan atap.
b Diketahui distribusi frekwensi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) pada usia (1-5 tahun). di wilayah kerja Puskesmas
Sorawolio.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
4
5
6
4) Pencahayaan
Pencahayaan yang memenuhi syarat adalah pencahayaan alam dan
atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan minimal intensitas 60-120 lux dan tidak
menyilau (Kemenkes RI, 2020). Pencahayaan alami dalam rumah
sangat baik untuk membunuh mikroorganisme patogen. Oleh karena
itu, rumah sangat membutuhkan jalan masuknya cahaya. Alat untuk
mengukur pencahayaan ini menggunakan lux meter.
5) Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian didalam rumah dapat mempengaruhi kesehatan
penghuni rumah. Jumlah penghuni yang berada dalam satu rumah
dapat mempermudah penyebaran penyakit menular dalam kecepatan
transmisi organisme Luas tempat tidur pada balita perlu juga di
perhatikan, luas ruang tidur yang disyaratkan adalah minimal 8 m²
untuk maksimal 2 orang penghuninya (Depkes RI 2020). Alat untuk
mengukur kepadatan hunian ini dengan menggunakan roll meter saja
yang mana 8 m ² maksimal bisa ditempati 2 orang.
6) Dinding
Dinding berfungsi untuk membentuk ruang, dinding dapat bersifat
massif, transparan, atau semi transparan. Dinding massif
memungkinkan tidak tembus pandang sehingga fungsinya adalah
sebagai pemisah ruang. Dinding transparan berfungsi untuk bukan
bagi pengaliran cahaya dan udara alami . Dinding yang memenuhi
persyaratan kesehatan adalah dinding yang permanen yang terbuat dari
tembok/pasangan bata atau batu yang diplester. Sedangkan dinding
yang terbuat dari anyaman bambu akan memudahkan udara masuk
dengan membawa partikel debu sehingga dapat membahayakan
penghuni rumah secara terus menerus terutama pada balita. (Putri &
Mantu, 2021).
9
saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wua -
Wua Kecamatan Wua - Wua Kelurahan Anawai tahun 2019. Jenis penelitian
adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian sebanyak 660 Kepala Keluarga. Sampel penelitian ibu yang
mempunyai anak 0-5 tahun sebanyak 87 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan propotional random sampling. Analisis data menggunakan uji
chi square. Hasil penelitian adalah ada hubungan kuat antara ventilasi rumah
dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,644 ada hubungan kuat
antara kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,644, ada
hubungan sedang antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan
nilai 𝜑=0,435, ada hubungan sedang antara dinding rumah dengan kejadian
ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,350 dan ada hubungan sedang antara atap
rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,350 (Kasih, R.U,
2020).
2.5 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini objek yang akan diteliti adalah kejadian ISPA karena
sanitasi fisik rumah yang kurang baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
sanitasi fisik rumah menjadi kurang baik yaitu, faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kurangnya sanitasi fisik rumah
antara lain, perilaku, pengetahuan, dan kondisi internal rumah tangga. Faktor
eksternal yang mempengaruhi kurangnya sanitasi fisik rumah antara lain,
kondisi atau pengaruh dari luar rumah tangga yang dapat memengaruhi
kebersihan dan sanitasi di dalam rumah.
Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin menggali lebih dalam mengenai
apa saja yang menjadi resiko terhadap terhadap kesehatan dari sanitasi fisik
rumah yang kurang baik. Dengan demikian, akan diperoleh bagaimana peran
12
masyarakat dalam mengelola sanitasi fisik rumah yang masih kurang. Berikut
ini merupakan bagan dari kerangka teori yang telah dipaparkan dalam
penjelasan sebelumnya.
Sanitasi Fisik
Rumah
Peran masyarakat
dalam mengelola
sanitasi fisik
rumah yang masih
kurang
13
2.6 Hipotesis
Hı: Terdapat Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sorawolio Kota Baubau
H2: Terdapat Faktor Lain Yang Mempengaruhi Hubungan Sanitasi Fisik
Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan “cross sectional study”
dalam hal ini variabel independen dan variabel dependen penelitian diamati
serentak dalam waktu yang bersamaan pada setiap individu. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio
Kota Baubau, Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan survey awal
terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Sorawolio kota
Baubau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2023 sampai
selesai.
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita berjumlah 1.456 yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia (1-5 tahun)
yang berada di wilayah kerja puskesmas Sorawolio tahun 2023.Responden
adalah ibu/pengasuh anak.
a Besar Sampel
Sampel penelitian merupakan sebagai atau wakil yang memiliki
karakteristik representasi dari populasi. Besaran sampel ditentukan
berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
n=
1+𝑁 (𝑒 2 )
14
15
1456
n=
1+1456 (0.052 )
1456
n=
1+1456 (0.0025)
1456
n=
4,64
n = 313
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
e = margin of error (10% = 0.1)
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, jumlah sampel yang
didapatkan adalah 313 dari jumlah keseluruhan balita yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau Tahun 2023.
b Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random
Sampling. Dengan menggunakan rumus RANDBETWEEN di
Excel sebagai berikut:
Rumus Deskripsi Hasil
berfungsi langit-
untuk langit
melindungi 2. Tidak
agar debu baik :
tidak asbes
langusung atau seng
masuk dan tidak
kedaalam menuggu
rumah nkan
langit -
langit
Sumber : Data Primer, 2023
3.7 Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi
ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap.
2. Sumber data
a Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada
responden dengan menggunakan pedoman wawancara semi
terstruktur, observasi dan pengukuran dilakukan pada sanitasi fisik
rumah.
b Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti
puskesmas meliputi data jumlah balita, di wilayah kerja puskesmas
sorawalio.
21
2. Analisis data
Analisa data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden. Analisa yang digunakan oleh penelitianini adalah
analisa univariat yaitu menganalisis kualitas satu variabel padasuatu
waktu. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
dengan presentasi dalam tabel dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Suci, Indah. 2021. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada Balita.Alami Jurnal Vol 5 No 1 januari 2021.
Depkes RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 Tahun
2020 Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Dani, R. (2022). HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN
2022.
Kasih, R.U, L. . (2020). HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA
) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUA-WUA
KECAMATAN WUA-WUA KELURAHAN ANAWAI The Relationship
Between House Physical Sanitation With The Event of Acute Chan. Miracle
Journal of Public Health, 3(1), 76–84.
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2017 (Vol. 1227, Issue
July). https://doi.org/10.1002/qj
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang
Rumah. Jakarta : Mentri Kesehatan RI.
Latifah Hanum. (2020). Hubungan Kualitas Fisik Rumah Dan Perilaku Penghuni
Dengan Penyakit ISPA Pada Balita Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kota Medan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 1–128.
Lestari, A. S. I., Rahim, R., & Sakinah, A. I. (2022). Relationship Between Physical
House Sanitation And ARI Insidence In TPA Tamangappa Antang Makassar In
2020. Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia, 2(1), 133–140.
Mahendra, I. G. A. P., & Farapti, F. (2020). Relationship between Household Physical
Condition with The Incedence of ARI on Todler at Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(3), 227. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i32018.227-235
Nursabila, N. (2022). Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Penderita
Hipertensi.
Putri, P., & Mantu, M. R. (2021).Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap kejadian
ISPA pada balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode Juli-Agustus
2016.Tarumanagara Medical jurnal, 1(2), 389-
394.https://www.goggle.com//url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jou
rnal.untar.ac.id?index.php/tmj/article/download/3842/2256&ved=2ahUKEwjR
jP6itdnkAhW47HMBHQt2CE44FBAWMAZ6BAgDEAE&usg=AOv
Vaw1bqTGvQiHf5yzAgTcAndVi
Raenti, R. A., Gunawan, A. T., & Subagiyo, A. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan
Fisik Rumah Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas 1
23
Purwokerto Timur Tahun 2018. Buletin Keslingmas, 38(1), 85–94.
https://doi.org/10.31983/keslingmas.v38i1.4079
Ridia Utami Kasih. 2020. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wua-Wua Kecamatan Wua-Wua Kelurahan Anawai. MIRACLE
Journal Of Public Health, Vol 3. No.1 Juni 2020
Sasangka, B., & Witanti, A. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Anak Menggunakan Teorema Bayes. JMAI (Jurnal
Multimedia & Artificial Intelligence), 3(2), 45–51.
https://doi.org/10.26486/jmai.v3i2.83.
Word Health Organization.Pedoman interm WHO.Pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi
epidemi dan pandemi difasilitas pelayanan kesehatan. 2020. Tersedia dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2020.
6_ind.pdf
WHO. Pedoman Interin WHO: Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemic dan 69 pandemic di
fasilitas pelayanan kesehatan (Trust Indonesia, Penerjemah). Geneva: WHO.
Diakses dari http://apps.who.int/.
24