Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAU-BAU 2023

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

OLEH

WULAN ENDANG SARI J1A121231


ZAMIAH J1A121236
ELSA J1A121257
FADILAH SAHDA J1A121259
IKSAN ARIANSYAH J1A121264
TALITA PUTRI SYAIRA J1A121323
WA ODE HIKMAWATI J1A121327
IIN SULVIANA J1A121341

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAU-BAU 2023

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

OLEH

WULAN ENDANG SARI J1A121231


ZAMIAH J1A121236
ELSA J1A121257
FADILAH SAHDA J1A121259
IKSAN ARIANSYAH J1A121264
TALITA PUTRI SYAIRA J1A121323
WA ODE HIKMAWATI J1A121327
IIN SULVIANA J1A121341

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL

HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI


SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAU-BAU 2023

Disusun Dan Diajukan Oleh :

WULAN ENDANG SARI J1A121231


ZAMIAH J1A121236
ELSA J1A121257
FADILAH SAHDA J1A121259
IKSAN ARIANSYAH J1A121264
TALITA PUTRI SYAIRA J1A121323
WA ODE HIKMAWATI J1A121327
IIN SULVIANA J1A121341

Susunan Tim Penguji :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan rahmat-Nya, kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
melaksanakan dan menyelesaikan hasil penelitian ini. Dalam penyusunan hasil
penelitian ini kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan hasil ini, kami senantiasa
mendapat bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menghaturkan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam, kepada kedua orang tua kami tercinta yang dengan ikhlas, sabar
dan tanpa rasa lelah merawat dan membesarkan serta membimbing kami, selalu
memberi restu, nasehat, dukungan moral dan batin, yang selalu berdo’a yang terbaik
untuk kami. Sungguh, rasa cinta dan sayang kami yang sangat besar kepada ayah dan
ibu, yang sangat berarti dan sangat penting di dalam hidup penulis.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan hasil ini, kami senantiasa
mendapat bimbingan, petunjuk dan doa dari berbagai pihak sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya, dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Rastika Liaran
selaku dosen mata kuliah Penulisan Ilmiah, dan berbagi ilmu serta waktu untuk
membimbing kami hingga proposal ini dapat terselesaikan.

Kendari, Desember 2023

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktisi................................................................................... 4
1.5 Organisasi/Sistematika ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ................... 5
2.2 Konsep Sanitasi Fisik Rumah........................................................................... 6
2.3 Faktor Individu Balita ...................................................................................... 9
2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya .................................................................... 10
2.5 Kerangka Konsep ...........................................................................................11
2.6 Hipotesis ........................................................................................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 14
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................................................... 14
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ..................................................................... 14
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 16
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 16
3.6 Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif .................................................... 17
3.7 Jenis Dan Sumber Data .................................................................................. 20
3.8 Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data ...................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

iv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

( Buka Kurung

) Tutup Kurung

> Lebih Dari

< Kurang Dari

X Kali

% Persen

CO Karbonmonoksida

CO2 Karbondioksida

CFR Case Fatality Rate

ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut

N Jumlah Populasi

n Jumlah Sampel

α alpa

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

SPSS Statistical Package For Social Science

WHO World Health Organization

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama
tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit menular di dunia. Salah satu
penyakit yang paling umum melakukan konsultasi atau perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama dalam layanan kesehatan anak adalah pasien
ISPA (WHO, 2020). ISPA adalah penyakit yang menginfeksi saluran bagian
pernapasan atas dan bawah (alveoli) seperti jaringan sinus, pleura dan rongga
telinga tengah. Penyakit ini berlang sunghingga 14 hari sehingga dapat
dikatakan penyakit tersebut termasuk infeksi akut. ISPA memiliki gejala seperti
demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit
tenggorokan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan Pemenkes RI No. 1077/MENKES/V/2011) tentang
pedoman penyebaran udara dalam ruangan rumah. Kelembapan dan suhu
ruangan yang tidak optimal dapat menyebabkan perkembangbiakan bakteri
penyakit ISPA, begitu pula dengan pencahayaan dalam rumah, karena cahaya
yang masuk kedalam rumah terutama cahaya matahari dapat membunuh bakteri
penyebab ISPA, sedangkan untuk kondisi bangunan rumah seperti lantai,
dinding, atap, dan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat seperti (berdebu,
rusak, lembab) juga dapat menyebabkan timbulnya ISPA pada balita (Andi,
Suci, Indah. 2020).
Sanitasi fisik rumah harus diperhatikan seperti rumah harus dilengkapi
dengan luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai agar didalam rumah terjadi
pertukaran udara yang baik. Suhu yang diperkenankan didalam sebuah rumah
adalah 18 ͦ C – 30 ͦ C dengan kelembapan udara 40 % - 60%. Kelembapan harus
dijaga agar optimal karena kelembapan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat menyebabkan pertumbuhan mikro organisme penyakit. Sedangkan
intensitas pencahayaan alami didalam rumah adalah 60-120 lux. Selain itu

1
2

kadar PM 2,5 yang diperbolehkan terdapat didalam rumah yaitu maksimal


35μg/mᶾ. kadar PM 2,5 yang melebihi batas yang dipersyaratkan dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan seperti pneumonia, alergi, iritasi
mata, serta bronchitis kronis (kementrian kesehatan RI, 2020). Ruangan tidur
juga sangat perlu diperhatikan, Luas ruangan tidur yang dipersyaratkan adalah
minimal 8 m² untuk maksimal 2 orang penghuni.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa kasus ISPA (2,6%) terjadi di Negara maju, (97,4%) terjadi di negara
berkembang. Insiden ISPA menurut kelompok umur balita diperkirakan
(0,05%) di negara maju dan (0,29%) di negara berkembang, untuk Negara maju
kasus terbanyak terjadi di Amerika dengan insiden (0,10%) dan untuk negara
berkembang kasus terbanyak terjadi di Asia Selatan (0,36%) dan Afrika
(0,33%).
Berdasarkan data profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011
menyebutkan bahwa ISPA termasuk dalam10 besar penyakit rawat inap di
rumah sakit pada tahun 2010, dengan jumlah 17,918 kasus. ISPA juga
merupakan penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak dalam daftar 10 besar
penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010, dengan kasus baru sebesar
(67,2%). Menurut data Riskesdas tahun 2013, period prevalence ISPA tertinggi
di lima provinsi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%). Papua (31,1%), Aceh
(30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan jawa Timur (28,3%). Pada
Riskesdas 2018, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi
dengan ISPA. Period prevalence Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%)
jauh berbeda dengan 2018 (9,3%). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2015, case fatality rate (CFR) pneumonia pada bayi tertinggi adalah
provinsi Bengkulu (8,9%). Provinsi dengan CFR tertinggi kedua yaitu di
provinsi Maluku Utara (7,3%), kemudian provinsi Yokyakarta dengan nilai
CFR (5,5%).
3

Kematian akibat ISPA pada balita mencapai 12,4 juta pada balita
golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di Negara
berkembang (Kemenkes, 2020). Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013
adalah 25%, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
sebesar 25,8 % dan <1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013). Sedangkan
menurut provinsi, prevalensi ISPA Sulawesi Utara yaitu 24,7% (Kemenkes,
2020).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Sanitasi Fisik Rumah
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio Kota Bau-bau 2023.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan
Kejadian ISPA Pada balita Wilayah Kerja Di Puskesmas Sorawolio
Kota Bau-bau.
1.3.2 Tujuan Khusus
a Diidentifikasi Sanitasi fisik rumah berupa Ventilasi , dinding
rumah, lantai, rumah, pencahayaan alami, kelembaban, dan atap.
b Diketahui distribusi frekwensi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) pada usia (1-5 tahun). di wilayah kerja Puskesmas
Sorawolio.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
4

1.4.2 Manfaat Praktisi


1.4.2.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman dalam mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat, mengetahui sanitasi fisik rumah dan
menambah wawasan peneliti tentang Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas sorawolio Kota Baubau Tahun 2023.
1.4.2.2 Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi atau sebagai bahan kajian pustaka bagi penelitian
selanjutnya.
1.4.2.3 Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
kepada masyarakat agar dapat mengetahui hubungan sanitasi
fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) pada balita.
1.5 Organisasi/Sistematika
Proposal ini berjudul “Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas sorawolio Kota Baubau Tahun 2023” yang di bimbing oleh
pembimbing I, dan pembimbing II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah terinfeksinya saluran
pernafasan atas maupun disaluran pernafasan bawah yang disebabkan
oleh virus, yang sering terjadi pada anak usia 2-5 tahun. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali
dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala misalnya tenggorokan sakit
atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. ISPA dihitung dalam kurun
waktu 1 bulan terakhir (Sasangka & Witanti, 2019)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di
negara-negara berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah
dan tidak terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang
tidak tertata baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan. Kondisi ini akan
bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang rendah atau
berada dibawah garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi asupan gizi
yang baik dan sehat untuk balita ditambah dengan kondisi fisik rumah yang
tidak layak tinggal (Mahendra & Farapti, 2020)
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut yakni infeksi akut yang
mengenai satu atau beberapa organ s aluran pernapasan yang disebabkan oleh
patogen-patogen seperti bakteri, virus, atau jamur. ISPA dikenal sebagai sumber
morbiditas dan mortalitas penyakit yang menular. ISPA merupakan infeksi akut
yang menyerang organ saluran pernapasan baik atas maupun bawah Gejala
ISPA bervariasi, mulai dari demam, nyeri tengorokan, pilek, hidung mampet,
batuk kering, gatal, batuk berdahak, dan bahkan bisa menimbulkan komplikasi
seperti pneumonia (radang paru) dengan gejala sesak nafas. Umumnya,
influenza dikaitkan dengan gejala yang lebih berat dan lama, serta lebih sering

5
6

menimbulkan komplikasi pneumonia. Pada bayi, bisa pula timbul bronkhiolitis


(radang disaluran pernafasan halus di paru-paru) dengan gejala sesak dan nafas
berbunyi ngik-ngik.Selain itu, bisa pula terjadi laryngitis (perdangan pada
daerah laring atau dekat pita suara) yang menimbulkan croup dengan gejala
sesak saat menarik nafas dan batuk menggonggong (barking cough) (Lestari et
al., 2022)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah
kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold,
influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi
yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di
Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20%-30%. (Raenti et al., 2019)
2.2 Konsep Sanitasi Fisik Rumah
a. Sanitasi
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah salah satu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi dan
merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelansungan hidup
b. Faktor lingkungan fisik rumah
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya . Kondisi fisik rumah yang tidak
sehat akan menyebabkan penghuni rumah mengalami gangguan kesehatan,
Salah satu penyakit yang akan di alami adalah ISPA. Secara umum rumah
dapat dilakatakan sehat apabila memenuhi kriteria :
1) Suhu
7

ruangan adalah keadaan panas atau dinginnya udara dalam ruangan.


Suhu udara nyaman yang memenuhi syarat kesehatan adalah berkisar
18 C sampai 30 ͦ ͦ C. suhu dalam ruangan rumah yang terlalu rendah
dapat menyebabkan gangguan kesehatan hingga hyportemia
sedangkan suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
dehidrasi. Suhu yang rendah pada musim dingin dapat meningkatkan
viskositas lapisan mukosa pada saluran napas dan mengurangi gerakan
silia, sehingga meningkatkan penyebaran virus influenza disaluran
napas. Alat untuk mengukur suhu ruangan menggunakan termometer
ruangan.
2) Kelembapan ruangan
Kelembapan ruangan adalah konsentrasi uap air di udara dalam
ruangan persyaratan kelembapan dalam rumah adalah berkisar antara
40%-60%. Kelembapan yang terlalu tinggi maupun rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme. Alat ukur kelembapan
ini dilakukan dengan menggunakan Hygrometer Digital sama dengan
alat pengukur suhu rungan.
3) Ventilasi
Ventilasi adalah tempat pertukaran atau keluar masuknya udara baik
secara alami maupun mekanis. Ventilasi sangat penting untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah rumah tetap segar dan keseimbangan
O2 yang diperlukan penghuni rumah tersebut tetap terjaga Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang berarti kadar CO2
bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Pertukaran udara dalam
ruangan yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan gangguan
terhadap keehatan manusia. Persyaratan kesehatan perumahan
menyatakan bahwa luas penghawaan atau ventilasi alami yang
permanen minimal 10% dari luas lantai (kemenkes. Mengukur
ventilasi ini dapat menggunakan roll meter)
8

4) Pencahayaan
Pencahayaan yang memenuhi syarat adalah pencahayaan alam dan
atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan minimal intensitas 60-120 lux dan tidak
menyilau (Kemenkes RI, 2020). Pencahayaan alami dalam rumah
sangat baik untuk membunuh mikroorganisme patogen. Oleh karena
itu, rumah sangat membutuhkan jalan masuknya cahaya. Alat untuk
mengukur pencahayaan ini menggunakan lux meter.
5) Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian didalam rumah dapat mempengaruhi kesehatan
penghuni rumah. Jumlah penghuni yang berada dalam satu rumah
dapat mempermudah penyebaran penyakit menular dalam kecepatan
transmisi organisme Luas tempat tidur pada balita perlu juga di
perhatikan, luas ruang tidur yang disyaratkan adalah minimal 8 m²
untuk maksimal 2 orang penghuninya (Depkes RI 2020). Alat untuk
mengukur kepadatan hunian ini dengan menggunakan roll meter saja
yang mana 8 m ² maksimal bisa ditempati 2 orang.
6) Dinding
Dinding berfungsi untuk membentuk ruang, dinding dapat bersifat
massif, transparan, atau semi transparan. Dinding massif
memungkinkan tidak tembus pandang sehingga fungsinya adalah
sebagai pemisah ruang. Dinding transparan berfungsi untuk bukan
bagi pengaliran cahaya dan udara alami . Dinding yang memenuhi
persyaratan kesehatan adalah dinding yang permanen yang terbuat dari
tembok/pasangan bata atau batu yang diplester. Sedangkan dinding
yang terbuat dari anyaman bambu akan memudahkan udara masuk
dengan membawa partikel debu sehingga dapat membahayakan
penghuni rumah secara terus menerus terutama pada balita. (Putri &
Mantu, 2021).
9

7) Lantai Lantai yang baik adalah lantai yang menggunakan bahan


bangunan yang kedap air dan tidak bisa ditembus binatang melata
ataupun serangga dibawah tanah Permukaan lantai harus terjaga dalam
kondisi kering (tidak lembab) dan tidak licin sehingga tidak
membahayakan penghuni rumah Lantai yang memenuhi persyaratan
kesehatan tersebut dari ubin/karamik/papan (rumah panggung)
/diplester. Lantai yang terbuat dari tanah cenderung menghasilakan
debu apabila tidak rajin disiram. Hal tersebut berisiko terhadap
kesehatan balita yang tinggal didalamnya.
2.3 Faktor Individu Balita
Balita dan anak-anak merupakan kelompok umur yang sangat rentan
terhadap penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena sistem pertahanan tubuh
balita dan anak-anak masih rendah. Gejala batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun yang berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak terutama apabila terdapat
gizi kurang dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak higienis serta
pencemaran udara yang tinggi (Latifah Hanum, 2020)
Perilaku penghuni rumah yang berupa tindakan tidak sehat akan
menyebakan gangguan kesehatan atau penyakit bagi dirinya maupun
keluarganya. Salah satu contoh penyakitnya adalah ISPA, Adapun contoh
perilaku yang merupakan tindakan penghuni rumah yang berisiko
menyebabkan penyakit ISPA pada balita adalah sebagai berikut:
a) Kebiasaan Merokok; Bayi dan anak anak yang orangtuanya perokok
mempunyai risiko lebih besar terkena gangguan saluran pernapasan dengan
gejala sesak napas, batuk, dan lendir berlebihan. Asap yang ditimbulkan
dari rokok merupakan bahan pencemar dalam ruang yang serius dan akan
menyebabkan kesakitan dari toksik yang lain dan anak – anak yang
10

terpapar asap rokok memperberat timbulnya Infeksi Saluran Pernapasan


Akut. Asap rokok merupakan campuran yang kompleks dari kimia dan
partikel di udara. Zat kimia seperti CO, partikel, nitrogen oksida, CO2,
hidrogen sianida, dan formaldehid juga diproduksi oleh asap rokok
bersama dengan gas lainnya yang bervariasi
b) Penggunaan Obat nyamuk bakar merupakan bahan pemberantasan nyamuk
didalam rumah yang biasanya cenderung digunakan keluarga. adanya
hubungan yang signifikan antara penggunaan obat nyamuk bakar dengan
kejadian ISPA dikarenakan masih banyak yang memakai obat nyamuk
bakar di dekat balita. Obat nyamuk yang dibakar akan menimbulkan asap
didalam rumah. Apabila ventilasi tidak cukup untuk mengeluarkan asap
tersebut, maka asap akan berkumpul dalam ruangan dan tidak bisa keluar.
Obat nyamuk mengandung bahan-bahan kimia yang sulit terurai dalam
waktu cepat. Asap yang berkumpul tersebut akan menyebabkan penghuni
rumah mengalami gangguan pernapasan dan berujung kepada penyakit
ISPA (Latifah Hanum, 2020).
2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
bisa dijadikan acuan dalam topik penelitian ini. Penelitian terdahulu telah
dipilih sesuai dgn permasalahan dalam penelitian ini, sehingga diharapkan
mampu menjelaskan mampu memberikan referensi bagi penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. Berikut dijelaskan beberapa penelitian terdahulu
yang telah dipilih.
Penelitian oleh rindia utami kasih dan Yuliatin Lamatungga (2020) yang
berjudul Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Wua-
Wua Kecamatan Wua-Wua Kelurahan Anawai. Dalam penelitian ini melihat di
kota kendari khususnya di kelurahan Anawai terdapat banyak kejadian infeksi
11

saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wua -
Wua Kecamatan Wua - Wua Kelurahan Anawai tahun 2019. Jenis penelitian
adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian sebanyak 660 Kepala Keluarga. Sampel penelitian ibu yang
mempunyai anak 0-5 tahun sebanyak 87 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan propotional random sampling. Analisis data menggunakan uji
chi square. Hasil penelitian adalah ada hubungan kuat antara ventilasi rumah
dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,644 ada hubungan kuat
antara kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,644, ada
hubungan sedang antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan
nilai 𝜑=0,435, ada hubungan sedang antara dinding rumah dengan kejadian
ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,350 dan ada hubungan sedang antara atap
rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai 𝜑=0,350 (Kasih, R.U,
2020).
2.5 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini objek yang akan diteliti adalah kejadian ISPA karena
sanitasi fisik rumah yang kurang baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
sanitasi fisik rumah menjadi kurang baik yaitu, faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kurangnya sanitasi fisik rumah
antara lain, perilaku, pengetahuan, dan kondisi internal rumah tangga. Faktor
eksternal yang mempengaruhi kurangnya sanitasi fisik rumah antara lain,
kondisi atau pengaruh dari luar rumah tangga yang dapat memengaruhi
kebersihan dan sanitasi di dalam rumah.
Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin menggali lebih dalam mengenai
apa saja yang menjadi resiko terhadap terhadap kesehatan dari sanitasi fisik
rumah yang kurang baik. Dengan demikian, akan diperoleh bagaimana peran
12

masyarakat dalam mengelola sanitasi fisik rumah yang masih kurang. Berikut
ini merupakan bagan dari kerangka teori yang telah dipaparkan dalam
penjelasan sebelumnya.

Bagan 1. Kerangka Teori

Sanitasi Fisik
Rumah

Faktor Eksternal Faktor Internal

Resiko Kesehatan Kejadian ISPA


masyarakat Pada Balita

Peran masyarakat
dalam mengelola
sanitasi fisik
rumah yang masih
kurang
13

2.6 Hipotesis
Hı: Terdapat Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sorawolio Kota Baubau
H2: Terdapat Faktor Lain Yang Mempengaruhi Hubungan Sanitasi Fisik
Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan “cross sectional study”
dalam hal ini variabel independen dan variabel dependen penelitian diamati
serentak dalam waktu yang bersamaan pada setiap individu. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio
Kota Baubau, Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan survey awal
terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Sorawolio kota
Baubau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2023 sampai
selesai.
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita berjumlah 1.456 yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia (1-5 tahun)
yang berada di wilayah kerja puskesmas Sorawolio tahun 2023.Responden
adalah ibu/pengasuh anak.
a Besar Sampel
Sampel penelitian merupakan sebagai atau wakil yang memiliki
karakteristik representasi dari populasi. Besaran sampel ditentukan
berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
n=
1+𝑁 (𝑒 2 )

14
15

1456
n=
1+1456 (0.052 )
1456
n=
1+1456 (0.0025)
1456
n=
4,64

n = 313
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
e = margin of error (10% = 0.1)
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, jumlah sampel yang
didapatkan adalah 313 dari jumlah keseluruhan balita yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau Tahun 2023.
b Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random
Sampling. Dengan menggunakan rumus RANDBETWEEN di
Excel sebagai berikut:
Rumus Deskripsi Hasil

Angka acak 1 dan 313 Bervariasi


=RANDBETWEEN(1;313)

Kegunaan rumus RANDBETWEEN untuk mengembalikan angka


bilangan bulat acak di antara angka-angka yang ditentukan.
Bilangan bulat acak baru akan dikembalikan setiap kali lembar
keja dihitung.
16

3.4 Variabel Penelitian


Variabel adalah suatu objek yang akan menjadi pengamatan dalam
Penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

c Variabel bebas (Variabel independen) adalah Ventilasi Rumah,


dinding rumah, lantai, rumah, pencahayaan alami, kelembaban, dan
atap.
d Variabel Terikat ( variabel dependen ) Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) pada usia (1-5 tahun).
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Angket. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup
berupa pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang atau tanda checklist
yang diberikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh data
tentang identitas responden dan sanitasi fisik rumah Masyarakat yang
mempenyai balita di wilayah kerja puskesmas sorawolio di kota bau-bau 2023.
17

3.6 Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


Definisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat dan diamati dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 1 Definisi Operasional, Kriteria Objektif
No Variabel Definisi Alat Kategori Skala
ukur data
1. Ventilasi ventilasi Angke Ventilasi Nominal
rumah rumah t rumah (jika
merupakan ≥10% dari
lubang angin luas lantai
untuk proses sangat baik
pergantian dan jika
udara segar <10% dari
kedalam dan luas lantai
mengeluarka dikatakan
n udara tidak baik)
kotor dari
suatu
ruangan
tertutup
secara alami
maupun
buatan
18

2. Pencahaya Penerangan Angke Pencahayaan Nominal


an alami rumah secara t alami (jika
alami oleh (60-120 lux)
sinar dari luas
matahari lantai sangat
untuk baik dan jika
mengurangi <60 lux atau
kelembapan >120 lux dari
dan luas lantai
membunuh dikatakan
bakteri tidak baik)
penyebab
ISPA
3. Kelembap Kelembapan Angke Kelembapan Nominal
an merupakan t (jika (40-70
kandungan %) dari luas
uap air yang lantai sangat
dapat di baik dan jika
pengaruhi 40% atau
oleh >70% luas
sirkulasi lantai
udara dalam dikatakan
rumah dan tidak baik)
pencahayaan
yang masuk
dalam rumah
19

4. Lantai Lantai Angke 1.baik : Nominal


merupakan t kedap air dan
salah satu tidak lembab
bahan (kramik dan
bangunan ubin)
rumah untuk 2. Tidak
melengkapi baik:
sebuah menghasilka
rumah n debu dan
lembab (
semen dan
tanah
5. Dinding Dinding Angke 1.baik : Nominal
merupkan t permanen
salah satu atau tembok
bahan 2. tidak baik
banguanan : semi
rumah untuk permanen,
mendirikan bambu, dan
sebuah kayu atau
rumah papan

6. Atap Atap Angke 1. Baik : Nominal


merupakan t genting
salah satu dan
bahan menggun
bangunan akan
yang
20

berfungsi langit-
untuk langit
melindungi 2. Tidak
agar debu baik :
tidak asbes
langusung atau seng
masuk dan tidak
kedaalam menuggu
rumah nkan
langit -
langit
Sumber : Data Primer, 2023
3.7 Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi
ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap.
2. Sumber data
a Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada
responden dengan menggunakan pedoman wawancara semi
terstruktur, observasi dan pengukuran dilakukan pada sanitasi fisik
rumah.
b Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti
puskesmas meliputi data jumlah balita, di wilayah kerja puskesmas
sorawalio.
21

3.8 Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data


1. Pengolahan data
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan computer program
SPSS (Statistical Package For Social Science ) untuk memeriksajawaban
pada kuesioner sudah lengkap, jelas dan relevan, dan menggunakan
Microsoft excel .Teknik pengolahan data terdiri dari (Nursabila, 2022) :
a. Editing
Setelah data terkumpul, maka hasil dari kuesioner atau
berkasinformasi dilakukan pengolahan data untuk mengetahui
apakahcatatan itu cukup layak dan dapat dilakukan untuk proses
berikutnya.
b. Coding
Koding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban para
responden menurut jenisnya, mengklasifikasi jawaban kedalam ka
tegori-kategori penting sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis dan pembahasan hasil penelitian.
c. Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan
diteliti guna memudahkan analisis data.
d. Entry data
Dilakukan dengan cara memasukan data kedalam computer
menggunakan software computer agar lebih mudah dalampengolahan
data. Penelitian ini memasukan data yang beradadi Microsoft excel
kedalam SPSS dan melakukan pengolahan datamelalui
e. Cleaning
Selanjutnya dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang sudah
dimasukan untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan maka
selanjutnya akan dilakukan koreksi data.
22

2. Analisis data
Analisa data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden. Analisa yang digunakan oleh penelitianini adalah
analisa univariat yaitu menganalisis kualitas satu variabel padasuatu
waktu. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
dengan presentasi dalam tabel dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Suci, Indah. 2021. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada Balita.Alami Jurnal Vol 5 No 1 januari 2021.
Depkes RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 Tahun
2020 Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Dani, R. (2022). HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN
2022.
Kasih, R.U, L. . (2020). HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA
) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUA-WUA
KECAMATAN WUA-WUA KELURAHAN ANAWAI The Relationship
Between House Physical Sanitation With The Event of Acute Chan. Miracle
Journal of Public Health, 3(1), 76–84.
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2017 (Vol. 1227, Issue
July). https://doi.org/10.1002/qj
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang
Rumah. Jakarta : Mentri Kesehatan RI.
Latifah Hanum. (2020). Hubungan Kualitas Fisik Rumah Dan Perilaku Penghuni
Dengan Penyakit ISPA Pada Balita Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kota Medan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 1–128.
Lestari, A. S. I., Rahim, R., & Sakinah, A. I. (2022). Relationship Between Physical
House Sanitation And ARI Insidence In TPA Tamangappa Antang Makassar In
2020. Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia, 2(1), 133–140.
Mahendra, I. G. A. P., & Farapti, F. (2020). Relationship between Household Physical
Condition with The Incedence of ARI on Todler at Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(3), 227. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i32018.227-235
Nursabila, N. (2022). Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Penderita
Hipertensi.
Putri, P., & Mantu, M. R. (2021).Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap kejadian
ISPA pada balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode Juli-Agustus
2016.Tarumanagara Medical jurnal, 1(2), 389-
394.https://www.goggle.com//url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jou
rnal.untar.ac.id?index.php/tmj/article/download/3842/2256&ved=2ahUKEwjR
jP6itdnkAhW47HMBHQt2CE44FBAWMAZ6BAgDEAE&usg=AOv
Vaw1bqTGvQiHf5yzAgTcAndVi
Raenti, R. A., Gunawan, A. T., & Subagiyo, A. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan
Fisik Rumah Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas 1

23
Purwokerto Timur Tahun 2018. Buletin Keslingmas, 38(1), 85–94.
https://doi.org/10.31983/keslingmas.v38i1.4079
Ridia Utami Kasih. 2020. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wua-Wua Kecamatan Wua-Wua Kelurahan Anawai. MIRACLE
Journal Of Public Health, Vol 3. No.1 Juni 2020
Sasangka, B., & Witanti, A. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Anak Menggunakan Teorema Bayes. JMAI (Jurnal
Multimedia & Artificial Intelligence), 3(2), 45–51.
https://doi.org/10.26486/jmai.v3i2.83.
Word Health Organization.Pedoman interm WHO.Pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi
epidemi dan pandemi difasilitas pelayanan kesehatan. 2020. Tersedia dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2020.
6_ind.pdf
WHO. Pedoman Interin WHO: Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemic dan 69 pandemic di
fasilitas pelayanan kesehatan (Trust Indonesia, Penerjemah). Geneva: WHO.
Diakses dari http://apps.who.int/.

24

Anda mungkin juga menyukai