OLEH :
LUTHFI ANNAUFAL FADHILA
201502021
i
SKRIPSI
OLEH :
LUTHFI ANNAUFAL FADHILA
201502021
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : ISLAM
No. Hp : 081333659681
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3.1 Definisi Senam Kegel .......................................................... 27
2.3.2 Tujuan Senam Kegel ............................................................ 28
2.3.3 Manfaat Senam Kegel .......................................................... 28
2.3.4 Cara Melakukan Senam Kegel ............................................ 29
2.4 Delay Urination ............................................................................. 29
2.4.1 Definisi Delay Urination...................................................... 29
2.4.2 Tujuan Delay Urination ....................................................... 30
2.4.3 Cara Melakukan Delay Urination ........................................ 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ...................................... 32
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 32
3.2 Hipotesis ........................................................................................ 33
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 34
4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 34
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 35
4.2.1 Populasi................................................................................ 35
4.2.2 Sampel ................................................................................. 35
4.2.3 Kriteria Sampel .................................................................... 35
4.3 Teknik Sampling ........................................................................... 36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 37
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 38
4.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................ 39
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ............................................. 40
4.6 Instrumen Penelitian ...................................................................... 41
4.7 Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 41
4.7.1 Validitas ............................................................................... 41
4.7.2 Reliabilitas ........................................................................... 41
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 42
4.8.1 Lokasi Penelitian ................................................................. 42
4.8.2 Waktu Penelitian .................................................................. 42
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 42
4.10 Teknik Analisa Data ...................................................................... 43
4.10.1 Pengolahan Data ................................................................ 43
4.10.2 Analisa Data ...................................................................... 45
4.11 Etika Penelitian ............................................................................. 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 48
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 49
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 49
5.2.1 Data umum ........................................................................ 49
5.2.2 Data khusus ....................................................................... 51
5.3 Pembahasan ................................................................................... 54
5.3.1 Inkontinensia urine sebelum diberikan
intervensi kegel exercise dan delay urination pada
lansia di Desa Dimong Kabupaten Madiun....................... 54
5.3.2 Inkontinensia urine sesudah diberikan
intervensi kegel exercise dan delay urination pada
lansia di Desa Dimong Kabupaten Madiun....................... 57
x
5.3.3
Pengaruh kegel exercise dan delay urination
terhadap perubahan frekuensi inkontinensia urine
pada lansia di Posyandu Lansia di Desa Dimong
Kabupaten Madiun ............................................................ 58
5.4 Keterbatasan penelitian ................................................................. 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60
6.1 Kesimpulan.................................................................................... 60
6.2 Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN .....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
KATA PENGANTAR
Assalaamu‟alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berjudul “Pengaruh latihan kegel exercise dan delay urination terhadap perubahan
Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,
saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis menguucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
2. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
4. Kedua Orang Tua saya Bapak Suwardi dan Ibu Siti Muallifah dan juga
untuk saudara putri saya Angel yang telah memberi dorongan, doa dan
xvii
6. Untuk yang terakhir, kepada wanita yang selalu mensuport dan saling
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Wassalaamu‟alaikum Wr.Wb
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
menciptakan suatu tantangan tersendiri bagi negeri ini. Salah satu keberhasilan
Undang Nomor 13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
perubahan mental pada lansia yaitu terjadi perubahan kepribadian, memori dan
pekerjaan, kesepian dan kehilangan pekerjaan (Darmojo & Soetojo, 2006 dalam
Sutarmi, 2016).
dijumpai pada lansia. Inkontinensia urine sering kali tidak dilaporkan oleh para
yang memalukan dan tabu untuk diceritakan dan juga karena ketidaktahuan
1
mereka mengenai masalah inkontinensia urine dan menganggap bahwa kondisi
tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada lansia serta menurut mereka
tidak perlu diobati. Kencing tidak terasa tersebut atau ketidakmampuan untuk
menahan berkemih ini akan mempengaruhi baik fisik maupun psikologis lansia
dan faktor penyebabnya misalnya pada lansia yang mengalami trauma pada syaraf
perifer yang menyebabkan hilangnya tonus otot kandung kemih, penyakit diabetes
dapat bersifat sepintas atau reversibel, namun demikian sebelum terapi yang tepat
pembedahan dilakukan apabila terapi non bedah tidak berhasil pada tipe
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2017) Dalam waktu hampir lima
dekade, persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017),
yakni menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana lansia perempuan sekitar satu
persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48
persen). Pada tahun ini sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk
(13,90 persen), Jawa Tengah (12,46 persen), Jawa Timur (12,16 persen), Bali
2
(10,79 persen) dan Sulawesi Barat (10,37 persen). Jumlah lansia di Kabupaten
Madiun dimana jumlah penduduk lansia laki-laki sebesar 8.265 jiwa dan
lansia desa dimong terhadap 32 lansia, didapatkan 71% lansia mengalami gejala
banyak kasus yang tidak dilaporkan. Lebih dari 12 juta orang diperkirakan
mengalami inkontinensia urin di Amerika, hal ini dapat dialami pada semua usia
baik pria maupun wanita dari semua status sosial. Sedangkan di 11 Negara Asia
meningkatnya volume urine sisa pasca berkemih, dan berubahnya ritme produksi
urin di malam hari (Suharyanto & Majid, 2009 dalam Pamungkas, 2015). Secara
umum inkontinesia urin disebabkan oleh perubahan pada anatomi dan fungsi
organ kemih lansia, obesitas, menopause, usia lanjut, penambahan berat badan.
Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat
3
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
hormon estrogen pada usia menopause akan terjadi penurunan tonus otot vagina
dan otot pintu saluran kemih sehingga menyebabkan terjadinya inkontinesia urin.
mengedan, tertawa, bersin, berlari, serta perasaan ingin kencing yang mendadak,
kencing berulang kali, dan kencing di malam hari (Moa HM, Milwati S,
Sulasimini, 2017).
Inkontinesia urine yang lama secara langsung juga dapat berdampak pada
medik berupa iritasi dan kerusakan kulit disekitar kemaluan akibat urin, masalah
sosial berupa perasaan malu, mengisolasi diri dari pergaulannya dan mengurung
diri di rumah. Pemakaian diapers atau perlengkapan lain guna menjaga supaya
tidak selalu basah oleh urin, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dampak yang
ditimbulkan antara lain, lansia menjadi kurang percaya diri dengan kondisi
inkontinensia urine yang dialami oleh para lanjut usia dengan melakukan terapi
bladder training seperti senam kegel (Purnomo, 2012 dalam Moa HM, Milwati S,
Sulasimini, 2017).
4
Koreksi dengan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi
perbaikan vagina, suspensi kandung kemih pada abdomen dan elevasi kolum
stimulasi elektronik pada dasar panggul dengan bantuan pulse generator miniatur
yang dilengkapi elektroda yang dipasang pada sumbatan intra-anal (Brunner &
Suddarth, 2013). Salah satu cara non bedah untuk menangani inkontinensia urin
pada lansia adalah dengan latihan kandung kemih (Bladder Training). Bladder
tonus otot dan sfingter kandung kemih agar berfungsi optimal, terdapat 3 macam
Madiun”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh latihan kegel excercise dan delay urination terhadap
Kabupaten Madiun ?
6
1.4 Manfaat Penelitian
Latihan otot dasar panggul dapat dijadikan program latihan rutin bagi
Posyandu Lansia seperti program latihan yang lain seperti senam lansia,
Dimong.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber penelitian
7
1.5 Keaslian penelitian
Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian
Penelitian Judul Design Studi Variabel Hasil Perbedaan
(Tahun) Penelitian
Julianti Dewi Pengaruh Penelitian ini Variabel Hasil Waktu
Karjoyo Senam Kegel menggunalan Independen : penelitian ini penelitian 1
Terhadap Pra- Senam Kegel menunjukkan minggu
Frekuensi eksperimen Variabel sebelum dengan
Inkontinensia dengan Dependen : dilakukan latihan 7 hari
Urine Pada rancangan Frekuensi intervensi berturut-
Lanjut Usia one group Inkontinensia senam kegel turut. Tempat
Di Wilayah pre-test post- Urine responden penelitian di
Kerja test. dengan Desa
Puskesmas Pengumpulan inkontinensia Dimong
Tumpaan data sering Kabupaten
Minahasa menggunakan sebanyak 11 Madiun.
Selatan instrumen orang,
wawancara responden
dan lembar dengan
observasi. inkontinensia
Analisis data sedang
menggunakan sebanyak 16
Wilcoxon orang,
Sign Rank reponden
Test.Waktu dengan
penelitian 3 inkontinensia
minggu 3 kali jarang 3
latihan dalam orang.
seminggu. Setelah
dilakukan
intervensi
senam kegel
didapatkan
reponden
dengan
inkontinensia
jarang
sebanyak 25
orang dan
responden
yang
mengalami
inkontinensia
sedan
sebanyak 5
orang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses menjadi tua itu pasti dialami oleh setiap orang dalam kelangsungan
kehidupannya. Individu yang menjadi tua haruslah menyadari bahwa ia tidak akan
seperti ketika masa anak-anak ataupun dewasa lagi. Fisiknya sudah tidak seperti
dulu lagi memiliki otot yang kuat dan lentur, sehingga saat melakukan aktivitas
akan terkendala kekakuan otot maupun sendi akibat penuaan. Menua adalah suatu
memenuhi kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit yang mengendur,
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Kementerian
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
9
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa para ahli tentang batasan
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
10
2.1.4 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Priyoto (2015) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia antara lain
sebagai berikut :
Perubahan Fisiologis
1. Sel
intraseluler.
2. Sistem Persyarafan
a. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak lansia berkurang setiap
hari).
stress.
pendengaran.
11
3. Sistem Pendengaran
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur
65 tahun.
4. Sistem Penglihatan
12
5. Sistem Kardiovaskular
kaku.
dan volumenya.
darah perifer; sistolik normal kurang lebih 170 mmHg; dan diastolik
13
7. Sistem Respirasi
berkurang.
bertambahnya usia.
8. Sistem Gastrointestinal
a. Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
14
9. Sistem Reproduksi
perubahan-perubahan warna.
melalui urine, darah yang masuk ginjal disaring oleh satuan terkecil dari
ginjal yang disebut nefron. Nefron mengecil dan menjadi atropi, aliran
15
termasuk akibat melemahnya otot vesika urinaria yang menyebabkan
c. Terjadi atropi vulva vagina serta vagina pada wanita yang mengalami
Rate).
c. Kulit kepala dan rambut pada lansia akan menipis berwarna kelabu,
16
d. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
e. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh
rapuh.
b. Terjadi kifosis.
kurang).
dan tremor.
Perubahan Psikologis
Masalah psikologis pertama yang dialami oleh golongan lansia ini adalah
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara
17
1. Tipe kognitif
toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes), dan tahu diri. Biasanya sifat-
sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses
2. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarkat, tetapi selalu pasif,
tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak
pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja
3. Tipe defensif
bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tidak dapat dikontrol,
4. Tipe bermusuhan
waktu tidak stabil. Selalu menganggap bahwa segala hal dalam proses
menjadi tua adalah hal buruk, takut mati, iri hati pada orang yang muda.
18
5. Tipe membenci/Menyalahkan Diri Sendiri
Orang ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai
menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusi mud,
Inkontinensia urine adalah keluarnya urine secara involunter. Pada pria, dua
perbedaan anatara sfingter internal dan eksternal. Normalnya, urine dalam jumlah
cukup terkumpul di dalam kandung kemih dan menstimulasi ujung saraf tertentu,
berpengaruh pada kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor gangguan psikologis
dan faktor sosial yang sulit diatasi. Penderita merasa rendah diri karena selalu
19
2.2.2 Jenis-jenis Inkontinensia Urine
Menurut (NANDA, 2010) ada beberapa jenis inkontinensia urine yang pernah di
1. Inkontinensia Stress/Tekanan
abdominal.
2. Inkontinensia Urgensi
toilet.
3. Inkontinensia Total
Penyebab inkontinensia urin pada lansia menurut Darmojo & Hadi Martono
20
kemih dan uretra, berkurangnya tekanan penutupan uretra maksimal,
meningkatnya volume urine sisa pasca berkemih, dan berubahnya ritme produksi
urin di malam hari (Suharyanto & Majid, 2009 dalam Pamungkas, 2015).
dan fungsi organ kemih lansia, obesitas, menopause, usia lanjut, penambahan
berat badan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak
akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga
kadar hormon estrogen pada usia menopause akan terjadi penurunan tonus otot
sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, serta perasaan ingin kencing
yang mendadak, kencing berulang kali, dan kencing di malam hari (Moa HM,
2.2.4 Patofisiologi
dan involunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul yang berada
kemih dan sfingter uretra internal berada pada bawah kontrol sistem saraf otonom.
Ketika otot detrusor berelaksasi maka terjadinya proses pengisian kandung kemih
dan sebaliknya jika otot ini berkontraksi maka proses berkemih (pengosongan
21
kemih disebabkan dengan aktivitas saraf parasimpatis, dimana aktivitas itu dapat
Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan
fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan berkaitan
dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita dan hormon androgen
pada pria. Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan kandungan
kolagen pada dinding kandung kemih yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil
dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra dapat terjadi perubahan
Dengan keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar
kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital
bagian bawah akibat dari proses menua sebagai faktor kontributor terjadinya
adalah serangkaian tes yang dilakukan untuk menilai fungsi dan kondisi saluran
22
1. Uroflowmetri yaitu tes yang menilai laju aliran dan volume urin. Tes ini
sederhana dalam kamar kecil, klien diminta BAK pada corong atau toilet
informasi yang lebih penting seperti tekanan kandung kemih. Tes ini
3. Elektromiografi yaitu dengan meletakkan sensor pada kulit uretra atau rektum
banyak urin yang disimpan kandung kemih setelah BAK. Pemeriksaan ini
Menurut Ari A.M (2017) Adapun diagnosis untuk menilai derajat keparahan
dan jenis inkontinensia urine tersebut menggunakan alat ukur QUID (Questionare
telah diakui validitas dan progresifitasnya dalam menegakkan diagnosis dan tipe
23
inkontinensia urin tipe stress dan urgensi. Setiap pertanyaan memiliki 6 respon
menghasilkan nilai stress dan nilai urgensi yang masing-masing bernilai 0-15.
indeks urgensi menunjukkan derajat akurasi diagnosis yang sama. Kuesioner ini
tidak hanya dapat digunakan sebagai metode diagnostik saja, namun juga untuk
24
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Farmakologi
b. Pembedahan
Ketika fistula (koneksi) antara kandung kemih dan organ lain adalah
bedah yang lebih besar untuk menambal lubang atau mengoreksi defek.
25
2. Non medis
sekali pakai selama periode latihan untuk menahan urine yang keluar.
lebih baik.
b. Stimulasi elektrik
berkontraksi; ketika tidak ada impuls yang dikirim, otot relaks. Terapi ini
sangat nyaman dan mudah dilakukan di rumah. Terapi ini sangat berguna
pada klien dengan masalah neurologis atau klien yang memiliki kesulitan
26
2.2.7 Komplikasi
Menurut Purnomo dalam Moa (2017) ada beberapa komplikasi yang biasa terjadi
1. Masalah kulit : ruam, infeksi kulit, dan ulkus kulit yang terjadi apabila kulit
Inkontinensia urine yang lama secara langsung juga dapat berdampak pada
medik berupa iritasi dan kerusakan kulit di sekitar kemaluan akibat urine dan
lembab, masalah sosial berupa perasaan malu, mengisolasi diri dari pergaulan dan
mengurung diri di rumah karena lansia menjadi kurang percaya diri dengan
guna tidak selalu basah oleh urine memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul atau senam yang
sehingga seseorang dapat memperkuat otot-otot saluran kemih. Senam kegel juga
urine) dan dapat mengencangkan dan memulihan otot disekitar alat genital dan
27
Senam kegeladalah tehnik yang digunakan untuk mengencangkan atau
menguatkan otot vagina. Ini adalah salah satu cara alamiah untuk memperkuat
otot pelvis, baik untuk dilakukan wanita ataupun pria (Yuliana 2011 dalam Mylia
2017).
kandung kemih, yaitu otot-otot yang berperan mengatur miksi dan gerakan
Otot panggul yang kuat dan elastis bermanfaat membuka jalan lahir.
28
2.3.4 Cara melakukan senam kegel
pubococcygeal, senam kegel sangat mudah dilakukan di mana saja dan bahkan
tanpa seorang pun tahu. Untuk mempraktekan senam tersebut dapat dilakukan
mengkontraksikan otot panggul dengan cara yang sama ketika kita menahan
kencing.
b. Kita harus dapat merasakan otot panggul Anda meremas uretra dananus
(Apabila otot perut atau bokong juga mengeras berarti kita tidak berlatih
c. Ketika kita sudah menemukan cara yang tepat untuk mengkontraksikan otot
10 detik.
berkemih). Pada klien yang terpasan kateter dapat dengan mengklem atau
dengan menghambat atau merangsang keinginan buang air kecil. Dengan delay
29
urinasi diharapkan pola kebiasaan disfungsional, memperbaiki kemampuan
kandung kemih dan memperpanjang interval waktu berkemih (Glen dalam Ninuk,
2016).
adalah :
inkontinensia.
inkontinensia.
2. Minta klien untuk menahan kemih ketika ada rangsangan untuk berkemih dan
30
4. Ketika klien merasa ingin buang air kecil sebelum waktunya habis, anjurkan
5. Apabila klien tidak mampu menahan keinginan buang air kecil, persilahkan
klien untuk ke kamar mandi dan tetap mengikuti jadwal waktu yang
ditentukan.
31
BAB III
Faktor-faktor penyebab
inkontinensia urine :
- Kelainan urologik
- Kelainan neurologik
PENGOBATAN : - Obesitas
a. Farmakologi - Menopause
b. Pembedahan - Usia lanjut/penuaan
- Faktor jenis kelamin
- Robekan jalan lahir
Non Farmakologi :
a. Kegel Exercise
b. Delay Urination
INKONTINENSIA URINE
PERUBAHAN INKONTINENSIA
Perubahan interval berkemih
URINE LANSIA
Keterangan :
: tidak diteliti. : berpengaruh.
: diteliti.
32
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa Inkontinensia Urine dipengaruhi
menopause, usia lanjut/penuaan, faktor jenis kelain, robekan jalan lahir. Adapun
farmakologi dan pembedahan, pengobatan secara non medis yaitu latihan kegel
exercise dan delay urination. Latihan kegel exercise dan delay urination
3.2 Hipotesis
H1 : ada pengaruh latihan kegel excercise dan delay urination terhadap perubahan
Madiun.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
yang digunakan desain penelitian ini adalah one-group pre-test post-test. Pada
inkontinensia urine setelah dilakukan intervensi latihan kegel exercise dan delay
urination.
INTERVENSI :
SAMPEL KEGEL EXERCISE dan O2
O1 DELAY URINATION
Keterangan :
34
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Madiun.
4.2.2 Sampel
Madiun.
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi
(Nursalam, 2016).
1. Kriteria inklusi
perempuan.
responden penelitian.
35
2. Kriteria eksklusi
responden.
sampling yaitu pemilihan sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria sampel
36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Lansia dengan inkontinensia urine di Desa Dimong sebanyak 23 orang.
Sampel
Semua Lansia dengan Inkontinensia Urine di Desa Dimong sebanyak 23
orang.
Sampling
Total Sampling
Desain penelitian
One group pre-post test design
Pengumpulan data
Kuesioner, Lembar Observasi
Observasi Observasi
Latihan kegel excercise
Inkontinensia Urine Inkontinensia Urine
dan delay urination
sebelum intervensi sesudah intervensi
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Entry, Tabulating
Analisis
Paired T-test
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian pengaruh latihan kegel excercise dan delay
urination terhadap perubahan inkontinensia urine pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Dimong.
37
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan kegel excercise dan delay
urination.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Inkontinensia Urine pada lansia.
38
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skore
1. Independent 1. Senam kegel : senam Senam kegel - SOP - nominal - dilakukan >
1. Kegel excercise yang bertujuan untuk 1. Posisi duduk, berdiri, atau 70% dari
2. Delay urination menguatkan otot-otot berbaring. Cobalah untuk gerakan kegel
dasar panggul. mengkontraksikan otot exercise
2. Delay urination : latihan panggul seperti menahan - dilakukan <
untuk menunda kencing. 70% dari
berkemih sehingga akan 2. Lakukan kontraksi otot gerakan kegel
meningkatkan kapasitas panggul selama 5 detik, exercise
kandung kemih dan kemudian relaksasi selama 5
memperpanjang interval detik.
berkemih. 3. Lakukan latihan berulang-
ulang sampai 10kali per sesi.
4. Latihan dilakukan selama 7
hari berturut-turut 1 kali
dalam sehari selama 10 menit.
Delay urination
1. Cobalah untuk menahan
berkemih ketika ada
rangsangan kemudian - SOP - nominal - dilakukan >
relaksasi dan memulainya lagi 70% dari
ketika ada rangsangan. gerakan delay
2. Anjurkan untuk menahan urination
kemih selama 5 menit dan - dilakukan <
kelipatannya. 70% dari
3. Ketika tidak mampu untuk gerakan delay
menahan berkemih, anjurkan urination
untuk ke kamar mandi dan
39
Kuesioner ini
terdiri dari 6
itm pertanyan.
40
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah SOP latihan kegel
masing skor (mulai dari skor 0 sampai skor 5) dan dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu tipe stress bila pertanyaan 1,2,3 dan skornya ≥4, tipe urgensi bila pertanyaan
4,5 dan 6 skornya ≥6, tipe campuran kombinasi bila stress skor ≥4 dan urgensi
skor ≥6.
4.7.1 Validitas
Uji validitas kuesioner QUID dalam versi bahasa indonesia telah dilakukan
oleh Ari A.M (2017) dengan judul “Hubungan Inkontinensia Urine Dengan
Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan”, yang
menyatakan bahwa penilaian uji validitas isi ini bersifat subjektif. Peneliti juga
4.7.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen inkontinensia urin yang dilakukan oleh Ari A.M
Pada Usia Lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan”, yang menyatakan bahwa
41
Alpha dengan nilai α = 0,799 dimana α > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi
berikut :
1. Perijinan
Peneliti mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti
Puskesmas Dimong.
2. Pre Eksperimen
penelitian pada respoden yaitu sesuai waktu yang telah ditentukan. Sebelum
42
diberikan intervensi kegel exercise dan delay urination, responden ditanya
3. Eksperimen
exercise dan delay urination selama 10-20 menit, dilakukan selama 7 hari.
4. Post eksperimen
dan dilakukan pengolahan data oleh peneliti, untuk mengetahui apakah ada
inkontinensia urine.
43
4.10 Tekhnik analisa data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan dianalisa
data :
1. Editing: Editing adalah data yang terkumpul, baik data kualitatif maupun
data kuantitatif harus dibaca sekali lagi untuk memastikan apakah data
a. Riwayat Partus
- SC : diberi kode 2
kode 1
kode 2
diberi kode 3
44
3. Tabulating : Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap variabel dari
2. Analisa Bivariat
antara dua variabel. Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk
dan sesudah diberikan kegel excercise dan delay urination menggunakan uji
pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,
1. Prinsip manfaat
bentuk apapun.
dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
apakah mereka bersedia menjadi subjek apapun tidak, tanpa adanya sangsi
46
masyarakat bersedia atau tidak menjadi responden. Selain itu, penulis
penderita tersebut tidak memberikan ijin dan tidak bersedia maka penulis
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.
c. Informed Consent
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right to fair fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiaka, untuk perlu adanyan
47
BAB V
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2019 – 23 Juni 2018
tanggal 17 Juni 2019 yang memenuhi kriteria inklusi, serta peneliti melakukan
pre-test pada responden terpilih dan kontrak waktu selama 7 hari untuk dilakukan
dilakukan intervensi kegel exercise dan delay urination selama 7 hari. Pada
Data hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu : data umum dan data
Desa Dimong Kabupaten Madiun sebelum dan sesudah diberikan intervensi kegel
exercise dan delay urination dan hasil uji statistik Paired-t test untuk mengetahui
Madiun.
48
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Madiun. Batas-batas Desa Dimong sebelah utara Desa Tulungrejo, sebelah selatan
Desa Sirapan, sebelah timur Desa Ngadirejo, dan sebelah barat Desa Mbetek.
adalah 72 tahun.
49
2. Karakteristik Penderita Inkontinensia Urine Berdasarkan Riwayat
Persalinan.
persalinannya normal.
50
5.2.2 Data Khusus
Data khusus menyajikan data hasil pengukuran nilai frekuensi inkontinensia
dan delay urination, data hasil pengukuran interval berkemih sebelum dan
51
Berdasarkan tabel 5.5 tipe inkontinensia urine sebelum diberikan
intervensi kegel exercise dan delay urination pada lansia dengan tipe
(26,1%).
Tabel 5.7 Tipe Inkontinensia Urine Sesudah diberikan terapi kegel exercise
dan delay urination pada lansia di desa Dimong.
Tipe Inkontinensia Pre Post
Urine
Tetap Berubah Tidak
Tipe Inkontinensia
Inkontinensia Urine 7 4 3 3
Stress
Inkontinensia Urine 10 2 8 5
Urgensi
Inkontinensia Urine 6 2 4 0
Campuran
Total 23 8 15 8
Sumber : hasil olah data responden bulan Juni 2019 di Desa Dimong
52
Berdasarkan tabel 5.7 tipe inkontinensia urine sesudah diberikan
intervensi kegel exercise dan delay urination pada lansia dengan tipe
Kabupaten Madiun.
value pre 0,006 dan post 0,000 atau < 0,05 maka, untuk membuktikan
Tabel 5.8 Hasil uji Wilcoxon sign rank Pengaruh kegel exercise dan delay
urination terhadap perubahan inkontinensia urine pada lansia di
posyandu lansia desa Dimong Kabupaten Madiun.
Pengukuran Mean Rank Sum of Rank P
Pre-test Post-test
15.00 10.5662 12.00 276.00 0.000
Sumber : hasil olah data responden bulan Juni 2019 Di Desa
Dimong
53
5.3 Pembahasan
5.3.1 Inkontinensia urine sebelum diberikan intervensi kegel exercise dan
delay urination pada lansia di posyandu lansia Desa Dimong Kabupaten
Madiun.
Hasil penelitian terhadap 23 responden sebelum diberikan intervensi kegel
sebanyak 6 orang (36,1%) dengan nilai rerata penilaian total skor pada instrumen
QUID adalah 15,00 dan rata-rata interval berkemih adalah 2 jam 20 menit dengan
interval terpendek 1 jam dan interval terpanjang 3 jam. Pada penelitian ini
mendadak diluar keinginan yang kuat untuk pengosongan tetapi tidak mampu
dapat menahan rasa berkemih mereka sampai masuk ke dalam toilet. Urin akan
keluar pada saat mereka dalam perjalanan menuju toilet dan disaat membuka
mengetahui apa itu latihan kegel exercise dan delay urination. Selama ini lansia di
maupun senam aerobik, sedangkan untuk delay urination atau menahan berkemih
hanya sekedar menahan atau menunda keinginan berkemih yang tidak sesuai SOP
54
yang akan diberikan oleh peneliti. Senam kegel merupakan senam untuk
menguatkan otot panggul atau senam yang bertujuan untuk menguatkan otot-otot
mengencangkan dan memulihan otot disekitar alat genital dan anus (Widianti et al
keinginan buang air kecil. Dengan delay urinasi pola kebiasaan disfungsional,
usia terendah 60 tahun sebanyak 20 orang dan yang tertinggi usia > 70 tahun
salah satunya dilihat dari usia, dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi
penutupan uretra maksimal, meningkatnya volume urine sisa pasca berkemih, dan
berubahnya ritme produksi urine di malam hari. Dari hasil penelitian tersebut,
55
peneliti berasumsi bahwa semakin tua usia sesorang beresiko menderita
inkontinensia urin.
partus bahwa sebagian besar responden dengan jumlah partus sebanyak 2 kali
(4,3%), jumlah partus 5 kali sebanyak 1 responden (4,3%). Menurut Moa, dkk
urine khususnya wanita karena menurunnya kadar hormon estrogen pada usia
menopause akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih
membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan
Reza L (2018) bahwa wanita pasca melahirkan yang multipara akan menyebabkan
urine belum mengetahui tentang latihan senam kegel dan delay urinasi.
Inkontinensia urin disebabkan beberapa faktor antara lain usia atau penuaan,
56
riwayat persalinan, riwayat partus yang menyebabkan berbagai macam tipe
inkontinensia urine yaitu dari rerata pre-test 15,00 sedangkan post-test menurun
stress sebanyak 3 orang dan inkontinensia urgensi sebanyak 5 orang, dan rata-rata
interval berkemih 3 jam 40 menit dengan interval terpendek adalah 2 jam dan
inkontinensia.
Hasil ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Julianti, dkk (2017)
5 orang.
responden lansia yang diberikan intervensi kegel exercise dan delay urination dari
yang belum bisa melakukan gerakan sesuai SOP sampai dengan melakukan
gerakan sesuai SOP, lansia tersebut dapat melakukan gerakan sendiri tanpa
pada malam hari. Dari hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa latihan bladder
mengembalikan fungsi dari sfingter uretra untuk mengatur pola berkemih pada
lansia. Jika latihan ini dilakukan rutin selama 10-15 menit sehari akan membuat
Hasil uji statistik dengan Wilcoxon untuk menguji pengaruh kegel exercise
diketahui hasil selisih pre-post dan diperoleh hasil nilai p value =0,000 karena p <
0,05 maka H0 ditolak maka H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa ada
58
Madiun dengan melakukan kegel exercise dan delay urination secara rutin dan
teratur selama waktu yang telah ditentukan peneliti yaitu 7 hari berturut-turut.
Perubahan terbanyak terjadi karena lansia tersebut aktif mengikuti latihan dan
perubahan setelah mengikuti latihan kegel exercise dan delay urination dan bisa
menahan BAK sampai ke toilet. Hasil peneitian ini diperkuat oleh penelitian Marti
R, dkk (2015) dengan judul “Pengaruh Latihan Otot Dasar Panggul Pada
oleh penelitian Dewi H & Yulisetyaningrum (2016) dengan judul „Kegel Exercise
59
exercise yang diujikan kepada 30 responden lansia inkontinensia urine dengan 9
Dalam penelitian ini didapatkan dari tipe inkontinensia stress, urgensi dan
campuran tidak mengalami perubahan atau tetap bisa disebabkan karena lansia
tersebut tidak mengikuti arahan gerakan senam kegel sesuai yang di instruksikan
oleh peneliti. Peneliti juga tidak bisa memastikan apakah lansia tersebut
melakukan dengan benar atau tidak. Gerakan senam kegel atau kontraksi otot
dasar panggul tidak bisa dinilai karena tidak memiliki gerakan. Hal lain yang bisa
lah faktor usia & riwayat persalinan. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan
intervensi kegel exercise dan delay urination. Menurut Gameiro dalam Marti R
menjadi menurun. Latihan otot dasar panggul dengan itensitas tinggi dan
dilakukan secara teratur akan meningkatkan kemampuan otot dasar panggul untuk
menahan kontraksi otot detrusor yang timbul saat vesika urinaria telah penuh,
60
sehingga urin tidak keluar tanpa disadari. Kemampuan otot panggul yang tinggi
dengan baik. Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa kegel exercise dan delay
lansia Desa Dimong Kabupaten Madiun, hal ini disebabkan karena dapat
berkemih. Selain itu responden juga diharapkan memiliki keyakinan yang kuat
bahwa kegel exercise dan delay urination dapat mengurangi resiko yang
gerakan dengan jujur. Gerakan otot dasar panggul tidak dapat dilihat dari
61
BAB VI
6.1 Kesimpulan
inkontinensia campuran.
value 0,05.
62
6.2 Saran
demonstrasi.
inkontinensia urine.
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Responden
63
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
64
DAFTAR PUSTAKA
66
Lampiran : 1
Oleh :
Luthfi Annaufal Fadhila
frekuensi inkontinensia urine pada lansia. Peneliti berharap informasi yang anda
berikan nanti sesuai keadaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi orang
lain. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas anda. Informasi yang anda berikan
hanya akan digunakan untuk pengembangan umu pendidikan dan tidak akan
Partisipasi anda bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau tidak tanpa
adanya sanksi. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan
67
Lampiran : 2
68
Lampiran : 3
Kepada :
Dengan hormat,
NIM :201502021
yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat
kepentinganpenelitian.
Luthfi Annaufal F
201502021
69
LAMPIRAN : 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
70
Lampiran : 5
71
Lampiran : 6
3. Gerakan inti
a. Jika telah menemukan otot-
otot dasar panggul,
kosongkan kandung kemih
72
(BAK).
b. Atur posisi senyaman
mungkin
c. Kencangkan otot-otot dasar
panggul seperti menahan
BAK atau seperti menahan
BAB, tahan selama 5 detik.
d. Setelah itu relaksasi selama
5 detik
e. Ulangi tekhnik ini
sebanyak 10 kali sesi
jangan berlebihan
f. Lakukan sesi c,d,e dengan
fase istirahat sela 30 detik
tiap sesi.
g. Jangan menahan nafas,
sebaiknya bernafaslah
dalam-dalam
4. Relaksasi
Setelah gerakan inti, diakhiri
dengan relaksasi dengan
menarik nafas panjang tahan 1
detik lalu dihembuskan lewat
mulut, dilakukan 3 kali.
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
Catat hari, tanggal, jam, dan
hasil latihan.
8. HASIL :
a. Lansia mampu mengontrol berkemih
b. Lansia tidak beresiko jatuh akibat urine
yang tercecer
73
Lampiran 7
74
4. Ketika klien merasa ingin
buang air kecil sebelum
waktunya habis, anjurkan
klien untuk
menggunakan tekhnik
relaksasi.
5. Apabila klien tidak
mampu menahan
keinginan buang air
kecil, persilahkan klien
untuk ke kamar mandi.
6. Evaluasi
7. Dokumentasi
Catat hari, tanggal, jam,
dan hasil latihan.
75
Lampiran 8
76
Lampiran 9
77
78
79
Lampiran 10
80
Lampiran : 11
TABULASI DATA
PENGARUH LATIHAN KEGEL EXERCISE DAN DELAY URINATION TERHADAP PERUBAHAN INKONTINENSIA
URINE PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA DIMONG KABUPATEN MADIUN
No Nama Usia Riwayat Persalinan Riwayat Penilaian Quid Hari Ke -
Partus
Normal SC 1 2 3 4 5 6 7
1 Ny. W 63 4 0 4 11 11 10 9 8 8 7
2 Ny. E H 63 2 0 2 11 11 11 10 9 9 8
3 Ny. S S 68 4 0 4 22 22 20 18 18 16 15
4 Ny. S 65 3 0 3 12 12 10 10 8 8 7
5 Ny. S I 66 2 0 2 10 10 10 10 8 8 6
6 Ny. M 68 2 0 2 19 19 18 16 16 14 13
7 Ny. J 65 4 0 4 19 19 18 16 14 13 13
8 Ny. K 72 4 0 4 22 22 22 20 20 20 20
9 Ny. L 67 5 0 5 21 21 18 18 16 16 14
10 Ny. H 68 2 0 2 13 13 13 10 10 9 9
11 Ny. S 70 4 0 4 24 24 20 20 18 17 17
12 Ny. E 60 2 0 2 9 9 8 8 6 6 5
13 Ny. S T 65 2 0 2 14 14 12 12 12 10 10
14 Ny. S H 68 2 0 2 14 14 14 12 12 12 12
15 Ny. S D 62 3 0 3 9 9 9 8 8 7 7
16 Ny. S K 70 3 0 3 23 23 20 20 18 18 16
81
17 Ny. S 67 2 0 2 12 12 12 10 10 8 8
18 Ny. D 66 3 0 3 12 12 10 10 8 8 8
19 Ny. S 64 2 0 2 11 11 11 10 10 8 7
20 Ny. G 68 2 0 2 23 23 20 18 16 15 15
21 Ny. Y 67 3 0 3 14 14 12 12 9 9 9
22 Ny. S 67 2 0 2 12 12 12 10 10 8 8
23 Ny. S 65 1 0 1 8 8 6 6 4 4 4
82
TABULASI DATA KUESIONER QUID PRE-TEST
85
TABEL DATA KUESIONER QUID POST-TEST
86
TABULASI INTERVAL BERKEMIH
87
Lampiran 12
Data Umum
Statistics
usia responden
inkontinensia
urine jumlah
N Valid 23 23
Missing 0 0
Jumlah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
88
4. Karakteristik berdasarkan riwayat persalinan
Statistics
riwayat persalinan
N Valid 23
Missing 0
Mean 1.0000
Median 1.0000
Variance .000
Range .00
Minimum 1.00
Maximum 1.00
riwayat persalinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
89
5. Karakteristik berdasarkan riwayat partus
Statistics
riwayat partus
N Valid 23
Missing 0
Mean 2.7391
Median 2.0000
Variance 1.020
Skewness .578
Range 4.00
Minimum 1.00
Maximum 5.00
riwayat partus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
90
Data Khusus
Statistics
frekuensi frekuensi
inkontinensia inkontinensia
urine pre urine post
N Valid 23 23
Missing 0 0
91
92
2. Tipe inkontinensia urine sebelum diberikan intervensi kegel exercise dan
delay urination
Jumlah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
93
3. Tipe inkontinensia urine sesudah diberikan intervensi kegel exercise dan
delay urination.
Jumlah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
94
–
95
4. Hasil uji wilcoxon pengaruh kegel exercise dan delay urination terhadap
perubahan inkontinensia urine pada lansia di posyandu lansia desa dimong
kabupaten madiun
Descriptive Statistics
Ranks
Total 23
b
Test Statistics
frekuensi
inkontinensia
urine post -
frekuensi
inkontinensia
urine pre
a
Z -4.215
96
Lampiran 13
97
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN