Sumber : https://sk.sagepub.com/reference/sage-encyclopedia-of-educational-research-
measurement-evaluation/i22097.xml
Rentang nyeri diwakili oleh garis sepanjang 10 Cm dengan keterangan nilai 0 = tidak ada
nyeri, nilai 1-3 = nyeri ringan (masih bisa ditahan dan tidak menggangu aktivitas), nilai 4-6
= nyeri sedang (menggangu aktivitas), nilai 7-10 = nyeri berat (tidak bisa ditahan dan
menghalangi aktivitas).
Skala ini menggunakan skala verbal menurut data subjektif pasien untuk menggambarkan
tingkat nyeri pasien.
Sumber : http://img.medscape.com/article/742/580/VAS.pdf
Skala ini lebih mendetail daripada Visual Analog Scale karena menidentifikasi tiga skala
penilaian nyeri, yaitu nyeri yang dirasakan sekarang, nyeri yang paling ringan, dan nyeri
paling berat yang dialami selama 24 jam terakhir. Kemudian dirata-ratakan 3 penilaian
tersebut. Hasil nilai : nilai 0 = tidak ada nyeri, nilai 1-3 = nyeri ringan (masih bisa ditahan
dan tidak menggangu aktivitas), nilai 4-6 = nyeri sedang (menggangu aktivitas), nilai 7-10
= nyeri berat (tidak bisa ditahan dan menghalangi aktivitas).
Skala nyeri yang menggunakan warna dari putih hingga merah tua, putih artinya tidak ada
nyeri hingga merah yang berarti rasa nyeri paling hebat yang pernah dirasakan dan
ditunjukkan skala warna dengan menggeser penanda sesuai rasa nyeri yang dialami.
Penilaian nyeri : 0 Cm (putih) = tidak ada nyeri, 1-3 Cm (pink-jingga) = nyeri ringan
(masih bisa ditahan dan tidak menggangu aktivitas), nilai 4-6 Cm (merah) = nyeri sedang
(menggangu aktivitas), nilai 7-10 Cm (merah tua) = nyeri berat (tidak bisa ditahan dan
menghalangi aktivitas).
Sementara pada anak dengan umur 4-12 tahun dapat menggunakan skala gambar ilustrasi
ekspresi wajah dan citra tubuh, seperti Wong-Baker Faces Pain Scale dan Pain Body Map.
Sumber : https://www.epijournal.com/home/2018/6/10/is-analgesia-helping-or-hurting
Digunakan pada anak umur 4-12 tahun yang tidak dapat menggambarkan skala nyerinya
dengan angka. Penilaian nyeri : nilai 0 = tidak ada nyeri, nilai 1-3 = nyeri ringan (masih
bisa ditahan dan tidak menggangu aktivitas), nilai 4-6 = nyeri sedang (menggangu
aktivitas), nilai 7-9 = nyeri berat (sedikit bisa ditahan dan menghalangi aktivitas), nilai 10 =
nyeri sangat berat ( tidak bisa ditahan dan menghalangi aktivitas seluruhnya).
b. Pain Body Map
Sumber : https://www.researchgate.net/figure/This-figure-presents-a-typical-body-
map-with-the-location-of-pain-sites-ordered-by_fig1_272682337
Digunakan untuk membantu anak untuk menunjukkan lokasi nyeri dengan cara memberi
tanda pada lokasi nyeri dan mewarnai lokasi tersebut dengan kriteria makin gelap
warnanya, makin besar rasa nyerinya.
Dan pada anak dengan usia dibawah 4 tahun yang belum terlalu bisa mengartikan suatu
gambar dan belum bisa mengutarakan rasa sakitnya dengan bahasa, sehingga perawat bisa
mengukur tingkat nyeri anak dengan teknik “observasi kebiasaan anak” selama perawatan.
Ket : Nilai 0 = tidak ada nyeri, Nilai 1-2 = tidak nyeri atau nyeri ringan, Nilai 3-4 = nyeri
ringan hingga nyeri sedang (intervensi non-faramakologis dengan pengkajian ulang setiap
30 menit), Nilai 5-7 = nyeri berat (intervensi non-farmakologis dan kemunkinan kolaborasi
dengan intervensi *farmakologis dengan pengkajian ulang setiap 30 menit).
*Farmakologis ; nilai 4-5 = terapi analgesic non-opioid, nilai 6-7 = terapi opioid.
Indikator 0 1 2
Face Ekspresi datar / tersenyum. Menyeringai, berkerut, menarik Sering menyeringai, tangan mengepal
diri. dan gemetar.
Legs Tenang dan relaks. Tidak tenang, gelisah, tegang. Tegang, tungkai sering dinaikkan
Activity Posisi nyaman, gerakan Menggeliat, tegang, badan bolak Posisi melengkung, kaku dan sering
ringan. balik, bergerak pelan, dan sering menghentak tiba-tiba, tegang,
terjaga. menggesekkan badan.
Cry Tidak menangis / tidur pulas. Merengek, rewel, kadang Menangis keras, menjerit, terisak,
menangis. sering menangis rewel.
Consolabi Tenang, rileks, ingin bermain. Rewel, minta dipeluk. Tidak nyaman dan tidak ada kontak
lity mata.
Ket : Pada anak yang terjaga, amati ekspresi muka, kaki, perpindahan posisi, aktivitasnya
selama 5 menit atau lebih. Sementara pada anak yang sedang tidur, amati gerakan kaki dan
ekspresi muka selama 5 menit dan jika perlu ubah posisi tidur anak.
Nilai 0 = rileks, nilai 1-3 = nyeri ringan, nilai 4-6 = nyeri sedang, nilai 7-10 = nyeri berat
c. PIPP (Premature Infant Pain Profile)
Skala ini untuk mengukur tingkat nyeri bayi usia nol hingga 3 bulan, baik bayi
kurang bulan (premature) atau bayi cukup bulan.
Kontraindikasi : Pasien yang mengalami rupture pada anus dan atau rektrum.
Alat dan Bahan : Barak Schort/celemek, baskom, hand scoon, handuk, gel pelumas, kapas,
kassa steril, kom, mid line, larutan NaCl 0,9 % (infant 120-240 ml, balita 240-360 ml, umur
sekolah 360-480 ml, adolescent/remaja 480-780 ml), perlak, alas perlak, pispot BAB,
kanula rektral, spuit, bengkok, hand sanitaizer, tisu, bak instrument.
Langkah kerja :
Kolostomi permanen dilakukan bagi pasien yang mengalami obstruksi, keganasan, dan
penyempitan yang membuat kolon sigmoid klien harus diangkat. Sementara kolostomi
temporer dilakukan bagi klien yang dekompresi kolon dan mengalirkan feses tidak
melewati anus untuk sementara dan akan diperbaiki lagi dan lubang abdomen akan ditutup
kembali.
Tujuan perawatan kolostomi supaya mencegah infeksi dan mencaga kebersihan daerah
sekitar stoma.
Indikasi : anak dengan trauma kolon sigmoid, disversi pada anus atau pada rectum atau
pada kolon sigmoid, dan pasca operasi pengangkatan kolon sigmoid.
Langkah Kerja :
1. Kaji keadaan klien.
2. Periksa kembali rencana keperawatan pasien.
3. Melakukan inform concern dan jelaskan tujuan tindakan.
4. Persiapan alat dan bahan : apron, masker operasi, hand scoon, bak steril (pinset
sirguid dan anatomis, gunting, kom 2 buah, kassa steril, NaCl 0,9 %, hand
sanitaizer, bengkok, stoma ruler, kantung stoma, vaselin, perlak).
5. Buka baju yang menutupi stoma.
6. Taruh perlak di bawah klien.
7. Ukur luas stoma dengan stoma ruler.
8. Gambar sesuai dengan luas dan bentuk stoma pada wafer pelindung, kemudian
gunting sesuai pola.
9. Masukan NaCl 0,9 % ke dalam kom.
10. Rendam kassa steril ke dalam kom dengan pinset anatomis dan sinurgis, kemudian
keringkan.
11. Bersihkan stoma dan area sekitarnya dengan kassa steril yang sudah direndam.
12. Saat kering, berikan vaselin di daerah sekitar stoma.
13. Taruh wafer pelindung sesuai daerah sekitar stoma, bersamaan dengan kantung
stoma.
14. Pasang klip atau lipat bagian bawah kantung.
15. Membereskan alat.
16. Memberittahukan klien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai.
17. Memberitahukan kontrak waktu jadwal selanjutnya, dan memberitahu klien dan
keluarga bahwa bisa memanggil perawat kembali dengan menekan tombol
panggilan dekat bed klien.
18. Mohon pamit dan berterima kasih atas kerja samanya.
4. Pemasangan OGT
Pemasangan OGT adalah pemasukan nutrisi dengan selang dari rongga mulut hingga
mencapai gaster yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan juga
untuk menghisap cairan lambung yang berlebih untuk mengdiagnosa klien dari sampel
isi lambung.
Indikasi : anak dengan distensi abdomen, keracunan makanan/minuman, perlu
pemenuhan nutrisi langsung dengan obstruksi saluran cerna atas, perlu sampel diagnose
dari isi lambung, dan klien pasca operasi saluran nafas dan cerna bagian atas.
Kontraindikasi : anak dengan riwayat esophageal rupture.
Langkah Kerja :
1. Kaji keadaan klien.
2. Periksa kembali rencana keperawatan pasien.
3. Melakukan inform concern dan jelaskan tujuan tindakan.
4. Persiapan alat dan bahan : Kanula oral, hand sanitaizer, bengkok, NaCl 0,9 %,
handscoon, cairan nutrisi yang diinstruksikan.
5.
5. Toilet Training
Langkah Kerja :
1. Persiapkan fisik (18-24 bulan, sudah bisa berjalan, berdiri, jonkok, duduk, mampu
membuka baju sendiri) dan mental anak (tahu keinginan untuk buang air dan ada
kemauan untuk melakukannya mandiri).
2. Persiapkan pengetahuan orang tua.
3. Coba dengan menanamkan kebiasaan ke toilet pada anak.
4. Selalu bawa anak ke toilet saat dia menunjukkan tanda-tanda ingin buang air kecil
atau air besar.
5. Komunikasikan pada anak apa yang harus dia lakukan, temani dan berikan kata-kata
dorongan agar anak tidak takut melakukannya.
6. Jangan memaksakan anak untuk BAB dan BAK.
7. Jangan memarahi anak jika masih mengompol.