Anda di halaman 1dari 6

Nama : Constantius Augusto

NPM : 220110180092

Tutor D KMB

1. Kegel Exercise
a. Materi
Senam Kegel adalah tindakan latihan untuk menguatkan otot dasar panggul (otot
pubococcygeus) dan otot sfingter uretra eksternal yang bertujuan untuk
memulihkan klien yang mengalami susah menahan buang air kecil
(inkonsistensia urin).
Indikasi : Klien dengan masalah susah menahan buang air kecil, lansia, klien
pasca penderita stroke, klien pasca koma, klien penderita disminore.
Kontraindikasi : Klien yang memiliki luka di daerah kantung kemih, luka di
daerah bawah genitalia, klien imobilisasi ekstermitas bawah, klien dengan
fraktur pada daerah pelvis dan ekstermitas bawah.

b. Prosedural
1.1. Persiapkan alat (arloji).
1.2. Memeriksa kembali rencana tindakan klien.
1.3. Mencuci tangan.
1.4. Beri selam dan perkenalan diri pada klien.
1.5. Memeriksa identitas klien dan memeriksa kesadaran.
1.6. Memberitahukan tindakan dan menjelaskan tujuan tindakan.
1.7. Menanyakan inform concern pada klien.
1.8. Mempersiapkan lingkungan dan keadaan psikologis klien.
1.9. Atur posisi klien yang menurut klien nyaman, bisa bediri, duduk,
atau berbaring.
1.10. Minta klien kontraksikan otot panggulnya seperti saat menahan
kencing.
1.11. Meminta izin untuk memegang otot pubococcygeus yang berada di
dasar panggul dan dibawah genitalia.
1.12. Apabila otot abdomen dan bokong juga mengeras, ulangi langkah
hingga hanya otot pubococcygeus yang kontraksi.
1.13. Saat sudah benar, kontraksikan otot pubococcygeus selama 10 detik
dan relaksasikan selama 10 detik.
1.14. Minta klien lakukan latihan 10-15 kali per sesi dengan maksimal 3
sesi per hari.
1.15. Saat sesi selesai, tanyakan klien bagaimana perasaannya,
memberitahu latihan telah selesai, dan rencanakan pelaksanaan sesi
latihan berikutnya.
1.16. Evaluasi tindakan, jika klien berhasil bisa tingkatkan lama waktu
kontrkasi otot pubococcygeus hingga 50 detik dalam sekali kontraksi-
relaksasi. Jika gagal, motivasi klien untuk berusaha lebih keras hingga
bisa menahan kontraksi 10 detik.
1.17. Berterima kasih pada klien atas kerja samanya, dan memohon pamit.
1.18. Mencuci tangan.
1.19. Dokumentasi (hari, tanggal, waktu, hasil, rencana selanjutnya).

c. Hasil Penelitian Terkait


Penelitan yang dilakukan oleh Luthfi Annaufal Fadhila, mahasiswa StiKes
Bakhti Husada Mulia Madiun dengan NPM 201502021 pada tahun 2019 dengan
judul “Pengaruh Latihan Kegel Excercise dan Delay Urination Terhadap
Perubahan Inkontinensia Urine pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Dimong
Kabupaten Madiun”.
Hasil penelitian selama 7 hari dengan jumlah populasi 23 orang dan kriteria
sampel adalah lansia berusia 60 hingga 72 tahun, berjenis kelamin perempuan,
dan mengidap inkontinensia urine, dengan jenis inkontinensia urine urgensi
sebanyak 10 orang, inkontinensia urine stress sebanyak 7 orang, dan
inkontinensia urine campuran sebanyak 6 orang, didapatkan hasil sebagai
berikut :

Tipe Pre Post Tetap Berubah Tipe Tidak Inotinensia


inkontinensia urine urgensi 10 2 8 5
inkontinensia urine stress 7 4 3 3
inkontinensia urine campuran 6 2 4 0
Disimpulkan bahwa Latihan Kegel Excercise dan Delay Urination terbukti berpengaruh
dalam perubahan frekuensi inkontinensia urine pada wanita lansia yang mengalami
inkontinensia urine.

References
Fadhila, L. A. (2019). Pengaruh Latihan Kegel Exercise dan Delay Urination Terhadap
Perubahan Inkontinensia Urine pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Dimong
Kabupaten Madiun. Madiun: Stikes Bakhti Husada Mulia Madiun.
2. Bladder Training
a. Materi
Blader training adalah tindakan untuk memulihkan fungsi neurogenik
kantung kemih. Tujuan dari tindakan ini adalah mengembalikan pola
normal perkemihan secara non-farmakologis.
Indikasi : Klien dengan masalah susah menahan buang air kecil, lansia,
klien pasca penderita stroke, klien pasca koma, klien persiapan
pelepasan kateter urin.
Kontraindikasi : Klien yang tidak mengalami inkonsistensia urin, klien
yang mengalami pendarahan pada kantung kemih, klien penderita ISK.
b. Prosedural
1. Persiapkan alat (arloji, perlak)
2. Memeriksa kembali rencana tindakan klien.
3. Mencuci tangan.
4. Beri selam dan perkenalan diri pada klien.
5. Memeriksa identitas klien dan memeriksa kesadaran.
6. Memberitahukan tindakan dan menjelaskan tujuan tindakan.
7. Menanyakan inform concern pada klien.
8. Mempersiapkan lingkungan dan keadaan psikologis klien.
9. Atur posisi klien yang menurut klien nyaman, bisa bediri, duduk,
atau berbaring.
10. Tanyakan pasien atau melihat catatan asuhan keperawatan
sebelumnya atau menghitung sendiri waktu klien ingin berkemih
atau air urin bocor tanpa disadari klien.
11. Menghitung rata-rata berapa lama klien menunggu hingga ada rasa
untuk berkemih kembali.
12. Hitung interval waktu dari berapa lama klien menunggu rasa ingin
berkemih kembali dan tambahkan 15 menit waktu menahan.
13. Kosongkan kantung kemih saat mau memulai latihan bladder.
14. Latih klien untuk menahan berkemih hingga waktu interval baru
habis, jika masih belum ada rasa ingin berkembih, tetap bantu pasien
pergi ke toilet. Sementara jika klien ada rasa ingin berkemih sebelum
waktu interval habis, minta klien untuk tetap menahan dan beri
dukungan dengan meminta klien membayangkan bahwa kantung
kemihnya belum penuh dan gunakan distraksi lain untuk menahan
keinginan untuk berkemih.
15. Saat klien selesai dan berhasil meningkatkan waktu intervalnya,
tingkatkan lagi waktu intervalnya sebesar 15 menit di tiap sesi yang
berhasil hingga inkonsistensi urin menghilang dank lien mendapat
kendali penuh pada pola berkemihnya.
16. Jika gagal, beri dukungan emosional pada klien dan atur jadwal baru
unutk melanjutkan latihan bladdernya.
17. Memberitahukan bahwa tindakan telah selesai, menanyakan perasaan
klien saat dan sesudah tindakan, serta kontrak waktu untuk jadwal
melanjutkan latihan bladder.
18. Mengevaluasi tindakan (respon klien saat dan sesudah tindakan,
keberhasilan latihan, waktu interval dahulu dan waktu interval
sekarang setelah tindakan, rencana tindakan selanjutnya)
19. Berterima kasih pada klien atas kerja samanya, dan memohon pamit.
20. Mencuci tangan.
21. Dokumentasi (hari, tanggal, waktu, hasil, rencana selanjutnya).

c. Hasil Penelitian Terkait

Penelitan yang dilakukan oleh Engla Ampia Lestari mahasiswa Prodi SI


Keperawatan STIKBA Jambi dan Rino M mahasiswa Program Studi Ners
STIKBA Jambi pada tahun 2017 dengan judul “Efektivitas Insiasi Bladder
Training Terhadap Inkonintensia Urin Pada Pasien Stroke Non-
Hemoragikyang Terpasang Kateter di Ruang Neurologi RSUD Raden
Mattaher Jambi”.
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien 1 hari sebelum pasien pulang
dan lepas dari kateter urin dengan sampel 20 orang dengan kriteria sampel
pasien pasca stroke non-hemoragik dan tidak membedakan usia dan jenis
kelamin didapatkan hasil yaitu :

Bladder Training Output Cairan (total)


Sebelum Latihan 12820 ml
Sesudah Latihan 2075 ml
Serta semua pasien merasakan perubahan pada pola berkemihnya karena
pasien bisa mengatur sfingter urinnya dan pasien juga bisa merasakan untuk
berkemih kembali secara normal dan tidak lagi menggunakan alat bantu
kateter.

Disimpulkan bahwa Bladder Training terbukti bisa memulihkan fungsi


neurogenik sfingter urin pada pasien pasca stroke non-hemoragik.

References
Lestari, E. A., & M., R. (2017). Efektivitas Insiasi Bladder Training Terhadap
Inkonintensia Urin Pada Pasien Stroke Non-Hemoragikyang Terpasang Kateter di
Ruang Neurologi RSUD Raden Mattaher Jambi. Jambi: Jurnal Akademika
Baiturrahim .

Anda mungkin juga menyukai