S DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RUANG SITI WALIDAH
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH
PONOROGO
OLEH KELOMPOK 1:
PITA ARIFATUN
CORNELLIA KUSUMA
SOLEKAH AGNES
NURUL HIDAYAH
ELOK PRADIKA P.P.
10. Trauma
11. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
12. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
4. Anatomi Fisiologi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc
Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa
manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya
terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.Kadar protein
kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab
peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat
surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan
bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak
sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah
bercampur dengan mekonium.
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya
cepat, kira-kira 350-500 cc.
Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)
5. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah :
1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
6. Takikardi pada ibu hamil muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi
Tes lakmus merah berubah menjadi biru
Amniosentesis
USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang
Komplikasi
Infeksi
Partus preterm
Prolaps tali pusat
Distosia (partus kering)
Kolagenase jaringan
Penjelasan patofisiologi:
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi
jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1)
dan prostaglandin, tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.
(Maria, 2009 : 2)
7. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang
sehat
Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin.
Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
Menghadapi KPD, diperlukan KIM(Komunikasi, Informasi, Motivasi)
terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan
mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan
ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia
biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan
pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam
sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.
8. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KETUBAN PECAH DINI
1. Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
Kehamilan ganda, polihidramnion
Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
Selaput amnion yang lemah/tipis.
Posisi fetus tidak normal.
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang
pernah hamil kembar atau turunan kembar.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher.
- Mata perlu diperiksa dibagian sclera, konjungtiva.
- Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya
hipersekresi mukosa
- Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
- Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b. Dada
Thorak
- Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan tidak
ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24 x/menit.
Iktus kordis terlihat/tidak
- Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan.
- Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas norma
vesikuler
c. Abdomen
- Inspeksi : ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea.
- Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.
- Auskultasi : DJJ ada/tidak
d. Genitalia
- Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema,
Discharge, Approximately), pengeluaran dari ketuban (jumlah, warna,
bau), dan lender merah muda kecoklatan.
- Palpasi: pembukaan serviks (0-4).
- Ekstremitas: edema, varises ada/tidak.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan factor Rh.
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas
janin.
d. Tes verning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.
e. Ultasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung
janin, dan lokasi plasenta.
f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin
3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya
penyakit.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri
sendiri/janin.
4. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
4. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan infeksi
maternal tidak terjadi
Kriteria hasil : ibu menyatakan/menunjukan bebas dari tanda-tanda infeksi.
No Intervensi Rasional
1 - Lakukan pemeriksaan - Pengulangan pemeriksaan vagina
inspekulum, ulangi bila pola berperan dalam insiden infeksi
kontraksi atau perilaku ibu saluran asendens.
menandakan kemajuan.
- Gunakan teknik aseptic selama - Mencegah pertumbuhan bakteri
pemeriksaan vagina. dan kontaminasi pada vagina.
- Anjurkan perawatan perineum - Menurunkan resiko infeksi saluran
setelah eliminasi setiap 4 jam asendens.
dan sesuai indikasi.
- Pantau dan gambarkan - Pada infeksi, cairan amnion
karakter cairan amniotic. menjadi lebih kental dan kuning
pekat serta dapat terdeteksi adanya
bau yang kuat.
- Pantau suhu, nadi, pernapasan,
dan sel darah putih sesuai
indikasi. - Dalam 4 jam setelah membrane
rupture, insiden korioamnionitis
meningkat secara progresif sesuai
- Tekankan pentingnya mencuci dengan waktu yang ditunjukkan
tangan yang baik dan benar. melalui TTV.
- Mengurangi perkembangan
mikroorganisme
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan proses
penyakit.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
pada janin kembali normal.
Kriteria hasil:
a. klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas
normal.
b. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksi selama persalinan.
No Intervensi Rasional
1 - Pantau DJJ setiap 15-30 menit. - Takikardi atau bradikardi janin
adalah indikasi dari kemungkinan
penurunan yang mungkin perlu
intervensi
- Periksa DJJ dengan segera bila - Mendeteksi distress janin karena
terjadi pecah ketuban dan kolaps alveoli.
periksa 15 menit kemudian,
observasi perineum ibu untuk
mendeteksi prolaps tali pusat.
- Perhatikan dan catat warna serta - Pada presentasi vertex, hipoksia
jumlah cairan amnion dan yang lama mengakibatkan caira
waktu pecahnya ketuban amnion berwarna seperti
mekonium karena rangsangan
fagal yang merelaksasikan spingter
anus janin.
- Catat perubahan DJJ selama - Mendeteksi beratnya hipoksia dan
kontraksi. Pantau aktivitas kemungkinan penyebab janin
uterus secara manual atau rentan terhadap potensi cedera
elektronik. Bicara pada ibu atau selama persalinan karena
pasangan dan berikan informasi menurunnya kadar oksigen
tentang situasi tersebut.
Kolaborasi
- Siapkan untuk melahirkan - Dengan penurunan viabilitas
dengan cara yang paling mungkin memerlukan kelahiran
baik atau dengan seksio caesarea untuk mencegah
intervensi bedah bila tidak cedera janin dan kematian karena
terjadi perbaikan hipoksia.
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. H
Umur : 26 tahun Umur : 25 tahun
No. Reg : 09.31.12 Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin Alamat : Ngunut, Sampung
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah : O Rh+
Tanggal MRS : 9 Desember 2019
Dx Medis : G1P0A0 dengan PRM 8
minggu
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS
Keluar cairan dari jalan lahir
b. Saat Pengkajian
Keluar cairan dari jalan lahir
3. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS SEKARANG
a. Riwayat kehamilan sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan rujukan dari Permata Medika. Klien
hamil pertama dengan usia kehamilan 38 minggu. Klien datang dengan
keluahan keluar cairan dari jalan lahir ± 1 minggu. Hasil dari USG dari
Permata Medika didapatkan air ketuban tinggal sedikit.
b. Riwayat persalinan sekarang
-
c. Riwayat nifas sekarang
-
KIMIA KLINIK
Gula Darah 84 <140 Mg/dL GOD – PAP
Glukosa darah acak
2019-12-10 17:31:30
IMUNOSEROLOGI
Hbs Ag (Rapid) Non Non reaktif Rapid
reaktif
12. PENATALAKSAAN
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi gentamicin 2 x 1 40 Mg per IV
c. Pemberian induksi persalinan D5% + Oxytosin + 5 IU dimulai dari 8 tpm
ANALISA DATA
Nama : Ny. S
Umur : 26 tahun
1 11-12-2019 S:
07:00 - Klien mengatakan sudah sedikit tenang
- Klien mengatakan akan melakukan semua
prosedur yang akan dilakukan
O:
- Keadaan umum baik
- TD: 120/80 mmHg
- N: 85 x/menit
- S: 36,5 ◦C
- RR: 20 x/menit
- SPO2: 99%
- DJJ 148
- Terpasang infus D5 % + oxytosin + 5IU
A: Rencana operasi caesarea
P: Hentikan intervensi
2 11-12-2019 S:
07:00 - Klien mengatakan nyeri kencang-kencang pada
perut
- P: nyeri dirasakan karena kontraksi Rahim
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada bagian abdomen
S: skala nyeri 4
T: keluhan nyeri muncul sejak klien di induksi
- Terpasang infus D5 % + oxytosin + 5IU
- Kesadaran composmentis
- HPHT: 19-02-2019
- HPL: 26-12-2019
- DJJ: 148
- VT: 4 Cm
A: Rencana operasi caesarea.
P: Hentikan intervensi
11-12-2019 Pada tanggal 11-12-2019 pukul 14:00 WIB klien
menjalani operasi caesarea karena pembukaan yang
tidak kunjung bertambah dan air ketuban tinggal
sedikit.
Jenis kelamin bayi: Perempuan
BB: 3000 gram
PB: 47 Cm
APGAR SCORE: 8-9
Keadaan umum baik, tangis kuat, gerak aktif