Anda di halaman 1dari 8

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PASIEN DENGAN BUNUH DIRI : STIMULASI PERSEPSI


UNTUK HARGA DIRI RENDAH

Oleh :
Frendy Dwi Prasetya

010112a034

Hapsari Wulandari

010112a035

Hasbiani

010112a036

Heny Mayangsari

010112a037

Hilda

010112a038

Hilmiati

010112a039

I Kadek Pandi Putrawan

010112a040

I Wayan Wiriawan

010112a041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


BERFOKUS PADA STIMULASI PERSEPSI UNTUK
HARGA DIRI RENDAH
1. Latar Belakang
Kedaruratan Psikiatrik adalah keadaan gangguan dalam proses fikir,
alam perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera.
Kasus kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah percobaan bunuh
diri dan keadaan gaduh gelisah (Muhammad, 2006).
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart dan Laraia, 1998). Alasan
individu mengakhiri kehidupan adalah: 1) kegagalan untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, 2) perasaan terisolasi, dapat terjadi
karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang
berarti, 3) perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, 4) cara untuk mengakhiri keputusasaan, 5) tangisan
minta tolong. Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa kecendrungan
bunuh diri adalah karena keturunan (Keliat, 1993). Dimana individu tersebut
oleh masyarakat sudah dicap dan tidak perlu ditolong. Penyebab perilaku
bunuh diri pada individu gangguan jiwa karena stress yang tinggi dan
kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah
(Keliat, 1993).
Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit
individu yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan
Laraia, 1998). Dan lebih dari 90% orang dewasa dengan gangguan jiwa
mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Stuart dan Sundeen, 1995).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari
1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh
diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003).
Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa (1996) bahwa percobaan bunuh
diri di Unit Gawat Darurat RS Sanglah Bali pada individu gangguan jiwa

terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha
bunuh diri adalah zat pembasmi serangga.
Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara
aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan
disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki,
kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart & Sundeen, 1995 hal
518). Pasien yang mempunyai harga diri rendah kecenderungan berniat untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, meningkatkan harga diri seseorang sehingga dapat
berhubungan sosial dengan orang sekitar bermanfaat untuk mencegah
terjadinya bunuh diri.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi aktivitas stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu klien meningkatkan harga diri untuk berhubungan dengan
orang lain dalam suatu kelompok
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Klien dapt menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

d. Pasien

dapat

melatih

kegiatan

yang

sudah

dipilih

sesuai

kemampuannya
3. Sasaran
1. Klien dengan gangguan harga diri rendah
2. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
4. Metode
Role Play dan Diskusi
5. Strategi Pelaksanaan
1.

Diskripsi struktur kelompok


a. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
3) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan
tertib
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5) Menjelaskan permainan
b. Co Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan

2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan


berlangsung
3) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape
recorder)
2.

Langkah-langkah kegiatan
a. Perkenalan dan pengarahan
1) Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak
ribut)
2) Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader
berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota
kelompok
3) Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak kembali
dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi untuk harga diri rendah
b. Pembukaan
1) Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal
dan tempat tinggal
2) Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi untuk harga diri rendah
3) Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan
berlangsung
4) Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara
lain : jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin
kepada leader, bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta
untuk mengacungkan tangan dan diharapkan klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir
c. Role play
Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai
petunjuk leader selama 5 menit. Setelah itu observer menghidupkan
tape recorder dan memulai permainan, semua fasilitator duduk di
kursi. Selama musik masih berbunyi para fasilitator mengedarkan

kotak dari fasilitator satu ke fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator


yang memegang kotak pada saat musik dihentikan, fasilitator diminta
untuk memperkenalkan diri, dan menyampaikan pengalamannya
yang paling menyenangkan. Peserta yang lain diminta untuk
menanggapi dan mengajukan pertanyaan.
d. Permainan
Klien diminta untuk mengambil tempat duduk di kursi yang tersedia.
Selanjutnya bermain sesuai dengan role play diatas
e. Evaluasi
1) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan
permainan
2) Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut
3) Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat dari kegiatan
permainan
f. Penutup
1) Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok
setelah mengikuti permainan
2) Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang
mengikuti permainan
6. Media Dan Alat
Media : Tape Recorder (Sound)

7. Setting Tempat

Keterangan :
= Klien
= Fasilitator
= Observer
= Leader
= Co Leader
8. Organisasi Kelompok
1. Leader

: I Wayan Wiriawan

2. Co-Leader

: I Kadek Pandi Putrawan

3. Fasilitator

: Frendy,Hasbiani,Heni,Hilda

4. Observer

: Hilmiati

9. Evaluasi Dan Dokumentasi


No

Aspek yang Dinilai

Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir.
Memperkenalkan diri kepada

klien lain.
Mengungkapkan hal-hal positif
diri klien.

Nama Peserta TAK

Mengungkapkan hal-hal positif

tentang fisik.
Mengungkapkan hal-hal positif

peran.
Mengungkapkan harapan-

harapan diri.
Mengungkapkan perasaan
setelah melakukan permainan.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien menyampaikan halhal positif dirinya. Beri tanda jika klien mampu dan tanda x jika klien
tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai