Disusun Oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................... 3
B. Diagnosa .................................................................................. 7
C. Intervensi ................................................................................. 8
D. Implementasi ........................................................................... 12
E. Evaluasi ................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................ 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia (lansia) adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup
manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir oleh karena ada sebagian
anggapan bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa.
Menurut saya manusia tidak pernah berhenti berkembang sampai ia mati. Boleh saja
perkembangan fisik berhenti sampai masa remaja, tetapi perkembangan psikologis,
sosial, dan spiritual tidak akan pernah berhenti. Manusia selalu belajar dari
pengalamannya sejak lahir sampai mendekati akhir hayatnya. Ia akan selalu belajar
dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang dihadapinya. Ia akan
bersedia mengganti pola tingkah laku yang kurang sesuai dengan pola tingkah laku
yang lebih sesuai dengan tuntutan kenyataan dan lingkungan. Hanya kadang-kadang
agak sulit bagi manusia lansia untuk bersedia berubah seperti itu. Salah satu
penyebabnya adalah adanya perasaan bahwa ia telah banyak makan asam garam
kehidupan. Jadi karena ketuaannya ia merasa lebih tabu daripada mereka yang muda.
Ia merasa tidak perlu belajar lagi. Anggapnya bahwa apa yang diketabuinya telah
cukup untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Mungkin pula karena keterbatasan
ingatan, ia tidak mampu lagi belajar. Ini yang kadang-kadang menghambat
kelenturannya untuk berubah, sebingga terkesan kaku.
Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh
tahun. (HR. Muslim dan Nas’i). Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa :
Mereka berkata : Ya Rasulullah, berapakah ketetapan umur-umur umatmu? Jawab
beliau : Saat kematian mereka (pada umumnya) antara usia enam puluh tahun dan
tujuh puluh. Meraka bertanya lagi : Ya Rasulullah, bagaimana dengan umur delapan
puluh? Jawab beliau, sedikit sekali umatku yang dapat mencapainya. Semoga Allah
merahmati orag-orang yang mencapai umur delapan puluh.(HR. Hudzaifah Ibn
Yamani).
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia ,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan
1
regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Penurunan ini terutama
penurunan yang terjadi pada kemampuan otak, dalam Al-Qur’an.
Artinya: Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara
kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. An –Nahl ayat 70)
Artinya : Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (QS.Al-Mukmin ayat 60 )
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu "Bagaimana bentuk asuhan
keperawatan lansia dalam konteks komunitas lansia ?"
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yaitu "Mahasiswa Mengetahui bentuk asuhan keperawatan
lansia dalam konteks komunitas lansia ."
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun
spiritual dapat ditentukan.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif.
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical
record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau
anamnase, pengamatan dan pemeriksaan fisik. Data yang perlu dikumpulkan di
masyarakat meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural, dan spiritual. Data tersebut
diperoleh dari wawancara, observasi, partisipasi, analisis data sekunder, penelitian,
catatan kesehatan, survei terstruktur, dan winshield survey. Menurut Newman (1982),
pengkajian terdiri atas struktur inti dan delapan subsistem yang mengelilingi struktur
inti, antara lain lingkungan fisik, sarana pelayanan kesehatan dan sosial-ekonomi,
keamanan, transportasi, politik, komunikasi, pendidkan, dan rekreasi.
3
1. Struktur Inti (komunitas Lanjut Usia).
Hal yang dikaji dalam struktur inti antara lain konsep diri sistem pendukung
yang ada di masyarakat (terutama lanjut usia yang tinggal diberbagai tipe hunian
lanjut usia). yang dimaksud dengan konsep diri meliputi persepsi masyarakat
lanjut usia terhadap kesehatan, kelompok dan lingkungan. Riwayat kesehatan
meliputi kapan terjadi risiko penyakit dan bagaimana masyarakat lanjut usia
menerima perubahan program kesehatan.
Sedangkan data statistik yang perlu dikaji adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, morbiditas dan mortalitas, tingkat penghasilan, serta komposisi
pekerjaan. Selain itu, data kultural yang dikaji meliputi suku bangsa, bahasa yang
digunakan, dan nilai serta keyakinan tentang kesehatan. Sistem pendukung yang
perlu dikaji adalah dukungan profesi lain dalam memecahkan masalah kesehatan
serta bentuk dukungan tersebut.
a. Riwayat/sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas
dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut.
b. Data demografi
Mengkaji jumlah komunitas berdasarkan usia, jenis kelamin, status
perkawinan, suku dan agama
c. Vital statistic
Angka kematian
Penyebab kematian
Angka pertambahan anggota
Angka kematian
d. Status kesehatan komunitas
Berdasarkan kelompok umur (bayi,balita,remaja,lansia)
Berdasarkan kelompok khusus di masayarakat (ibu hamil,pekerja
industry,kelompok penderita penyakit kronis, menular)
1) Keluhan yang dirasakan saat ini
2) Tanda-tanda vital
3) Kejadian penyakit saat ini
4) Riwayat penyakit
5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
6) Status psikososial
7) Status pertumbuhan dan perkembangan
4
8) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10) Pola perilaku tidak sehat
2. Interaksi Subsistem
Yang merupakan interaksi subsistem adalah lingkunga fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial ekonomi, keamanan dan transportasi, politik, komunikasi,
pendidikan, serta rekreasi.
a. Lingkungan fisik meliputi jenis pelayanan geopolitik, bunyi bising, bau,
fasilitas pelayanan dan sosial.
1) Pemukiman
2) Sanitasi
3) Fasilitas
4) Batas-batas wilayah
5) Kondisi geografis
5
d. Keamanan dan transportasi yang meliputi jenis kriminalitas, keamanan
anggota masyarakat, jenis pelayanan keamanan (Polisi, pemafam kebakaran,
dll), jenis transportasi masyarakat, dan jenis transportasi khusus.
1) Keamanan
System keamanan lingkunga
Penanggulangan kebakaran
Penanggulangan bencana
Penanggulangan polusi udara,air,tanah
2) Transportasi
Kondisi jalan
Jenis transportasi yang dimiliki
e. Politik. Hal yang perlu dikaji antara lain struktur organisasi masyarakat.
Apakah masyarakat/lanjut usia mempunyai badan perkumpulan politik yang
formal?
1) System pengorganisasian
2) Struktur organisasi
3) Kelompok organisasi dalam komunitas
4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g. Pendidikan meliputi persentasi kelompok lanjut usia yang pernah sekolah, buta
huruf, apakah kelompok memerlukan pengetahuan khsus, apakah tersedia
sumber pendidikan khusus.
h. Rekreasi Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk mengurangi stress.
6
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan komunitas adalah respons masyarakat/lanjut usia
terhadap masalah kesehatan, baik aktual maupun potensial/resiko yang dapat
diantisipasi oleh perawat. Diagnosa keperawatan tersebut meliputi:
1. Menggambarkan masalah, tanggapan dan kondisi masyarakat lanjut usia.
2. Mengindentifikasi faktor etiologi dan masalah.
3. Karakteristik, tanda dan gejalan masalah
Contoh Diagnosa Yang sering muncul.
1) Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
atau adanya sekret pada jalan nafas.
2) Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3) Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapikematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
7
C. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan lanjut usia di tatanan komunitas adalah
kumpulan tindakan yang disusun oleh perawat bersama dengan masyarakat lanjut usia
dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang telah diidentifikasi. Dalam merencanakan asuhan keperawatan lanjut usia di
tatanan komunitas, terlebih dahulu ditetapkan tujuan dan sasaran. Rencana tindakan
meliput upaya pencegahan primer dan tersier dengan tidak mengabaikan pencegahan
tingkat sekunder.
Perawat dapat menggunakan tiga jenis strategi dalam melaksanakan rencana asuhan
keperawatan komunitas yang telah disusun bersama masyrakat, yaitu.
Proses Kelompok, dalam melakukan implementasi, perawat melakukannya dalam
satu tim/kelomok yang memiliki elemen, seperti peraturan, keterpaduan,
kepeimpinan, dan kekuatan.
Health Promotion, merupakan aktivitas yang secara langsung bertujuan utnuk
menignkatkan kesehatan dan aktualisasi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Kemitraan adalah kemampuan mengidentifikasi dan menjalin hubungan baik
dengan klien, berkolaborasi dengan pihak terkait, mampu memfasilitasi pertukaran
informasi, danmampu menjadi advokat bagi masyarakat.
Dalam konteks sasaran komunitas maka bentuk intervensi berfokus-komunitas.
Intervensi berfokus-komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan pada
lansia di komunitas secara keseluruhan atau sub-kelompok lansia yang beragam
dikomunitas. Tujuan intervensi berfokus-komunitas adalah meingkatkan kapasitas dan
ketersediaan komunitas terhadap pelayana gabungan kesehatan dansosial yang sesuai
dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status fungisonal
lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi, tindakan
politisi, dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang mempengaruhi lansia di
komunitas. Contoh intervensi berfokus-komunitas adalah sebagai berikut:
Kampanye pendidikan kesehatan di mayrakat luas yang menenkankan pada
masyarkat lansia.
Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai "Older
American Month"
Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia, seperti pengembangan
pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet.
8
Keterlibatan politis utuk advokasi kebutuhna lansia, seperti mempertahankan atau
memperluas tanggungan mediacare untuk pelayanan dirumah.
Kolaborasi dengan universitas, gereja, pusat perkumpulan lansia, proyek
pemukiman lansia, serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok lansia.
Aktivitas pencegahan kejahatan.
Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
9
2) Laksanakan pelatihan kader-kader kesehatan lansia tingkat desa dengan
melibatkan petugas Puskesmas
3) Sosialisasikan Posyandu lansia ke seluruh masyarakat melalui kegiatan
penyuluhan di kelompok-kelompok masyarakat
- Tetapkan metode dan media yang akan digunakan (ceramah, simulasi,
demonstrasi, diskusi. Media; LCD proyektor, leaflet, poster, model, buku
panduan kader, KMS, lansia, dll)
- Tetapkan penanggung jawab masing-masing
- Buat perkiraan waktu pelaksanaan kegiatan (hari/tanggal/jam)
- Tetapkan perkiraan tempat pelaksanaan kegiatan (balai RW, rumah kepala
dusun, mushola, RW, dll)
- Susunlah rencana biaya masing-masing kegiatan (pembelian bahan, alat, foto
kopi, konsumsi, dll)
10
- Perhatian masyarakat yang meliputi; pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi
- Prevalensi, yang menunjukkan jumlah kasus (masalah) yang ditemukan pada
saat tertentu
- Beratnya masalah, adaah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat
- Kemungkinan masalah untuk dikelola
- Masing-masing kriteria tersebut diberi skor 1-4
1) Skor 4 bila masalah tersebut menjadi perhatia utama masyarakat, jumlah
kejadiannya paling banyak, masalah tersebut dapat berdampaksecara
serius bila tidak ditanggulangi, dan sangat mudah untuk dikelola
2) Skor 3 bila masalah tersebut menjadi perhatian di masyarakat tapi tidak
utama, jumlah kejadianya pada urutan kedua, masalah tersebut dapat
berdampak serius bila tidak ditanggulangi, dan mudah untuk dikelola
3) Skor 2 bila masalah tersebut kurang menjadi perhatian masyarakat,
jumlah kejadiannya tidak banyak, masalah tersebut kurang dapat
berdampak serius di masyarakat bila tidak ditanggulangi, dan bisa
dikelola tapi tidak mudah
4) Skor 1 bila masalah tersebut tidak terjadi di masyarakat, mudah untuk
dikelola
e. Buatlah kerangka acuan kegiatan pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan,
meliputi:
- Judul kegiatan
- Tujuan kegiatan
- Waktu
- Tempat kegiatan
- Langkah-langkah kegiatan
- Pelaksanaan kegiatan
- Metode
- Media
- Lampiran materi
- Daftar hadir peserta (sasaran/masyarakat)
11
D. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik, dimana tahapan Implementasi dimulai setelah rencana
tindakan keperawatan disusun untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tujuan implementasi:
1. Melakukan membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-
hari.
2. Memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
klien.
3. Mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien.
Tahapan-Tahapan Implementasi:
Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan
yang efisien, aman, dan efektif.
1. Pengkajian ulang terhadap klien, Langkah ini membantu perawat untuk
menentukan apakah tindakan keperawatan masih sesuai dengan kondisi klien.
2. Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada Seteah
mengkaji ulang, lakukan peninjauan rencana keperawatan, bandingkan data
tersebut agar diagnosis keperawatan menjadi valid, dan tentukan apakah
intervensi keperawatan tersebut masih menjadi yang terbaik untuk situasi
klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien, diagnosis keperawatn dan
intervensinya, lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan. Rencana yang
“ketinggalan zaman” akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan. Proses
peninjauan dn modifikasi memungkinkan perawat menyediakan intervensi
keperwatn yang terbaik bagi kebutuhan klien. Modifikasi rencana perawat
tertulis mencakup empat langkah sebagai berikut :
a. Lakukan revisi data pada kolom pengkajian untuk menggambarkan status
klien terkini. Berikan tanggal pada data baru sehingga anggota tim yang
lain mengetahui waktu perubahan tersebut.
b. Lakukan revisi pada diagnosis keperawatan. Hapus diagnosis keperawatan
yang telah kehilangan relevansinya, tambah dan berikan tanggal pada
diagnosis yang baru.
12
c. Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan tujuan
keperawatan yang baru. Revisi ini harus menggambarkan status terkini
klien.
d. Tentukan metode evaluasi untuk menetukan apakah perawat telah berhasil.
3. Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan Sumber daya suatu
fasilitas mencakup peralatan dan personel yang memiliki keterampilan.
Organisasi peralatan dan personel akan membuat perawatan klien menjadi
lebih tepat waktu, efisien, dan penuh keterampilan. Persiapan pemberian
asuhan juga meliputi persiapan linggkungan dan klien untuk intervensi
keperawatan.
4. Mengantisipasi dan mencegah komplikasi Untuk mengantisipasi dan
mencegah komplikasi, perawat mengenali resiko pada klien, menyesuaikan
intervensi dengan situasi, mengevaluasi keuntungan terapi dibandingkan
resikonya dan memulai tindakan pencegahan resiko.
5. Mengimplementasikan intervensi keperawatan Implementasi intervensi
keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan kognitif, interpersonal,
dan psikomotor.
a. Keterampilan kognitif:
Keterampilan kognitif meliputi aplikasi keterampilan kognitif meliputi
aplikasi pemikiran kritis pada proses keperawatan. Untuk melaksanakan
intervensi dibutuhkan pertimbangan yang baik dan keputusan klinis yang
jelas, ini berarti intervensi keperawatan tidak bersifat otomatis . perawat
harus berpikir dan mengantisipasi secara kontinu sehingga perawat dapat
menyesuaikan perawatan klien dengan tepat . perawat akan belajar
mengintegrasikan berbagai konsep dan menghubungkannya sambil
mengingat kembali fakta, situasi dan klien yang pernah perawat temui
sebelumnya( Di Vito-Thomas, 2005 ).
b. Keterampilan interpersonal:
Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan keperawatan
yang efektif . Perawat membangun hubungan kepercayaan, menunjukan
perhatian , dan berkomunikasi dengan jelas.
c. Keterampilan psikomotorik:
Keterampilan psikomotor membutuhkan integrasi antara aktivitas
kognitif dan motorik. Sebagai contoh, saat melakukan pentuntuksn,
perawat harus memahami anatomi dan farmakologi (kognitif), serta
13
menggunakan koordinasi dan presisi untuk melakukan penyuntikan dengan
tepat (motorik). Keterampilan ini sangat penting untuk membangun
kepercayaan klien.
(Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencangkup perubahan
atau respon masyarakat terhadap program kesehatan yang di laksanakan.evaluasi dapat
di lakukan setiap saat (formatif) dan pada akhir program (sumatif).hal-hal yang perlu
di evaluasi antara lain ke adekuatan program, kesesuian, keefektifan, dan efesiensi
proses keperawatan komunitas yang telah dilkukan.
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :
1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data
yang akan di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status
kesehatan klien,yang terdiri dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP (kognitif,
Afektif, Psikomotor, Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan
setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi
pada kognitif meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya,
mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-
alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan,
pengukuran dan lain-lain. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview
atau tes tertulis.
14
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang
lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada
tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara
langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan
yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi
psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa
aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi
perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana
fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan tindakan
keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk
menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi status
kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan
cara observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun
spiritual dapat ditentukan. Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan
wawancara atau anamnase, pengamatan dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa keperawatan komunitas adalah respons masyarakat/lanjut usia
terhadap masalah kesehatan, baik aktual maupun potensial/resiko yang dapat
diantisipasi oleh perawat
Rencana asuhan keperawatan lanjut usia di tatanan komunitas adalah
kumpulan tindakan yang disusun oleh perawat bersama dengan masyarakat lanjut usia
dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang telah diidentifikasi, yang kemudian dilaksanakan atau yang biasa kita sebut
dengan implementasi.
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencangkup perubahan
atau respon masyarakat terhadap program kesehatan yang di laksanakan.evaluasi dapat
di lakukan setiap saat (formatif) dan pada akhir program (sumatif).
B. Saran
Makalah mengenai Asuhan keperawatan lansia Dalam konteks komunitas
lansia ini telah kami susun dengan kesadaran penuh. Namun meskipun demikian
mungkin di mata pembaca masih terdapat kekeliruan atau kekurangan yang tampak,
oleh karenanya kami senantiasa menerima segala bentuk kritik atau saran yang
membangun yang InsyaaALLAH nantinya akan menjadikan kami lebih baik lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. 2015. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori Dan Praktik, Edisi
3. Jakarta: EGC
H. Wahjudi Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/7644970/ASUHAN_KEPERAWATAN_KELOMPOK_LANSIA
(Diakses pada tanggal 17 April 2018. Pukul 10.00 WB)
17