Anda di halaman 1dari 17

MANAGEMENT FISIOTERAPI

PADA LANSIA DENGAN


KONDISI OA

PENYUSUN :
KELOMPOK 3

PRODI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA
2021
1

DAFTAR ISI
COVER ..................................................
DAFTAR ISI .......................................... 1
PENGERTIAN LANSIA .............................. 2
GEJALA OSTEOARTHRITIS ....................... 2
BIOMEKANIK FISIOTERAPI ........................ 3
PENGERTIAN OSTEOARTHRITIS ................. 3
KLASIFIKASI OSTEOARTHRITIS .................. 4
PEMERIKSAAN FISIK ................................ 6
Inspeksi. ........................................ 6
Quick test ...................................... 6
Pemeriksaan fungsi gerak dasar............ 6
Test khusus / spesifik ....................... 6
Penegakan diagnosis ......................... 7
Rencana penatalaksanaan................... 7
Intervensi yang dilakukan ................... 8
HOME PROGRAM .................................... 9
EDUKASI ............................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................. 12
LAMPIRAN ............................................ 14
2

PENGERTIAN LANSIA
Menurut WHO (World Health Organization)
pada tahun 2017 di kawasan Asia tenggara
sebesar 9,8% prevalensi lansia dari seluruh
dunia meningkat pada tahun 2030 mencapai
13,7% sedangkan di tahun 2050 mencapai
20,3%. Di Indonesia di tahun 2019 meningkat
menjadi 25 juta (9,6%) dimana lansia
perempuan sekitar 10,10% dan laki-laki 9,10%.
Pada tahun 2015 sebaran penduduk lansia
menurut provinsi dengan presentase lansia
tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 13,4%
dan terendah adalah Papua sebesar 2,8% (Pany
& Boy, 2019).

Lansia merupakan seseorang yang telah


berusia 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit melainkan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan dapat ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi terhadap lingkungan. Lansia adalah
suatu keadaan yang ditandai dari kegagalan
untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologis (Mujiastuti et
al., 2019)

GEJALA OSTEOARTHRITIS (OA)


Lansia memiliki beberapa gejala yang
menyebabkan terjadinya osteoarthritis
(Pratiwi, 2015) diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri bertambah berat ketika melakukan
gerakan sedangkan berkurang bila pada saat
istirahat
3

2. Adanya krepitasi yang terdengar semakin


jelas apabila memiliki penyakit lain seperti
obesitas
3. Adanya pergesekan kedua permukaan tulang
sendi pada saat digerakkan secara pasif
4. Adanya pembengkakan sendi yang seringkali
asimetris, nyeri tekan tulang dan tak teraba
pada kulit
5. Nyeri dan kaku pada cuaca dingin atau saat
hujan
6. Nyeri lutut apabila melakukan aktivitas fisik
seperti naik dan turun tangga atau nyeri di
bagian lipatan paha menjalar ke paha depan

BIOMEKANIK FISIOTERAPI
Lutut merupakan sendi yang memiliki ciri
khas yaitu terjadinya degradasi dari tulang
rawan sendi. Salah satunya adalah osteoatritis
yang menyebabkan rasa nyeri terjadi terus-
menerus, menurun atau terbatasnya fungsi dan
rendahnya kualitas hidup (Rahmad dkk. Hlm:98,
2021).

PENGERTIAN OSTEOARTHRITIS
Osteoartritis (OA) adalah penyakit yang
ditandai dengan nyeri, kekakuan sendi, dan
fungsional akibat dari kerusakan tulang rawan
sendi. Nyeri yang timbul akibat adanya
kerusakan jaringan tulang rawan pada daerah
sendi merupakan masalah utama
muskuloskeleta khususnya bagi lansia. Selain
nyeri, kerusakan pada sendi juga
mengakibatkan kekakuan sehingga menganggu
fungsi pergerakan (Marlina, TT., 2015). Menurut
(Carter, 2011) Osteoartritis adalah gangguan
4

pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat


kronik, berjalan progresif lambat, tidak
meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi
dan abrasi tulang baru pada permukaan
persendian.

KLASIFIKASI OSTEOARTHRITIS
(OA)
Berdasarkan gambaran Radiografi Kellgren
dan Lawrence membagi Osteoarthritis
menjadi empat grade.
1. Grade 0 : normal
2. Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit
osteofit
3. Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan
sklerosis subkondral, celah sendi normal,
terdapat kista subkondral
4. Grade 3 : osteofit moderat, terdapat
deformitas pada garis tulang, terdapat
penyempitan celah sendi
5. Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak
ada celah sendi, terdapat kista subkondral
dan sclerosis

 Penjelasan :

1. Grade 0 : merupakan klasifikasi


osteoarthritis dengan kondisi sendi lutut
sehat. Pada sendi lutut tidak ada tanda
osteoarthritis dan sendi dapat berfungsi
baik serta tidak ada nyeri. Tidak
membutuhkan pengobatan.

2. Grade 1 : terjadi kerusakan proteolitik


pada matrik tulang rawan, sehingga terjadi
pertumbuhan osteofit. Tidak ada keluhan
nyeri. Tidak ada gejala yang harus diobati,
namun jika memiliki faktor resiko terjadi
5

osteoarthritis maka dokter akan


memberikan suplemen seperti
glucosamine dan kondroitin atau memulai
untuk melakukan aktivitas/latihan fisik
secara rutin.

3. Grade 2 : merupakan osteoarthritis derajat


ringan. Terdapat fibrilasi dan erosi
permukaan tulang rawan, dan merangsang
pengeluaran produk ke dalam cairan
sinovial. Hasil X-ray sendi lutut pada tahap
ini akan tampak pertumbuhan tulang yang
lebih besar, tetapi ukuran tulang rawan
tetap pada ukuran yang sehat dan ruang
antara tulang juga normal, dan tulang-
tulang tidak menggesek satu sama lain.
Terapi pada derajat 2 ini terutama
nonpharmakologi. Untuk pasien kelebihan
berat badan, saran terbaik adalah untuk
menurunkan berat badan melalui diit dan
olahraga dan latihan kekuatan dapat
membantu memperkuat otot-otot di
sekitar sendi, yang meningkatkan stabilitas
dan mengurangi kerusakan sendi.

4. Grade 3 : merupakan osteoarthritis derajat


sedang. Tulang rawan menunjukkan
kerusakan yang tampak nyata, dan ruang
antara tulang menyempit. Terjadi
inflamasi sinovial dimana terjadi
fagositosis dan pembentukan protease dan
sitokin proinflamasi. Pembengkakan sendi
terjadi setelah bergerak dalam waktu yang
lama.

5. Grade 4 : merupakan derajat berat. Pasien


akan mengeluh sakit yang luar biasa dan
ketidaknyamanan saat berjalan atau
menggerakkan sendi. Hal ini karena ruang
sendi berkurang, tulang rawan hampir
sepenuhnya hilang, kaku sendi dan
6

kesulitan bergerak. Cairan sinovial


menurun drastis, dan tidak lagi membantu
mengurangi gesekan antara bagian yang
bergerak dari sendi.

PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi
Statis : deformitas varus pada lutut kanan
Dinamis : gangguan pola jalan (Antalgic gait)

 Quick test
Gerak aktif fleksi ekstensi lutut : nyeri dan
terbatas ada krepitasi

 Pemeriksaan fungsi gerak dasar


Pemeriksaan gerak pasif : Ada keterbatasan
LGS

 Test khusus / spesifik


- Penggunaan VAS : digunakan untuk
mengetahui grade atau tingkat rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien.
- Ballottement test dengan cara resssesus
patellaris dikosongkan dengan menekan
menggunakan satu tangan, sementara jari-
jari tangan lainnya menekan patella
kebawah. Digunakan untuk mengetahui
cairan pada sendi lutut.
- Fluktuation test dengan cara ibu jari dan jari
telunjuk dari satu tangan diletakkan
disebelah kiri dan disebelah kanan patella.
- Tes mc murray dengan cara menempatkan
lutut melebihi 90˚ dari fleksi dan kemudian
memutar tibia diatas tulang femur menjadi
rotasi internal secara penuh untuk menguji
7

meniskus bagian lateral, atau rotasi


eksternal penuuh untuk memeriksa meniskus
medial.
- Tes valgus dan varus dengan cara
menggerakkan sisi ke arah luar atau samping
(valgus), menggerakkan kesisi dalam
(varus). Tes ini digunakan untuk mengetahui
adanya perubahan pada lutut kearah
valgus/varus

 Penegakan Diagnosis

Body Function and structure impairment :


- Inflamasi
- Hypomobility
- Kelemahan otot-otot tungkai bawah
- Instabilitas
- Deformitas varus/ valgus
- Nyeri lutut saat bergerak ataupun diam

Activity Limitation :
- Bangkit dari duduk
- Jongkok
- Berjalan
- Naik turun tangga
- Toilet

Participation Restriction :
- Keterbatasan dalam pekerjaan
- Keterbatasan dalam beribadah
- Keterbatasan dalam olahraga
- Keterbatasan dalam rekreasi (bermain
dengan keluarga, belanja, jalanjalan)

 Rencana Penatalaksanaan
Tujuan
- Jangka pendek : Untuk menggurangi
rasa nyeri
- Jangka panjang : Untuk meningkatkan
8

kemampuan fungsional pasien.

Prinsip Terapi : Mengurangi impairmen dan


memperbaiki fungsi, melindungi sendi dari
kerusakan lebih lanjut, serta mencegah
disabilitas dan menurunnya kesehatan yang
terjadi sekunder karena inaktivitas dengan
meningkatkan level aktifitas fisik sehari-hari
dan memperbaiki daya tahan fisik.

Konseling-Edukasi : Menjaga berat badan ideal


(jika diperlukan), Penggunain toilet duduk,
mengurangi aktivitas naik turun tangga.

 Intervensi yang diberikan


a. Grade 0
Berenang digunakan untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai tanpa menambah
beban pada tungkai.

b. Grade 1
1. Bersepeda / cycling exercise digunakan
untuk meningkatkan kekuatan otot
tungkai tanpa menambah beban pada
tungkai
2. Neuromuscular taping yang berfungsi
untuk mengurangi nyeri

c. Grade 2 atau grade 3


1. Strengthening exercise yang berfungsi
untuk meningkatkan kekuatan otot
- Isometric atau static exercise
- Isotonik atau dynamic contraction
- Isokinetik
2. Passive stretching exercise yang
berfungsi untuk meningkatkan LGS
3. Quadriceps setting exercise yang
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
otot
9

d. Grade 4
1. TENS yang berfungsi untuk mengurangi
nyeri
2. Terapi Latihan : Aktive Resissted exercise
dan free active movement berfungsi
untuk penguluran dan penguatan otot
membantu mengatasi masalah nyeri,
spasme otot, LGS terbatas dan penurunan
kekuatan otot.

HOME PROGRAM
1. Pemberian cycling exercise atau bersepeda
bertujuan untuk mengurangi adanya nyeri
yang disebabkan dari terjadinya kekakuan
sendi lutut karena berkurangnya cairan
sinovial pada sendi lutut lansia.
F : 2-3x seminggu
I : sedang
T : 10-15 menit
T : aerobik

2. Kompres hangat
Jika pasien berlebih hingga tidak dapat
melakukan latihan yang dianjurkan pasien
10

dapat melakukan pengompresan lutut


dengan handuk yang direndam air hangat
pada bagian sendi lutut yang nyeri. Hal ini
dilakukan untuk memperlebar pembuluh
darah pada sendi lutut sehingga didapatkan
efek relaksasi (Hannan, 2019).
F : 2-3x perminggu
I : ringan
T : 15 menit
T : anaerobik

3. Resisted Aktive Exercise


Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur
tengkurap, posisi terapis/anggota keluarga
disamping pasien untuk monitoring. Tangan
kiri berada pada lutut atas dan tangan satu
pada pergelangan kaki. Pasien disuruh
menggerakan kearah fleksi knee/menekuk
lutut. Fisioterapis memberi tahanan minimal
pada gerakan tersebut. Diulang 8 kali.
11

4. Active Asisted Movement


Latihan ini dilakukan dengan posisi duduk di
tepi bed, posisi terapis/anggota keluarga di
samping sebagai fiksasi(pegangan).
Kemudian instruksikan pasien untuk
meluruskan lutut/mengekstensikan knee.

EDUKASI
1. diajarkan oleh terapis.
2. Pasien di anjurkan untuk mengompres lutut
kanan dengan handuk yang direndam dengan
air hangat.
3. Sebaiknya mengurangi pekerjaan yang
mengangkat berat atau menghindari
aktivitas yang memberikan beban pada
lutut.
4. Tidak boleh jalan atau lari terlalu lama
terutama pada saat lutut terasa nyeri.
5. Memakai deker saat beraktivitas.
12

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, dkk. (2019), Pengaruh Cycling
Exercise terhadap penurunan nyeri pada
osteoartritis di posyandu lansia
puskesmas kedungwuni II kabupaten
pekalongan. Jurnal Penelitian IPTEKS
VOL. 4 NO.2 Juli 2019, HAL:198-208.

Marlina, TT. (2015), Efetifitas latihan lutut


terhadap penurunan intensitas nyeri
osteoartritis lutut di Yogyakarta. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya. 2(1);44-54.

Rumajar, H. E., Gessal, J. and Damopolii, C. A.


(2020) ‘Pengaruh Terapi High Intensity
Laser Terhadap Nyeri Dan Kemampuan
Fungsional Pada Osteoartritis Lutut’,
Jurnal Medik Dan Rehabilitasi, 2(1), pp.
1–6.

Imam Haryoko, Ika Guslanda Bustam. 2019.


Latihan Ankle Strategi Meningkatkan
Kemampuan Keseimbangan Statis Pada
Pasien Osteoartritis Genu. Palembang.

Marlina, Theresia Titin. 2015. Efektivitas


Latihan Lutut Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis
Lutut Di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1

Oktafianti, E., et al. 2020. Terapi Ultrasound


Dengan Latihan Hold Relax Dan Passive
Stretching Sama Efektifnya Dalam
Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Hamstring Pada Pasien Osteoarthritis
Genu Di Rsup Sanglah Denpasar Bali.
Sport and Fitness Journal, 8(3), 133-142.

A, M. P. A., & Boy, E. (2019). Prevalensi Nyeri


Pada Lansia. Journal Umj, 6(2).
13

Mujiastuti, R., Arasy, M. R. M., Risanty, R. D.,


Ayuning, H., & Meilina, P. (2019). Aplikasi
Status Pemeriksaan Activity of Daily Living
( ADL ) dan Risiko Jatuh Pasien Geriatri.
Magna Medica, 6, 1–10.

Pratiwi, A. I. (2015). Diagnosis and treatment


osteoarthritis. Journal Majority, 4, 10–17.

(Rumajar, Gessal and Damopolii, 2020)


14

LAMPIRAN
15
16

Anggota Kelompok :
1. Dian Rahayu Pratiwi (E2017023)
2. Dirita Sephviana Pratiwi (E2017024)
3. Dona Widiyanti (E2017025)
4. Dyan Ayu Nabella (E2017026)
5. Ema Nur Silvia (E2017027)
6. Erni Rahmawati (E2017028)
7. Evi Ika Windasari (E2017029)
8. Fara Aromadhona (E2017030)
9. Fathanatyas Inggar Via Kisri (E2017031)
10. Fatmawati Bayu M (E2017032)
11. Fradila Ike Wantikasari (E2017033)

Pembimbing :
Dea Linia Romadhoni, S.Fis.,M.K.M

Anda mungkin juga menyukai