BAB I
PENDAHULUAN
A.
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda tanda
kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 3 tahun. Selama periode 1960 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.
Dari data data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat lebih
memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kejadian
penyakit DHF di Indoensia.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa/i tingkat III STIKes Santo Borroemus Bandung mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan DHF.
2.
Tujuan Khusus
Mahasiswa/i tingkat III STIKes Santo Borroemus Bandung mampu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
C.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dan kepustakaan yang didapt dari buku buku sumber yang
tersedia serta proses konsultasi kepada pembimbing praktek bagian (PPB) dan
pembimbing dari pendidikan.
D.
Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan teori yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem
hematologi, etiologi DHF, klasifikasi DHF, patofisiologi DHF, manifestasi klinis DHF,
komplikasi DHF, pemeriksaan diagnostik DHF, penatalaksanaan pasien DHF, dan konsep
dasar keperawatan DHF yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, serta
intervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
KONSEP
DASAR
MEDIS
DENGUE
HAEMORRHAGIC
FEVER ( DHF )
1.
Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Effendy, 1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Behrman, et al, 2000)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. (Nursalam, dkk, 2008)
Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.
2.
Pembuluh Darah
1)
Struktur
Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :
a)
b)
c)
2)
Jenis Jenis
a)
(1
inchi) dan memiliki banyak sekali cabang. Arteri dan arteriol berukuran 4
mm (0,16 inchi) saat mencapai jaringan.
Arteri dan arteriol memperoleh perdarahan dari sebuah sistem
pembuluh yang khusus, yang dikenal sebagai vasa vasorum; keduanya juga
disarafi oleh serabut serabut saraf yang ramping yang melingkari dinding
pembuluh darah.
b)
c)
Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol
berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan
pembuluh darah bercabang cabang di dalam sebagian besar jaringan
tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan
tersusun hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler 5 10 m.
Struktur dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang
cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.
d)
Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh berdinding
tipis yang mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe berfungsi untuk
mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan organ serta mengangkat
cairan tersebut ke sirkulasi vena.
3)
Sirkulasi Darah
Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) aorta arteri arteriola kapiler
venula vena cava inferior dan superior atrium kanan (jantung)
b)
Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) arteri pulmonalis paru paru
kanan dan kiri vena pulmonalis atrium kiri (jantung)
4)
5)
Aliran Darah
Aliran darah terjadi disebabkan karena perbedaan tekanan darah antara
sistem arteri ( 100 mmHg) dan vena ( 4 mmHg) dan cairan selalu mengalir
dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.
6)
Tahanan Hemodinamika
Faktor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan
adalah jari jari pembuluh darah. Peningkatan hematokrit yang sangat tinggi
dapat meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran darah kapiler.
b.
Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan
darah tersusun atas komponen komponen, yaitu :
1)
Air (91,0 %)
b)
c)
d)
e)
f)
Hormon hormon
g)
Enzim
h)
Antigen
2)
Sel Darah
Sel darah dibagi menjadi :
a)
b)
Granulosit (60 %)
Granulosit
ditentukan
oleh
adanya
granula
dalam
dalam sitoplasmanya
Basofil
Netrofil
granula
berwarna
ungu
pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai
material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.
2. Leukosit Mononuklear (Agranulosit) (40 %)
Agranulosit merupakan leukosit dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Agranulosit terdiri atas :
1. Limfosit
Dalam darah orang dewasa terdapat 30 % limfosit. Limfosit
diproduksi oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan
kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem
sumsum. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan substansi yang
membantu penyerangan benda asing. Limfosit dapat dikelompokan
menjadi :
a. Limfosit T yang berfungsi untuk membunuh sel secara langsung
atau menghasilkan berbagai limfokin, yaitu suatu substansi yang
memperkuat aktivitas sel fagositik.
b. Limfosit B yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.
Monosit
Dalamdarah orang dewasa terdapat 5 % monosit. Monosit
diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel Kupfer di hati, makrofag peritoneal,
makrofag alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotelial.
b. Butir pembeku (Trombosit)
10
: Fibrinogen
ii. Faktor II
: Protrombin
: Tromboplastin jaringan
iv. Faktor IV
: Kalsium
v. Faktor V
: Labil
: Faktor stabil
: Faktor Christmas
ix. Faktor X
x. Faktor XI
: Faktor Hageman
b. Etiologi
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 4 (golongan enthropoda bome
golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
c. Klasifikasi DHF
11
demam,
mual,
muntah,
anorexia,
tanpa
12
PATOFLOW
Infeksi Dengue Heterologus Sekunder
Replikasi Virus
Demam,mual,
Muntah
Agregasi trombosit
Aktivasi koagulasi
Aktivasi komplemen
Komplemen
Gangguan fungsi
Trombosit
Pembersihan trombosit
oleh RES
Pelepasan Trombosit
faktor III
Faktor Hageman
diaktivasi
Ptekie
Trombositopenia
Ekimosis
Koagulapati
Konsumtif
Kadar histamin
dalam urine 24 jam
Sistem Kinin
Epistaksis
Dehidrasi
Faktor pembekuan
Kinin
Permeabilitas vaskular
Ht
FDP
Kebocoran
Plasma
Na+
Efusi serosa
Edema
Perpindahan cairan
dari IVF ke interstitial
Hepatomegali
Splenomegali
13
Hipoksia jaringan
DIC
Asidosis Metabolik
Perdarahan Masif
Kematian
14
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi antara 13 15 hari, antara lain :
i. Demam akut (suhu meningkat tiba tiba)
ii. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
iii. Perdarahan, seperti epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena
iv. Keluhan pada saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
v. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anorexia, diare, konstipasi
vi. Keluhan sistem tubuh lain : nyeri atau sakit kepala; nyeri otot, tulang, dan sendi;
nyeri otot abdomen; nyeri ulu hati; pegal; kemerahan pada kulit; kemerahan pada
muka (flushing); pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan fotopobia; otot otot
sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal
vii. Renjatan
f. Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :
i. Gagal jantung (CHF)
ii. Gagal ginjal (CRF)
iii. Hipotensi
iv. Sianosis hati
v. Stroke
vi. Ensepalitis dengue
vii. Edema paru
g. Pemeriksaan Diagnostik
i. Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
torniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masi
dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang.
Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X.
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum, dan pH darah meningkat sedangkan
reserve alkali merendah.
15
ii. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
16
iii. Berikan minum banyak (2 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup,
dan beri penderita oralit.
Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF
iv. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena
mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl - 109
mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.
v. Monitor tanda tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
vi. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
vii. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.
viii. Monitor tanda tanda perdarahan lebih lanjut.
ix. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
x. Monitor tanda tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda
tanda vital, hasil hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
xi. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
xii. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.
Tindakan perawatan invasif :
a.
b.
c.
d.
17
Pengkajian
a.
Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b.
Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c.
d.
e.
Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
f.
Pola Kebiasaan
1)
18
2)
3)
4)
5)
diri
dan
lingkungan
cenderung
kurang
terutama
untuk
g.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan
fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I
kesadaran
compos
mentis,
kesadaran
apatis,
somnolen,
keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta
tensi menurun.
d. Grade IV
Sistem Integumen
19
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
2)
3)
Dada
Bentuk simetris dan kadang kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4)
Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
5)
Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
h.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1)
2)
3)
4)
Ig D Dengue positif
5)
6)
7)
20
8)
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
3.
Intervensi
a.
2)
3)
4)
5)
b.
2)
3)
4)
5)
6)
21
7)
c.
2)
3)
4)
5)
6)
d.
2)
Kaji
sejauh
mana
kemampuan
klien
dalam
melakukan aktivitas.
3)
4)
Bantu
klien
untuk
mandiri
sesuai
dengan
6)
e.
22
1)
2)
Hidangkan
makanan
dalam
bentuk
menarik,
4)
5)
6)
7)
8)
9)