Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

GANGGUAN MENSTRUASI

Dosen Pengampu :
Tim Maternitas

Disusun oleh :
Frida Ferinia K
201701020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS VI PONOROGO
2019KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Maternitas dengan
Gangguan Menstruasi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk
selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah
ini sepenuhnya menjadi tangungjawab kami dan seberapapun sederhananya makalah
ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini.

Ponorogo, 10 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Pengantar………………………………………………………………………….…ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………........1
A. Latar Belakang……………………………………………..
………….......1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..……….
…….1
C. Tujuan ……………………………………………………….
……….........2
D. Manfaat……………………………………………………….
…………...3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...............4
A. Definisi
Menstruasi………………………………………………………..4
B. Siklus Menstruasi………….
………………………………………………4
C. Gangguan dalam
menstruasi………………………………………………6
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan ………………………………………….21
A. Contoh
Kasus………………………………………………………….21
B. Pengkajian
………………………………………………………….....21
C. Diagnose
Keperawatan…………………………………………….....23
D. Intervensi………………………………………………………
………23

2
E. Implementasi………………………………………………….
………25
F. Evaluasi……………………………………………………….
………25
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………26
A. Kesimpulan……………………………………………………..
.........26
B. Saran……………………………………………………………
...........26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah
dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi
dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16
tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira
sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung
pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,
namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu
wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke
bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut.

Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti.


Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun
tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi
dengan pemeriksaan darah sederhana.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah definisi menstruasi ?

b. Bagaimana siklus menstruasi ?

c. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?

d. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

1
e. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam
menstruasi ?

f. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?

g. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan


dalam mentruasi ?

h. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam


menstruasi ?

i. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam


menstruasi ?

C. Tujuan
a. Menjelaskan definisi dari menstruasi

b. Menjelaskan siklus menstruasi

c. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi

d. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam


menstruasi

e. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam


menstruasi

f. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi

g. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan


dalam mentruasi

h. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam


menstruasi

i. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam


menstruasi

2
D. Manfaat
a. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat
menstruasi.

b. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.

c. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien


dengan gangguan dalam menstruasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Greenspan et al, 2007).

B. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus
28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini
bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi


hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian
dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan
menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan


sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles).
Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode
menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel
telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari

4
ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi.
Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan


hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran
darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium.
Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada
sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam
aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH
membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima
sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma
setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam
otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini
dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur
yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat
ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur
tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan
menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan
diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan
memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone
tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim. Jika sel telur
yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan
meluruh dan terjadilah proses menstruasi.

5
C. Gangguan dalam menstruasi
1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan


menstruasi yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah
yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan. Gangguan menstruasi paling
umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia
19 tahun dan diatas usia 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan
dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi
(Jones, 2011).

2. Macam – macam gangguan menstruasi


1) Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
a. Definisi

Ketegangan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai


satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan
menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sampai haid berhenti.

b. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor


penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron
dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat
badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan
kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi
luteal dan pengurangan produksi progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga


memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita
tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap

6
perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.

c. Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron


di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan
khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal
sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi
serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat
mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala


premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh
kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan
progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin
yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme
tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita
yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin
dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma


linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur
sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d. Manifestasi klinis

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas,


gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran
dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat

7
terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan
peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.

e. Terapi
- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama
8 jam sampai 10 hari sebelum haid
- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih
dari 7 hari
- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari
dikurang selama 7-10 hari sebelum haid
- Psikoterapi suportif
2) Disminorea
a. Definisi

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai


membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur.
Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan
mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder. Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

- Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan


berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh
atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.
Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi
oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak
membahayakan kesehatan.

- Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau


kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip,

8
tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

b. Etiologi

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor


psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore
primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid
berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah
endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna

c. Patofisiologi
- Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan


mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan
kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan
enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE
dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi
dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran
darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang
fisik dan kimia.

9
- Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri,


stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat
menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

d. Manifestasi klinis
1) Disminore Primer

a.Usia lebih muda

b.Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

c.Sering pada nulipara

d.Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

e.Nyeri timbul mendahului haid

f. Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid

g.Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik

h.Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

i. Sering memberikan respons terhadap pengobatan


medikamentosa

j. Pemeriksaan pelvik normal

k.Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan


nyeri kepala

2) Disminore Sekunder

a.Usia lebih tua

b.Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

c.Tidak berhubungan dengan paritas

d.Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul

10
e.Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan
dengan keluarnya darah

f. Berhubungan dengan kelainan pelvik

g.Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

h.Seringkali memerlikan tindakan operatif

i. Terdapat kelainan pelvik

e. Terapi

1) Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah


gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2) Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang


dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya
berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat
analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di
pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan
sebagainya.

3) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini


bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk

11
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting
pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai
dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4) Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore


primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen
dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau
mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan
pada hari pertama haid.

3) Perdarahan Uterus Abnormal


1. Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau


berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga
dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7
hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki
siklus-siklus yang teratur. Pada hipermenore perdarahan
menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan
kehilangan darah lebih dari 80ml

b. Etiologi
- 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan
hebat saat haid tidak ada patologi pada sistem
reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional.
- Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip,
uterus retro versi, first menstrual period after childbirth or
abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.

12
- Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan
perdarahan.
- Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive
Device). Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran
menstruasi.
- Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat
mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil),
hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
- Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada
umumnya kurang.
- Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau
karena terlalu lelah, juga karena tonus otot kurang.
- Hypertensi.
- Decompensatio cordis.
- Infeksi : endometriosis, salphingitis.
- Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah
balik.
- Penyakit darah : Hemofili

c. Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi


Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi
pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium
tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi
menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum
dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum,
dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi
dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi.

13
Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai
akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama


setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang
belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi


dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan
berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak
ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron
yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

d. Manifestasi klinis

Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia. Gejala


lain yang dapat menyertainya antara lain :

- Sakit kepala
- Kelemahan
- Kelelahan
- Kesemutan pada kaki dan tangan
- Meriang
- Penurunan konsentrasi

e. Terapi

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

14
- Umur dan riwayat kesehatan
- Kondisi sebelumnya
- Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

- Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai


anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi
sel darah merah atu hemoglobin).
- Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID),
seperti aspirin atau ibuprofen.
- Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
- Progesteron (terapi hormon)
- Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

4) Amenore
a. Definisi

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore


adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi
amenore antara lain:

a) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum


pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa
sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
b) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama
menarche
c) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa
pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah
menapause.
b. Etiologi
- Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
- Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya
tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina,
serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi
vagina terlalu sempit / himen imperforata )

15
- Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan,
diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain)
- Kelainan bawaan pada sistem kelamin
- Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau
sindroma Swyer ) dimana sel hanya mengandung 1
kromosom X )
- Obesitas yang ekstrim
- Hipoglikemia
- Disgenesis gonad
- Hipogonadisme hipogonadotropik
- Sindroma feminisasi testis
- Hermafrodit sejati
- Penyakit menahun
- Kekurangan gizi
- Penyakit Cushing
- Fibrosis kistik
- Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
- Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
- Hipotiroidisme
- Sindroma adrenogenital
- Sindroma Prader-willi
- Penyakit ovarium polikista
- Hiperplasia Adrenal Kongenital

Penyebab amenore sekunder :

- Kehamilan

- Kecemasan akan kehamilan

- Penurunan berat badan yang drastis

- Olah raga yang berlebihan

- Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme

- Mengkonsumsi hormon tambahan

- Obesitas

- Stres emosional

- Menopause

16
- Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang
menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh kelenjar
adrenal )

- Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil,


siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )

- Prosedur dilatasi kuratesa

- Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor


plasenta ) dan sindrom Asherman ( pembentukan jaringan
parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )

c. Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai


bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization,
adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular
feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization
menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang
normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak
ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada
di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien
mengalami amenore yang permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada


aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic
amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali
kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium

17
untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti
adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu


penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea
adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup
untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan
bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan
adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi
dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan
gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi


hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa
juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

d. Manifestasi klinis

18
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka
tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak
serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah
kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut. Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi
maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan,
kulit yang hangat dan lembab. Sindroma Cushing menyebabkan
wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai
yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

- Sakit kepala

- Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang


tidak hamil dan tidak sedang menyusui )

- Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )

- Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

- Vagina yang kering

- Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan,


yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara

e. Terapi

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada


penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan berat badan

19
yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani
diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang
berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami


menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan
normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Contoh Kasus

Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan


kolik abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah
merasa lelah, tekanan darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat
melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat pucat dan lemas.

B. Pengkajian
a. Keluhan utama: nyeri abdomen
b. Riwayat penyakit saat ini:

Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama


sampai ketiga, pasien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas
sehari – hari

c. Riwayat menstruasi:

Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari

20
Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari

HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore

d. Pemeriksaan fisik

Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum,


kesadaran, TTV: TD, nadi, suhu badan, RR.

1. Breath : Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas:


vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.
2. Blood : Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan
dingin
3. Brain : Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva
anemia
4. Bladder : Warna kuning dan volume 1,5 L/hari
5. Bowel : Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum
(1500cc/hari), Kebersihan mulut: bersih, Mukosa: lembab,
Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari),
Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.
6. Bone : Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

e. Analisis Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut
7. Penyebab timbulnya↓
nyeri: disminore. Regresi korpus luteum
8. Nyeri dirasakan↓
meningkat saat aktivitas
progesteron↓
9. Lokasi nyeri
abdomen ↓

10. Skala nyeriMiometrium terangsang


menunjukkan lebih dari ↓
11. Nyeri sering danKontraksi&disritmia uterus↑
terus – menerus

21
DO: ↓
12. Wajah tampakAliran darah ke uterus↓
menahan nyeri ↓
DS: Iskemia
13. Pasien menyatakan↓
mudah lelah
Nyeri haid
DO:
14. Nadi lemah (TD
90/60 mmHg) Menstruasi
2 15. Px. terlihat pucat ↓ Intoleran aktivitas

16. Sclera/ konjungtivaPendarahan


anemi ↓
DS: Anemia
17. Px. menyatakan↓
merasa gelisah Kelemahan
DO: ↓
18. Pucat Intoleran aktivitas
Memperlihatkan kurang inisiatif

Menstruasi
3 ↓ Ansietas
Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

22
D. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
a. Tujuan:
- Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

- Kriteria hasil:

- Skala nyeri 0-1

- Pasien tampak rileks

b. Intervensi

- Beri lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

- Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas berirama lambat,


nafas dalam, bimbingan imajinasi

- Evaluasi dan dukung mekanisme koping px

- Kompres hangat

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen


a. Tujuan:
- Pasien dapat beraktivitas seperti semula

- Kriteria hasil:

- Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang


memperberat dan memperingan intoleran aktivitas

- Pasien mampu beraktivitas

b. Intervensi

- Beri lingkungan tenang dan perode istirahat tanpa gangguan,


dorong istirahat sebelum makan

- Tingkatkan aktivitas secara bertahap

- Berikan bantuan sesuai kebutuhan

23
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
a. Tujuan:
- Pasien bisa kembali

- Kriteria hasil:

- Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

- Pasien menunjukkan relaksasi

- Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

b. Intervensi
- Berikan lingkungan tenang dan istirahat
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ memerlukan perilaku
koping yang digunakan pada masa lalu
- Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misalnya teknik
mengatasi stres
- Libatkan pasien/ orang terdekat dalam rencana perawatan

E. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu
dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat
juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan
tanda atau gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya


lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan


menstruasi yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang
dikeluarkan dan lamanya perdarahan.

B. Saran
1. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan penyuluhan atau
menjelaskan mengenai gangguan menstruasi serta pencegahan yang dapat
dilakukan supaya mampu menjaga kondisi kesehatannya.
2. Jika pembaca menemukan kasus ganggguan menstruasi
berkepanjangan diharapkan segera melakukan pemeriksaan berkelanjutan
atau segera ke dokter

25
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta.
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks.
Bumi Aksara: Jakarta.
Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum:
Jakarta.
Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter.
Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja
Mengatasi Dirinya. Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.
Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta

26

Anda mungkin juga menyukai