0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
63 tayangan8 halaman
Laporan pendahuluan tentang kanker orbita (Ca Orbita) memberikan informasi tentang definisi penyakit, etiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Kanker orbita adalah tumor ganas yang tumbuh di rongga mata dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Pemeriksaan seperti CT Scan dan biopsi diperlukan untuk diagnosis. Penanganannya meliputi pengangkatan tumor, radioterapi, dan kemoter
Laporan pendahuluan tentang kanker orbita (Ca Orbita) memberikan informasi tentang definisi penyakit, etiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Kanker orbita adalah tumor ganas yang tumbuh di rongga mata dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Pemeriksaan seperti CT Scan dan biopsi diperlukan untuk diagnosis. Penanganannya meliputi pengangkatan tumor, radioterapi, dan kemoter
Laporan pendahuluan tentang kanker orbita (Ca Orbita) memberikan informasi tentang definisi penyakit, etiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Kanker orbita adalah tumor ganas yang tumbuh di rongga mata dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Pemeriksaan seperti CT Scan dan biopsi diperlukan untuk diagnosis. Penanganannya meliputi pengangkatan tumor, radioterapi, dan kemoter
1.1 Definisi Tumor merupakan benjolan yang terdapat di dalam atau di luar tubuh. Tumor dibagi atas dua macam yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak biasanya tidak berbahaya karena tidak tumbuh membesar dan menyebar ke luar jaringan. Sedangkan tumor ganas merupakan kanker yang tumbuh cepat serta tidak terkendali dan merusak jaringan lain. Kanker mata (Ca Orbita) adalah tumor ganas pertumbuhan tumor ganas di mata, artinya, bagian jaringan peka cahaya di retrobulbar. Tumor di retina mata, Kita sering mengatakan bahwa "mata kanker" mengacu pada karsinoma skuamosa sel mata dari sejarah panjang tentang penyakit mata. Kanker mata relative jarang terjadi, tetapi untuk usia tertentu kemungkinan bisa terjadi. Kanker mata umumnya terjadi hanya di satu mata saja, kemudian menyebar dari satu mata ke mata lainnya, kejadian seperti ini secara bersamaan mempengaruhi kondisi kedua mata. Kondisi seperti ini sering merupakan penyebab kematian (Anonim, 2015). Kanker orbita merupakn pertumbuhan tek terkendali sel-sel abnormal pada rongga mata. Kanker mata adalah sejenis tumor ganas di bagian mata yang cenderung jarang ditemukan. Kurangnya pigmen di tepi kelopak mata, terlalu lama terkena paparan sinar matahari, kekurangan gizi dan faktor lainnya menjadi penyebab utama terjadinya kanker mata. Jenis tumor ini dapat dibagi menjadi tumor kelopak mata, tumor intraokuler dan lain-lain. Kanker mata sering terjadi hanya di salah satu mata saja, kemudian menyebar ke menjadi di keduanya. Setiap tahapan usia memiliki tingkat mordibitas yang berbeda, biasanya dikarenakan faktor genetik atau mutasi gen-nya. 1.2 Etiologi 1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14) 2. Malformasi congenital 3. Kelainan metabolism 4. Penyakit vaskuler 5. Inflamasi intraokuler 6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis 7. Trauma 1.3 Tanda Gejala Pada stadium awal, melanoma biasanya tidak menyebabkan gangguan penglihatan, tetapi pada akhirnya tumor bisa menyebabkan ablasio retina dan gangguan penglihatan. Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah : a. Mata merah dan nyeri b. Luka kecil pada iris atau konjungtiva c. Perubahan warna iris d. Gangguan penglihatan pada salah satu mata e. Mata menonjol atau mungkin juga tidak ada gejala sama sekali. 1.4 Patofisiologi Ca orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek. Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal. 1.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos orbit 2. CT Scan orbit 3. Pemeriksaan radiologik 4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) 5. Arteriografi 1.6 Komplikasi 1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan. 2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. 1.7 Penatalaksanaan Penanganan kanker orbita bervariasi tergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe kanker. Sedangkan kanker orbita hanya membutuhkaan terapi medis (obat-obatan) dan sebagian membutuhkan tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa kanker. Kadang-kadang setelah mengangkat massa kanker, pasien masih membutuhkan terapi tambahan spserti radioterapi (sinar) dan dan kemoterapi. Kanker jinak : eksisi beresiko pada penglihatan. Kanker ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. 1.8 Pathway II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Ca Orbita 2.1 Pengkajian 2.1.1 Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata. 2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ). 3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki faktor resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata). 4. Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya 2.1.2 Pemeriksaan Fisik: Data Fokus 1. Keadaan umum 2. GCS 3. Tanda Vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) 4. Kesadaran 5. Pemeriksaan Mata : Status lokalis (Visus, koreksi, skiaskopi, tonometri, kedudukan, pergerakan, Palpebrae Superior, Palpebrae inferior, Konjungtiva palpabrae, Konjungtiva bulbi, Konjungtiva forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus Vitreum, tens oculi, Sistem Lakrimalis 2.1.3 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos orbit 2. CT Scan orbit 3. Pemeriksaan radiologik 4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) 5. Arteriografi 2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan 2.2.1 Definisi Perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, yang disertai respons terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakkan (Wilkinson dan Ahern, 2011). 2.2.2 Batasan karakteristik Distorsi sensori Ansietas Perubahan pola perilaku Apatis Perubahan ketajaman Indikasi perubahan citra sensori tubuh Gelisah 2.2.3 Faktor yang berhubungan Perubahan resepsi, transmisi, dan atau integrasi sensori Ketidakseimbangan biokimia Ketidakseimbangan elektrolit Diagnosa 2: Nyeri Akut 2.2.4 Definisi Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson dan Ahern, 2011). 2.2.5 Batasan karakteristik Mengomunikasikan deskriptor nyeri (misalnya rasa tidak nyaman, mual, berkeringat malam hari, kram otot, gatal kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstermitas) Menyeringai Rentang perhatian terbatas Pucat Menarik diri 2.2.6 Faktor yang berhubungan Agen-agen pnyebab cidera (misalnya biologi, kimia, fisik, dan psikologis) 2.3 Perencanaan Diagnosa 1: Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan 2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC Berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan Mengompensasi defisit sensori dengan memaksimalkan indra yang tidak rusak. 2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan. Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis pasien. Identifikasi faktor yang menimbulkan gangguan persepsi sensori, seperti deprivasi tidur, ketergantungan zat kimia, medikasi, terapi, ketidakseimbangan elektrolit, dan sebagainya. Diagnosa 2: Nyeri Akut 2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan Mempertahankan tingkat nyeri atau mengurangi. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, atau tekanan darah. 2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC Pemberian analgetik: menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri. Manajeman medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif. Manajeman nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. Manajemen sedasi: memberikan sedatif, memantau respon pasien, dan memberi dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik atau terapeutik.
III. Daftar Pustaka
Herdman, T. Heather, & Kamitsuri, S. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & klarifikasi 2015-2017. Alih bahasa: Keliat, B., A, et al. Edisi 10. Jakarta: EGC. http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/eye-cancer/ (diakses 08 Januari 2017) http://www.cancercenter.co.id/jenis-kanker/gejala-kanker/kanker-mata/ (diakses 08 Januari 2017) Wilkison, J.,M. & Ahern N.,R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Banjarmasin, ..................................2017 Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di Wisma Anggrek Panti Sosial Tresna Werdha Bina Mulia 01 Ciracas Jakarta