O DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK
DI PANTI WERDHA STELLA MARRIS BOGOR
TAHUN 2019
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
1. DINDA FIBIYANTI
2. OKTAVIANI DWI LESTARI
3. RIDWAN FIRMANSYAH
4. SHINTA KUSUMA WARDHANI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny.O Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarak di
Panti Werdha Stella Maris Bogor. Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan
4
mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal
jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.
Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia
mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena
proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data
statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55
(Irawan, 2008).
1.2.1. Tujuan Umum
Ny.O dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Panti Werdha Stella Maris
Bogor.
1.2.2. Tujuan Khusus
Sensori : Katarak
1. Bagi Panti Werdha Stella Marris diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan
3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan
4. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai pengalaman
langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Ny.O dengan Gangguan
BAB 2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2011). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa.
Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin,
2010).
Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju
retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada bagian anterior orbit.
Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk
bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
7
- Sclera
- Kornea
- Koroid
- Iris
- Retina
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata pada beberapa perintah
dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan
untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic dari korteks serebri, tempat
1. Fisik
2. Kimia
6. Usia
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini dapat
mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
10
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan
dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
11
2.1.6 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai
kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior
dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena
adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
12
2.1.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang /
alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan.
13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor,
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
Keratometri.
2.1.9 Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien
melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi,
dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi
mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan
ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau
15
katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati
diabetika.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
1. Identitas diri klien
- Nama lengkap : Ny O
- Tempat tanggal lahir : Kulon Progo, 22 juni 1942
- Jenis kelamin : Perempuan
- Status perkawinan : Janda
- Agama : Katholik
- Suku bangsa : Jawa
- Pendidikan terakhir : SD
- Diagnose medis : (bila ada)
- Alamat : Rawakalong
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi
- Nama : Tn. W
- Alamat : Bekasi
- No.telepon : 081368005291
- Hubungan dengan klien: Saudara kandung
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
- Pekerjaan saat ini :-
16
- Pekerjaan sebelumnya: -
- Sumber pendapatan : -
- Kecukupan pendapatan: -
4. Aktivitas rekreasi
- Hobi : Bernyanyi
- Bepergian/wisata : Ke tempat sanak family
- Keangotaan organisasi: -
- Lain-lain :-
5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
- Nama : Tn W
- Umur : 66 Tahun
- Keadaan saat ini : Sehat
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
- Nama :
- Umur :
- Penyebab kematian :
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : 3X sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : tidak ada
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1X /2hari
Konsistensi : Lembab
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
Pengalaman memakai Laxantif/pencahar : tidak ada
d. Mata
Fungsi pengihatan: kabur (min:2,6) Palpebra: terbuka
Ukuran pupil: simetris isokor
Konjuntiva: tidak pucat sclera: putih
Lensa/iris: adanya kekeruhan lensa
Oedema palpebra: tidak ada
Pupil: miosis
Replek cahaya : (+)
e. Telinga
Fungsi pendengaran: tidak baik fungsi keseimbangan: tidak baik
Kebersihan: sedikit kotor
Daun telinga: simetris Mastoid: tidak ada
22
g. Dada
Inspeksi: normal (retrasi dinding dada tidak ada)
Palpasi: normal (ekspansi paru simetris)
Perkusi: tidak resonan pada kedua paru
Auskultasi: Vesikuler
h. Abdomen
Insfeksi: simetris
Auskultasi: BU 12 x/i
Perkusi: tympani
Palpasi: tidak ada pembesaran hepar ataupun limfa
i. Kulit
23
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Sosial
Hubungan klien dengan lansia yang lain baik, terbukti klien suka ngobrol dengan lansia yang lain, klien mengatakan betah
berada di panti werdha garut ini, karena ini adalah keinginannya sendiri untuk berada di tempat ini.
b. Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I
Petanyaan Tahap 2
25
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Klien mengatakan sering merasa pusing setiap hari saat bangun tidur.
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Saat pengkajian klien mengatakan tidak punya masalah atau pikiran.
3. Ada gangguan/masalah dengan anggota keluarga ?
Klien mengatakan mempunyai masalahnya dengan adiknya tetapi,anggota keluarganya yang lain masih sering menemui
klien bahkan sesekali membawa klien pulang seperti saat di hari raya.
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Klien mengatakan tidak pernah meminum obat tidur, karena tidur klien tiap hari pules.
5. Cenderung mengurung diri ?
Klien tidak pernah mengurung diri di kamar, terbukti klien suka ngobrol di kamar teman sebelahnya.
C. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Menurut penuturan klien, klien beragama katholik, klien selalu berdoa menurut agama dan keyakinan yang ia anut dan klien yakin
akan kematian, bahwa kematian itu rahasia Tuhan dan pasti akan terjadi.
BANTUAN
2. Minum 10 Frekwensi : ± 4 x
sehari
Jumlah : ± 4 gelas
sehari
5. Keluara masuk toilet 10 Mandi sendiri.
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
Konsistensi : padat
Warna : pekat
Jenis : relaksasi,
berjemur
28
Interprestasi
B. Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga berdenging
keringat malam
7. Sesak napas
8. Berdahak atau sputum
D. Fungsi jantung
9. Jantung berdebar-debar
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada
E. Fungsi pencernaan
12. Mual/muntah
G. Fungsi pendengaran
16. Nyeri kaki saat berjalan
tulang belakang
18. Nyeri
persendiaan/bengkak
H. Fungsi persarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada
kaki atau tangan
Jumlah
31
S< 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan
S26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
> 51 : masalah kesehatan kronis berat
e. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitifdilakukan dalam rangka mengkaji kemampuaan klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang,
tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :
No Item pertanyaan Benar Salah
1. Jam berapa sekarang ?
Jawab : jam gak tau
2. Tahun berapa sekarang ?
Jawab :2019
3. Kapan bapak/ibu lahir ?
Jawab : 22 juni 1942
4. Barapa umur bapak/ibu sekarang ?
Jawab : 69 tahun
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang ?
Jawab : desa img permu kepahiang
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu sekarang ?
Jawab :2 orang
7. siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
bapak/ibu ?
jawab : Koh Wan
8. tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia ?
jawab : 1945
32
Analisa Hasil :
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : Ada gangguan
a. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandiriaan katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klienn dalam, menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian
berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada
kemampuan , artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungdi meskipun ia
sebenarnya mampu.
Mandiri Tergantung
No Aktivitas ( nilai 1 ) (0)
1. Mandi dikamar mandi ( manggosok,
membersikan, dan mengeringkan badan )
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan
mengenakannya
3. Memakan makanan yang telah disiapkan
33
Analisa hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan
Analisa hasil :
Pandangan kabur
Gangguan sensori
DS : Klien mengatakan
persepsi: penglihatan
menderita katarak, Klien
mengatakan cemas akan
penyakitnya
Proses penuaan
DO : Klien tidak bisa
menjelaskan tentang Kurang Pengetahuan
katarak, Klien nampak
Perubahan kimia dalam
bingung
protein lensa
Koagulasi
menghambat jalannya
cahaya ke retina
DS : Klien mengatakan
Pandangan kabur
menderita katarak, Klien
38
mengatakan merasa
cemas dengan Risiko cedera
kondisinya saat ini
(penyakitnya), Klien Kurang pengetahuan
mengatakan mata bagian
kanan terlihat kurang
jelas,
Klien mengatakan akan
menjalani operasi
Proses penuaan
katarak tapi masih
menunggu panggilan Cemas
Perubahan kimia dalam
DO : Klien tampak
protein lensa
gelisah, Klien tampak
cemas, Klien bertanya-
tanya tentang kondisi
Koagulasi
klien saat ini
menghambat jalannya
cahaya ke retina
Pandangan kabur
Risiko cedera
39
cemas
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan dan status organ indera
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan atau mengingat, keterbatasan
kognitif
sensori 2. mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam Menerima reaksi pasien terhadap
lingkungan rusaknya penglihatan
penglihatan Indikator Awal Tujuan Andalkan penglihatan pasien
1 2 3 4 5 yang tersisa
berhubunga Ketajaman penglihatan pusat 3 Bacakan surat, koran, dan
Ketajaman penglihatan sekitar 3 informasi lainnya
n dengan Lapang pandang 3 Bantu memilih kegiatan yang
Respon penglihatan 3 sesuai dengan kemampuan fisik
gangguan dan psikologis
penerimaan
dan status
organ indera
N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
sudah menerima
keadaannya sekarang
O:
Klien memiliki
semangat yang tinggi
Mengandalkan penglihatan S :
pasien yang tersisa Klien mengatakan
tidak bisa melihat
dengan jelas dan
pandangannya kabur
O:
Terdapat kekeruhan
pada lensa mata kanan
klien
S :
Membacakan surat, koran, dan Klien mengatakan
informasi lainnya ingin tahu berita yang
sedang booming
O:
Rasa ingin tahu klien
tetap tinggi walaupun
matanya sudah tidak
berfungsi dengan baik
S:
Membantu memilih kegiatan Klien bertanya
yang sesuai dengan aktivitas apa yang bisa
kemampuan fisik dan klien lakukan
psikologis O:
Klien masih
mempunya semangat
untuk beraktivitas dan
melakukan kegiatan
walaupun terbatas
43
S:
Menggunakan komunikasi Klien mengatakan
terapeutik dan pendekatan yang senang jika ada yang
baik pada klien bisa diajak bercerita
dan bertukar pendapat
O:
Kehadiran mahasiswa
di panti sangat diterima
S:
Memberikan terapi Klien menanyakan
nonfarmakologis untuk bagaimana cara
mengurangi ansietas klien mengalihkan cemasnya
O:
Teknik relaksasi yang
diberikan sudah bisa
45
penglihatan
Indikator Awal Sekarang Tujuan
berhubunga 1 2 3
Ketajaman penglihatan pusat 3 3 3
n dengan Ketajaman penglihatan sekitar 3 3 3
Lapang pandang 3 3 3
gangguan Respon penglihatan 3 3 3
dihentikan
22-02-2019 3 S : Klien menanyakan proses penyakitnya mengapa bisa terjadi,Klien mengatakan senang jika
bisa diberikan informasi mengenai penyakitnya bisa bertukar pikiran
O : Klien tampak puas dengan penjelasannya yang diberikan, Klien nampak puas dengan
jawaban yang diberikan
A:
P : Intervensi dihentikan
47
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan pada Ny.O dengan Ganguan Sistem
Penglihatan Katarak Di Panti Werdha Stella Marris Bogor, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam pengumpulan data dan informasi
yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis
lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan
tindakan keperawatan. dalam tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 3 diagnosa keperawatan. Karena selama tahap
pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena
itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
48
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi
oleh pasien. Dalam melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua
rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan perencanaan yang berarti. Karena rencana tindakan yang dibuat dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini penulis mendapatkan hasil dari
pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari orang - orang disekitar pasien. Pasien terhadap tindakan
keperawatan yang di berikan. Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang diberikan
5.2. Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan kepada penanggung jawab panti jompo
khususnya di wisma sakura disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola
2. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat menambah referensi buku - buku terbaru