Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS KESEHATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia
dengan Katarak”. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Yuan Guruh Pratama, S.Kep.Ns., M.Kes. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan gerontik
2. Dan seluruh anggota kelompok 3 yang membantu dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca untuk memperbaiki
makalah kami . Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa Definisi dari Lansia?
2) Apa saja Peubahan Akibat Proses Penuaan?
3) Apa Definisi dari Katarak?
4) Apa saja Klasifikasi dari Kataral?
5) Apa Etiologi dari Katarak?
6) Apa saja Manifestasi Klinis dari Katarak?
7) Bagaimana Patofisiologi dari Katarak?
8) Apa saja Komplikasi dari Katarak?
9) Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Katarak?
10) Bagaimana WOC dari Katarak?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi dari lansia
2) Untuk mengetahui apa saja perubahan akibat proses penuaan
3) Untuk mengetahui definisi dari katarak
4) Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari katarak
5) Untuk mengetahui etiologi dari katarak
6) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari katarak
7) Untuk mengetahui patofisiologi dari katarak
8) Untuk mengetahui komplikasi dari katarak
9) Untuk mengetahui apa saja oemeriksaan oenunjang dari katarak
10) Untuk mengetahui WOC dari katarak
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia.
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam
aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan kemandirian lansia.
Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau
perburukan masalah kesehatan.
c) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan
kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.
d) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan
perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status(jabatan)
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan
7
b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
e. Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan
f. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan erat dengan teman dan
keluarga
h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri dan
konsep diri)
2.2 Konsep Dasar Penyakit Katarak
A. Definisi Katarak
Katarak merupakan penyakit pada mata yang ditandai dengan adanya keruhan pada
lensa mata sehingga penglihatan kabur. Kondisi ini biasa terjadi pada lansia akibat
pertambahan usia dan dapat terjadi hanya pada salah satu mata atau kedua mata
sekaligus. Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata yang
seharusnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan berbagai hal
sehingga terjadi gangguan penglihatan.
B. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam
1) Katarak kongenital, katarak yang sudah terjadi pada usia di bawah 1 tahun
2) Katarak Juvenille, katarak yang sudah terjadi setelah 1 tahun
3) Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun
1) Katarak nuklir, jenis yang paling umum pada lansia akibat proses penuaan yang
terbentuk di bagian tengah lensa mata.
2) Katarak traumatik, katarak yang disebabkan pernah mengalami kejadian yang
emnyebabkan cedera pada mata.
3) Katarak kongenital, katarak yang terbentuk sejak dilahirkan atau pada masa kanak-
kanak.
8
4) Katarak kortikal, membentuk area putih seperti jaari-jari roda yang mengelilingi
lensa yang terjadi pada area korteks atau bagian tepi luar lensa.
5) Katarak Subkapsular
C. Etiologi
Menurut Ilyas (2015) penyakit katarak dapat disebabkan berbagai hal diantaranya:
a) Usia
b) Diabetes
c) Hipertensi
d) Radang mata
e) Trauma mata
f) Riwayat katarak pada keluarga
g) Merokok
h) Pembedahan mata
i) Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari katarak yang paling umum menurut National Eye Institute
(2015) yaitu :
a) Visi yang mendung atau buram
b) Melihat warna terganggu
c) Silau
d) Saat malam penglihatan nampak buruk
e) penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata (gejala ini dapat terjadi
ketika katarak semakin membesar)
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis, pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior, dengan
bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitaster terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
9
nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula)
yang memanjang dari badan silier di sekitar daerah di luar lensa dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar (Suhardjo, 2012)
Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral,
namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma
maupun sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal (Ilyas and Yulianti, 2017).
F. Komplikasi Katarak
Komplikasi operasi katarak dapat terjadi selama operasi maupun setelah operasi.
Persiapan Pre Operasi dan Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting
untuk mendeteksi komplikasi operasi. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Katarak pada Dewasa menyebutkan beberapa komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari tindakan operasi katarak antara lain :
a) Ruptur kapsul posterior (Posterior Capsule Rupture/PCR
Kejadiannya bervariasi antara 2% (pada kasus uncomplicated
phacoemulsification)-9% (pada kasus dengan risiko tinggi). Setiap operator perlu
memiliki kemampuan untuk melakukan vitrektomi anterior serta memiliki pilihan
kekuatan IOL cadangan bila terjadi PCR.
b) Cystoid macular edema (CME)
Angka kejadian CME bervariasi antara 1-3% dengan teknik SICS. Beberapa faktor
risiko terjadinya CME antara lain: riwayat uveitis, PCR dengan prolaps vitreus,
retinopati diabetik, riwayat operasi vitero-retina, serta riwayat CME pada mata
kontralateral. Belum ada protokol pencegahan terjadinya CME, namun pemberian
anti inflamasi steroid dapat dipertimbangkan untuk kasus risiko tinggi.
10
c) Endoftalmitis
Angka kejadian endoftalmitis sangat rendah berkisar antara 0.004-0.16% di seluruh
dunia. Faktor risiko terjadinya endoftalmitis antara lain: PCR, vitreus loss, waktu
operasi yang lama, operasi yang dilakukan oleh residen, pasien dengan
imunocompromised, konstruksi luka yang bocor, anestesi topikal bentuk gel
sebelum povidone iodine, pasien usia lanjut. Menurut Endophthalmitis Vitrectomy
Study dikatakan bahwa vitrektomi dilakukan pada kasus dengan tajam penglihatan
hands-motion (visus 1/300); namun menurut rekomendasi ESCRS (European
Society of Cataract and Refractive Surgeons), vitrektomi segera dengan pemberian
antibiotik intravitreal (pilihan ceftazidime dan vancomycin) akan memberikan hasil
tajam penglihatan yang lebih baik apapun tajam penglihatan awal dari pasien
tersebut.
d) Toxic anterior segment syndrome (TASS)
TASS adalah radang steril pasca operasi katarak yang ditandai dengan reaksi
radang segmen anterior yang hebat, adanya fibrin, adanya hipopion, adanya edema
kornea masif, rasa nyeri tidak terlalu menonjol yang -terjadi dalam 12-48 jam pasca
operasi katarak. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh sterilisasi instrumen yang tidak
adekuat, irigasi dari fakoemulsifikasi yang tidak adekuat, hingga penggunaan
sarung tangan dengan powder. TASS biasanya responsif dengan pemberian
antiinflamasi topikal, namun bila ada kecurigaan mengarah ke endoftalmitis,
sebaiknya dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07 (2018) dalam
PNPK Tata Laksana Katarak pada Dewasa (2018), menyebutkan bahwa operasi katarak
saat ini, disertai dengan implantasi lensa intra okular (Intra Ocular Lens = IOL) yang
disesuaikan dengan kondisi refraktif mata pasien. Untuk menentukan besarnya power
IOL yang akan diimplantasi dilakukan pemeriksaan keratometri dan biometri. Kelainan
katarak dapat disertai keadaan patologis lain baik pada mata maupun pada masalah
sistemik sehingga pemeriksaan mata menggunakan slit lamp biomikroskopi harus
dilakukan dengan cermat untuk menilai ada tidaknya patologi pada segmen anterior
dan segmen posterior yang dapat meningkatkan risiko komplikasi dan memperkirakan
11
prognosis pasca tindakan operasi. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan dalam
persiapan operasi katarak, yaitu:
a) Pemeriksaan darah rutin yang terdiri dari hemoglobin, leukosit, trombosit dan gula
darah sewaktu dilakukan pada pasien yang akan dilakukan operasi katarak.
Konsultasi ke bidang spesialisasi lain diperlukan jika terdapat masalah sistemik
yang akan berisiko saat dilakukan operasi seperti hipertensi dan gangguan paru
serta jantung. Kondisi diabetes melitus yang tidak terkontrol juga memerlukan
konsultasi dengan ahli penyakit dalam, karena hal ini akan mempengaruhi
penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
b) Pemeriksaan USG (ultrasonografi) okular dilakukan jika dicurigai terdapat patologi
pada retina atau vitreus terkait temuan anamnesis dan kondisi sistemik pasien
namun tidak dapat dilakukan pemeriksaan funduskopi karena kekeruhan media
refraksi. Jika terdapat katarak total monokular juga sebaiknya dilakukan
pemeriksaan USG karena dugaan katarak terjadi akibat komplikasi masalah lain di
segmen posterior atau akibat trauma.
c) Pemeriksaan makula (Optical Coherence Tomography/OCT) dilakukan jika derajat
kekeruhan katarak didapatkan ringan namun penurunan tajam penglihatan lebih
buruk dari yang seharusnya, dan evaluasi patologi pada makula tidak jelas akibat
kekeruhan lensa. (Grade A, Level Ib) Namun pada beberapa kasus katarak dengan
kekeruhan media yang berat, pemeriksaan OCT tidak dapat dilakukan.
d) Pemeriksaan spekular mikroskopi untuk menghitung kerapatan sel endotel kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada endotel kornea dan
pada kasus dengan penyulit. Setiap tindakan operasi intraokular, termasuk katarak
akan menyebabkan berkurangnya sel endotel sehat pasca operasi, sedangkan jumlah
serta kualitas sel endotel sangat penting untuk menjaga kejernihan kornea. Operasi
katarak dengan penyulit akan memerlukan manipulasi lebih banyak dari katarak
sederhana sehingga risiko penurunan sel endotel pasca operasi akan lebih tinggi.
H. Penatalaksanaan
Satu-satunya cara untuk menghilangkan katarak adalah dengan operasi (Perdami,
2017). Operasi katarak adalah operasi untuk menghilangkan lensa yang berawan
(American Academy of Ophthalmology, 2013). Operasi katarak merupakan sebuah
12
prosedur mengeluarkan lensa mata kemudian menggantinya dengan lensa buatan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa operasi katarak adalah sebuah
prosedur mengeluarkan lensa mata alami yang keruh dan menggantinya dengan lensa
buatan. Adapun Indikasi Operasi Katarak sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Hk.01.07 (2018) tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Katarak Pada Dewasa, antara lain:
a) Meningkatkan tajam penglihatan pasien yang sifatnya subjektif bervariasi
tergantung seberapa besar katarak telah mengganggu aktivitas sehari-hari.
b) Alasan medis, yaitu adanya penyakit okular lain yang mengancam penglihatan
sehingga memerlukan penanganan segera seperti glaukoma fakomorfik, glaukoma
fakolitik dan ablasio retina, serta untuk meningkatkan visualisasi retina dalam
rangka evaluasi dan terapi pada penyakit-penyakit di retina.
c) Alasan kosmetik, pada pasien yang tetap menginginkan operasi walaupun telah
mengetahui kecilnya peluang untuk memperoleh visus yang lebih baik, hanya saja
pasien tersebut tidak ingin bola matanya terlihat putih.
13
I. WOC
14
BAB III
ASUHAN KEERAWATAN
KASUS
Ny. A berusia 65 tahun pendidikan terakhir SD Ny.A beragama islam status janda memiliki 3
orang anak dan kini tinggal bersama 1 orang anaknya di jln besuki kediri,pada tanggal 18 januari
2023 Ny. A dilarikan ke rumah sakit RS Bhayangkara kediri oleh anaknya,pada saat di bawa ke
RS Ny.A mengatakan penglihatanya terasa kabur sejak 2 bulan yang lalu,terjadi penurunan
ketajaman penglihatan dan Ny.A mengatakan cemas akan kondisi yang dirasakan. Pada saat
dilakukan pemeriksaan didapatkan TD: 140/90 mmHg N: 88x/menit S : 36,6°C RR : 20x/menit
BB: 51 kg dilakukan pemeriksaan GCS didapatkan hasil E : 4 V : 5 M: 6
PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : Ny. A
Umur : 65 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
15
Hubungan dengan klien : Anak kandung
B. Riwayat Keluarga
a. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Meninggal
C. Riwayat Pekerjaan :
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mendapat uang bulanan
dari anak-anaknya
Rumah dipinggir jalan raya yang berpolusi dan berdebu ,bersih dan rapi,penerangan
baik,sirkulasi udara baik,keadaan kamar mandi dan WC bersih,tempat tidur aman tidak
tinggi,kebersihan lingkungan cukup baik.
E. Riwayat Rekreasi
16
Dalam menghadapi kesulitan Ny. A seringkali mendapat bantuan dari anak dan tetangga
G. Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : klien beragama islam,melaksanakan sholat 5 waktu
H. Status kesehatan
Status kesehatan umun selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum 5 tahun yang lalu : Klien tidak menderita penyakit berat,paling hanya
sakit kepala,demam,batuk atau flu biasa
Keluhan utama
1. Profocative/paliative :-
2. Quality :-
3. Region :-
4. Servety scale :-
5. Timing :-
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah : jika sakit klien biasa membeli obat di warung
Obat –obatan :-
Alergi
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :-
Penyakit yang diderita :-
I. Aktivitas hidup sehari-hari
Nutrisi : Nafsu makan baik,makan 3xsehari
Eliminasi : a. BAK : frekuensi BAK meningkat,warna kuning ,berbau tidak
menyengat
b. BAB : Frekuensi dan waktu 1x/hari,konsistesi padat,berbau,tidak
terdapat keluhan BAB
Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien mersa lemah dan cepat lelah
Istirahat & tidur : Tidur siang kurang lebih 1 jam,tidur malam kurang lebih 7 jam
Personal Hygiene : Tampak rapi,bersih dan terawat
Seksual : Tidak ada keiginan untuk berhungan lagi karena merasa sudah tua
17
Rekreasi : Ny. A mengatakan sudah jarang melakukan rekreasi
J. Psikologi,Kognitif,Dan Preseptual
Konsep diri : Baik
Adaptasi : Baik
Emosi : Stabil
Status mental : Baik
Mekanisme pertahanan diri : Baik
K. Tinjauan sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : E : 4 V : 5 M: 6
Tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg,N: 88x/menit S : 36,6°C RR : 20x/menit BB: 51 kg
Sistem integumen : Warna kulit hiperpigmentasi,Tugor kulit baik,Tidak ada lesi,Tidak ada
odema,Akral hangat
Mulut & tenggorokan : Kebersihan rongga mulut berbau,selaput lendir mulut lembab,tidak ada
sakit menelan,tidak ada pembesaran hepar
18
Sistem pernafasan : Bentuk dada simtris,frekuensi nafas 20x/menit,bunyi nafas normal
vesikuler disemua lapang paru,tidak ada alat bantu pernafasan
Sistem perkemihan : (-) distensi kandug kemih (-) inkontenensia, frekuensi BAK tidak tentu
dan BAB 1-2x/sehari, (-) nyeri saat BAK/BAB (-) keluhan terkait BAK
dan BAB
Sistem gastrointestinal : status gizi baik(-) mual muntah,(-) diet,(-) kesulitan dalam mengunyah,
(-) konstipasi,(-) sembelit
19
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Menguji Aspek Kognitif dan Fungsi Mental
20
9 ( 8 ) a. Apakah nama benda-benda ini ? Perlihatkan pensil dan arloji ) ( 2
angka )
b. Ulanglah kalimat berikut : ” Jika, Tidak. Dan, Atau Tapi ” ( 1
angka )
c. Laksanakan 3 buah perintah ini : ”Peganglah selembar kertas
dengan tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
letakkanlah di lantai ( 3 angka )
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : ” PEJAMKAN MATA
ANDA ” ( 1 angka )
e. Tulislah sebuah kalimat ( 1 angka )
f. Tirulah gambar ini ( 1 angka )
SKOR
TOTAL
Tandailah tingkat kesadaran manula pada garis absis di bawah ini
dengan huruf.
Sadar Somnolen Stupor Koma
Keterangan :
Skor Total : 30
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Mungkin ada gangguan fungsi kognitif
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif
21
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA
Skor
+ - NO Pertanyaan Jawaban
Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
22
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat
Kesimpulan :
Dari pengkajian diatas Ny. A hanya 1 kali menjawab salah oleh karena itu dapat disumpulkan
bahwa fungsi intelektual Ny. A utuh
23
ANALISA DATA
24
Pasien tampak gelisah dan
cemas
DO :
Gangguan persepsi sensori
Nampak selaput putih
pada kedua mata
Lensa Nampak keruh
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) (D.0080) Ansietas b.d ancaman terhadap kesehatan d.d merasa khawatir / takut dengan
kondisinya, tampak cemas, tekanan darah meningkat
2) (D.0111) Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi d.d px tidak tahu terkait
penyakitnya, sering menanyakan masalah penyakit yang dihadapi
3) (D.0085) Gangguan persepsi sensori b.d menurunnya ketajaman penglihatan d.d
penglihatan kabur, lensa keruh, dan tampak selaput putih pada mata
INTERVENSI
25
2) Perilaku cemas menurun - Ciptakan suasana
3) Tekanan darah menurun terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik ralaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat ansietas, jika perlu
(D.0111) Defisit (L.12111) Tingkat (I.12383)
pengetahuan b.d Pengetahuan Edukasi Kesehatan
kurangnya terpapar Setelah dilakukan tindakan Observasi
informasi d.d px tidak tahu keperawatan selama 3 x 24 jam - identifikasi kesiapan dan
terkait penyakitnya, sering diharapkan tangkat pengetahuan kemampuan menerima
menanyakan masalah meningkat dengan kriteria hasil : informasi
kesehatan yang dihadapi 1) verbalisasi minat dalam Terapeutik
belajar meningkat
26
2) pertanyaan tentang - sediakan materi dan
masalah kesehatan yang media pendidikan
dihadapi menurun kesehatan
- jadwalkan penkes sesuai
kesepakatan
- berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- ajarkan strategi yang
dapat digunakan utnuk
meningkatka hidup
bersih dan sehat
(D.0085) Gangguan (L.06048) Fungsi Sensori (I.08241)
persepsi sensori b.d Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi Rangsangan
menurunnya ketajaman keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
penglihatan d.d diharapkan fungsi sensori - periksa status sensori
penglihatan kabur, lensa membaik dengan kriteria hasil : system penglihatan
keruh, dan tampak selaput 1) ketajaman penglihatan Terapeutik
putih pada mata meningkat - diskusikan tingkat
tolenrasi terhadap beban
sensori
- batasi stimulasi
lingungan (ex. Cahaya,
aktivitas)
- jadwalkan aktivitas
harian dan waktu istirahat
Edukasi
27
- ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
obat
28
9. Melatih teknik ralaksasi Masalah belum
10. Mengkolaborasi Teratasi
pemberian obat P :
ansietas, jika perl Intervensi
Dilanjutkan
2. (D.0111) Defisit 1. Mengidentifikasi S:
pengetahuan b.d kesiapan dan Pasien mengatakan
kurangnya terpapar kemampuan menerima sudah mengetahui
informasi d.d px tidak informasi terkait penyakit
tahu terkait penyakitnya, 2. Menyediakan materi yang dideritanya
sering menanyakan dan media pendidikan
O:
masalah kesehatan yang kesehatan
Pasien mengeluh
dihadapi 3. Menjadwalkan penkes
sulit tidur
sesuai kesepakatan
Terlihat pasien
4. Memberikan
sudah memahami
kesempatan untuk
terkait penyakitnya
bertanya
Pasien terlihat
5. Menjelaskan factor
cemas dan
risiko yang dapat
gelisahnya sudah
mempengaruhi
berkurang
kesehatan
A : Masalah teratasi
6. Mengajarkan strategi
sebagian
yang dapat digunakan
P : Intervensi dihentikan
utnuk meningkatka
hidup bersih dan sehat
3. (D.0085) Gangguan 1. Memperiksa status S :
persepsi sensori b.d sensori system Pasien mengatakan
menurunnya ketajaman penglihatan penglihatannya
penglihatan d.d 2. Mendiskusikan tingkat kabur dan sangat
penglihatan kabur, lensa tolenrasi terhadap beban mengganggu
sensori
29
keruh, dan tampak 3. Membatasi stimulasi O :
selaput putih pada mata lingungan (ex. Cahaya, Nampak selaput
aktivitas) putih pada kedua
4. Menjadwalkan aktivitas mata
harian dan waktu Lensa Nampak
istirahat keruh
5. Mengajarkan cara A : Masalah belum
meminimalisasi P : Intervensi dilanjutkan
stimulus
6. Mengkolaborasi
pemberian obat
30
DAFTAR PUSTAKA
Yusfarina, M. (2023). asuhan keperawatan pada lansia dengan katarak. Retrieved 16 March 2023,
from
https://www.academia.edu/4556392/asuhan_keperawatan_pada_lansia_dengan_katarak
31