Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWAAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN KATARAK

Dosen Pembimbing : Dr. Lidia Hastuti.M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Yuli Rahma Wati SR172110060
Santri Sancaya SR172110061
Alma SR172110062
Meli Diana SR172110063

S1/7/B

PROGRAM STUDI REGULER S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020

i
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat dan salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta umatnya yang
senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
“Keperawatan Gerontik” pada Program Studi Reguler S1 Keperawatan STIK
Muhammadiyah Pontianak. Dalam penyusunan makalah ini tidak banyak kesulitan
yang Kami temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Lidia Hastuti.,M.Kes selaku pembimbing, yang bersedia membimbing
dan meluangkan waktunya.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
3. Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah ini.
4. Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil
Alamin.
Billahi Fiisabilil Haq Fastabiqul Khaerat.
Wassalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, 26 Oktober 2020


Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................3
B. Macam-macam Katarak..................................................................................3
C. Tanda dan Gejala............................................................................................5
D. Etiologi............................................................................................................5
E. Patofisiologi........................................................................................................5
F. Pemeriksaan........................................................................................................7
G. Pengobatan Katarak........................................................................................7
H. Macam operasi :..............................................................................................7
I. Evaluasi sesudah operasi katarak :.....................................................................7
J. Pengobatan Sesudah Operasi Katarak :..............................................................8
BAB III..........................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................9
A. Asuhan Keperawatan......................................................................................9
BAB V.........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................18
iv

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan suatu keadaan dimana kondisi yang akan terjadi pada
seseorang dalam kehidupan manusia. Untuk tahapan umur seseorang yang
disebut lansia merupakan seseorang sudah bisa disebut tua apabila sudah
memasuki usia 60 tahun (WHO dan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998
psikologis). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi orang tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tahapan kehidupan, yaitu tahap anak-anak, dewasa serta tahap tua. Tiga
tahap yang dilewati merupakan tahapan yang sangat banyak perbedaan baik
secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008).

Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari pancaindra yang paling penting,
dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan
optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh
otak berasal dari mata. Jika pada system penglihatan mengalami gangguan maka
akan berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari. WHO memperkirakan 12
orang menjadi buta setiap menit di dunia, dan 4 orangvdiantaranya berasal dari
asia tenggara. Bila dibandingkan dengan angka kebutaan Negara-negara di
regional Asia Tenggara,angka kebutaan di Indonesia (1,5%) adalah yang
tertinggi (Bangladesh 1%,India 0,7%,Thailand 0,3%).

1
2

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapt disimpulkan rumusan masalah dari
makalah ini adalah apa itu asuhan keperawatan lansia pada katarak.
C. Tujuan

1. Umum
Untuk memahami konsep asuhan keperawatan lansia dengan katarak
a. Untuk memahami tentang konsep katarak, penyebab katarak, tanda dan
gejela, serta cara penangan katarak.
b. Untuk Memahami konsep seperti katarak, Penyebab katarak, serta cara
mengatasi katarak.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long,
1996).

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau


bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua
orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab
umum kehilangan umum kehilangan pengelihatan yang bertahap. Lensa yang
keruh menghalangi cahay amenembus kornea, yang pada akhirnya mengaburkan
tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya otak menginterpretasikan
bayangan yang kabur.

Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata. Tetapi katarak masing–


masing mata memburuk sendiri – sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic
yang biasanya unilateral dan katarak konginetal yang kondisinya dapat tidak
berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada orang
dengan usia diatas 70 tahun. Pembedahan memperbaiki pengelihatan pada sekitar
4

95% pasien. Tanpa pembedahan katarak akhirnya menyebabkan kehilangan


pengelihatan total..
D. Macam-macam Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.

2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.

3. Katarak komplikata.

4. Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

1) Katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir,
katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun. Jenisnya
adalah:

a) Katarak lamelar atau zonular.

b) Katarak polaris posterior.

c) Katarak polaris anterior

d) Katarak inti (katarak nuklear)

e) Katarak sutural

2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir. katarak juvenil,
katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan sesudah usia 30-40 tahun.
5

3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia, katarak senil,
yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Ada beberapa
macam yaitu:

a) katarak nuklear : Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa

b) Katarak kortikal : Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa

c) Katarak kupliform :Terlihat pada stadium dini katarak nuklear


atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:

a) katarak insipiens : Katarak yang tidak teratur seperti


bercak – bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya.

b) katarak imatur : Terjadi kekeruhan yang lebih tebal


tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt
bagian- bagian yang jernih pada lensa.

c) katarak matur : Bila proses degenerasi berjala terus


maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas
melalui kapsul.

d) katarak hipermatur : Merupakan proses degenerasi


lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul
lensa.

4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit
umum.

5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau katarak traumatik.
6

E. Tanda dan Gejala

1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.

2. Pengelihatan baca yang buruk.

3. Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar


matahari yang terang.

4. Pandanga silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi
dimalam hari.

5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan


dengan cahaya yang terang.

6. Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.


F. Etiologi

1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis

2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh


sinar X atau benda – benda radioaktif.

3) Penyakit mata seperti uveitis.

4) Penyakit sistemis seperti DM.

5) Defek kongenital

G. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat
larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah
protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein,
perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah
protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein
7

dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan
nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada
serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan
gangguan penglihatan.
8

Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya

- Kecemasan - Gangguan rasa

meningkat nyaman (nyeri)

- Kurang - Resiko tinggi

pengetahuan terjadinya infeksi Penglihatan /Buta


- Resiko tinggi
terjadinya injuri :
 Peningkatan
TIO.
- Gangguan sensori persepsi visual
- Risiko tinggi cidera fisik
9

H. Pemeriksaan
1) Visus menurun bergantung pada :
2) Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3) Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan
bayangan hitam disebut iris shadow.
4) Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar
orange disebut fundus reflek.
5) Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris
shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).

I. Pengobatan Katarak
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan
dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat
mudah / cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah
operasi.

Indikasi operasi yaitu :

1) Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan
mengganggu aktifitas.
2) Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi
pada stadium apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.

J. Macam operasi :
1) Intra Capsular : Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa
secara utuh.
2) Ekstra Capsular : Extra capsular catarax extraction (ECCE) :
mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan
meninggalkan kapsul bagian posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik
ECCE lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai
pemasangan lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens).
Sehingga hasil setelah operasi menjadi lebih baik.

K. Evaluasi sesudah operasi katarak :


Hari 1 sesudah operasi harus sudah dievaluasi yaitu :

1) Perdarahan dibilik mata depan (hifema).


2) Kamera okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
10

o Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)


o Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan
(hipopion).
o Iris miossi disertai sinekia postrior
3) Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
o Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi
sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat
terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya
sinekia posterior.
o Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler
(glaucoma)
o Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi
(korpus viterius keluar).

L. Pengobatan Sesudah Operasi Katarak :


Setelah operasi dapat diberi :

o Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih


sesudah 1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x
refraksi tiap minggu).
o Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi
katarak unilateral (satu mata).

o Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :


- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi,
menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
- Letaknya permanen
- Tidak memerlukan perawatan.
- Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.
Kerugian :

o Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.


o Tehnik operasi lebih sukar/canggih.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pre Operatif
Subyektif : keluhan penglihatan

o Kabur secara total


o Hanya melihat baik pada tempat yang redup
o Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
o Ganda / majemuk pada satu mata.
Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.

Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :

o Sifat prosedur
o Resiko dan keuntungan
o Obat anestesi
o Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
Jumlah informasi yang dicari klien.

Obyektif :

o Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata


yang penyakit intra okulernya masih aktif.
o Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang
memutih.
o Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan
yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
12

o Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya


menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal
dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
o Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak,
tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.
2. Pengkajian Post Operasi
Data Subyektif

 Nyeri
 Mual
 Diaporesis
 Riwayat jatuh sebelumnya
 Sistem pendukung, lingkungan rumah.

Data Obyektif

 Perubahan tanda-tanda vital


 Respon yang lazim terhadap nyeri.
 Tanda-tanda infeksi :
1) Oedema
2) Kemerahan
3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu
7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil
pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.
 Ketajaman penglihatan masing-masing mata
13

 Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi


Diagnosa Keperawatan

Pre Operatif

1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan


2. Cemas / ansietas
Post Operatif

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)


 Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti ( International Association for the
Study of Pain ), awitan yang tiba – tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat denngan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dri enam bulan
 Batasan Karakteristik
Subjektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan ( nyeri ) dengan isyarat

Objektif

Posisi untuk menghindari nyeri

Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai
kaku )

Respon autonomik ( misalnya, diaforesis; perubahan tekanan darah,


pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil )

Perubahan selera makan

Perilaku distraksi ( misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan/ atau


14

aktivitas lain, aktivitas berulang )

Perilaku ekspresif ( misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan


berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang )

Wajah topeng ( nyeri )

Perilaku menjaga atau sikap melindungi

Fokus menyempit ( misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses


pikir, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun )

Bukti nyeri yang dapat diamati

Berfokus pada diri sendiri

Gangguan tidur ( mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai )

 Faktor yang berhubungan


Agens – agens penyebab cedera ( misalnya, biologis, kimia, fisik, dan
psikologis )

 Hasil NOC
Tingkat Kenyamanan : Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis

Pengendalian Nyeri : Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri

Tingkat Nyeri : Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan

 Intervensi NIC
Pemberian Analgesik : Menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
15

Manajemen medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat


bebas secara aman dan efektif

Manajemen Nyeri : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada


tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

Bantuan Analgesia yang Dikendalikan oleh Pasien (Patient-Controlled


Analgesia (PCA) : Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan
analgesik oleh pasien

Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan


memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur
diagnostik atau terapeutik

2. Infeksi, resiko
 Definisi : Berisiko terhadap invasi organisme patogen
 Faktor Risiko
Penyakit kronis

Penekanan sistem imun

Ketidakadekuatan imunitas dapatan

Pertahanan primer tidak adekuat ( mis., kulit luka, trauma jaringan,


penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH sekresi, dan
gangguan peristaltis )

Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai ( mis., hemoglobin turun,


leukopenia, dan supresi respons inflamasi )

Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patoge

Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen


16

Prosedur invasif

Malnutrisi

Agens farmasi ( mis., obat imunosupresi )

Pecah ketuban

Kerusakan jaringan

Trauma

 Hasil NOC
Pengendalian Risiko Komunitas : Penyakit Menular : Tindakan
komunitas untuk menghilangkan atau menurunkan penyebaran agens
infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat

Status Imun : resistansi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap
antigen internal maupun eksternal

Keparahan Infeksi : Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait

Keparahan Infeksi : Bayi Baru Lahir : Tingkat keparahan infeksi dan


gejala terkait selama usia 28 pertama kehidupan

Pengendalian Risiko : Penyakit Menular Seksual (PMS) : Tindakan


personal untuk mencegah, meghilangkan, atau mengurangi perilaku yang
berisiko menimbulkan penyakit menular seksual

Penyembuhan Luka : Primer : Tingkat regenerasi sel dan jaringan


setelah penutupan luka secara sengaja

Penyembuhan Luka : Sekunder : Tingkat regenerasi sel dan jaringan


pada luka terbuka
17

 Intervensi NIC
Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Arteri : Meningkatkan sirkulasi
arteri

Manajemen Penyakit Menular : Bekerja bersama komunitas untuk


menurunkan dan mengelola insiden dan prevalensi penyakit menular pada
populasi khusus

Skrining Kesehatan : Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan


memenafaatkan riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan prosedur
lainnya

Manajemen Imunisasi / Vaksinasi : Memantau status imunisasi,


memfassilitasi akses untuk memperoleh imunisasi, dan memberikan
imunisasi untuk mencegah penyakit menular

Perawatan Luka Insisi : Membersihkan, memantau, dan memfasilitasi


proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan, klip, atau staples

Pengendalian Infeksi : Meminimalkan penyebaran dan penularan agens


infeksius

Perlindungan Infeksi : Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada


pasien yang berisiko

Survailens : Komunitas : Mengumpulkan, menginterpretasi, dan


menyintesis data secara terarah dan kontinu untuk mengambil keputusan
di komunitas

Penyuluhan : Seks yang Aman : Memberikan instruksi tentang


pentingnya perlindungan seksual selama aktivitas seksual

Penyuluhan : Seksualiatas : Membantu individu memahami dimensi


18

spesifik dan psikososial pertumbuhan dan perkembangan seksual

Perawatan Luka : Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan


memfasilitasi proses penyembuhan luka

3. Gangguan sensori – perceptual : penglihatan


4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan
 Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu.
 Batasan karakteristik
Subjektif

Mengungkapkan masalah secara verbal

Objektif

Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat

Performa uji tidak akurat

Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan ( sebagai contoh, histeris,
bermusuhan, agitasi, atau apatis )

 Faktor yang berhubungan


Keterbatasan kognitif

Kesalahan dalam memahami informasi yang ada

Kurang pengalaman

Kurang perhatan di dalam belajar

Kurang kemampuan mengingat kembali

Kurang familier dengan sumber-sumber informasi

 Hasil NOC
19

Pengetahuan : Perilaku Sehat : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan


mengenai promosi dan perlindungan kesehatan

Pengetahuan : Promosi Kesehatan : Tingkat pemahaman yang


ditunjukkan mengenai informasi yang diperlukan untuk memperoleh dan
mempertahankan kesehatan yang optimal

Pengetahuan : Sumber kesehatan : Tingkat pemahaman yang


ditunjukkan mengenai sumber perawatan kesehatan yang relevan

 Intervensi NIC
Edukasi Kesehatan : mengembangkan dan memberikan bimbingan dan
pengalaman belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar perilaku yang
kondusif untuk kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas

Panduan Sistem Kesehatan : memfasilitasi lokasi pasien dan penggunaan


layanan kesehatan yang sesuai

Fasilitasi Pembelajaran : meningkatkan kemampuan untuk memproses


dan memahami informasi

Peningkatan Kesiapan untuk Belajar : Memperbaiki kemampuan dan


keinginan untuk menerima informasi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, deneturasi protein lensa, atau akibat

kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif

(Mansjoer, 2000).

Gejala umum gangguan katarak yaitu penglihatan tidak jelas, seperti terdapat

kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat doubel

pada satu mata, memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca dan

lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

M.Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan katarak

sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Di samping itu

pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga di perlukan untuk

memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien secara utuh,

terencana dan sistematis.


21

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/25664/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://www.makalah.my.id/2020/03/makalah-gerontik-askep-umum-
lansia.html

Anda mungkin juga menyukai