Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

Disusun oleh :

Kelompok 2

Defi Wulandari (22090270056)

Andini Indrawati (22090270057)

Zulfadli (22090270074)

(Fildzah et al., 2021)

KEPERAWATAN TRANSFER

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SEMESTER GENAP 2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Katarak” dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai informasi di internet maupun di buku sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah. Terselesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua kami yang tidak pernah putus mendoakan, memberikan
semangat, motivasi hingga tercapainya semua ini.
2. Kepada teman-teman kelas 3B atas kesetiaan, pengertian dan kekompakan
dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Saya
berharap semoga hasil makalah ke depannya bisa mempunyai banyak manfaat
untuk memperdalam pengetahuan mengenai komunikasi keperawatan, dan serta
manfaat, maupun inpirasi terhadap para pembaca.

Jakarta, 25 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN...................................
B. DEFINISI.....................................................................................................
C. KLASIFIKASI.............................................................................................
D. ETIOLOGI...................................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................
F. PATOFISIOLOGI.........................................................................................
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................
H. PENATALAKSANAAN............................................................................
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK


A. PENGKAJIAN...........................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................
D. PRINSIP LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN .....................................

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN............................................................................................
B. SARAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan satu alat indra yang berperan dalam proses melihat. Mata
sebagai media penerima rangsang berupa berkas-berkas cahaya yang akan
diterima retina dan selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan pada otak dan
direpresentasikan menjadi sebuah gambar visual. Bagian mata yang berfungsi
untuk memfokuskan bayangan benda atau rangsangan cahaya ke retina adalah
lensa. Salah satu bentuk kelainan yang dapat timbul pada lensa mata adalah
katarak. Katarak merupakan suatu kelainan berupa kekeruhan pada lensa
yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan, dari penglihatan kabur
sampai kebutaan. Gangguan penglihatan ini disebabkan karena terganggunya
proses refraksi mata. Bayangan tidak dapat melewati media refraksi secara
normal karena terhalang oleh lensa yang keruh (Aprilia, 2020).

World Health Organization (WHO) mengestimasikan jumlah orang dengan


gangguan pengelihatan di seluruh dunia pada tahun 2018 adalah 1,3 milyar
orang. Katarak merupakan penyebab gangguan pengelihatan terbanyak kedua
di seluruh dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi
(42%). Namun, katarak menepati posisi pertama sebagai penyebab kebutaan
di dunia dengan prevalensi 51% (WHO, 2014). Katarak atau kekeruhan lensa
mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia
maupun dunia. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap
tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang pendertia baru katarak.
Penduduk Indonesia juga memeliki kecenderungan menderita katarak 15
tahun lebih cepat dibandingkan penduduk subtropis sekitar 16-22% penderita
katarak yang dioperasi di bawah 55 tahun (Detty et al., 2021).

Penyakit katarak jika tidak segera ditangani atau dilakukan tindakan, maka
akan timbul hal-hal yang merugikan penderita itu sendiri. Salah satu masalah
yang paling utama muncul pada pasien pre dan post operasi katarak adalah

1
2

gangguan persepsi sensori penglihatan. Dengan munculnya gangguan


persepsi sensori penglihatan seseorang akan mengalami penurunan kualitas
hidup (quality of life). Seseorang dengan gangguan penglihatan akan
memiliki batasan karakteristik yaitu hambatan berkomunikasi dan
beraktifitas, akan memiliki resiko trauma injuri, perubahan citra tubuh,
menurunnya konsentrasi, bersikap apatis dan gelisah. Peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pada pasien pre dan post operasi katarak, perawat dapat melakukan
beberapa tindakan antara lain perawatan mata, menejemen lingkungan dan
peningkatan komunikasi defisit penglihatan. Untuk menunjang keselamatan
pasien terkait menejemen lingkungan, perawat harus melakukan orientasi
lingkungan sekitar kepada pasien untuk menghindarkan pasien dari risiko
cedera. Perawat juga harus menerapkan peningkatan komunikasi dalam setiap
interaksi, karena pasien memiliki keterbatasan panglihatan (Astari, 2018).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi katarak ?
2. Apa saja klasifikasi katarak ?
3. apa etiologi katarak ?
4. Bagaimana manifestasi klinis katarak ?
5. Bagaimana patofisiologi katarak ?
6. Apa pemeriksaan penunjang katarak ?
7. Bagaimana penatalaksanaan katarak ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan katarak ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan katarak.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi katarak
3

b. Mengetahui klasifikasi katarak


c. Mengetahui etiologi katarak
d. Mengetahui manifestasi klinis katarak
e. Mengetahui patofisiologi katarak
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang katarak
g. Mengetahui penatalaksanaan katarak
h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan katarak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI
Berdasarkan ilmu anatomi, mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu
bagian dalam dan bagian luar. Berikut ini struktur dari bagian mata beserta
fungsinya masing-masing bagian :
1. Bagian dalam

a. Konjungtiva, berfungsi untuk melindungi kornea dari gesekan,


memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata.

b. Sklera, berfungsi untuk melindungi bola mata dari kerusakan


mekanis dan menjadi tempat melekatnya otot mata.

c. Kornea, berfungsi sebagai pelindung mata agar tetap bening dan


bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari
kelenjar air mata.

d. Koroid, berfungsi memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan


mencegah refleksi internal cahaya.

e. Iris, Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan
dikendalikan oleh syaraf.

f. Pupil, berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak


sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata Pupil merupakan
tempat lewatnya cahaya menuju retina.

4
5

g. Lensa, berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah


bentuk lensa, lensa berperan penting dalam pembiasan Cahaya

h. Retina, berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi


impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik.

i. Aqueous Humor, atau cairan berair terdapat dibalik kornea yang


berfungsi untuk menjaga bentuk kantong depan bola mata.

j. Vitreus Humor, badan bening ini terletak di belakang lensa, yang


berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk
bola mata.

k. Bintik Kuning, berfungsi untuk menerima cahaya dan


meneruskan ke otak.

l. Saraf Optik, berfungsi untuk menerukan sebuah rangsang Cahaya


hingga ke otak, semua informasi yang akan dibawa oleh saraf
nantinya diproses di otak, dan dengan demikian kita bisa melihat
suatu benda.

m. Otot Mata, otot-otot yamg melekat pada mata, yaitu:

1) Muskulus levator palpebralis superior inferior, yang


berfungsi mengangkat kelopak mata

2) Muskulus orbicularis okuli (otot lingkar mata), yang


berfungsi untuk menutup mata.

3) Muskulus rektus okuli inferior (otor sekitar mata), yang


berfungsi menggerakan bola mata ke bawah dan ke dalam.

4) Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), yang


berfungsi untuk menggerakan mata dalam (bola mata).

5) Muskulus obliques okuli superior, yang berfungsi memutar


mata ke atas, ke bawah dan keluar.
6

2. Bagian luar

a. Bulu Mata, berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing.

b. Alis Mata (Supersilium), berfungsi mencegah masuknya air atau


keringat dari dahi ke mata.

c. Kelopak Mata (Palpebra), berfungsi pelindung mata sewaktuwaktu


kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).

d. Kelenjar Air Mata, berfungsi untuk menghasilkan air mata yang


bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab (tidak kekeringan)

B. DEFINISI

Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh


akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Fahmi, 2019).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan


gangguan penglihatan (Nurarif & Kusuma, 2015).
7

C. KLASIFIKASI

Menurut Ilyas & Yulianti (2017), berikut merupakan klasifikasi katarak


berdasarkan penyebab :

1. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak yang diakibatkan oleh penyakit lain


seperti ablasi retina, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen,
bulfalmos, glaucoma, tumor intra ocular, galaktosemia, hipoparatiroid.

2. Katarak traumatik

Katarak traumatik adalah katarak yang disebabkan akibat trauma tumpul


maupun tajam yang dapat menimbulkan cidera pada mata. Trauma ini
menyebabkan terjadinya katarak pada satu mata atau biasa disebut
katarak monokular. Penyebabnya yaitu radiasi sinar X, radioaktif dan
benda asing.

3. Katarak toksika

Katarak toksika merupakan katarak akibat terpapar oleh bahan kimia


penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine dapat juga
menimbulkan terjadinya katarak toksika.

D. ETIOLOGI

Menurut Tamsuri (2012), berikut merupakan etiologic pada katarak :

1. Trauma mata

Trauma mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada lensa, pada


keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung dan
mengeruh.

2. Umur
8

Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh,


umumnya terjadi pada umur diatas 50 tahun.

3. Genetic

Kelainan kromosom mampu memengaruhi kualitas lensa mata sehingga


dapat memicu katarak.

4. Diabetes mellitus

Diabetes melitus menyebabkan kadar sorbitol berlebih (gula yang


terbentuk dari glukosa) yang menumpuk dalam lensa dan akhirnya
membentuk kekeruhan lensa.

5. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan konformasi struktur perubahan protein dalam


kapsul lensa sehingga dapat menyebabkan katarak.

6. Merokok

Merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui oksidasi dan


menyebabkan akumulasi logam berat seperti cadmium dalam lensa
sehingga dapat memicu katarak.

7. Alkohol

Alkohol dapat mengganggu homeostasis kalsium dalam lensa sehingga


menyebabkan kerusakan membran dan dapat memicu katarak.

8. Radiasi ultrafiolet

Sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, saraf pusat penglihatan,


dan dapat merusak bagian kornea dan lensa sehingga dapat
menyebabkan katarak.

E. MANIFESTASI KLINIS
9

Menurut National EyeInstitute (2015), Manifestasi klinis yaitu :

1. Visi yang mendung atau buram

2. Melihat warna terganggu

3. Silau

4. Saat malam penglihatan tampak buruk

5. Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata (gejala ini dapat
terjadi ketika katarak semakin membesar).

F. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat
nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior danposterior, dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitaster terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple
(zunula) yang memanjang dari badansilier di sekitar daerah di luar lensa dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar (Tamsuri, 2012).
10

Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran


dalammelindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
denganbertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal (Ilyas and Yulianti, 2017).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut haryono & utami (2018), katarak terdeteksi melalui pemeriksaan


mata komperhensif yang meliputi :

1. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan


sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akveus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf
atau penglihatan keretina atau jalan optik.

2. Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro


vasikuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, glaucoma.

3. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (TIO) normalnya


12- 25 mmHg.

4. Pemeriksaan oftalamoskopi, mengkaji struktur internal okuler, mencatat


atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu, memastikan
diagnosa katarak.

5. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED), menunjukkan anemia sistemik


atau infeksi.

6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk


memastikan aterosklerosis.
11

7. Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes.

H. PENATALAKSANAAN

Menurut haryoni & utami (2018), berikut merupakan penatalaksanaan pada


katarak :

1. Penatalaksanaan non bedah

Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan


kacamata, lensa, cahaya yang lebih terang atau kacamata yang dapat
meredam Cahaya.

2. Penatalaksanaan bedah

Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram dan


menggantinya dengan lensa buatan yang transparan. Lensa buatan yang
disebut lensa intraokular, diposisikan ditempat yang sama dengan lensa
alami dan akan menjadi bagian permanen dari mata pasien

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien meliputi : Nama, Tempat/Tanggal Lahir, Jenis


Kelamin, Status Perkawinan, Agama, Suku.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Pandangan kabur, sulit melihat di malam hari, bayangan


menjadi ganda, warna cahaya memudar, malu dengan
12

kondisinya, tidak menyukai bagian mata, merasa tidak dapat


beraktivitas dengan baik.

2) Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien,


seperti pandangan kabur, kesulitan membaca, pandangan ganda
atau hilangnya daerah penglihatan soliter.

3) Riwayat Kesehatan sekarang

Pandangan kabur, sulit melihat di malam hari, bayangan


menjadi ganda, warna cahaya memudar, malu dengan
kondisinya, tidak menyukai bagian mata, merasa tidak dapat
beraktivitas dengan baik.

4) Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah keluarga ada memiliki riwayat penyakit yang sama


seperti yang diderita klien saat ini. Riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, DM, jantung.

c. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan wajah

Inspeksi: Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran


pada kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan umur. Wajah
biasanya tidak simetris kiri dan kanan, wajah terlihat pucat.
Palpasi: tidak terjadi nyeri pada kepala

2) Mata

Inspeksi: Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan


akomodasi, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. mata
tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan
13

pada lensa, lapang pandang terdapat penurunan lapang pandang


Palpasi: tidak ada pembengkakan pada mata

3) Telinga

Dalam batas normal.

4) Hidung

Inspeksi: Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat Hidung


tampak simetris, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat polip.
Palpasi: Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung,
pembengkakan tidak ada

5) Mulut

Inspeksi: Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab,


dan utuh. Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi. Mulut tampak
kotor terdapat mulut berbau Palpasi: Tidak ada nyeri pada
mulut, tidak adanya pembengkakan pada mulut

6) Leher

Tidak ada kelainan.

7) Paru – paru

Dalam batas normal.

8) Jantung

Dalam batas normal.

9) Abdomen

Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites


Palpasi: tidak adanya distensi pada abdomen Perkusi: Tympani
Auskultasi: bising usus normal
14

10) Ekstremitas

Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada ektremitas atas dan


bawah, tidak ada luka Palpasi: kekuatan oto baik disemua
ektremitas.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut NANDA (2015), berikut adalah diagnosa keperawatan pada


katarak :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077).

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


penglihatan (D.0085).

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kekhawatiran


mengalami kegagalan dan kurang terpapar informasi (D.0080).

d. Resiko jatuh dihubungkan dengan gangguan penglihatan (katarak)


(D.0143).

e. Resiko infeksi dihubungkan dengan efek prosedur invasive


(D.0142).

3. Intervensi keperawatan

Menurut SIKI & SLKI (2018), berikut merupakan intervensi


keperawatan pada pasien dengan katarak :

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen pencedera Tindakan a. Identifikasi lokasi,
fisik (D.0077) keperawatan selama karakteristik,
3 x 24 jam durasi, frekuensi,
15

diharapkan tingkat kualitas, intensitas


nyeri menurun nyeri
dengan kriteria hasil b. Identifikasi skala
: nyeri
a. Keluhan nyeri c. Idenfitikasi respon
menurun nyeri non verbal
b. Meringis d. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
c. Gelisah dan memperingan
menurun nyeri
d. Frekuensi nadi e. Identifikasi
membaik pengaruh budaya
e. Pola nafas terhadap respon
membaik nyeri
f. Pola tidur f. Identifikasi
membaik pengaruh nyeri
pada kualitas
(L.08066) hidup
g. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
h. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik
a. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
(mis: TENS,
hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback,
16

terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
e. Ajarkan Teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri

Kolaborasi
a. Kolaborasi
17

pemberian
analgetik, jika
perlu

(I.08238)
2 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan Tindakan a. Periksa status
gangguan penglihatan (D. keperawatan selama mental, status
0085) 3 x 24 jam sensori, dan
diharapkan persepsi tingkat
sensori membaik kenyamanan
dengan kriteria hasil (mis: nyeri,
: kelelahan)

a. Verbalisasi
Terapeutik
melihan
a. Diskusikan
bayangan
tingkat toleransi
meningkat
terhadap beban

b. Orientasi sensori (mis:

membaik bising, terlalu


terang)
(L.09083) b. Batasi stimulus
lingkungan (mis:
cahaya)
c. Jadwalkan
aktivitas harian
dan waktu
istirahat

Edukasi
a. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis:
mengatur
pencahayaan
ruangan,
mengurangi
kebisingan,
membatasi
18

kunjungan)

(I.08241)
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan krisis situasional, Tindakan
a. Monitor tanda –
kekhawatiran mengalami keperawatan selama
tanda ansietas
kegagalan dan kurang 2 x 24 jam
terpapar informasi diharapkan tingkat Terapeutik
(D.0080). ansietas menurun a. Temani pasien
dengan kriteria hasil untuk mengurangi
: kecemasan

a. Verbalisasi b. Diskusikan
khawatir akibat perencanaan
kondisi yang realistis tentang
dihadapi peristiwa yang
menurun akan datang

b. Perilaku gelisah Edukasi


menurun a. Anjurkan
mengungkapkan
c. Perilaku tegang
perasaan dan
menurun
persepsi
d. Orientasi b. Informasikan
membaik secara factual
mengenai
(L.09093)
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Ciptakan
lingkungan
tenang dan
tanpa gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman

(I.9314)
19

4 Resiko jatuh dihubungkan Setelah dilakukan Observasi


dengan gangguan Tindakan selama 3
a. Identifikasi
penglihatan (katarak) x 24 jam diharapkan
faktor jatuh
(D.0143). tingkat jatuh
menurun dengan b. Identifikasi
kriteria hasil : faktor
lingkungan yang
a. Jatuh dari tempat
meningkatkan
tidur menurun
risiko jatuh
b. Jatuh saat berdiri
c. Hitung risiko
menurun
jatuh
c. Jatuh saat menggunakan
berjalan skala
menurun
Terapeutik
d. Jatuh data a. Orientasi
membungkuk ruangan pada
menurun pasien dan
keluarga
(L.14138)
b. Pasang handrail
tempat tidur
c. Tempatkan
pasien risiko
jatuh tinggi
dengan pantauan
perawat dari
nurse station

Edukasi
a. Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
b. Anjurkan
menggunakan
alas kaki yang
20

tidak licin
(I.14540)
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi
dihubungkan dengan efek Tindakan
a. Monitor tanda
prosedur invasive keperawatan selama
dan gejala
(D.0142). 2 x 24 jam
infeksi lokal dan
diharapkan tingkat
sistemik
infeksi menurun
dengan kriteria hasil Terapeutik
: a. Cuci tangan
sebelum dan
a. Nyeri menurun
sesudah kontak
b. Kadar sel dengan pasien
darah putih dan lingkungan
meningkat pasien
Edukasi
a. Jelaskan tanda
(L.14137)
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan.

(I.14539)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berjualan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Angsa Raya
Diagnosa Medis : Katarak
Tanggal dan jam masuk perawatan : 10 Juni 2023 jam 15:30
2. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Pasien masuk dengan keluhan utama pandangan kabur, tidak jelas
saat melihat
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan terdapat keluhan pada mata sebelah kanannya
setelah dilakukan pencangkokan kornea, setelah kontrol ke dokter
mata ternyata di dapatkan adanya hasil katarak pada Tn. S
c. Faktor Pencetus
Pencangkokan korne yang dilakukan pada bulan Februari lalu
d. Lamanya Keluhan
Pasien mengatakan terdapat keluhan mata sudah lumayan terasa
sejak sebulan setelah pencangkokan kornea mata
e. Timbulnya Keluhan
Timbulnya keluhan secara bertahap
23

f. Upaya yang dilakukan pasien untuk mengatasi keluhan


Pasien mengatakan sering menggunakan obat tetes mata dan pergi
ke dokter spesialis mata saat keluhan yang dirasakan semakin
berat
3. Riwayat Kesehatan Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada mata sebelah
kiri
b. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
c. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Pernah di rawat
Pasien mengatakan pernah di rawat karena pencegahan kornea
pada mata sebelah kiri
e. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan dan
minuman
4. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Feses
1) Pola BAB
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah di rawat frekuensi
BAB 1 kali/hari, konsistensi lunak berwarna kecoklatan. Lendir
(-), darah (-), konstipasi (-)
b. Pola BAK
Sebelum sakit frekuensi BAK 5-6 kali, sesudah sakit frekuensi
BAK 3-4 kali sehari. Berwarna kuning, tidak berbau
5. Pola Tidur
Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari) Pasien
mengatakan kebiasaan tidurnya normal, pasien biasa tidur pada jam 9-
10 malem dan bangun jam 5 pagi, pasien jarang sekali tidur siang. Saat
di rawat pasien mengatakan tidurnya kurang menentu, sering
24

terbangun dan sulit untuk tidur lagi karean perasaan cemas dan nyeri
pasca oprasi.

6. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan saat sebelum sakit dan sesudah di rumah sakit tidak
ada perubahan dalam makan, tetap habis satu porsi dewasa. Nasi yang
padat, tidak lembek.
7. Pola Kognitif – perseptual sensori

a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensori


(pengelihatan, pendengaran)
Pasien mengatakan pandangan pada mata sebelah kanannya kabur,
pasien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas. Sistem
pendengaran pasien tidak ada masalah.
b. Kesulitan yang dialami
Pasien mengatakan jika melakukan aktivitas terlalu berat mudah
kelelahan dan merasa pusing
c. Persepsi terhadap nyeri
P : Luka oprasi katarak pada mata sebelah kiri
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Mata sebelah kiri
S :5
T : Hilang saat istirahat, timbul saat sedang beraktivitas
(Hilang Timbul)

8. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)/Pemeriksaan IPPA


a. GCS : 15
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Penampilan : Pasien tampak lemah
d. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, S 36,8C, N 89
x/mnt
e. Kepala : Bentuk normal, keadaan bersih
25

f. Mata : Pasien tidak dapat melihat dengan jelas, tampak


terlihat putih bagian tengah mata
g. Hidung : Tampak bersih, tidak terdapat secret
h. Telinga : Tampak bersih, tidak terdapat kelainan
i. Mulut dan tenggorokan : Tidak terdapat gangguan bicara,
gigi normal
j. Dada
Jantung
 Inspeksi : Smetris
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi: Normal, Lup-Dup
Paru

 Inspkesi : Perkembangan paru simetrsi


 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Bunyi Sonor
 Auskultasi : Vesikuler
Abdomen

 Inspeksi : Datar, tidak ada benjola


 Palpasi : Bising usus normal 10x/mnt
 Perkusi : Normal
 Auskultasi : Tyimpani
k. Kulit
Kulit tampak bersih, tidak ada luka
l. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 14,2 13,2 – 17,3 g/dl
Hematoksit 42,6 33,0 – 43,0 %
Leukosit 7,40 3,80 – 10,60 rb/ul
26

Trombosit 156 150 – 440 rb/ul


Golongan Darah A/Positif
PPT
PT 11,0 9,3 – 11,4 dtk
PT Kontrol 11,6 9,1 – 12,3 dtk
APTT
APTT H 29,4 21,8 – 28,4 dtk
APTT (Kontrol) 27,6 21,0 – 28,4 dtk
Kimia Klinik
GDS 108 75 – 110 mg/dl
Ureum 35 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0,81 0,70 – 1,30 mg/dl
Elektrolit
Natrium (Na) 139,0 135 – 147 mmol/l
Kalium (K) 3,70 3,5 – 5,0 mmol/l

m. Terapi Obat:

- Rl 20 Tpm - Metyl pred 2x1 g


- Ondansentron 4 mg - Asam mefenamat 3x1 gr
- PCT 500/8 jam - Tetes mata molan 1 tetes/2 jam
- Ceftazidim 2x1 gr - Tetes mata pipred 1 tetes/2 jam
- Tetes mata siloxane 1 tetes/2 jam

9. Analisa data

Data Fokus Problem Etiologi


Data Subjetif: Ansietas Kekawatiran
a. Pasien mengatakan cemas dan khawatir Mengalami
menghadapi operasi katarak yang akan Kegagalan
di lakukan
b. Pasien mengatakan takut
pengelihatannya tidak dapat kembali
seperti semula setelah dilakukan oprasi
c. Pasien mengeluh pusing
27

Data Objektif:
a. Pasien tampak cemas dan gelisah
b. Pasien terlihat tegang
c. TTV:
TD 120/70 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,8C
N 89 x/mnt
Data Subjektif: Nyeri Akut Agen
a. Pasien mengatakan nyeri Pencedera
b. Didapatkan PQRST Fisik
P : Luka oprasi katarak pada mata
sebelah kiri,
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Mata sebelah kiri
S :5
T : Hilang saat istirahat, timbul saat
sedang beraktivitas (Hilang Timbul)
Data Objektif:
a. Pasien tampak meringis dan gelisah
b. TTV:
TD 130/80 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,5C
N 85 x/mnt
Data Subektif: Resiko Infeksi Efek Prosedur
a. Pasien mengatakan matanya terasa pegal Invasif
dan agak gatal
b. Pasien mengatakan tidak merasakan
pusing
Data Objektif:
a. Pasien tampak selalu ingin mengusap
bagian matanya
b. TTV:
TD 130/80 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,5C
N 85 x/mnt
28

Data Subjektif: Gangguan Persepsi Gangguan


a. Pasien masuk dengan keluhan utama Sensori (penglihatan) penglihatan
pandangan kabur, tidak jelas saat
melihat
b. Pasien mengatakan terdapat keluhan
pada mata sebelah kanannya setelah
dilakukan pencangkokan kornea, setelah
kontrol ke dokter mata ternyata di
dapatkan adanya hasil katarak.
Data Objektif:
a. Terlihat putih pada bagian tengah mata
b. Ada bekas luka operasi pada mata kiri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Pre Oprasi
a. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan gangguan
penglihaatan (D.0085)
b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
(D.0080)
2. Diagnosa Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
(D.0142)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Intervensi Pre Oprasi
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan Tindakan a. Periksa status
gangguan penglihatan (D. keperawatan selama mental, status
0085) 3 x 24 jam sensori, dan
diharapkan persepsi tingkat
sensori membaik kenyamanan
dengan kriteria hasil (mis: nyeri,
: kelelahan)
29

a. Pandangan Terapeutik
kabur menurun a. Diskusikan
tingkat toleransi
b. Orientasi
terhadap beban
membaik
sensori (mis:

(L.09083) bising, terlalu


terang)
b. Batasi stimulus
lingkungan (mis:
cahaya)
c. Jadwalkan
aktivitas harian
dan waktu
istirahat

Edukasi
a. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis:
mengatur
pencahayaan
ruangan,
mengurangi
kebisingan,
membatasi
kunjungan)

Kolaborasi
a. BerikanTetes
mata molan 1
tetes/2 jam
b. Berikan Tetes
mata pipred 1
tetes/2 jam
c. Berikan Tetes
mata siloxane 1
tetes/2 jam
30

(I.08241)
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan krisis situasional, Tindakan
a. Monitor tanda –
kekhawatiran mengalami keperawatan selama
tanda ansietas
kegagalan (D.0080). 2 x 24 jam
diharapkan tingkat Terapeutik
ansietas menurun a. Temani pasien
dengan kriteria hasil untuk
: mengurangi
kecemasan
a. Verbalisasi
khawatir akibat b. Diskusikan
kondisi yang perencanaan
dihadapi realistis tentang
menurun peristiwa yang
akan datang
b. Pusing menurun

Edukasi
a. Anjurkan
(L.09093)
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
b. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Ciptakan
lingkungan
tenang dan
tanpa gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman

(I.9314)
31

2. Intervensi Post Operasi


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen pencedera Tindakan a. Identifikasi
fisik (D.0077) keperawatan selama lokasi,
3 x 24 jam karakteristik,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
nyeri menurun kualitas,
dengan kriteria hasil intensitas nyeri
: b. Identifikasi skala
a. Keluhan nyeri nyeri
menurun c. Idenfitikasi respon
b. Meringis nyeri non verbal
menurun d. Identifikasi faktor
yang memperberat
(L.08066) dan memperingan
nyeri
e. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
f. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
g. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
h. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik
a. Berikan Teknik
nonfarmakologis
32

untuk
mengurangi nyeri
(mis: TENS,
hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
e. Ajarkan Teknik
33

farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian PCT
500/8 jam

b. Kolaborasi
pemberian Asam
mefenamat 3x1
gr

(I.08238)
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi
dihubungkan dengan efek Tindakan
a. Monitor tanda
prosedur invasive keperawatan selama
dan gejala
(D.0142). 2 x 24 jam
infeksi lokal
diharapkan tingkat
dan sistemik
infeksi menurun
dengan kriteria hasil Terapeutik
: a. Cuci tangan
sebelum dan
a. Nyeri menurun
sesudah kontak
b. Gatal menurun dengan pasien
dan lingkungan
(L.14137)
pasien
Edukasi
a. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan
34

meningkatkan
asupan cairan.

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
Ceftazidim 2x1
gr

(I.14539)

D. PRINSIP LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN


1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain.
3. Keadilan (Justice)
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
35

Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk


menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan
dan meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyebab katarak belum diketahui dengan pasti, kejadiannya dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti trauma mata, usia, genetik, DM, hiprtensi,
merokok, konsumsi alkohol, dan radiasi ultraviolet. Prevalensi katarak pada
umumnya meningkat sesuai dengan meningkatnya umur seseorang.
Penatalaksanaan katarak yaitu dengan bedah maupun non bedah.

B. SARAN
Disarankan kepada pasien untuk menjaga pola hidup dan melakukan kontrol
rutin pascaoperasi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, R. (2020). Hubungan Faktor Resiko Pekerjaan dengan Kejadian Katarak


di Poli Mata RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Health Sains. 1(6): 407-
413
Astari, P. (2018). Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi. Jurnal
Kesehatan. 45(10): 748-753.
Detty, A. U., Artini, I., & Yulian, V. R. (2021). Karakteristik Faktor Risiko Penderita Katarak.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 12–17.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.494

Fahmi, H. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Mata KatarakDengan Metode

Certainty Factor Berbasis Web. MATICS, 11(1), 27.

https://doi.org/10.18860/mat.v11i1.7673

Fildzah, N., Sidharta, B., Handaja, D., & Indradi, R. (2021). Analisis Hubungan Aktivitas

Fisik Terhadap Kejadian Katarak. Oftalmologi: Jurnal Kesehatan Mata Indonesia,

3(3), 9–18. https://doi.org/10.11594/ojkmi.v3i3.20

37

Anda mungkin juga menyukai