Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KELOMPOK 1

MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN KASUS KATARAK

Disusun Oleh :

Lady Harnofive 00121034

Fachrur Razi 00121045

Wiwin Hustadiah 00121048

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN AWAL BROSS BATAM TAHUN

AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang

kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat

hidayah- Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus Katarak ” ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun

bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka

kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik pada

kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.

16 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................1

1.4 Metode Penulisan ................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................3

2.1 Pengertian katarak ................................................................................3

2.2 Etiologi katarak ................................................................................3

2.3 Manifestasi klinis katarak ................................................................................4

2.4 Klasifikasi katarak ................................................................................5

2.5 Komplikasi katarak ................................................................................6

2.6 Patofisiologi katarak ................................................................................7

2.7 WOC ................................................................................8

2.8 Penatalaksaan katarak ................................................................................9

2.9 Asuhan keperawatan teoritis ..............................................................................10

2.10 Diagnosa keperawatan teoritis ..............................................................................11

2.11 Intervensi keperawatan teoritis ..............................................................................12

BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................................20

3.1 Pengkajian ..............................................................................20

3.2 Analisa Data ............................................................................. 25

3.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................................25

iii
3.4 Intervensi Keperawatan ..............................................................................26

3.5 Implementasi Dan Evaluasi ..............................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan

penuaan (Vaughan, 2000).

Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di

Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut

bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering

berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak.

Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata

terasa berlebih.

Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita

dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan

menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita

terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan

menyulitkan upaya penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok merumuskan masalah dengan

“Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Sensori Persepsi Katarak ”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan katarak.

1
2

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

katarak.

c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak.

d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan

katarak.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunaan dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan metode literature

dan informasi di dapat dari jaringan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Katarak

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul

lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65

tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi

akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga

berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid

jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme,

pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau

kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001).

2.2 Etiologi Katarak

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

1. Usia lanjut dan proses penuaan

2. Congenital atau bisa diturunkan.

3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan

beracun lainnya.

4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)

dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan

3
4

metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.

3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti

kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

Penyebab katarak lainnya meliputi :

1. Faktor keturunan.

2. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)

3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

4. Operasi mata sebelumnya.

5. Trauma (kecelakaan) pada mata.

6. Faktor-faktor lainnya yang belum di ketahui

2.3 Manisfestasi Klinis Katarak

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta

gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak

dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan

dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.

Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.

2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-

akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.

3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
5

sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

6. Kesulitan melihat pada malam hari.

7. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata.

8. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari ).

2.4 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak

monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,

dan benda asing.

2.    Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.


6

3.    Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak

ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal.

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

2.5 Komplikasi Katarak

Komplikasi pada katarak mungkin terjadi diantara lain :

1. Glaucoma

2. Uveitis

3. Kerusakan endotel kornea

4. Sumbatan pupil
7

5. Edema macula sistosoid

6. Endoftalmitis

7. Fistula luka operasi

8. Pelepasan koroid

9. Bleeding

2.6 Patofisiologi Katarak

Dalam keadaan normal transparansi lensa karena adanya keseimbangan antara

protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membrane

semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein dalam lensa melebihi

jumlah protein pada bagian lain sehingga embentuk massa transparan atau bintik kecil

di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya

penumpukan cairan disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya

cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan (Thalia, 2019).


8

2.7 WOC

Gangguan
Pertambahan GEN Trauma
metabolisme
usia (keturunan )
(DM)

Lapisan luar Degenerasi


Terinfeksi virus lensa
Viskositas katarak mencair pada saat ibu
darah
hamil
Perubhan
Menyumbat Membentuk protein dan
aliran darah ke cairan putih Perkembangan senyawa kimia
pembuluh susu penglihatan lensa
darah mata terjadi masalah
Penumpukan Koagolasi serat
Suplai O2 ke cairan ( edema Pembentukan
protein
mata menurun lensa ) banyangan pada
retina
memburuk Noda pada
Kematian Kapsul lensa lensa ( lensa
jaringan pada pecah keruh )
lensa

Mengaburkan
pandangan

Menghmbat
KATARAK operasi MK : Ansietas
jalannya cahaya
ke kornea
Tindakan MK: Resiko
pembedahan Infeksi
Banyangan
semu yang pada lensa
sampai ke
retina
Luka pasca
operasi

Sensivitas dan Otak


ketajaman mata menginterprestasikan MK : Nyeri
menurun sebagai bayangan Akut
berkabut

Sensitif dengan
cahaya Pandangan
kabur

MK : Resiko Mk : Gangguan
Cidera Persepsi Sensori
9

2.8 Penatalaksaan Katarak

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan

biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari

pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,

ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling

cocok bagi masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak

adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65

tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau

peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan

untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya

penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain,

seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).


10

2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.9.1 Pengkajian

1. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara

langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan

keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman

penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa sakit,

gatal atau merah. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. Perubahan daya

lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat mengganggu. Sering meminta

ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat

( hipermetropia)

B. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,

hipertensi,pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya

memicu resiko katarak.

Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan

endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas

fenotiazin.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

dikeluarga
11

2.9.2 Pemeriksaan Fisik

Pengkajian khusus mata :

1. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih)

pada lensa.

2. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.

3. Penurunan tajam penglihatan (miopia).

4. Bilik mata depan menyempit.

5. Tanda glaucoma (akibat komplikasi).

2.10 Diagnosa Keperawatan Teoritis

Diagnosa pre-oprasi

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penglihatan

2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

3. Resiko cidera di buktikan dengan perubahan sensasi

Diagnosa post-operasi

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik

2. Resiko infeksi di buktikan dengan efek prosedur invasif


12

2.11 Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Ganggaun persepsi Persepsi sensori Manajemen Halusinasi
sensori Definisi Definisi
Definisi Persepsi realistis terhadap Mengidentifikasi dan
Perubahan persepsi stimulus baik internal mengelola peningkatan
terhadap stimulus bai maupun eksternal keamanan, kenyamanan dan
internal maupun Ekspetasi orientasi realita
eksternal yang disertai Membaik Tindakan
dengan respon yang Kriteria hasil Observasi
berkurang, berlebihan 1.Verbalisasi mendengar 1.Monitor perilaku yang
atau terdistorsi bisikan menurun mengindikasi halusinasi
Penyebab : 2.Verbalisasi melihat 2.Monitor dan sesuaikan
1.gangguan penglihatan bayangan menurun tingkat aktivitas dan
2.gangguan pendengaran 3.Verbalisasi merasakan stimulasi lingkungan
3.gangguan penghiduan sesuatu melalui indra 3.Monitor isi halusinasi
4.gangguan perabaan perabaan menurun (mis. kekerasaan atau
5.hipoksia serebral 4.Verbalisasi merasakan membahayakan diri)
6.usia lanjut sesuatu melalui indra Terapeutik
7.penyalahgunaan zat penciuman menurun 1.Pertahankan lingkungan
8.pemajanan toksin 5.Verbalisasi merasakan yang aman
lingkungan sesuatu melalui indra 2.Lakukan tindakan
Gejala dan tanda pengecapan menurun keselamatan ketika tidak
mayor 6.Distorsi sensori (........) dapat mengontrol perilaku
Subjektif : 7.Perilaku halusinasi (mis. limit setting,
1.merasa mendengarkan menurun pembatasan wilayah,
suara bisikan atau 8.Menarik diri menurun pengekangan fisik, seklusi)
melihat bayangan 9.Melamun menurun 3.Diskusikan perasaan dan
2merasakan sesuatu 10.Curiga menurun respon terhadap halusinasi
melalui indera parabaan, 11.Mondar-mandir menurun 4.Hindari perdebatan
penciuman atau tentang validasi halusinasi
pengecepan Edukasi
Objetkif : 1.Anjurkan memonitor
1.distorsi sensori sendiri situasi terjadinya
2.respon tidak sesuai halusinasi
3.bersikap seolah melihat 2.Anjurkan bicara pada
,mendengar, mengecap, orang yang dipercaya untuk
meraba, atau mencium memberi dukungan dan
sesuatu umpan balik korektif
Gejala dan tanda minor terhadap halusinasi
Subjektif : 3.Anjurkan melakukan
1.menyatakan kesal distraksi (mis.
Objektif : mendengarkan musik
1. menyendiri melakukan aktivitas dan
2.melamun teknik relaksasi)
3. konsentrasi buruk 4.Ajarkan pasien dan
4.disorientasi waktu, keluarga cara mengontrol
tempat, orang atau situasi halusinasi
5. curiga Kolaborasi
6. melihat ke satu arah Kolaborasi pemberian obat
7. mondar-mandir antipsikotik dan anti
8. bicara sendiri ansietas Jika perlu
Kondisi klinis terkait
13

1.glaukoma Minimalisasi Rangsangan


2.katarak Definisi
3.gangguan refraksi Mengurangi jumlah atau
(miopi,hiperopia, pola rangsangan yang ada
astigmatisma, presbiopia) (baik internal atau
4.trauma okuler eksternal)
5.trauma pada saraf Tindakan
kranialis II.III,IV,VI Observasi
akibat stroke,aneurisma Periksa status mental status
intrakranial,trauma/tumo sensori dan tingkat
r otak kenyamanan misalnya nyeri
6.infeksi okuler kelelahan
7.presbikusis Terapeutik
8.malfungsi alat bantu 1.Diskusikan tingkat
dengar toleransi terhadap beban
9.delirium sensori (mis. bising, terlalu
10.demensia terang)
11.gangguan amnestik 2.Batasi stimulus
12.penyakit terminal lingkungan (mis. cahaya,
13.gangguan psikomatik suara, aktivitas)
3.Jadwalkan aktivitas harian
waktu istirahat
4.Kombinasi prosedur atau
tindakan satu waktu, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1.Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi
1.Kolaborasi dalam
meminimalkan prosedur
atau tindakan
2.Kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
2 Ansietas Tingkat Ansietas 1. Reduksi ansietas
Definisi : Definisi : kondisi emosional Definisi :
Kondisi emosi dan dan Meminimalkan kondisi
pengalaman pengalaman subjektif individu
subjektif individu terhadap dan pengalaman subyektif
terhadap objek objek yang tidak jelas dan terhadap
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisispasi objek yang tidak jelas dan
spesifik bahaya spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan akibat antisipasi bahaya
yang individu yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk memungkingkan individu
lakukan menghadai ancaman. melakukan tindakan untuk
tindakan untuk Kriteria hasil : menghadapi ancaman.
mengahadapi 1. Verbalisasi kebingungan Tindakan :
ancaman. menunurun Observasi :
Penyebab : 2. Verbalisasi khawatir 1. Identifikasi sangat
14

1. Krisis situasional akibat kondisi yang dihadapi singkat


2. Kebutuhan tidak menurun ansietas berubah (mis.
terpenuhi Kondisi, waktu, stresor)
3. Krisis maturasional 2. Monitor tanda-tanda
4. Ancaman terhadap ansietas
konsep diri (verbal dan nonverbal)
5. Ancaman terhadap Terapeutik :
kematian 1. Ciptakan suasana
6. Kekhawatiran terapeutik utuk
mengalami menumbuhkan
kegagalan kepercayaan
7. Disfungsi sistem 2. Pahami situasi yang
keluarga membuat ansietas
8. Hubungan orang tua- Edukasi :
anak 1. Jelaskan prosedur,
tidak memuaskan termasuk
9. Faktor keturunan sensasi yang mungkin
(temperamen mudah dialami
teragitasi sejal lahir) 2. Anjurkan
10. Penyalahgunaan zat mengungkapkan
11. Terpapar bahaya perasaan dan persepsi
lingkungan (mis. 3. Latih teknik relaksasi
toksin,volutan, dan Kolaborasi :
lainlain) 1.Kolaborasi pemberian
12. Kurang terpapar obat antiansietas, jika perlu
informasi
Gejala dan Tanda 2. Terapi relaksasi
Mayor Definisi : menggunakan
Subjektif : teknik peregangan untuk
1. Merasa bingung mengurangi tanda dan
2. Merasa khawatir gejala ketidaknyamanan
dengan seperti nyeri, ketegangan
akibat dari kondisi yang otot, atau kecemasan.
dihadapi Tindakan :
3. Sulit berkonsentrasi Observasi
Objektif 1.Monitor respon terhadap
1. Tampak gelisah relaksasi
Objektif : Teraputik
1. Tampak gelisah 2.Gunakan pakaian longgar
2. Tampak tegang Edukasi
3. Sulit tidur 1.Jelaskan tujuan, manfaat,
Gejala dan Tanda batasan, dan jenis relaksasi
Minor yang tersedia (Mis. Musik,
Subjektif : meditasi, napas dalam,
1. Mengeluh pusing relaksasi otot progresif)
2. Anoreksia Kolaborasi
3. Palpitasi Tidak tersedia.
4. Merasa tidak berdaya
Objektif : 3. Dukungan Emosional
1. Frekuensi napas Definisi : Memfasilitasi
meningkat penerimaan kondisi
2. Frekuensi nadi emosional selama masa
meningkat stress
3. Tekanan darah Tindakan :
meningkat Observasi
15

4. Diaphoresis 1.Identifikasi hal yang


5. Tremor memicu emosi
6. Muka tampak pucat Teraputik
7. Suara bergetar 1.Fasilitasi mengungkapkan
8. Kontak mata buruk perasaan cemas, marah,
9. Sering berkemih atau sedih.
10. Berorientasi pada Edukasi
masa 1.Anjurkan mengungkapkan
lalu perasaan yang dialami (mis.
Ansietas, marah dan sedih)
Kolaborasi
1.Rujuk untuk konseling,
jika perlu
3. Risiko Cedera Tingkat Cedera Manajemen Kesehatan
Kategori : Lingkungan Definisi Lingkungan
Subkategori : Keparahan dari cedera yang Definisi
Keamanan dan diamati atau dilaporkan Mengidentifikasi dan
Proteksi mengelola lingkungan fisik
Definisi Ekspektasi untuk meningkatkan
Berisiko mengalami Menurun keselamatan
bahaya atau kerusakan Kriteria Hasil
fisik yang menyebabkan 1.Toleransi aktivitas Tindakan
seseorang tidak lagi meningkat Observasi
sepenuhnya sehat atau 2.Nafsu makan meningkat 1.Identifikasi kebutuhan
dalam kondisi baik 3.Toleransi makanan keselamatan (mis. kondisi
Faktor Risiko meningkat fisik, fungsi kognitif dan
Eksternal riwayat perilaku)
1.Terpapar patogen 1.Kejadian cedera Menurun 2.Monitor perubahan status
2.Terpapar zat kimia 2.Luka/lecet Menurun keselamatan lingkungan
toksik 3.Ketegangan otot Menurun Terapeutik
3.Terpapar agen 3.Fraktur Menurun 1.Hilangkan bahaya
nosokomial 4.Perdarahan Menurun keselamatan lingkungan
4.Ketidakamanan 5.Ekspresi wajah kesakitan (mis. fisik, biologi, dan
transportasi Menurun kimia), jika memungkinkan
Internal 6.Agitasi Menurun 2.Modifikasi lingkungan
1.Ketidaknormalan 7.Iritabilitas Menurun untuk meminimalkan
profil darah 8.Gangguan mobilitas bahaya dan resiko
2.Perubahan orientasi Menurun 3.Sediakan alat bantu
afektif 9.Gangguan kognitif keamanan lingkungan (mis.
3.Perubahan sensasi Menurun commode chair dan
4.Disfungsi autoimun pegangan tangan)
5.Disfungsi biokimia 1.Tekanan darah Membaik 4.Gunakan perangkat
6.Hipoksia jaringan 2.Frekuensi napas Membaik pelindung (mis.
7.Kegagalan mekanisme 3.Frekuensi nadi Membaik pengekangan fisik, rel
pertahanan tubuh 4.Denyut jantung apikal samping, pintu terkunci,
8.Malnutrisi Membaik pagar)
9.Perubahan fungsi 5.Denyut jantung radialis 5.Fasilitasi relokasi ke
psikomotor Membaik lingkungan (mis. timbel)
10.Perubahan fungsi 6.Pola istirahat/tidur Edukasi
kognitif Membaik Ajarkan individu, keluarga
Kondisi Klinis Terkait dan kelompok resiko tinggi
1.Kejang bahaya lingkungan
2.Sinkop
3.Vertigo Pencegahan Cedera
4.Gangguan penglihatan Definisi
16

5.Gangguan Mengidentifikasi dan


pendengaran menurunkan risiko
6.Penyakit Parkinson mengalami bahaya atau
7.Hipotensi kerusakan fisik
8.Kelainan nervus
vestibularis Tindakan
9.Retardasi mental Observasi
Indonesia. 1.Identifikasi area
lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
2.Identifikasi obat yang
berpotensi menyebabkan
cedera
3.Identifikasi kesesuaian
alas kaki atau stocking
elastis pada ekstremitas
bawah
Terapeutik
1.Sediakan pencahayaan
yang memadai
2.Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
3.Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis.
penggunaan telepon, tempat
tidur, penerangan ruangan,
dan lokasi kamar mandi)
4.Gunakan alas lantai jika
beriko mengalami cedera
serius
5.Sediakan alas kaki antislip
6.Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi di
tempat tidur, jika perlu
7.Pastikan bel panggilan
atau telepon mudah
dijangkau
8.Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
9.Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
10.Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda dalam
kondisi terkunci
11.Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
12.Pertimbangkan
penggunaan alarm
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada tempat
tidur atau kursi
17

13.Diskusikan mengenal
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
14.Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas yang
sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
15.Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
16.Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
1.Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
2.Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri
4. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
Kategori : Psikologis Definisi Definisi :
Subkategori : Nyeri Pengalaman sensorik atau Mengidentifikasi dan
dan Kenyamanan emosional yang berkaitan mengelola pengalaman
Definisi dengan kerusakan jaringan sensori atau emosional yang
Pengalaman sensorik aktual atau fungsional berkaitan dengan kerusakan
atau emosional yang dengan onset mendadak atau jaringan atau fungsional
berkaitan dengan lambat dan berintensitas dengan onset mendadak
kerusakan jaringan ringan hingga berat dan atau lambat dan
aktual atau fungsional, konstan berintensitas ringan hingga
dengan onset mendadak Ekspektasi berat dan konstan
atau lambat dan Menurun Tindakan
berintensitas ringan Kriteria Hasil Observasi
hingga berat yang 1.Kemampuan menuntaskan 1. identifikasi lokasi,
berlangsung kurang dari aktivitas Meningkat karakteristik, durasi,
3 bulan frekuensi, kualitas,
Penyebab 1.Keluhan nyeri Menurun intensitas nyeri.
1.Agen pencedera 2.Meringis Menurun Terapeutik
fisiologis (mis. 3.Sikap protektif Menurun 1. Berikan tehnik non
inflamasi, iskemia, 4.Gelisah Menurun farmakologis untuk
neoplasma) 5.Kesulitan tidur Menurun mengurangi rasa nyeri( mis,
2.Agen pencedera 6.Menarik diri Menurun TENS, hipnosis,
kimiawi (mis. terbakar, 7.Berfokus pada diri sendiri akupresure, terapi musik,
bahan kimia iritan) Menurun biofeedback, terapi pijat,
3.Agen pencedera fisik 8.Diaforesis Menurun aroma terapi, tehnik
(mis. abses, 9.Perasaan depresi (tertekan) imajinasi terbimbing,
amputasi,terbakar, Menurun kompres hangat/dingin,
terpotong mengangkat 10.Perasaan takut terapi bermain)
berat, prosedur operasi, mengalami cedera berulang 2. Kontrol lingkungan yang
trauma, latihan fisik Menurun memperberat rasa nyeri
berlebihan) 11.Anoreksia menurun (mis. Suhu ruangan,
Gejala & Tanda 12.Perineum terasa tertekan pencahayaan , kebisingan)
Mayor: Menurun Edukasi
Subjektif 13.Uterus teraba membulat 1.Jelaskan penyebab,
18

1.Mengeluh nyeri Menurun periode, dan pemicu nyeri


Objektif 14.Ketegangan otot 2.Jelaskan strategi
1.Tampak meringis Menurun meredakan nyeri
2.Bersikap protektif 15.Pupil dilatasi Menurun 3. Ajarkan tehnik non
(mis. waspada, posisi 16.Muntah Menurun farmakologis untuk
menghindari nyeri) 17.Mual Menurun mengurangi rasa nyeri
3.Gelisah Kolaborasi
4.Frekuensi nadi 1.Frekuensi nadi Membaik 1.Kolaborasi pemberian
meningkat 2.Pola napas Membaik analgesik,jika perlu
5.Sulit tidur 3.Tekanan darah Membaik
Gejala & Tanda 4.Proses berpikir Membaik Pemberian Analgesik
Minor: 5.Fokus Membaik Definisi : menyiapkan dan
Subjektif 6.Fungsi berkemih Membaik memberikan agen
(tidak tersedia) 7.Perilaku Membaik farmakologis untuk
Objektif 8.Nafsu makan Membaik mengurangi atau
1.Tekanan darah 9.Pola fikir Membaik menghilangkan rasa sakit.
meningkat Tindakan
2.Pola napas berubah Observasi
3.Nafsu makan berubah 1. Identifikasi riwayat alergi
4.Proses berfikir obat
terganggu Terapeutik
5.Menarik diri 1.Diskusikan jenis analgesic
6.Berfokus pada diri yang disukai untuk
sendiri mencapai analgesik yang
7.Diaforesis optimal.
Kondisi Klinis Terkait Edukasi
1.Kondisi pembedahan 2.Jelaskan efek samping
2.Cedera traumatis obat
3.Infeksi Kolaborasi
4.Sindrom koroner akut 1.Kolaborasi pemberian
5.Glaukoma dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
5. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Kategori : lingkungan Definisi Definisi : mengidentifikasi
Subkategori : keamanan Derajat infeksi berdasarkan dan menurunkan resiko
dan proteksi observasi atau bersumber terserang organism
Definisi: informasi patogenik
Beresiko mengalami Ekspektasi Tindakan
peningkatan terserang Menurun Observasi
organisme patogenik Kriteria Hasil 1. Monitor tanda dan gejala
Faktor resiko 1.Kebersihan tangan infeksi lokal dan sistemik
1. Penyakit kronis( mis. Meningkat Terapeutik
Diabetes militus) 2.Kebersihan badan 1. Cuci tangan sebelum dan
2. Efek prosedur infasif Meningkat sesudah kontak dengan
3. Malnutrisi 3.Nafsu makan Meningkat pasien dan lingkungan
4. Peningkatan paparan pasien
organisme patogen 1.Demam Menurun 2. Pertahankan tehnik
lingkungan 2.Kemerahan Menurun aseptic pada pasien beresiko
5. Ketidak adekuatan 3.Nyeri Menurun tinggi
pertahanan tubuh 4.Bengkak Menurun Edukasi
primer : 5.Vesikel Menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala
a. Gangguan peristaltik 6.Cairan berbau busuk Infeksi
b. Kerusakan integritas Menurun 2. Ajarkan cara mencuci
kulit 7.Sputum berwarna hijau tangan dengan benar
c. Perubahan sekresi pH Menurun Kolaborasi
19

d. Penurunan kerja 8.Drainase purulen Menurun 1.Kolaborasi pemberian


siliaris 9.Piuria Menurun imunisasi , jika perlu
e. Ketuban pecah lama 10.Periode malaise Menurun
f. Ketuban pecah 11.Periode menggigil
sebelum waktunnya Menurun
g. Merokok 12.Letargi Menurun
h. Statis cairan tubuh 13.Gangguan kognitif
6. ketidak adekuatan Menurun
pertahanan tubuh
sekunder: 1.Kadar sel darah putih
a. Penurunan Hb Membaik
b. Imununosupresi 2.Kultur darah Membaik
c. Leukopenia 3.Kultur urine Membaik
d. Supresi respon 4.Kultur sputum Membaik
inflamasi 5.Kultur area luka Membaik
e. Vaksinisasi tidak 6.Kultur feses Membaik
adekuat

Kondisi klinis terkait


1. AIDS
2. Luka bakar
3.Penyakit paru
obstruktif kronik
4. Diabetes mielitus
5. Tindakan infasif
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid
7. Penyalah gunaan obat
8.Ketuban pecah sebelum
waktunya
9. Kanker
10. Leukimia
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis

Tanggal pengkajian : 12 januari 2022

     Nama                                               :Tn.P

Alamat                                             :Binjai

     Telp                                                 :-

     Tempat, Tanggal lahir/Umur            :Tanjung keliling,4 maret 1932          

Jenis kelamin                                   :Laki - Laki

     Suku                                                 :Jawa

     Agama                                              :Islam

     Status perkawinan                             :Duda

     Pendidikan                                        :-

     Alamat                                               :Binjai

Orang yang paling dekat di hubungi   :Anak Kandung

3.1.2.Riwayat Keluarga

              Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya

mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P

dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga

kurang memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan

kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang

mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di

wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya

sekitar 5 tahun. Karena Ny.S telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat

20
21

kelumpuhan dan serangan jantung dan Ny.S dikebumikan di kawasan panti sosial

tersebut.

3.1.3.Riwayat Pekerjaan

            Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja

sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup

untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

3.1.4 Status kesehatan saat ini

                 Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala Tn. P mengalami

sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus mengalami

pusing, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru Tn.P tahu kalau Tn.P sakit hipertensi.

Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12,5 mg 2x1dan tidak rutin control ke

pelayanan kesehatan

                Tn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P

makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak

punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.

3.1.5 Status kesehatan masa lalu

Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang mana waktu usia 18

tahun mata kanan Tn.P terkena batang padi, Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu

terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut

keterangan Tn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan

obat kampung saja.

3.1.6 Riwayat keluarga

       Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.P telah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah
22

dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan

ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

a.         Vital sign

       TD    : 190/100 Mmhg

       P    :          28 x/i

       N   :          104 x/i

       S :           36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan

Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.

    Mata

Bentuk mata simetris terdapat bintik putih pada mata sebelah kiri tidak ada nyeri

tekan di sekitar area mata Tn. P mengatakan sulit melihat pandangan seperti

berkabut sehingga sulit untuk melakukan kegiatan sehari hari Tn. P berjalan

sambil meraba raba sejak sulit melihat Tn. P sulit untuk membedakan waktu dan

orang yang di kenali

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kiri

         Telinga

Pendengaran Tn.P berfungsi dengan baik, serumen ada dalam batas normal. Di dalam

telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

           Hidung
23

Bentuk hidung simetris Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak

terdapat polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P

juga tidak ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P

mengalami perubahan suara. dan Tn.P mengalami kesulitan mengunyah makanan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi

yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P

           Leher

Pada leher Tn.P tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada,

dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan pada

payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan

dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

           Kardiovaskuler

Suara jantung normal tidak ada suara jantung tambahan tidak ada nyeri dada

           Gastrointestinal
24

Tn.P mengalami perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga mengatakan kalau

dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.

           Musculoskeletal

Tn.P mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai

masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa

menggunakan alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya

belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga

Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi

respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P  putih

dengan uban.

           Integument

Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena

Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering

mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku

kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga

mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam tidur dan berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data

No                     Data            Etiologi      Masalah


25

1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berabut penglihatan persepsi sensori :
Penglihatan
 Do : terdapat kekeruhan pada
lensa mata. Tn.P tampak berjalan
sambil meraba raba

2.  Ds : Pasien mengatakan sulit


tidur dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Resiko jatuh
penglihatan
 Do : Klien tidak dapat banyak
bergerak, pasien tampak berjalan
sambil meraba raba

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d gangguan penglihatan di buktikan

dengan konsentrasi buruk, dan disorientasi waktu

2. Ansietas b/d kurang terpapar pengetahuan tentang proses penyakit di buktikan

dengan tampak gelisah, mengeluh sulit tidur dan Nadi meningkat

3. Resiko jatuh di buktikan dengan gangguan penglihatan

3.4 Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


26

1. Penurunan persepsi Setelah di lakukan tindakan 1.monitor dan sesuaikan


sensori : Penglihatan keperawatan selama 3x 24 tingkat aktivitas dan
b/d gangguan jam persepsi sensori stimulus lingkungan
penglihatan di membaik 2.batasi stimulus
buktikan dengan Dengan criteria hasil : linkungan
konsentrasi buruk, 1.konsentrasi membaik 3.ajarkan cara
dan disorientasi 2.orientasi membaik meminimalisasi stimulus
waktu

2. Ansietas b/d kurang Setelah di lakukan tindakan 1.identifikasi saat tingkat


terpapar keperawatan selama 2x24 ansietas berubah
pengetahuan tentang jam tingkat ansietas 2.temani pasien untuk
proses penyakit di menurun dengan criteria mengurangi kecemasan
buktikan dengan hasil : 3.tempatkan barang
tampak gelisah, 1.gelisah menurun pribadi yang memberikan
mengeluh sulit tidur 2.pola tidur membaik kenyamanan
dan Nadi meningkat 3.frekuensi nadi membaik 4.informasikan secara
factual mengenai
diagnosis pengobatan dan
prognosis
3. Resiko jatuh di Setelah di lakukan tindakan 1.identifikasi factor
buktikan dengan keperawatan selama 2x24 resiko jatuh
gangguan jam tingkat jatuh menurun 2.identifikasi factor
penglihatan dengan criteria hasil : lingkungan yang
1.jatuh dari saat berjalan meningkatkan resiko
menurun jatuh
2.jatuh saat naik tangga 3.anjuran menggunakan
menurun alas kaki yang tidak licin
3.jatuh saat di kamar mandi
menurun

3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal Diagnose implementasi Respon Evaluasi paraf


12 januari I 1.monitor dan S : pasien S : pasien
2022 sesuaikan mengatakan mengatakan
tingkat cahaya di cahaya di
aktivitas dan kamar terlalu kamar terlalu
stimulus terang terang
lingkungan sehingga sehingga
2.batasi pasien pasien
stimulus merasa silau merasa silau
linkungan O : pasien O : pasien
3.ajarkan cara tampak sulit tampak sulit
meminimalisasi melakukan melakukan
stimulus ativitas jika ativitas
pencahayaan A : masalah
terlalu terang belum tertasi
P : intervensi
27

di lanjutkan
kurangi
stimulus
pencahayan
di kamar
pasien
II 1.identifikasi S : pasien S : pasien
saat tingkat tampak tampak
ansietas gelisah saat gelisah saat
berubah ingin ingin
2.temani pasien melakukan melakukan
untuk sesuatu sesuatu
mengurangi pasien pasien
kecemasan mengatakan mengatakan
3.tempatkan cemas cemas
barang pribadi dengan dengan
yang kondisi kondisi
memberikan matanya matanya
kenyamanan O : pasien O : pasien
4.informasikan tampak tampak
secara factual mendengaran mendengaran
mengenai penjelasan penjelasan
diagnosis mengenai mengenai
pengobatan dan penyakitnya penyakitnya
prognosis dengan baik dengan baik
A : masalah
belum
teratasi
P : intervensi
di lanjutkan
-Temani
pasien untuk
mengurangi
kecemasan
-Identifikasi
tingkat
kecemasan
III 1.identifikasi S : pasien S : pasien
factor resiko mengatakan mengatakan
jatuh pernah pernah
2.identifikasi menabrak menabrak
factor saat berjalan saat berjalan
lingkungan karena karena
yang kondisi mata kondisi mata
meningkatkan yang kurang yang kurang
resiko jatuh jelas melihat jelas melihat
3.anjuran O : pasien O : pasien
menggunakan tampak tampak
alas kaki yang berjalan berjalan
tidak licin sambil sambil
28

meraba raba meraba raba


karena sulit karena sulit
untuk untuk melihat
melihat terutama
terutama pada siang
pada siang hari
hari A : maslah
belum
teratasi
P : intervensi
di lanjukan
-identifikasi
factor
lingkungan
yang
menyebabkan
rsiko jatuh
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica

Nettina Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Anda mungkin juga menyukai