Anda di halaman 1dari 44

MENURUNKAN HIPERTERMIA PADA ANAK

DENGAN METODE WATER TEPID SPONGE


DI RUANG ANAK LANTAI DASAR
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KARYA ILMIAH NERS (KIN)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar NERS

Disusun Oleh:

Virpy Elisanov S
P1337420919010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES SEMARANG
TAHUN 2020

i
MENURUNKAN HIPERTERMIA PADA ANAK
DENGAN METODE WATER TEPID SPONGE
DI RUANG ANAK LANTAI DASAR
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KARYA ILMIAH NERS (KIN)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ners

Disusun Oleh:
Virpy Elisanov S
P1337420919010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES SEMARANG
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal KIN dengan judul “Menurunkan Hipertermia Pada Anak dengan


Metode Water Tepid Sponge di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang” Karya,
Nama : Virpy Elisanov S
NIM : P1337420919010
Program Studi : Profesi Ners
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Proposal KIN.

Semarang, 04 Februari 2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Tri Wiji Lestari, S.ST., M.Kes Putri Setyani, S.Kep., Ns


NIP. 196807271989032001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

KIN dengan judul “Menurunkan Hipertermia Pada Anak dengan Metode


Water Tepid Sponge di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang” Karya,
Nama : Virpy Elisanov S
NIM : P1337420919010
Program Studi : Profesi Ners
Telah dipertahankan dalam Sidang Ujian KIN Program Profesi NERS,
Poltekkes Kemenkes Semarang pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2020

Semarang, 11 Mei 2020

Penguji 1 Penguji 2

Tri Wiji Lestari, S.ST., M.Kes Putri Setyani, S.Kep., Ns


NIP. 196807271989032001

Mengetahui,

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas karuniaNya Karya Ilmiah

Ners yang berjudul “Menurunkan Hipertermia Pada Anak Dengan Metode

Water Tepid Sponge di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi

Semarang” ini dapat diselesaikan.

Karya ilmiah ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang. Penulis mengalami

banyak kesulitan dalam penyusunan Karya Ilmiah Ners ini, akan tetapi dapat

dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

terimakasih meskipun tak sebanding dengan apa yang diterima oleh penulis

kepada:

1. Bapak Marsum, BE, S.Pd., MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Bapak Suharto, S.Pd., MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Bapak Shobirun, MN, selaku Ketua Program Studi D-IV dan Profesi Ners

Keperawatan Semarang.

4. Ibu Putri Setyani, S.Kep., Ns, selaku Pembimbing Klinik yang telah

mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan Karya Ilmiah

Ners ini.

v
5. Ibu Tri Wiji Lestari, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang

telah mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Ners ini.

6. Orang tua dan keluarga tercinta, yang selalu memberikan dukungan baik

materi maupun motivasi, serta tak hentinya mendoakan untuk terus maju

menjadi yang lebih baik.

7. Teman-teman seperjuangan Ners Angkatan IV Keperawatan Semarang

2019, terima kasih atas kerjasama dan solidaritas sehingga sampai saat ini

penulis masih menjadi bagian dari keluarga besar ini, serta berbagai pihak

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Akhirnya semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang

membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya

ilmiah ini jauh dari kata sempurna, segala kesalahan hanya milik penulis semata

dan saya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang saya tuliskan dalam Karya

Ilmiah Ners ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 11 Mei 2020

Virpy Elisanov S

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................x

ABSTRAK .........................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Kontek dan Perbedaan ......................................................................... 5

1.3 Analisis Masalah .................................................................................... 6

1.4 Sasaran ................................................................................................... 8

1.5 Definisi Masalah .................................................................................... 8

1.6 Pertanyaan ............................................................................................. 9

1.7 Tujuan .................................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode .................................................................................................... 13

2.2 Hasil Review Artikel ............................................................................. 14

2.3 Kesimpulan Artikel ............................................................................... 20

vii
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Relevansi Micro ..................................................................................... 21

3.2 Relevansi Meso ...................................................................................... 25

3.3 Relevansi Macro .................................................................................... 25

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 27

4.2 Saran ....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penilaian....................................................................................7

Tabel 2.1 Analisis Jurnal ....................................................................................11

Tabel 3.1 Monitoring Implementasi ...................................................................23

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemilihan jurnal .............................................................................11

x
ABSTRAK

Virpy Elisanov S1, Tri Wiji Lestari2, Putri Setyani 3


1Mahasiswa Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang
2Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Semarang
3Pembimbing Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang

Email : virpyelisanov96@gmail.com

Menurunkan Hipertermia Pada Anak Dengan Metode Water Tepid Sponge


Di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang

Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak berumur 1-10 tahun yang dirujuk
ke unit gawat darurat pediatrik. Sebagian besar hipertemia berhubungan dengan
infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik. Pasien anak yang
mengalami hipertermia diperlukan pemberian tindakan non farmakologi yaitu
water tepid sponge disamping pemberian obat antipiretik guna mempercepat
penurunan hipertermi. Tindakan yang tepat dalam masalah ini adalah menerapkan
metode water tepid sponge. Karya Ilmiah Ners ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang dengan menerapkan Metode Water Tepid Sponge di Ruang Anak
Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi. Metode yang digunakan adalah dengan
menganalisa intervensi water tepid sponge kepada pasien, waktu analisis tanggal
02 – 03 September 2019 di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Pada hasil tindakan didapatkan hasil terdapat perubahan suhu tubuh
yang signifikan terhadap suhu tubuh sesudah penerapan metode water tepid
sponge. Water Tepid Sponge dapat dijadikan sebagai alternatif yang efektif untuk
penanganan dini pada anak yang mengalami hipertermia baik di Rumah Sakit
maupun saat berada di rumah. Pencegahan terhadap terjadinya akibat lebih lanjut
dari hipertermia dengan pemberian water tepid sponge diharapkan dapat
mempercepat penurunan suhu badan klien sehingga tidak memunculkan masalah
baru.

Kata Kunci: Hipertermia, Water Tepid Sponge, Anak

xi
ABSTRACT

Virpy Elisanov S1, Tri Wiji Lestari2, Putri Setyani 3


1Nursing Ners Professional of Health Polytechnic of Ministry of Health

Semarang
2The Lectures Advisor of Health Polytechnic of Ministry of Health Semarang
3Clinic Advisor of RSUP Dr. Kariadi Semarang

Email : virpyelisanov96@gmail.com

Reducing Hyperthermia in Children with The Water Tepid Sponge Method


in The Children’s Room Ground Floor RSUP Dr. Kariadi Semarang

Hyperthermia occurs in 1 of 2000 cases of children aged 1-10 years who are
referred to the pediatric emergency department. Most hyperthermia is associated
with infectons which can be either local or systemic. Pediatric patients who
experienced hyperthermia are required to provide non pharmocological measures,
namely water tepid sponge in addition to antipyretic drugs in order to accelerate
the reduction of hyperthermia. The right action in this case is to apply the water
tepid sponge method. This nursing scientific work aims to improve the quality of
nursing services in the children’s room ground floor RSUP Dr. Kariadi Semarang
by applying the water tepid sponge method in the children’s room ground floor
RSUP Dr. Kariadi Semarang. The method used is to analysis intervention of the
water tepid sponge method to patients, the analysis time is 02-03 September 2019
in the children’s room ground floor RSUP Dr. Kariadi Semarang. The results
obtained showed that there were significant changes in body temperature to body
temperature after the application of the water tepid sponge method. Water tepid
sponge can be used as an effective alternative for early treatment of children who
experience hyperthermia both at the hospital and while at home. Prevention of the
occurence of further effects of hyperthermia by administering water tepid sponge
is expected to accelerate the decrease in body temperature of the client so it does
not cause new problem.

Keywords : Hyperthermia, water tepid sponge, children

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertermia adalah infeksi atau inflamasi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau patogen lain merangsang pelepasan pirogen yang
bekerja di hipotalamus, tempat mereka memicu produksi prostaglandin
dan meningkatkan nilai acuan (set point) suhu tubuh. Hal ini memicu
respon dingin, menyebabkan menggigil, vasokonstriksi, dan penurunan
perfusi perifer dan memungkinkan suhu tubuh meningkat kenilai acuan
yang baru sebagai suhu yang lebih besar dari 380C (Carman & Kyle, 2015).
Hipertemia pada anak adalah gejala suatu penyakit sebagai reaksi tubuh
untuk melawan infeksi atau penyakit ini biasanya bisa disebabkan karena
infeksi, virus, bakteri, dan bisa juga disebabkan karena faktor yang lain.
Hipertermia merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Penyakit-penyakit
yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.
Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
Hasil penelitian dari Jannah, Haryani, & Susilo, (2015), didapatkan
bahwa angka kejadian febris di Indonesia tahun 2010 melaporkan bahwa
demam (panas) mempunyai pravalensi lebih tinggi dari Negara-negara lain
yaitu sekitar 80%-90%. Angka kejadian di Jawa Tengah pada tahun 2010
sekitar 2%-5%, terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di setiap
tahunya (Dinkes Jawa Tengah 2009). Hasil data dari salah satu pegawai
bagian rekam medik di Puskesmas Gajahan melaporkan bahwa hasil
laporan tahunan di Puskesmas (2016) diperoleh data laporan kasus demam
(Febris) pada anak usia 1-5 tahun adalah sebanyak 227 kasus dengan
spesifikasi jenis kelamin laki-laki sebanyak 118 kasus dan jenis
perempuan sebanyak 109 kasus. Hartini (2015), menyatakan bahwa dari
tingginya angka kejadian demam pada anak diatas, menurut pelayanan

1
2

kesehatan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dapat dilakukan


pencegahan farmakologis dan nonfarmakologis.
Dampak yang ditimbulkan hipertemia, dapat berupa penguapan
cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan,
menimbulkan kerusakan syaraf bahkan kejang. Perawat sangat berperan
untuk mengatasi hipertermia melalui peran mandiri maupun kolaborasi.
Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para
ibu saat anaknya mengalami demam. Namun, kompres menggunakan es
sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun
bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil, dan
kebiruan (Kolcaba cit Maling, 2013). Metode kompres yang dianjurkan
saat ini yaitu dengan kompres hangat dan water tepid sponge. Berdasarkan
penelitian Isnaini, Memed (2014) tentang efektifitas penurunan suhu tubuh
antara kompres hangat dan water tepid sponge pada anak usia 6 bulan – 3
tahun dengan demam di Puskesmas Kartasura Sukoharjo berkesimpulan
yaitu lebih efektif kompres Water Tepid Sponge dalam menurunkan suhu
tubuh anak demam, dibandingkan dengan metode kompres hangat.
Kelompok dengan kompres hangat mengalami penurunan suhu 0,10C –
0,30C dan untuk kelompok kompres dengan water tepid sponge
mengalami penurunan suhu berkisar 0,30C – 0,60C.
Italian Pediatric Society Guidelines menjelaskan bahwa Water
tepid sponge merupakan salah satu metode efektif yang dapat digunakan
untuk mengatasi demam. Water tepid sponge adalah sebuah teknik
kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada
pembuluh darah supervisial dngan teknik seka (Alves, 2008 cit Dewi,
2018). Water tepid sponge bekerja dengan cara vasodilatasi (melebarnya)
pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi paas dari kulit
ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan
oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulus
hipotalamus (Dewi, 2018). Water tepid sponge merupakan suatu prosedur
untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan
3

konduksi, yang baiasanya dilakukan pada pasien yang mengalami demam


tinggi (Wardiyah, dkk 2016).
Pada prinsipnya pemberian water tepid sponge dapat menurunkan
suhu tubuh melalui proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi
darah, sehingga darah akan mengalir dari organ dalam kepermukaan tubuh
dengan membawa panas. Kulit mempunyai banyak pembuluh darah.
Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang
dipompakan jantung. Kemudian panas berpindah dari darah melalui
dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan
sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter dan Perry, 2010 cit
Wardiyah, 2016).
Studi pada kelompok water tepid sponge didapatkan hasil terjadi
penurunan rata-rata suhu setelah dilakukan tindakan water tepid sponge,
senada dengan hasil penelitian Bartolomeus Maling yang menyatakan ada
pengaruh water tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak usia 1-
10 tahun yang mengalami demam (Maling, 2013). Hasil penelitian ini
diperkuat dengan kesimpulan dari penelitian Siti Haryani, dkk yang
menyatakan water tepid sponge berpengaruh pada penurunan suhu tubuh.
(Haryani, 2018).
Tindakan water tepid sponge merupakan salah satu tindakan
mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan
pada keluarga pasien. Padahal tindakan water tepid sponge merupakan
metode yang minim efek samping dan lebih mudah dilakukan serta tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan ini juga
memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu bergantung pada obat
antipiretik.
Hasil penelitian Maling (2013) mengemukakan bahwa kompres
tepid sponge hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan
demam. Penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kompres Tepid Sponge
Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun
Dengan Hipertermia Di RSUD Tugurejo Semarang. Jenis penelitian
4

menggunakan desain quasi eksperimenal dengan bentuk rancangan one


group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak
usia 1-10 tahun yang mengalami hipertermia, dengan jumlah 31 anak.
Hasil penelitian ada penurunan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,40C,
sehingga Ho ditolak, Ha diterima (hipotesis ada pengaruh kompres tepid
sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermi).
Persamaan dengan penelitian ini adalah tindakan kompres untuk
menurunkan suhu tubuh. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat,
waktu penelitian, membandingkan antara kompres tepid sponge dengan
kompres air hangat, variabel penelitian, dan sampel yang diambil peneliti
adalah anak yang mengalami hipertermi.
Tatalaksana yang dapat menurunkan suhu tubuh atau demam, salah
satunya adalah water tepid sponge. Tindakan ini dapat dilakukan oleh
orang tua sendiri maupun perawat sebagai tindakan mandiri keperawatan
yang bersifat nonfarmakologi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa water tepid sponge yang diberikan
kepada anak dengan kenaikan suhu tubuh efektif untuk menurunkan suhu
tubuh. Untuk mengembangkan tindakan mandiri perawat, perlu adanya
penelitian-penelitian yang harus dilakukan oleh profesi perawat terkait
dengan tindakan mandiri perawat, sehingga menjadi dasar yang ilmiah dan
pedoman bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan serta
perawat mampu melakukan tindakan mandiri keperawatan sesuai profesi
yang dimilikinya. Salah satu tindakan mandiri perawat yang perlu
dikembangkan adalah melakukan tindakan water tepid sponge pada pasien
yang mengalami kenaikan suhu tubuh terutama pada anak-anak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada perawat
dan keluarga pasien di ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi,
Semarang, peneliti menemukan belum optimalnya perawat dan keluarga
dalam memberikan tindakan water tepid sponge kepada pasien untuk
menurunkan suhu tubuh. Salah satu faktor diantaranya yaitu masih
minimnya pengetahuan keluarga pasien tentang metode water tepid sponge
5

serta kurangnya sosialisasi oleh perawat tentang cara menerapkan metode


water tepid sponge di ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang, dan juga didukung oleh latar belakang yang telah diuraikan di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan topik
“Menurunkan Hipertermia Pada Anak dengan Metode Water Tepid Sponge
di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi”.

1.2 Kontek dan Perbedaan (Context and Deferences)


1.2.1 Analisis konteks (Context Analysis)
Analisis konteks dalam penelitian ini adalah berdasarkan studi
pendahuluan selama praktik kinik keperawatan anak di ruang Anak lantai
dasar RSUP Dr. Kariadi sehingga penulis lakukan observasi pada tanggal
02 dan 03 September 2019 terdapat 3 pasien di ruang anak lantai dasar
RSUP Dr. Kariadi dengan penyakit tertentu yang mengalami hipertermia
sehingga diperlukan pemberian tindakan non farmakologi yaitu water
tepid sponge disamping pemberian obat antipiretik guna mempercepat
penurunan hipertermi. Dari hasil observasi Hipertermia banyak terjadi
pada pasien dengan riwayat penyakit kronis, seperti ALL, AML dan
Keganasan Hematologi.
Perawat ruangan telah memberikan obat antipiretik sesuai advice
dokter pada pasien yang mengalami hipertermi, namun, hal tersebut
kurang efektif bila tidak disertai pemberian water tepid sponge. Karena
kurangnya konsistensi perawat dan keluarga dalam memberikan water
tepid sponge diruangan, sehingga menjadi peluang bagi saya untuk
memberikan edukasi sekaligus demonstrasi teknik pemberian water tepid
sponge pada pasien yang mengalami hipertermia di ruang anak lantai dasar
RSUP Dr. Kariadi.
Water tepid sponge belum digunakan di ruang anak lantai dasar,
biasanya saat ada pasien demam selain pemberian antipiretik hanya
disertai kompres menggunakan air biasa atau hangat, namun Italian
Pediatric Society Guidelines menjelaskan bahwa Water tepid sponge
6

merupakan salah satu metode efektif yang dapat digunakan untuk


mengatasi demam. Hal ini diperkuat lagi oleh kesimpulan dari hasil
penelitian Siti Haryani, dkk yang menyatakan water tepid sponge
berpengaruh pada penurunan suhu tubuh. (Haryani, 2018).

1.2.2 Analisis Perbedaan (Difference Analysis)


Tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar
superficial dengan teknik seka (Alves, 2008 cit Dewi, 2018). Telah di uji
di berbagai negara dimana disetiap publikasi riset menghasilkan
kesimpulan yang bervariasi. Namun fakta menunjukkan bahwa pemberian
acetaminophen / antipiretik yang diiringi dengan pemberian water tepid
sponge memiliki keunggulan dalam mempercepat penurunan suhu anak
dengan demam pada satu jam pertama dibandingkan dengan anak yang
hanya diberi acetaminophen/antipiretik saja (Wilson, 1995 dalam Hamid
2011). Pada prinsipnya pemberian water tepid sponge dapat menurunkan
suhu tubuh melalui proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi
darah, sehingga darah akan mengalir dari organ dalam kepermukaan
tubuh dengan membawa panas. Kulit mempunyai banyak pembuluh
darah. Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang
dipompakan jantung. Kemudian panas berpindah dari darah melalui
dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan
sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter dan Perry, 2010 cit
Wardiyah, 2016).

1.3 Analisis masalah


1. Tingkat individu
Masalah utama yang muncul adalah hipertermia dimana pada
demam tinggi dapat terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik,
kerusakan hati, kelainan EKG, dan berkurangnya aliran darah otak,
bahkan jika demam tidak ditangani maka akan menyebabkan
7

kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,


epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar. Tindakan
pencegahan penting dilakukan guna mempertahankan kualitas hidup
pasien. Salah satu implementasi keperawatan adalah bagaimana cara
menurunkan suhu pasien dengan penyakit kronis yang mengalami
hipertermi yaitu melalui pemberian antipiretik dan penanganan dini
meliputi pemberian water tepid sponge, perbaikan keadaan umum
penderita, dengan meningkatkan intake cairan, meningkatkan
istirahat, dan mengatur kenyamanan posisi pasien. Water tepid
sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol
kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang
baiasanya dilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi
(Wardiyah, dkk 2016).

2. Tingkat Tim
Pencegahan terhadap terjadinya akibat lebih lanjut dari hipertermia
dengan pemberian water tepid sponge diharapkan dapat
mempercepat penurunan suhu badan klien sehingga tidak
memunculkan masalah baru bagi perawat yang nantinya akan
menambah beban kerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.

3. Tingkat Organisasi
Pemberian water tepid sponge ini pada umumnya berguna sebagai
bahan acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
pengembangan bidang keperawatan secara profesisional dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan berbasis non
farmakologi serta untuk menjaga dan meningkatkan mutu organisasi
keperawatan pada khususnya.
8

4. Hasil penilaian
Tabel 1.1 Hasil Penilaian

Hasil Observasi Hasil Yang Diharapkan


1.Pasien dengan penyakit kronis 1.Perawat dapat membantu penanganan
beresiko mengalami hipertermia dini terjadinya hipertermia selama masa
perawatan di RS
2.Penanganan dini dengan melakukan 2.Penanganan dini dengan melakukan
kompres biasa atau kompres hangat water tepid sponge pada pasien
pada pasien hipertemia hipertermia
3.Keluarga jarang terlibat dalam 3. Keluarga dapat mengetahui cara
perawatan klien perawatan klien terutama dalam
melakukan water tepid sponge
Apa yang dibutuhkan?
Menerapkan metode water tepid sponge pada pasien yang mengalami hipertermia.

1.4. Sasaran (Target Audience)


Sasaran dalam Karya Ilmiah Ners ini ditentukan berdasarkan jumlah
pasien yang ada disertai oleh kriteria inklusi yang dibuat penulis, yakni
sebagai berikut:
a. Pasien anak dengan hipertermia
b. Pasien anak dengan usia sekolah 6-12 tahun
c. Pasien yang tidak dalam keadaan fraktur kompleks

1.5. Definisi Masalah (Problem Definition)


Temperatur tubuh yang mencapai 39oC akan mengakibatkan kulit hangat,
kemerahan, dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi dapat
menurunkan suhu dan mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh penyakitnya.
Teknik Tepid Sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung
di beberapa tempat yang memilliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada
9

perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka di beberapa area tubuh


sehingga perlakuan yang terapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin
komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan
kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian
sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan
mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan
panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat
penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010).
Tepid sponge merupakan salah satu teknik kompres hangat untuk
menurunkan suhu tubuh febris. Hingga akhir-akhir ini teknik ini terus di teliti dan
meluas ke negara lain seperti Brazil dan Singapura. (Alves, et all. 2008 cit Dewi,
2018) mempublikasikan hasil penelitiannya yang menunjukkan percepatan
penurunan suhu klien febris yang mendapatkan terapi antipiretik dan Tepid
Sponge dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan terapi antipiretik
saja (Alves et all., 2008 cit Dewi, 2018). Teknik kompres Tepid Sponge
merupakan teknik kompres yang mudah dan dapat dilakukan dengan mudah oleh
tenaga kesehatan bahkan oleh orang tua khususnya ibu apabila telah mendapatkan
pendidikan kesehatan.

1.6 Pertanyaan (question of the paper)


Analisa PICOT
P (Population) : Populasi yang diambil yaitu pasien anak yang
Mengalami demam (suhu >380C)
I (Intervention): Intervensi yang dilakukan yaitu dengan pemberian
Kompres water tepid sponge pada pasien anak yang
mengalami demam (suhu >380C). Adapun SOP nya
(Sodikin, 2012) sebagai berikut:
10

Kompetensi
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
Pra interaksi
Mengkaji kondisi klien memeriksa catatan
1
keperawatan dan catatan medis klien
Mengidentifkasi indikasi tindakan water tepid
2
sponge
3 Mencuci tangan efektif
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
1.
Baskom/ember berisi air hangat
2.
Termometer badan
3.
Selimut mandi
4 4.
Alas linen tahan air
5.
Handuk
6.
Washlap
7.
Sarung tangan (jika klien ada luka
terbuka)
8. Keranjang/plastik pakaian kotor
5 Cuci tangan efektif
Tahap orientasi
6 Salam pembukaan dan perkenalkan diri
Lakukan identifikasi minimal 2 identitas:
7
tanyakan nama dan lihat no RM/ tanggal lahir
8 Jelaskan prosedur
9 Kontrak waktu
10 Jelaskan tujuan tindakan pada klien/keluarga
11 Menanyakan keluhan klien
Berikan kesempatan kepada klien/keluarga
12
bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja
13 Jaga privasi klien degan menutup sampiran
14 Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan
11

jika diperlukan
15 Atur posisi nyaman untuk klien
16 Kaji kondisi dan tanda vital klien
17 Letakkan alas/linen tahan air dibawah klien
Lepaskan baju klien dan selimuti dengan
18
selimut mandi
19 Cek temperatur air
Letakkan botol air hangat tertutup pada
samping kaki klien untuk mengurangi sensasi
dingin dan letakkan botol air dingin yang
20
tertutup pada kepala klien untuk mencegah
nyeri dan hidung tersumbat yang terjadi saat
tubuh dingin
Keringkan ekstremitas dan kaji kembali
21
kondisi serta respon klien terhadap terapi
Lanjutkan menyeka pada ekstremitas yang
22 lain, kemudian seka dada dan abdomen
selama 5 menit
Balikkan klien dan seka pinggang sampai
gluteus selama 5 menit, jaga selalu klien
23
dalam keadaan terselimuti kecuali bagian
tubuh yang diseka
Cek tanda vital setiap 15 menit (hentikan
tepid sponge ketika klien mencapai
24
temperature 10C diatas temperature suhu yang
diinginkan)
Observasi keadaan dingin, menggigil, pucat,
sianosis pada bibir/kuku serta perubahan
25
tanda vital terutama penurunan dan
peningkatan nadi
Jika tidak ada efek samping, water tepid
sponge dilakukan sedikitnya 30 menit
Setelah water tepid sponge dilakukan,
26 yakinkan klien dalam keadaan kering dan
kondisi nyaman
12

27 Klien dan lingkungan dirapikan


28 Sarung tangan dilepas, cuci tangan efektif
29 Buka sampiran
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
30
objektif)
Berikan reinforcement positif pada klien dan
31
keluarga
32 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi
Catat hasil kegiatan : nama klien, waktu
33
(tanggal dan jam), hasil evaluasi

C (comparison): Pada studi kasus ini membandingkan perubahan suhu


pada pasien 1 & 2
O (Outcome) : Outcome pada studi kasus ini yaitu adanya pengaruh
kompres tepid sponge pada pasien dalam
menurunkan suhu tubuh (suhu normal <37,50C)
T (Time Frame) : Waktu pelaksanaan dilakukan selama 3 hari

1.7 Tujuan
Tujuan dalam penulisan Karya Ilmiah Ners ini yaitu untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr.
Kariadi Semarang dengan melakukan Studi Kasus: Menurunkan
Hipertermia Pada Anak dengan Metode Water Tepid Sponge di Ruang
Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode
Pencarian artikel telah dilakukan secara komprehensif menggunakan
database jurnal PubMed dan google scholar dalam rentang waktu 5 tahun
terakhir. Kata kunci yang digunakan yaitu water tepid sponge and
hyperthermia. Data yang diperoleh disajikan dengan tabel yang meliputi judul,
penulis, tahun, metodologi, hasil dan rekomendasi yang kemudian di analisis
oleh peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah artikel yang
dipublikasikan dalam rentang 5 tahun terakhir, tipe artikel clinical trial,
journal article, randomized controlled trial, human, best match, full text.
Kriteria eksklusinya adalah artikel/jurnal yang hanya membahas tentang
hipertermia atau water tepid sponge saja. Langkah dalam memilih artikel
yang digunakan sebagai bahan kajian pustaka adalah:

Artikel sort by best match PubMed : 97 Awal penyaringan berdasar kriteria


article type
Dihilangkan: -
Pubmed : 14
artikel yang telah tersaring
Penyaringan lanjutan berdasar full text
Dihilangkan: 3

Pubmed : 11
Artikel yang disaring Penyaringan lanjutan berdasar 5 tahun
terakhir
Dihilangkan: 4
Pubmed : 7
Artikel yang disaring

Penyaringan lanjutan berdasar human


Dihilangkan: 5
Pubmed : 2
Artikel yang disaring

Gambar 2.1 Pemilihan Jurnal Berdasarkan Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.


14

2.2. Hasil Review Jurnal/Artikel


Tabel 2.1 Analisis Jurnal

No Judul dan Tahun Metode Hasil Dan


Peneliti Rekomendasi

1. Effect of Tepid 2019 Desain penelitian ini Hasil: Sebelum


Sponge on adalah Quasi diberikan Tepid
changes in body Eksperimen dengan Sponge, semua anak
temperature in desain penelitian balita mengalami suhu
children under pretest-posttest one tinggi (100%) dari 12
five who have group. Dilakukan di responden, setelah
fever in Dr. Rumah Sakit Dr. diberi Tepid Sponge
Achmad Achmad Mochtar satu kali, suhu semua
Mochtar Bukittinggi pada responden menjadi
Bukittinggi bulan April 2018. normal (100%). Hasil
Hospital. Responden anak uji statistik
balita yang menunjukkan
(Hendrawati,
menderita demam pengaruh signifikan
Elvira M)
adalah 12 orang. pemberian Tepid
Sampel dalam Non- Sponge terhadap
Probability Sampling perubahan suhu tubuh
dengan Systematic dengan p = 0,000
Sampling. Jenis ( 0,05) dapat
pengambilan sampel disimpulkan bahwa
sistematis adalah ada efek Tepid Sponge
jenis sampel pada perubahan suhu
berdasarkan urutan tubuh. Petugas
anggota populasi kesehatan diharapkan
yang telah diberi memberikan Tepid
bilangan genap mulai Sponge untuk anak di
dari angka 2. Uji bawah lima tahun
15

statistik yang yang mengalami


digunakan adalah peningkatan suhu
uji-t sampel tubuh.
berpasangan.

2. Pengaruh Tepid 2015 Tujuan utama dari Hasil: Kesimpulan


Sponge Penelitian ini didapatkan tidak ada
Terhadap dilakukan untuk perbedaan yang
Penurunan Suhu Mengetahui bermakna dalam
Tubuh Dan pengaruh pemberian penurunan suhu tubuh
Kenyamanan antipiretik disertai antara kelompok
Pada Anak tepid sponge intervensi dengan
Yang terhadap penurunan kelompok kontrol
Mengalami suhu tubuh dan (p=0.21), serta tidak
Demam kenyamanan anak. ada perbedaan yang
Desain yang bermakna dalam
(Setiawati, dkk) digunakan adalah tingkat rasa nyaman
quasi experimental antara kelompok
preposttest non intervensi dengan
equivalen control kelompok kontrol
group. Jumlah (p=0.21) setelah 60
sampel 50 responden menit intervensi.
dengan karakteristik Walaupun secara
umur rata-rata usia statistik tidak ada
sekolah sebanyak perbedaan bermakna,
64%, 86% anak tetapi kelompok yang
didampingi oleh mendapat antipiretik
orang tua, 58% anak disertai tepid sponge
dirawat di ruangan mengalami penurunan
dengan alat suhu yang lebih besar
pendingin ruangan. dibandingkan dengan
16

Suhu air hangat kelompok yang


berkisar 30o-35oC. mendapat antipiretik
Pengukuran saja. Implikasi
dilakukan dengan keperawatan yang
melihat penurunan dapat
suhu tubuh dan direkomendasikan
tingkat kenyamanan adalah pemberian
sebelum intervensi antipiretik disertai
dan 60 menit setelah tepid sponge dapat
intervensi. dijadikan intervensi
untuk menurunkan
demam dan
meningkatkan rasa
nyaman pada anak
terutama pada anak
usia sekolah.
3. Tepid massage 2018 Studi eksperimental Hasil: Penelitian ini
for febrile yang diterbitkan mengkaji terutama
children: A dalam bahasa Inggris efek dari pijat hangat
systematic dimasukkan, studi pada suhu
review and penelitian semu- dibandingkan dengan
meta-analysis. eksperimental juga penggunaan
dimasukkan dalam antipiretik, bersama
(Lim J, Et Al.) pertimbangan studi dengan efek samping
eksperimental yang lainnya dalam
langka di Korea. kaitanyya dengan
Strategi pencarian manajemen demam.
berusaha untuk Hasil penelitian
mengidentifikasi menunjukkan ada efek
laporan penelitian signifikan dari pijat
yang diterbitkan hangat pada suhu pada
17

dalam bahasa Inggris anak-anak yang


dan mencakup semua demam. Meta-analisis
database utama ini menunjukkan
hingga 2016. perlunya praktik
Kualitas metodologi penggunaan pijat
setiap studi dinilai hangat dan
oleh 2 pengulas pengukuran suhu
independen tubuh yang tepat.
menggunakan Daftar
Periksa Metodologi
Metodologi Jaringan
Panduan
Intercollegiate
Skotlandia. Berarti
dan standar deviasi
digunakan untuk
variabel kontinu, dan
perbedaan rata-rata
terstandarisasi
digunakan untuk
variabel skala yang
berbeda.
Heterogenitas dinilai
menggunakan
statistik 12 setelah
tinjauan visual
dengan plot hutan.

4. Perbedaan 2016 Penelitan ini Hasil: Berdasarkan


Penurunan Suhu dilakukan untuk hasil analisis uji anova
Tubuh Antara mengetahui tunggal didapatkan
18

Pemberian perbedaan komprs hasil nilai signifikansi


Kompres Air air hangat dan (p) sebesar 0,000. Hal
Hangat Dengan kompres tepid ini menunjukkan
Tepid Sponge sponge bath pada bahwa ada perbedaan
Bath Pada Anak anak demam di ruang penurunan suhu yang
Demam Hijr Ismali RSI A. signifikan antara
Yani Surabaya. kelompok pemberian
(Dewi, A.K.) Desain penelitian ini kompres air hangat
adalah quasy dengan kelompok
eksperiment dengan pemberian tepid
jenis rancangan pre sponge bath pada anak
test dan post test demam. Berdasarkan
design. Populasi hasil penelitian dapat
pada penelitian ini disimpulkan bahwa
adalah anak usia 1-7 pemberian tepid
tahun yang sponge bath lebih
mengalami demam efektif dalam
di ruang Hijr Ismail menurunkan suhu
RSI A Yani tubuh anak dengan
Surabaya pada bulan demam dibandingkan
Januari-Februari dengan kompres air
2014 sebesar 116 hangat. Hal ini
anak. Dalam disebabkan adanya
penelitian ini peneliti seka tubuh pada teknik
mengambil sampel tersebut akan
90 anak yang sesuai mempercepat
dengan kriteria vasodilatasi pembuluh
inklusi dan eksklusi. darah perifer di
Teknik sampling sekujur tubuh
yang akan digunakan sehingga evaporasi
pada penelitian ini panas dari kulit ke
19

adalah Simple lingkungan sekitar


random sampling. akan lebih cepat
dibandingkan hasil
yang diberikan oleh
kompres air hangat
yang hanya
mengandalkan reaksi
dari stimulasi
hipotalamus. Jumlah
luas waslap yang
kontak dengan
pembuluh darah
perifer yang berbeda
antara teknik kompres
air hangat dengan
tepid sponge bath akan
turut memberikan
perbedaan hasil
terhadap penurunan
suhu tubuh pada
kelompok perlakuan
tersebut.

5. Pengaruh 2017 Tujuan umum Hasil: Hasil penelitian


Kompres Tepid penenlitian ini adalah menunjukkan ada
Sponge Hangat untuk mengetahui pengaruh kompres
Terhadap pengaruh kompres tepid sponge hangat
Penurunan Suhu tepid sponge hangat terhadap penurunan
Tubuh Pada terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
Anak Umur 1- suhu tubuh pada umur 1-10 tahun
10 Tahun anak dengan dengan hipertermia.
20

Dengan hipertermia. Desain Dilihat dari hasil


Hyperthermia. penelitian ini analisis uji wilcoxon
menggunakan design signed rank test
(Haryani, dkk) Quasi eksperimental didapatkan p value
dengan bentuk 0,00001 < 0,05 dengan
rancangan one group penurunan rata-rata
pretest-posttes. 1,40C. rekomendasi
Jumlah sampel 36 hasil penelitian ini
responden dengan adalah mengatasi
metode total hipertermia dapat
sampling. Dalam menggunakan terapi
penelitian ini peneliti non farmakologis
menggunakan tepid sponge sehingga
thermometer digital pasien tidak
tergantung dengan
obat antipiretik.
20

2.3. Kesimpulan
Pada semua artikel/jurnal menunjukkan adanya pengaruh
pemberian water tepid sponge terhadap penurunan hipertermia pada anak
yang dibuktikan dengan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa water tepid sponge dapat dijadikan sebagai alternatif yang efektif
untuk penanganan dini pada anak yang mengalami hipertermia baik di
Rumah Sakit maupun saat berada di rumah. Perawatan ini memungkinkan
penghematan biaya langsung yang cukup besar (Lupiañez-Perez I, Et Al,
2017)
Suntari (2019) juga menjelaskan prosedur pemberian tindakan pada
metode water tepid sponge, pada langkah awal, hampir sama dengan
pemberian kompres hangat. Diawali dengan mengompres pada lima titik
(leher, 2 ketiak, dan 2 pangkal paha). Kemudian dilanjutkan dengan
menyeka bagian perut dan dada, atau seluruh badan dengan air hangat
menggunakan kain atau handuk kecil. Basahi kembali kain, ketika sudah
kering.
21

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang laporan kasus kelolaan terhadap 2 klien anak
yang mengalami Hyperthermia mulai dari pengkajian, analisa masalah, analisa
intervensi sampai dengan evaluasi. Dalam laporan studi kasus ini dilakukan
kelolaan klien dengan menerapkan hasil penelitian sebelumnya berupa penerapan
Water Tepid Sponge dalam mengatasi Hyperthermia pada pasien anak di ruang
Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang.

3.1. Relevansi Micro (Pasien)

A. Hasil Pengkajian

Hasil pengkajian terhadap 2 pasien diuraikan sebagai berikut :


a. Pasien I

Pasien pertama dengan inisial An.Y umur 9 tahun 4 bulan, 27


hari, jenis kelamin laki-laki, dengan diagnosa medis Suspek keganasan
hematologi. Ibu klien mengatakan 1 bulan sebelum masuk Rumah
Sakit klien mengeluh lemes, klien terlihat pucat disertai demam naik
turun, nyeri pada tulang, sesekali mengalami perdarahan di hidung,
kemudian klien di bawa ke RS Sunan Kali Jaga, dikatakan sakit
demam dan dicurigai adanya kelainan darah, kemudian klien segera di
rujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Klien dirawat di Ruang Anak Lantai Dasar
sejak 07 September 2019. Saat dilakukan pengkajian tanggal 09
September 2019 Pukul 14.00 WIB, klien mengatakan masih lemas,
dengan pernafasan 24 x/menit, suhu 38,60C, nadi 92 x/menit. BB klien
21 kg dengan TB 125 cm. Klien tampak lemah, terdapat edema pada
palpebra, kulit teraba panas dan kemerahan. Ibu klien mengatakan
Demam klien naik turun dan klien terlihat pucat. Hasil pemeriksaan
laboratorium Hb klien 10.4 g/dL, Klien terpasang infus D5 NS
480/20/Jam, klien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, dan mendapat
Injeksi Paracetamol 300 mg/ 6 jam
22

b. Pasien 2

Pasien kedua dengan inisial An.T umur 8 tahun 6 bulan 24 hari,


jenis kelamin perempuan dengan diagnosa medis leukimia. Ayah klien
mengatakan sebelum masuk Rumah Sakit klien tidak nafsu makan,
badan lemas disertai demam naik turun, dan pernah mimisan,
kemudian klien di bawa ke RSUP Dr. Kariadi. Klien dirawat di Ruang
Anak Lantai Dasar sejak 28 Agustus 2019. Saat dilakukan pengkajian
tanggal 12 September 2019 Pukul 10.00 WIB, klien mengatakan sakit
perut, dengan pernafasan 22 x/menit, suhu 39,10C, nadi 98 x/menit.
BB klien 18 kg dengan TB 120 cm. Klien tampak meringis dan
gelisah. Ayah klien mengatakan Demam naik turun sejak semalam dan
klien terpasang infus D5 NS 480/20/Jam, klien juga terpasang
oksigen nasal kanul 2 lpm dan mendapat Injeksi Paracetamol 300 mg/
6 jam.

B. Diagnosis

Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada An.Y


dan An. T, maka ditegakkan diagnosis keperawatan yaitu
Hyperthermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
Hipertermia adalah infeksi atau inflamasi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau patogen lain merangsang pelepasan pirogen yang
bekerja di hipotalamus, tempat mereka memicu produksi
prostaglandin dan meningkatkan nilai acuan (set point) suhu tubuh.
Hal ini memicu respon dingin, menyebabkan menggigil,
vasokonstriksi, dan penurunan perfusi perifer dan memungkinkan
suhu tubuh meningkat kenilai acuan yang baru sebagai suhu yang
lebih besar dari 380C (Carman & Kyle, 2015).

C. Intervensi

Rencana keperawatan yang dilakukan pada An.Y dan An.T


dengan masalah keperawatan hiperthermia yaitu dengan intervensi
yang mengacu pada Nursing Intervention Classification (NIC) serta
hasil penelitian sebelumnya meliputi :
1. Monitor keadaan umum klien
2. Monitor tanda-tanda vital klien
3. Edukasi keluarga untuk memberikan kompres hangat water tepid
sponge saat klien demam
4. Kolaborasi pemberian obat
23

Evaluasi pada studi kasus ini adalah penurunan suhu tubuh setelah
dilakukan water tepid sponge dengan kriteria hasil (NOC) sebagai
berikut :
NOC : Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)

D. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada An Y dan An.T sesuai dengan


perencanaan yang disusun yaitu :

Implementasi pertama dilakukan pada An.Y tanggal 09 September


2019 dan pada An.T tanggal 12 September 2019 di ruang Anak lantai
dasar. Hal yang dilakukan pertama kali yaitu memonitor keadaan
umum dan tanda-tanda vital klien meliputi suhu, nadi, dan RR,
memonitor hasil laboratorium, melakukan kolaborasi pemberian obat,
memberi edukasi pada keluarga untuk dapat melakukan metode water
tepid sponge saat klien demam. Saya melakukan metode water tepid
sponge pada klien dan sebelumnya saya sudah menjelaskan tujuan,
manfaat, waktu dan tahapan water tepid sponge kepada keluarga klien
serta telah mendapat persetujuan dari orang tua klien.. Karena klien
mendapat Injeksi Paracetamol 300 mg/ 6 jam, maka Intervensi pada
klien dengan menggunakan metode water tepid sponge ini dilakukan
4-5 jam setelah pemberian antipiretik pertama atau 1-2 jam sebelum
pemberian antipiretik berikutnya. Dimana Paracetamol diabsorbsi
cepat dan sempurna melalui saluran cerna dengan waktu paruh plasma
antara 1-3 jam (Wilmana & Gan, 2008).

Adapun prosedur water tepid sponge yang telah dilakukan pada An.Y
dan An.T yaitu jaga privasi klien, atur posisi nyaman dan lepaskan
baju klien, (a) Basahi kain /handuk dengan air hangat, peras hingga
lembab. (b) Letakkan perlak di atas tempat tidur, kemudian letakkan
handuk yang lembab. (c) Tidurkan anak pada handuk lembab,
kemudian tutup bagian atas badan dengan handuk lembab lainnya,
Lanjutkan menyeka pada ekstremitas selama 5 menit, kemudian seka
bagian dada dan abdomen selama 5 menit. (d) Ganti secara bergilir
bagian handuk bawah dan atas setelah suhu dingin. (e) lakukan
prosedur a-d secara teratur 2-4 kali dengan melihat kondisi anak.
Berikan air putih pada setelah 10-15 menit prosedur dilakukan. (f)
hentikan prosedur jika anak kedinginan atau menggigil, atau segera
setelah suhu tubuh anak mendekati normal. (g) Pakaikan anak baju
yang tipis dan mudah menyerap kerigat. Prosedur ini dilakukan
sebanyak 2-4 kali dalam satu shift dan diulang dalam waktu 3 hari.
24

Water tepid sponge ini dilakukan selama minimal 20-30 menit, diikuti
oleh monitoring respon klien setiap 7-10 menit serta pemberian air
putih setiap 10-15 menit. Status hidrasi klien penting untuk
diperhatikan, karena selama prosedur water tepid sponge dilakukan
terjadi proses pelepasan panas secara evaporasi sehingga anak
beresiko dehidrasi. Untuk pendokumentasian, dilakukan pengukuran
TTV (terutama suhu tubuh) sebelum dan sesudah tindakan.

Tabel 3.1 Monitoring Implementasi water tepid sponge pada Pasien 1 dan 2
Pasien Respon Waktu / Waktu / Waktu / Waktu / Waktu / Waktu /
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
I I II II III III
1 TTV 09-09- 09-09- 10-09- 10-09- 11-09- 11-09-
2019 2019 2019 2019 2019 2019
(An.Y)
(Pukul (Pukul (Pukul (Pukul (Pukul (Pukul
16.00 wib) 16.30 wib) 10.00 wib) 10.30 wib) 10.00 wib) 10.30 wib)
N : 92 N : 96 N : 90 N : 90 N : 90 N : 90
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
Suhu : Suhu : Suhu : Suhu : Suhu : Suhu :
38.6oC 38.1oC 38.0oC 37.6oC 37.6oC 37.2oC
RR : 24 RR : 22 RR : 22 RR : 20 RR : 20 RR : 20
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit

2 TTV 12-09- 12-09- 13-09- 13-09- 14-09- 14-09-


2019 2019 2019 2019 2019 2019
(An.T)
(Pukul (Pukul (Pukul (Pukul (Pukul (Pukul
10.00 wib) 10.30 wib) 10.00 wib) 10.30 wib) 16.00 wib) 16.30 wib)
N : 98 N : 94 N : 96 N : 96 N : 96 N : 94
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
Suhu : Suhu : Suhu : Suhu : Suhu : Suhu :
39.1oC 38.5oC 38.3oC 37.7oC 37.6oC 37.0oC
RR : 22 RR : 22 RR : 20 RR : 20 RR : 20 RR : 20
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
25

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada An.Y dan An.T


dengan masalah keperawatan hyperthermia yaitu dengan melihat
perubahan suhu tubuh klien. Berdasarkan hasil implementasi, telah
dilakukan kompres hangat dengan metode water tepid sponge sebanyak
3 kali pada An.Y dan An.T. Dari hasil implementasi terdapat perubahan
suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres dengan
metode water tepid sponge. Berdasarkan Tabel 3.1, pada An.Y dan
An.T terjadi penurunan suhu tubuh sekitar 0,4-0,6 . Hal ini
menunjukkan bahwa metode water tepid sponge memberi pengaruh
terhadap percepatan penurunan suhu tubuh klien.

3.2. Relevansi Meso (Ruangan)

Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan intervensi inovasi


water tepid sponge, dilakukan oleh tenaga kesehatan yakni perawat di ruangan
Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi. Selain keluarga, yang memiliki waktu
banyak disamping pasien adalah perawat, yang bekerja selama 24 jam, sehingga
hubungan antara perawat dan pasien jauh lebih baik dibandingkan tenaga
kesehatan lainnya. Dibutuhkan kerja sama antara perawat dan keluarga serta
pasien sendiri dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunkasi yang baik
akan memudahkan keberhasilan penerapan inovasi water tepid sponge dalam
menurunkan suhu tubuh pasien anak yang mengalami hyperthermia, tak hanya
bermanfaat untuk mempercepat proses pemulihan kondisi pasien, tetapi juga
dapat meringankan beban keluarga dalam hal biaya perawatan pasien itu sendiri.
Dengan adanya inovasi water tepid sponge ini, sehingga dapat menambah
referensi dalam dunia kesehatan untuk dapat memberikan intervensi pada pasien
anak yang mengalami hyperthermia dengan menggunakan metode water tepid
sponge.

3.3. Relevansi Macro (Rumah Sakit)

Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat yang


akan terus berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus menerus
berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan kearah tujuan yang lebih
baik dapat dilakukan dengan salah satu upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, yaitu dengan meningkatkan mutu
dan sumber daya manusia (Nursalam, 2013). Tujuan memberikan inovasi water
tepid sponge yaitu sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terutama perawatan pada pasien anak yang mengalami
hyperthermia. Agar perawat dapat lebih menerapkan inovasi water tepid sponge
diruangan, untuk itu diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai metode
26

ini dan dilakukan uji coba dengan jumlah sample yang lebih banyak agar dapat
diketahui bagaimana efektifitas dari metode water tepid sponge ini. Apabila
penelitian tentang metode water tepid sponge ini telah banyak di publikasi, dan
mendapat respon positif oleh pusat, maka tidak menutup kemungkinan akan
disusun SOP mengenai metode water tepid sponge yang dapat diberikan kepada
pasien anak, sehingga Rumah Sakit akan mendapat panduan berupa SOP yang
menjadikan metode water tepid sponge ini legal dalam penerapannya.
27

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan pada karya ilmiah
ners ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari kedua pasien tersebut mempunyai masalah keperawatan yang
sama yaitu hyperthermia
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada pasien I dan II adalah
hyperthermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
3. Implementasi inovasi yang dilakukan pada pasien adalah menerapkan
metode water tepid sponge sebanyak tiga kali pada pasien An.Y dan
An.T dengan suhu tubuh saat pengkajian >38 , yang mana kedua
pasien mendapat intervensi 4-5 jam setelah pemberian antipiretik
pertama atau 1-2 jam sebelum pemberian antipiretik berikutnya.
4. Evaluasi yang didapat dari kedua pasien yang telah dilakukan
implementasi inovasi didapatkan hasil bahwa dari kedua pasien yang
mengalami hyperthermia mengalami penurunan suhu tubuh 0,4-0,6
setelah dilakukan implementasi inovasi water tepid sponge. Dari hasil
penerapan inovasi dengan memberikan metode water tepid sponge
tersebut dapat dilihat bahwa metode ini efektif dalam menurunkan
suhu tubuh pasien anak dengan hyperthermia..
28

4.2 Saran
1. Bagi Klien
Dapat diaplikasikan metode water tepid sponge di keseharian
pasien karena merupakan salah satu alternatif terapi nonfamakologi
yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat penurunan suhu
tubuh.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk dapat mengaplikasikan langsung kepada pasien atau mencari
terapi inovasi yang lain sehingga dapat menambah referensi dalam
memberikan intervensi pada pasien yang mengalami hyperthermia.
3. Bagi Rumah Sakit
Untuk dapat lebih menerapkan dan menyusun SOP lengkap tentang
teknik water tepid sponge yang dapat diberikan kepada pasien.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi tambahan dalam target kompetensi dan
dapat digunakan sebagai materi tambahan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang terapi komplementer.
5. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan melakukan studi kasus ini mengerti dan dapat
mengaplikasikan intervensi inovasi ini ketika di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Alves, A. Almeida, R. (2008). Tepid Sponge Plus Dipyrone Alone for Reducting
Body Temperature In Febrile Children. Sau Paulo Medical Journal., 26 (2),
107-111. Doi: 10.1590/S151631802008000200008.

Dewi, A.K. (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian


Kompres Air Hangat dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1): 63-71

Hamid A.M. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang dilakukan Ibu
dalam menurunkan Demam pada Anak di Puskesmas Mubulsari Kabupaten
Jember. Tesis Program Studi Magister Kedokteran. UNS.

Haryani, dkk. (2017). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hyperthermia.

Hendrawati, Elvira M. (2019). Effect of Tepid Sponge on changes in body


temperature in children under five who have fever in Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Hospital.

Isnaeni, Memed. (2014). Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh antara Kompres


Hangat dan Water Tepid Sponge pada Pasien Anak Usia 6 bulan – 3 tahun
dengan Demam di Puskesmas Kartasura Sukuharjo. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan.

Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2. Diterjemahkan
oleh Devi Yulianti dan Dwi Widiarti. Jakarta : EGC

Lim J, et al. (2018). Tepid massage for febrile children: A systematic review and
meta-analysis.

Lupiáñez-pérez, I., et all (2017). Management of Fever in Children within the


scope of primary health care : study protocol for a randomized controlled
trial. 1–7. https://doi.org/10.1371/jour nal.pone.0122238. (accesed 13
September 2019).

Maling, B., Haryani, S., & Arif, S. (2013). Pengaruh Kompres Tepid Sponge
terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 tahun dengan
Hipertermia di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol
7. No 2. Semarang

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia A, Perry, Grifin A. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC

Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh tepid sponge. Jakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas Indonesia

Setiawati, dkk. (2015). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
dan Kenyamanan Pada Anak yang Mengalami Demam. Jurnal Keperawatan
‘Aisyiyah ISSN 2355-6773 2 (2): 1-9

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Suntari C, dkk. (2019). Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water
Sponge dan Kompres Hangat Pada Balita Demam. Jurnal Kesehatan. 10 (1)
10-16.

Suprapti. (2008). Perbedaan pengaruh kompres hangat dengan kompres dingin


terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien anak karena infeksi di BP
RSUD Djojonegoro Temanggung. http://diglib.unimus.ac.id/ diunduh tanggal
24 Agustus 2011

Thomas, S. Et al. (2009). Comparative effectiveness of tepid sponging and


antipyretic drug in the management of fever among children. A randomized
controlled trial. Indian pediatrics. 46: 133-136

Wardiyah, et. AL. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hnagta


dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami
Demam di Ruang Alamanda RSU Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
22

Anda mungkin juga menyukai