Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS

FROZEN SHOULDER DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA

OLEH :

ADITA RAMADHANY AVIVATIN

2230003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS MEDIS

FROZEN SHOULDER DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA

Laporan pendahuluan :

Nama : Adita Ramadhany Avivatin

NIM : 2230003

Prodi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Diagnosis Medis Frozen Shoulder Di Uptd Griya Werdha Jambangan

Surabaya

Surabaya, 06 Oktober 2022

Pembimbing institusi Pembimbing lahan

Lela Nurlela, S.Kep., M.Kes Shelly Safitri Yasin, S.Kep., Ns


NIP. 03021
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS FROZEN SHOULDER

A. KONSEP LANSIA

1. Definisi lansia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60. lanjut usia mengalami berbagai

perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial. perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah

penurunan kekuatan fisik, stamina dan penampilan. hal ini dapat menyebabkan beberapa orang

menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut. mereka menjadi tidak

efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang

tidak dimilikinya lagi (Putri, 2021)

2. Batasan umur lansia

Batasan umur lanjut usia (lansia) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam (Mulyani

& Siwi, 2019) lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.

4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.

3. Perubahan yang terjadi pada lansia

Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terlihat dan tidak terlihat. Perubahan

fisik yang terlihat seperti kulit yang mulai keriput dan mengendur, rambut yang beruban, gigi yang

ompong, serta adanya penumpukan lemak di pinggang dan perut. Perubahan fisik yang tidak terlihat

seperti diantaranya perubahan fungsi organ, seperti pengelihatan, pendengaran, kepadatan tulang.

Untuk itu sangat penting melakukan pengecekan kesehatan secara rutin (Amalia & Tulus, 2019)

4. Hal-hal yang mendukung kesehatan lansia

Menurut (Amalia & Tulus, 2019) ada beberapa hal yang mendukung kesehatan lansia :

1) Sarana dan pemenuhan kebutuhan fisik yang menujang kesehatan lansia

2) Perhatian, kasih sayang dan dukungan perawatan diri

3) Komunikasi didalam lingkungan keluarga

4) Aktivitas fisik, aktivitas psikologi, aktivitas sosial dan perawatan ketika sakit
B. KONSEP FROZEN SHOULDER

1. Definisi frozen shoulder

Frozen shoulder merupakan keadaan dimana terjadi peradangan, nyeri, perlengketan dan

pemendekan kapsul sendi sehingga terjadi keterbatasan gerak pada sendi dan bah (Suharti et al.,

2018).

2. Etiologi frozen shoulder

Menurut (Khumairoh et al., 2022) penyebab frozen shoulder secara primer masih belum tahu

penyebab pastinya, tetapi ada beberapa penyebab sekunder antara lain :

1) Riwayat Cidera

2) Pasca Operasi

3) Immobilisasi

4) Diabetes

5) Penyakit Autoimun

6) Robeknya Otot Pada Sendi Dan Bahu

7) Berusia > 40 tahun

8) Perempuan lebih rentan terkena frozen shoudler dibandingkan laki-laki

3. Tanda dan gejala

Menurut (Sarasua et al., 2021) tanda gejalanya antara lain :

1) Munculnya nyeri dengan berbagai tingkatan

2) Keterbatasan gerak bahu

4. Patofisiologi frozen shoulder

Menurut (Suharti et al., 2018) Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya

jaringan lokal berupa inflamasi pada membrane sinovial, penyebabkan perlengketan pada kapsul

sendi dan terjadi peningkatan vicositas cairan sinovial sendi glenohumeral dan selanjutnya

kapsul sendi glenohumeral menyempit. Frozen shoulder atau sering juga disebut Capsulitis

adhesive umumnya akan melewati proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu: 1.

1) Fase nyeri (Painfull): berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien akan mengalami nyeri secara

spontan yang sering kali parah dan menganggu tidur. Pasien juga takut untuk mengerakan

bahu sehingga menambah kekakuan. Pada fase ini , volume kapsul glenohumeral secara

signifikan berkurang.
2) Fase kaku (Freezing): berlangsung antara 2-9 bulan. Fase ini ditandai dengan hyperplasia

synovial pada sendi glenohumeral, rasa sakit sering kali diikuti dengan fase kaku.

3) Fase beku (Frozen): berlangsung sampai 4-12 bulan. Difase ini patofisiologi sinovial mulai

mereda/membaik dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi

dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti gerakan abduksi dan

rotasi internal.

4) Fase mencair (Trawing phase): berlangsung antara 2-24 bulan. Fase akhir ini digambarkan

sebagai bahu kembali atau mendekati normal.

5. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi nonsteroid.

Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dnegan

menghilangkan spasme otot. Pemberian suntik kortikosteroid dianjurkan ditambah anestesi

lkal pada rotator cuff dan intra artikuler untuk menghilangkan rasa nyeri secara cepat dan

harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka

penyuntikan tidak boleh lebih dari 2x dalam 1 tahun.

b. Nonfarmakologi

1) Micro Wave Diatermy (MWD)

Pengurangan rasa nyeri dapat diperoleh melalui efek stressor yang menghasilkan panas.

Juga melalui mekanisme rociceptor, pada cedera jaringan dihasilkan produk-produk yang

merangsang nociceptor seperti prostaglandin dan histamin. Apabila produk-produk

tersebut dihilangkan, maka rangsangan terhadap nociceptor akan hilang atau

berkurang

2) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf

melalui permukaan kulit. Dalam kasus ini menggunakan metode umum dimana

pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang paling mudah

dan paling sering digunakan sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri

tanpa memperhatikan karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal yang hubungannya

dengan jaringan penyebab nyeri


3) Terapi Manipulasi

Terapi manipulasi adalah Terapi menggunakan gerakan pasif dengan syarat gerakan pasif

tersebut dapat menghilangkan kekakuan sendi. Gerakan pasif yang digerakkan dengan

tiba- tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu

menghentikan gerakan yang terjadi

4) Terapi latihan

a. Active exercise

Gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot yang bersangkutan dan mendapat bantuan

dari luar. Apabila kerja otot tidak cukup untuk melakukan suatu gerakan maka

diperlukan kekuatan dari luar. Kekuatan tersebut harus diberikan dengan arah yang

sesuai

b. Shoulder Wheel

Shoulder wheel merupakan alat yang digunakan untuk membantu menambah lingkup

gerak sendi secara aktif pada pasien frozen shoulder dan dapat juga sebagai

penguatan otot-otot pada bahu.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,

status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri, gelisah, leher kaku

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang

kronologi keluhan utama

d. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, DM, riwayat jatuh atau cidera

e. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit metabolik, penyakit

menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes

militus, asma, dan lain-lain


f. Aktifitas/istirahat

Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda: frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

g. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis

Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung

murmur, distensi vena jugularis

h. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress

multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang

meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara

i. Eliminasi

Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal),

obstruksi.

j. Makan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),mual, muntah,

perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

b. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

3. Intervensi keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:inflamasi)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun

Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)

- Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 2

- Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang

- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)


- Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

- Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur,terapi

musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,

pencahayaan,kebisingan)

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun

Kriteria hasil : tingkat ansietas (L.09093)

- Verbalisasi kebingungan menurun

- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

- Perilaku tegang menurun

Rencana keperawatan : (I.09314)

- Monitor tanda-tanda ansietas

- Pahami situasi yang membuat ansietas

- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

- Latih teknik relaksasi

c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas fisik meningkat

Kriteria hasil : mobilitas fisik (L.05042)

- Pergerakan ekstremitas meningkat

- Kekuatan otot meningkat

- Rentang gerak (ROM) meningkat

- Nyeri menurun

- Kaku sendi menurun

- Gerakan terbatas menurun

Rencana keperawatan : (I.05173)


- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, & Tulus. (2019). Perawatan Lansia Oleh Keluarga dan Care Giver. Bumi Medika.

Khumairoh, S., Fatmarizka, T., & Hidayati, A. (2022). Manajemen Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder :

A Case Report. 2, 21–25.

Mulyani, & Siwi, S. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna Werdha

Nirwana Puri Samarinda (politeknik kesehatan kemenkes kalimantan timur).

Putri, D. E. (2021). HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA. 2(4), 6.

Sarasua, S. M., Floyd, S., Bridges, W. C., & Pill, S. G. (2021). The epidemiology and etiology of adhesive

capsulitis in the U.S. Medicare population. BMC Musculoskeletal Disorders.

https://doi.org/10.1186/s12891-021-04704-9

Suharti, A., Sunandi, R., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra

Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto. 1(80), 51–65.

Anda mungkin juga menyukai