Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Topik : Manajemen Stres Penderita Diabetes Melitus (DM)

Sasaran : Klien dan Keluarga

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Oktober 2019

Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : RSAM Bukittinggi (Ambun Suri Lantai 4)

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang terjadi di


semua negara di dunia. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah penderita DM terbesar di
dunia, yaitu sebanyak 8,4 juta, setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan
Amerika Serikat (17,7 juta). Selain itu penelitian epidemiologis yang juga
dilakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan adanya
peningkatan proporsi penderita DM di Indonesia yaitu dari 5,7% menjadi 6,8%.
Proporsi terbesar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan proporsi
3,3%. Sementara itu daerah Jawa Tengah sendiri, proporsi penderita DM sebesar
1,9%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%, yaitu
sebanyak 47 ribu orang.

Stress merupakan suatu stimulus yang dapat menyebabkan


ketidakseimbangan homeostasis individu, baik secara fisiologis maupun
psikologis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hakim, 92% penderita ulkus
kaki diabetikum mengalami stress ringan. Sedangkan berdasarkan penelitian
Astuti, 31% penderita ulkus kaki diabetikum mengalami stres berat, 40%
mengalami stres sedang, dan 18% mengalami stres ringan. Sebesar 72%
responden tersebut menyatakan dirinya stres akibat ketakukan terhadap luka yang
lama sembuh. Berdasarkan penelitian Setyoningrum, 60% penderita ulkus kaki
diabetikum merasa malu dan selalu sendiri, tidak dapat berkumpul dan
bersosialisasi dengan masyarakat karena luka yang dideritanya. Penderita ulkus
kaki diabetikum menjadi mudah marah dan tersinggung jika ada seseorang yang
menanyakan kondisi kesehatannya, kondisi gula darahnya, dan kondisi lukanya.
Penderita tersebut merasa stres dan takut, bahkan membatasi aktifitas sehari-
harinya. Saat level stress meningkat, kontrol glikemik juga secara progresif akan
memburuk.

Hal ini sejalan dengan penelitian Surwit terkait stres dan diabetes, yaitu
stres dapat meningkatkan kadar glukosa darah pada responden penelitian. Stress
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kadar glukosa darah. Saat individu
mengalami stress, tubuh melepaskan “stress hormone”, yaitu adrenaline dan
kortisol. Hormon stress ini 4 mempunyai efek yang sama, yaitu mobilisasi
penyimpanan energi, termasuk glukosa dan asam lemak. Pelepasan hormon
adrenalin, menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
pada orang yang menderita diabetes. Hiperglikemia dapat menyebabkan iskemia.
Sedangkan pelepasan hormon kortisol berlebih dapat menekan sistem imunitas
(imunosupresi), meningkatkan tekanan darah dan gula darah. Immunosupresi dan
iskemia pada area ulkus diabetikum akibat hiperglikemia dapat menimbulkan luka
kronis yang memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Manajemen stress sangat diperlukan pada pasien DM dengan ulkus kaki
diabetikum supaya gula darah dapat terkontrol dan tidak memperparah kondisi
ulkus. Manajemen stress dapat di definisikan sebagai intervensi yang dirancang
untuk mengurangi efek dari stres. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayusmi,
manajemen stress yang baik dapat meningkatkan manajemen diri pada penderita
DM.
A. Tujuan Instuksional Umum

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan maka masyarakat


mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal
perawatan pasien Diabetes Melitus (DM) manajemen stres Untuk mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1


x 45 menit keluarga dan pasien mampu :

1. Mengetahui pengertian DM
2. Mengetahui penyebab DM
3. Mengetahui tanda dan gejala DM
4. Mengetahui komplikasi DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus (DM)

C. Materi
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Faktor Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
4. Perawatan Diabetes Melitus
5. Pengobatan Diabetes Melitus

D. Metode
1. Ceramah
2. Metode Diskusi
3. Tanya Jawab
E. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
1 5 Menit Pembukaan :
1. Memberi salam  Menjawab salam,
2. Menjelaskan tujuan pendidikan mendengarkan dan
kesehatan memperhatikan
3. Menyebutkan materi / pokok
bahasan yang akan disampaikan
4. Menggali pengetahuan / apresepsi
pasien dan keluarga tentang
Diabetes Melitus

2 20 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan materi pendidikan  Memperhatikan dan
kesehatan secara berurutan dan merespon
teratur.
Materi :
1. Pengertian Diabetes Melitus  Memperhatikan dan
2. Faktor Penyebab Diabetes menyimak materi
Melitus
3. Tanda dan Gejala Diabetes
Melitus
4. Perawatan Diabetes Melitus
5. Pengobatan / penatalaksanaan
Diabetes Melitus  Menanyakan hal
 Memberi kesempatan kepada klien yang belum jelas
untuk bertanya  Mendengar dan
 Menjawab pertanyaan klien dengan memperhatikan
tepat dan mudah dimengerti
3 10 menit Penutup :
1. Menyimpulkan materi yang  Mendengar dan
telah disampaikan memperhatikan
2. Mengajukan pertanyaan pada  Merespon
klien tentang materi yang pertanyaan
sedang disampaikan  Memperhatikan dan
3. Menutup Pertemuan dan menjawab salam
mengucapkan salam penutup

F. Media
 Leaflet
 Infokus

G. Setting Tempat dan Waktu


1. Setting Tempat

CI Klinik & Akademik

Penyuluh

Fasilitator Moderator

Observer Dokumentasi
Klien dan Keluarga
Keterangan :
 Moderator dan Fasilitator : Nanda Novradayanti
 Penyuluh : Mulya Ulfa
 Observer dan Dokumentasi : Nadya Dwi Safitri
Pembagian tugas :
1. Peran moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
2. Peran penyuluh
 Menyajikan materi penyuluhan
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
3. Peran observer
 Mengamati jalannya kegiatan
 Mengevaluasi kegiatan
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan
4. Peran fasilitator
 Bersama moderator menjalin kerjasama dalam menyajikan materi
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
 Menjadi contoh dalam kegiatan
5. Peran Dokumentasi
 Mendokumentasikan suasana selama penyuluhan dengan
menggunakan media
 Mencari dan mengumpulkan bahan – bahan
 Mencatat dokumen
 Menyajikan dan menyebarluaskan dokumen
 Menyimpan dan memelihara dokumen

2. Waktu
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Oktober 2019
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ambun Suri Lantai 4
H. Evaluasi
Metode Evaluasi : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan (Langsung)
Jumlah Soal : 6 soal

Diharapkan minimal 3 orang klien atau keluarga bisa menjelaskan kembali


apa itu :

1. Definisi diabetes melitus


2. Faktor penyebab dari diabetes melitus
3. Tanda dan gejala diabetes melitus
4. Perawatan diabetes melitus
5. pengobatan diabetes melitus
6. Manajemen stres diabetes melitus
MATERI

A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).

B. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup
3. Obesitas/ kegemukan
4. Penuaan
5. Infeksi

C. Manifestasi Klinis
1. Adanya tanda - tanda klasik hiperglukemi polidipsi (banyak minum)
poliuri (banyak kencing) polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Kesemutan/ rasa gatal
4. Gatal-gatal pada kulit
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh
D. Perawatan Diabetes Melitus
Pengobatan secara alami dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengaturan Pola Makan
Pengaturan pola makan merupakan kunci sukses pengobatan diabates.
Konsumsi makanan dengan komposisi seimbang yaitu karbohidrat sekitar
60 – 70 %, lemak sekitar 20 – 25 % dan protein sekitar 10 – 15 %.
Pengaturan pola makan yang efektif menjadikan keberhasilan penurunan
berat badan yang dapat mengurangi resistensi insulin. Perhatikan jumlah
kalori yang masuk ke dalam tubuh berdasarkan umur, stres akut dan
kegiatan fisik. Selain itu pilihan sumber makanan seperti lemak dapat
diperoleh dari nabati yang kaya asam lemak tak jenuh, sumber protein
serta asupan makanan berserat seperti sayur dan buah yang mampu
mengatasi rasa lapar.
2. Olahraga
Olahraga ringan yang teratur efektif menurunkan dan menjaga kadar
gula darah agar tetap stabil. Beberapa olahraga yang dapat dilakukan
untuk pengobatan penyakit diabetes adalah lari atau jalan pagi, berenang,
bersepeda dengan durasi selama 30 – 40 menit dimulai dari pemanasan
selama 5 – 10 menit kemudian dikahiri dengan pendinginan selama 5 – 10
menit.
Pengobatan dengan obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian Insulin
Suntik insulin mampu meningkatkan transpor glukosa dari darah ke
dalam sel. Pemberian suntik insulin dapat diberikan kepada penderita DM
1 maupun DM 2, sebaiknya suntik dilakukan oleh dokter.
2. Pemberian Obat Hipoglikemik Oral
Pemberian obat minum juga merupakan salah satu upaya yang dapat
mengobati penyakit diabetes. Sebaiknya pemberian obat beserta dosisnya
sesuai saran dan anjuran tenaga kesehatan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dengan memanggi dokter ke rumah untuk memberikan obat oral
sesuai kondisi pasien serta keparahan penyakit.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk
penderita diabetes melitus antara lain :
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
b. Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa
lembek.
c. Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya
ulkus
2. Pemeriksaan Vaskuler
a. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda
asing, osteomelietus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu),
GDP (Gula Darah Puasa),
2) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya
kandungan glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan
dilakukan menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah
pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang
ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Pemeriksaan kultur pus Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman
yang terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana
tindakan selanjutnya.
4) Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan
pembedahan.
F. Penatalaksaan Medis
1. Medis
Menurut Sugondo (2009 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
a. Obat hiperglikemik Oral
b. Insulin
1) Ada penurunan BB dengan drastis
2) Hiperglikemi berat
3) Munculnya ketoadosis diabetikum
4) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
c. Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih
sehat, tindakannya antara lain :
1) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus
diabetikum.
2) Neucrotomi
3) Amputasi
2. Keperawatan
Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu :
a. Diit
Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b. Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan
– jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c. Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
d. Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
e. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
f. Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka
debridement, karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol
energy yang dikeluarkan.
g. Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan
mencegah infeksi luka setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
(Smelzer & Bare, 2005).
Dampak psikologis dari penyakit diabetes mulai dirasakan oleh
penderita sejak ia didiagnosis dokter dan penyakit tersebut telah
berlangsung selama beberapa bulan atau lebih dari satu tahun. Penderita
mulai mengalami gangguan psikis diantaranya adalah stres pada dirinya
sendiri yang berkaitan dengan traetmen yang harus dijalani
(Tjokroprawiro, 1989).
Menurut Fisher dkk (1982) diabetes dan stres merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kontrol yang kurang pada glukosa darah akan menimbulkan
perasaan stres dan begitu pula sebaliknya. Hal senada juga diungkapkan
oleh Surwit (2002) dan Discovery Health (2007) bahwa stres telah lama
menjadi salah satu faktor yang muncul pada penderita diabetes.
Menurutnya, stres sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes
karena hal itu akan berpengaruh terhadap pengendalian dan tingkat
kadar glukosa darah. Bila seseorang menghadapi situasi yang
menimbulkan stres maka respon stres dapat berupa peningkatan hormon
adrenalin yang akhirnya dapat mengubah cadangan glikogen dalam hati
menjadi glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi secara terus menerus
dapat menyebabkan komplikasi diabetes.
h. Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :
Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak
ada. Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis,
dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka
terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK RELAKSASI
TERAPI MUSIK

1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi terapi


musik
2. Persiapan pelaksanaan :
a. Persiapan ruangan : ruangan yang nyaman dan minimalkan kebisingan
dan gangguan.
b. Persiapan pasien : Minta pasien untuk berbaring / duduk dengan
rileks.
3. Langkah – langkah tindakan keperawatan teknik relaksasi terapi musik :
a. Mencari posisi yang paling nyaman
b. Siapkan media untuk pemutaran musik
c. Pilih lagu yang disukai
d. Pejamkan mata dan rilekskan badan dan pikiran saat mendengarkan
musik
e. Dengarkan dan renungkan musik yang sedang diputar
f. Anjurkan klien untuk bernyanyi sesuai dengan musik yang
didengarkannya
g. Terminasi dan evaluasi perasaan klien setelah melakukan terapi
musik.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada


Media Edukasi.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Nugroho, D. T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Newsroom, 2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus.

Anda mungkin juga menyukai