Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MILETUS

OLEH :

NAMA : SHERYL SENCHYA PA

NIM : PO530320119142

KELAS : TINGKAT II REGULER A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

D-III KEPERAWATAN KUPANG

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Masalah Pada sistem Imun


Sub Topik : Diabetes Melitus
Sasaran : Keluarga
Penyuluh : Sheryl Senchya Pa
Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Keluarga
Peserta : 5 Orang

I. TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga mengerti tentang
penanganan Diabetes Melitus
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengerti tentang pengertian
Diabetes Melitus
2. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengerti tentang penyebab
Diabetes Melitus
3. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengerti tentang tanda dan
gejala Diabetes Melitus
4. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengerti tentang
penatalaksanaan
5. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengerti tentang komplikasi
Diabetes Melitus
II. MATERI
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus
4. Panatalaksanaan Diabetes Melitus
5. Komplikasi Diabetes Melitus

III. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
IV. MEDIA PENYULUHAN
1. Leaflet/Poster
V. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Fasilitator : Pemateri

: Observer : Moderator

: Keluarga : Meja
VI. PENGORGANISASIAN
Pembimbing : Israfil S.Kep.,Ns.,M.Kes
Moderator : Sheryl Senchya Pa
Pemateri : Sheryl Senchya Pa
Observer : Sheryl Senchya Pa
Fasilitator : Frimaruly Djaranyoera
VII. RINCIAN TUGAS
Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan
menutup acara
Penyuluh/pemateri : Memberi materi penyuluhan
Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan dan
penilaian keberhasilan penyuluhan
Fasilitator : Mempersiapkan peralatan dan dokumentasi
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. Pembukaan  Memberikan salam  Mendengarkan
5 menit  Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menanyakan pada  Menjawab
peserta apakah sudah pertanyaan
tahu tentang DM
Menjelaskan topik
Diabetes Melitus
 Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan khusus
 Kontrak waktu
2. Penyampaian  Menjelaskan materi  Mendengarkan dan
Materi  Menanyakan kepada memperhatinkan
20 menit peserta mengenai pokok 2. Mengajukan
materi yang diberikan pertanyaan jika ada
 Menuliskan jawaban yang kurang
peserta dimengerti
 Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya
 Memberikan kesempatan
kepada peserta lain untuk
memberikan pertanyaan
 Memberikan penilaian
dan kesimpulan jawaban
1. Mengarahkan
penyuluhan pada situasi
yang kondusif
3. Penutup  Bersama para peserta  Bersama
5 menit menyimpulkan materi menyimpulkan
Diabetes Melitus seluruh materi
 Evaluasi  Mengulang kembali
3. Memberikan salam materi kemarin yang
penutup disampaikan
4. Menjawab salam
IX. Kriteria Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana.
 60 % peserta menghadiri penyuluhan.
 Tempat, media, dan alat penyuluhan sesuai rencana.
B. Evaluasi Proses
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
 Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
 70 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan.
 70 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.

C. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian Diabetes Melitus dengan bahasa sendiri.
2. Menyebutkan penyebab dari Diabetes Melitus
3. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya serangan Diabetes Melitus.
4. Menjelaskan cara pencegahan Diabetes Melitus.
5. Menjelaskan cara penanganan Diabetes Melitus Diabetes Melitus.
MATERI PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik
pada organ mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi padda membran
basalis dalam dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Arief
Mansjoer dkk, 2005).

B. Penyebab Diabetes Melitus


Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai
peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011). Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada
masa kanak-kanak.

C. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Menurut Corwin (2001) manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus antara lain :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
Mengapa poliuria ini sering terjadi pada penderita diabetes karena adanya
gangguan dalam produksi insulin tentunya. Karena titik berat gangguan
pada pasien kencing manis adalah gangguan insulin ini. Jika insulin
(insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau
sedikit maka ginjal tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam
darah. Kemudian hal ini akan menyebabkan ginjal menarik tambahan air
dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih
cepat penuh dan hal ini otomatis akan membuat para penderita DM akan
sering kencing buang air kecil.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Keinginan untuk sering minum karena adanya rasa haus banyak terjadi
pada pasien dengan diabetes melitus ini. Karena memang adanya juga
gangguan hormon serta juga efek dari banyak kencing diatas, maka
penderita akan sering merasakan haus dan ingin untuk sering minum.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Para penderita penyakit diabetes mellitus akan juga merasakan
bahwasannya tubuhnya akan sering dan cepat merasa lemah. Hal ini salah
satu penyebabnya adalah produksi glukosa terhambat sehingga sel-sel
makanan dari glukosa yang harusnya didistribusikan ke semua sel tubuh
untuk membuat energi jadi tidak berjalan dengan semestinya dan juga
optimal. Karena sel energi tidak mendapat asupan sehingga orang dengan
kencing manis akan merasa cepat lelah.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot
Karena adanya gangguan pada produksi glukosa seperti diatas sehingga
seseorang akan merasa lelah dan lemah. Karena kebutuhan akan energi
diseluruh tubuh tidak diserap dengan optimal.
e. Kesemutan
Tanda-tanda neropati pada pasien dengan DM yang seringkali dirasakan
adalah kesemutan di kaki dan tangan. Hal tersebut terjadi secara bertahap
dari waktu ke waktu karena glukosa dalam darah tinggi akan merusak
sistem saraf. Pada penderita diabetes tipe 2 kejadiannya secara bertahap,
dan orang-orang sering tidak menyadari bahwa itu salah satu pertanda.
Kondisi gula darah tinggi kemungkinan telah terjadi beberapa tahun
sebelum seseorang itu mengetahui bahwa dirinya telah terkena DM.
Kerusakan saraf dapat menyebar tanpa pengetahuan para penderita kencing
manis ini.
f. Mata kabur
Tingginya kadar gula darah menarik cairan dari jaringan, termasuk lensa
mata . Hal ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus. Jika tidak
diobati, diabetes dapat menyebabkan pembuluh darah baru terbentuk dalam
retina – bagian belakang mata – dan pembuluh didirikan kerusakan. Bagi
kebanyakan orang, perubahan awal tidak menyebabkan masalah
penglihatan. Namun, jika perubahan ini kemajuan terdeteksi, mereka dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan kebutaan.

D. PENATALAKSANAAN
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopatidiabetik
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan Prinsip diet DM, adalah : Jumlah
sesuai kebutuhan, jadwal diet ketat, jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) Jenis makanan yang manis harus dihindari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
c) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
d) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok
d. Obat
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Mekanisme kerja sulfanilurea: Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang
sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
Mekanisme kerja Biguanida : Biguanida tidak mempunyai efek
pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu : Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik (Menghambat absorpsi karbohidrat , menghambat
glukoneogenesis di hati, meningkatkan afinitas pada reseptor insulin)
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler.
b) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan koma lain pada DM
 DM dan underweight
Beberapa cara pemberian insulin Suntikan insulin subkutan Insulin
regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada
beberapa faktor.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk
penderita diabetes melitus antara lain :
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
4. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
5. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
6. Urine: gula dan aseton positif.

F. KOMPLIKASI
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut.
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke
dalam komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik.
Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah makrovaskuler dimana
komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian mikrovaskuler
yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata
(retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang
mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan
penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan
penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam ,
penyembuhan luka yang jelek.

d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement


komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani
dengan prinsip steril.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi , Bayu.T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah.(2011). An Early Detection


Method of Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9,
No.2.

Amin, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis &


NANDA NIC-NOC,(Jilid 1). Jakarta : Medika Action Publishing.

Corwin, Elisabeth.(2009). Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Nanda.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai