2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
Waktu : 25 Menit
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama
dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. DM adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah
diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya
fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin (American
Diabetes Association, 2012).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien dengan DM di
dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara
miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti diperkirakan akan ada sejumlah 178 juta
penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2 juta klien yang menderita DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh
provinsi yangada di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi
glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%
(Balitbang Depkes RI, 2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan
prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat pada tahun 2013
menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah pada daerah Sulawesi
Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Data Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 prevalensi DM adalah 0,6%. Data Riskesdas tersebut
menyebutkan bahwa prevalensi klien DM cenderung meningkat pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi peningkatan prevalensi penyakit DM
sesuai dengan pertambahan umur namun pada umur ≥ 65 tahun prevalensi DM cenderung
menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi bagi klien yang tinggal di perkotaan
dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau dari segi pendidikan menurut Riskesdas
bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak negatif
terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik yang terjadi seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk (Price & Wilson,2005). Disamping
itu klien juga dapat mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala. Dampak
psikologis yang terjadi pada klien dengan DM seperti kecemasan, kemarahan, berduka,
malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi,kesepian, tidak berdaya (Potter & Perry
2010), ditambah lagi klien dapat menjadi pasif, tergantung, merasa tidak nyaman,
bingung dan merasa menderita (Purwaningsih & Karlina, 2012).
F. Media
1. Leaflet
G. Evaluasi
Mengajukan pertanyaan kepada peserta apakah sebelumnya peserta mengetahui tentang
1. apa itu pengertian dari diabetes melitus?
2. apa saja penyebab diabetes melitus ?
3. apa saja klasifikasi diabetes melitus ?
4. apa saja tanda dan gejala diabetes melitus ?
5. apa saja komplikasi dari diabetes melitus ?
6. bagaimana upaya pencegahan diabetes melitus ?
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur.
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di lingkungan Rw 01
2. Evaluasi Proses.
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil.
a. Peserta memahami tentang materi yang telah diberikan mengetahui tentang
penyakit diabetes melitus
b. Peserta mampu menyebutkan kembali pengertian diabetes melitus dengan benar.
c. Peserta mampu menyebutkan tanda gejala dari diabetes melitus dengan benar
d. Peserta mampu menjelaskan upaya pencegahan diabetes melitus dengan benar
K. Pengorganisasian
1. Pembicara : Ipah Nurhapit
2. Pembimbung : Ibu Ema
L. Sumber
1. Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga
2. Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 2. Jakarta : Egc
3. Nurarif, Amin Huda, Dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:Mediaction
M. Lembar Soal
1. Apa itu pengertian dari diabetes melitus?
2. Apa saja penyebab diabetes melitus ?
3. Apa saja klasifikasi diabetes melitus ?
4. Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus ?
5. Apa saja komplikasi dari diabetes melitus ?
6. Bagaimana upaya pencegahan diabetes melitus ?
N. Hasil
1. Sebelum penyampaian materi
Dari 13 orang yang hadir hanya ada 5 peserta yang mampu menjawab pertanyaan
yang di ajukan.
2. Setelah penyampaian materi
Dari 13 orang yang hadir hanya ada 10 peserta yang mampu menjawab pertanyaan
secara sederhana dari 6 soal yang ada.
3. Pertanyaan yang di ajukan peserta
a. Sayuran seperti apa yang harus di konsumsi oleh penderita dm ?
Jawab : sayuran berdaun hujau, sayuran yang di proses dengan cara
dikukus, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi oleh
penderita dm di antaranya adalah daun bayam dan timun.
b. Makanan seperti apa yang harus di hindari oleh penderita dm ?
Jawab : makanan yang mengandung tepung terigu, makanan yang di
goreng, dan makanan yang manis
c. Bagaimana cara yang harus dilakukan untuk menghindari komplikasi ?
Jawab : berolahraga teratur selama 30 menit, mengonsumsi buah dan
sayur, kurangi stress, cek kadar gula darah secara rutin,
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
B. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti
dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih
satu penyebab yang mendasarinya. Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering
dianggap penyebab yaitu :
1. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang
merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
a. Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi
kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA
(Human Leucolyte antoge) tertentu pada individu tertentu
b. Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah
pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah
sebagai jeringan abnormal
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat
memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga
terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya
diabetea tipe II yaitu:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik tertentu
3. Faktor non genetic
a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
b. Nutrisi
1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
2. Malnutrisi protein
3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
4. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
c. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali
karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi
glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
C. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung
pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM),
yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua
yaitu :
a. Non obesitas
b. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang
tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
1. Diabetes Mellitus type lain
a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
c. Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
2. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. Manifestasi Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak
kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga
gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
F. Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang dewasa
tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1
mmol/L)
G. Upaya Pencegahan
Pada prinsipnya hampir semua penyakit dapat dicegah. Pencegahan
penyakit dimulai pada beberapa tahap yang dimulai pada tahap prepatogenesis,
patogenesis dan tahap lanjut dengan pendekatan pencehagan primer, sekunder dan
tersier. WHO (2004) menganjurkan setiap orang yang mempunyai risiko Diabetes
atau mempunyai riwayat keluarga melakukan skrining Diabetes setiap 6 bulan
sekali terutama bagi mereka yang berusia 35 tahun keatas.
Menurut Junaidi (2009) ada tiga jenis pencegahan yang dapat dilakukan
pada penderita Diabetes Mellitus:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah agar tidak terserang penyakit
diabetes. Pencegahan primer dilakukan melalui:
a. Pola makan yang seimbang
b. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
c. Olah raga secara teratur
Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik. Dianjurkan latihan jasmani teratur
3-4x tiap minggu selama ±0.5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat
dijadikan pilihan adalah jalan kala, jogging, lari, renang, bersepeda, dan
mendayung
d. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Utamakan yang tinggi lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat),
cegah dyslipidemia
e. Menghindari zat atau obat yang dapat mencetuskan diabetes
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan mendeteksi diabetes secara dini, mencegah
penyakit agar tidak bertambah parah dan mencegah timbulnya komplikasi.
Pencegahannya antara lain:
a. Tetap melakukan pencegahan primer
b. Pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi
c. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun insulin
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan ini adalah mencegah kecacatan lebih lanjut dari
komplikasi yang sudah terjadi, seperti beberapa macam, yaitu:
a. Pembuluh darah otak, terjadi stroke dan segala gejala sisanya.
b. Pembuluh darah mata, terjadi kebutaan.
c. Pembuluh darah ginjal, gagal ginjal kronik yang memerlukan tindakan cuci
darah.
d. Pembuluh darah tungkai bawah, dilakukan amputasi tungkai bawah.
Untuk mencegah terjadinya kecacatan,tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini
penyulit diabetes, agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik di samping
tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar glukosa darah (Sidartawan, 2001).
Pemeriksaan pemantauan yang diperlukan untuk penyulit ini meliputi beberapa jenis
pemeriksaan, yaitu:
a. Mata, pemeriksaan mata secara berkala setiap 6-12 bulan.
b. Paru, pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun atau kalau ada keluhan
batuk kronik.
c. Jantung, pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya protein dalam
urin.
d. Kaki, pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan mengenai cara
perawatan kaki yang sebaik-baiknya untuk mencegah kemungkinan timbulnya
kaki diabetik dan kecacatan yang mungkin ditimbulkannya.
DOKUMENTASI