Anda di halaman 1dari 21

SAP

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


“DIABETES MELLITUS”

Dosen Pengampu : V. Ririn Marwaningsih Sep, Ns. Msi. Med

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Chrystine Widyanti 201911014
Crezentya Yusticha A. B 201911016
Inviolita Wee 201911026
Lucia Resdita A. 201911033
Pretty Lisa Kamola 201911045
Theodora Aysi 201911052

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
SEMARANG
2022
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIABETES MELLITUS

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan penyakit kencing
manis merupakan suatu gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala
yang disebabkan oleh meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah akibat
dari kekurangan ataupun resistensi insulin. Diabetes Mellitus adalah penyakit
yang disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara adekuat sehingga kadar glukosa di dalam darah menjadi tinggi
(Suryati, et al.,2019)[1]. DM merupakan masalah kesehatan global yang paling
serius, mengancam dan berkembang yang mengakibatkan tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta meningkatnya biaya perawatan kesehatan
terbanyak.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia
termasuk peringkat ke-6 di dunia dalam prevalensi pasien DM pada tahun
2017, setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan
jumlah pasien DM sebanyak 10,3 juta pasien dan diperkirakan akan
mengalami peningkatan menjadi 16,2 juta orang pasien pada tahun 2040.
Jumlah kasus di Indonesia ini akan terus meningkat akibat dari perubahan
gaya hidup dan urbanisasi. Baru sekitar 50% kasus DM di Indonesia dapat
terdiagnosis, baru 2/3 kasus yang menjalani pengobatan dan 1/3 yang
menjalani pengobatan dapat mengendalikan gula darah dengan baik
(Soelistijo et al., 2019).
Pada pasien DM, edukasi sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan dalam mencapai dan memperoleh pemahaman tentang
pengetahuan kesehatan dan memahami kondisi mereka. Pemberian edukasi
yang dilakukan oleh perawat dapat memunculkan persepsi yang dapat
menentukan perilaku kesehatan seseorang terhadap penyakitnya. Pengetahuan
tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu pasien dalam
melakukan penanganan terhadap DM[2]. Selain itu pengetahuan juga
berhubungan dengan bagaimana keluarga dapat melakukan manajemen DM
secara mandiri. Manajemen diri DM yang efektif diperoleh jika individu
memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan pengelolaan DM
secara mandiri[3].
Keberhasilan manajemen diri membutuhkan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan DM,
dibutuhkan penanganan DM secara mandiri dan berkelanjutan atau yang
dikenal sebagai Diabetes Self Management Education and Support (DSMES).
DSMES dapat diterapkan untuk memfasilitasi pengetahuan, sikap dan
keterampilan perawatan diri (Self-Care) pasien diabetes melitus bersama tim
kesehatan yang tersedia guna mengendalikan ancaman morbiditas dan
mortalitas sekaligus pengendalian jumlah kasus yang semakin meningkat.
Pengelolaan perawatan mandiri (self-care) dan dukungan psikologis
merupakan dasar untuk pencapaian tujuan pengobatan diabetes melalui
perawatan kolaboratif untuk pemantauan yang efektif (American Diabetes
Association, 2020)[4].
Menurut Shrivastava, et al (2013), ada tujuh jenis perilaku perawatan diri
yang penting pada penderita DM yang bisa digunakan untuk memprediksi
luaran yang baik, yaitu: 1) makan sehat, 2) aktif secara fisik, 3) memantau
kadar gula darah, 4) minum obat dengan baik, 5) mampu memecahkan
masalah dengan baik, 6) memiliki keterampilan koping adaptif; dan 7)
melaksanakan perilaku pengurangan risiko komplikasi penyakit. Tujuh jenis
perilaku ini telah terbukti berkorelasi positif dengan kontrol glikemik yang
baik, pengurangan komplikasi DM dan peningkatan kualitas hidup
penderitanya[3].

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang Diabetes
Mellitus diharapkan keluarga mampu mengetahui dan lebih memahami
mengenai Diabetes Mellitus sehingga keluarga mampu merawat atau
melakukan manajemen pada anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang Diabetes
Mellitus diharapkan :
a) Keluarga mampu memahami pengertian Diabetes Mellitus
b) Keluarga mampu memahami dan menyebutkan faktor risiko
Diabetes Mellitus
c) Keluarga mampu memahami dan menyebutkan tanda dan gejala
Diabetes Mellitus
d) Keluarga mampu memahami dan menyebutkan komplikasi akibat
Diabetes Mellitus
e) Keluarga mampu melakukan manajemen mandiri pada anggota
keluarga yang mengalami Diabetes Mellitus
f) Keluarga mampu memahami dan mengaplikasikan penggunaan
Glukometer untuk mengukur kadar glukosa darah

C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi dan redemonstrasi

D. Sasaran dan Target


Sasaran : Keluarga di wilayah Puskesmas Pudak Payung
Target : Keluarga dengan anggota keluarga menderita Diabetes Mellitus

E. Media dan Alat


Media : Leaflet (selebaran) dan flipchart (lembar balik)
Alat : Alat tulis, alat pengukur glukosa dalam darah (glukometer), hand
Sanitizer
Bahan : Alkohol Sweb, lanset (jarum kecil), Strip Uji
F. Setting Tempat

A B
C

G G
D

E F

Keterangan:
A : Penyaji 1
B : Penyaji 2
C : Moderator
D : Notulensi
E : Observator
F : Fasilitator
G : Audience

Pengorganisasian:
Penyaji 1 : Crezentya Yusticha A.B
Penyaji 2 : Inviolita Wee
Moderator : Theodora Aysi
Notulensi : Pretty Lisa Kamola
Observator : Lucia Resdita A.
Fasilitator : Chrystine Widyanti
Audiens : Keluarga

G. Waktu dan Tempat


Tempat : Rumah keluarga yang ditargetkan
Tanggal : Selasa, 12 Juli 2022
Waktu : Pukul 09.00 s/d 10.00 WIB
H. Tahapan Pelaksanaan
Tahap/
No. Kegiatan Penyaji Kegiatan Audience
Waktu
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
5 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Mengkonfirmasi memperhatikan
identitas audience penjelasan yang
4. Menjelaskan maksud diberikan
dan tujuan pendidikan 3. Menyampaikan persepsi
kesehatan tentang Diabetes
5. Apersepsi pengetahuan Mellitus (DM)
pasien
2. Isi 1. Menjelaskan mengenai 1. Memperhatikan
40 menit pengertian Diabetes 2. Mendengarkan
Mellitus penjelasan
2. Menjelaskan mengenai 3. Bertanya bila belum
faktor risiko Diabetes paham
Mellitus 4. Mencoba
3. Menjelaskan mengenai mendemonstrasikan cara
tanda dan gejala menggunakan
Diabetes Mellitus glukometer
4. Menjelaskan mengenai
komplikasi Diabetes
Mellitus
5. Mendemonstrasikan
cara menggunakan
glukometer
6. Memberikan
kesempatan kepada
audience untuk bertanya
3. Penutup 1. Evaluasi dengan 1. Menjawab pertanyaan
15 menit memberikan pertanyaan 2. Memperhatikan
secara lisan 3. Menjawab salam
2. Menyimpulkan materi
3. Mengucapkan terima
kasih
4. Salam penutup

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dengan klien atau keluarga klien paling tidak satu
hari sebelumnya
b. Sarana dan prasarana sesuai dengan yang direncanakan dan
diharapkan
c. Setting tempat dan semua alat serta media yang digunakan sudah
sesuai dengan rencana

2. Evaluasi Proses
a. Target dan sasaran hadir saat pendidikan kesehatan dilakukan
b. Alat dan media yang tersedia dapat digunakan dengan baik
c. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
sudah ditetapkan
d. Peserta dapat ikut berpartisipasi aktif saat melakukan diskusi
bersama dan mengikuti dengan baik serta kondusif

3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga dapat menjelaskan mengenai pengertian Diabetes Mellitus
(>80%)
b. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor risiko Diabetes Mellitus
c. Keluarga dapat menjelaskan atau menyebutkan 4 dari 5 mengenai
tanda dan gejala Diabetes Mellitus
d. Keluarga dapat menyebutkan 7 dari 12 mengenai komplikasi
Diabetes Mellitus
e. Keluarga mampu memahami cara dan bisa menggunakan glukometer
(100%)
f. Keluarga mampu memanajemen dan merawat anggota keluarga yang
mengalami DM (>80%)
LAMPIRAN MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
DIABETES MELLITUS

1. Pengertian Diabetes Mellitus (DM)


Diabetes Mellitus (DM) ataupun yang biasa disebut dengan diabetes
merupakan suatu gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah akibat dari
kekurangan ataupun resistensi insulin. Diabetes Mellitus adalah penyakit
yang disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara adekuat sehingga kadar glukosa di dalam darah menjadi tinggi
(Suryati, et al.,2019)[1].

2. Faktor Risiko Diabetes Mellitus (DM)


Terdapat beberapa faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes yaitu[1] :
a. Obesitas
Obesitas atau kegemukan memiliki hubungan dengan kadar glukosa
darah, dimana jika derajat kegemukan dengan IMT>23 maka bisa
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi memiliki hubungan yang
erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air ataupun
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah
perifer.

c. Genetik atau Riwayat Keluarga DM


Penderita DM diduga memiliki bakat diabetes karena merupakan gen
resesif, sehingga penderita DM dianggap memiliki gen diabetes. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif diabetes yang
menderita DM. Pada DM tipe II, risiko seseorang menderita DM akan
meningkat 2-6x lipat apabila orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakit DM.

d. Umur
Berdasarkan penelitian, usia terbanyak yang terkena penyakit DM
adalah usia >60 tahun. Pada usia lansia tersebut, lansia yang berada
dalam keadaan sehat, produktif dan mandiri akan memberikan dampak
positif bagi kesehatannya. Namun lansia yang kurang memperhatikan
kesehatannya akan meningkatkan kemungkinan lansia memiliki masalah
kesehatan seperti DM. Pada usia >60 tahun, resistensi insulin juga
cenderung meningkat.

e. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan yang berulang, melahirkan bayi yang cacat atau
bayi yang memiliki berat badan > 4.000 gram akan meningkatkan risiko
DM[5].

f. Gaya Hidup
Gaya hidup yang buruk seperti kebiasaan merokok dan
mengonsumsi alkohol akan meningkatkan risiko DM. Alkohol akan
meningkatkan tekanan darah dan mempersulit regulasi gula darah
sehingga mengganggu metabolisme gula darah. Seseorang akan
mengalami peningkatan tekanan darah bila mengonsumsi etil alkohol
lebih dari 60mL/hari atau setara 100 mL proof wisky, 240 mL wine atau
720 mL[1].
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus (DM)
Secara umum, tanda dan gejala DM dibedakan menjadi dua yaitu[5] :
a. Tanda Gejala Akut
1) Banyak Makan (Polifagi)
Merupakan kondisi dimana sejumlah besar kalori hilang ke
dalam air kemih sehingga penderita mengalami penurunan berat
badan, maka dari itu penderita sering kali merasa lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi).

2) Banyak Minum (Polidipsi)


Merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki keinginan
untuk minum sebanyak mungkin karena merasa haus. Kondisi
tersebut dipicu oleh banyaknya urin yang keluar sehingga tubuh akan
kekurangan cairan (dehidrasi) dan untuk mengatasi hal tersebut maka
penderita akan merasa haus dan keinginan untuk minum akan
meningkat.

3) Sering BAK Saat Malam Hari (Poliuri)


Merupakan kondisi jika kadar gula darah melebihi nilai ambang
ginjal (>180mg/dL), maka gula akan keluar bersama dengan urin.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dengan jumlah berlebihan,
maka penderita sering berkemih dengan jumlah yang banyak
terutama pada malam hari (poliuri).
4) Mudah Lelah
Merupakan suatu kondisi yang terjadi karena penurunan isi
plasma yang mengarah pada postural hipertensi, kehilangan kalium
dan katabolisme protein. Hal tersebut menyebabkan adanya
kelemahan atau mudah lelah.

5) Penurunan Berat Badan


Merupakan suatu kondisi kehilangan awal sekunder terhadap
penipisan simpanan air, glukosa dan trigliserida dan merupakan
kondisi kehilangan kronis massa otot karena asam amino dialihkan
untuk membentuk glukosa dan keton.

b. Tanda Gejala Kronik


Tanda gejala kronik meliputi : kesemutan, rasa kebas di kulit, kram,
kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah atau mudah lepas,
kemampuan seksual menurun, ibu hamil rentan mengalami keguguran
atau kematian janin dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death/IUFD)
atau bayi yang memiliki berat lahir lebih dari 4 kg.

4. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)


Terdapat 2 jenis komplikasi pada DM yaitu[6] :
a. Komplikasi Akut
Merupakan komplikasi yang terjadi sebagai akibat jangka pendek
dari ketidakseimbangan glukosa darah, meliputi :
1) Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah dibawah rentang normal
atau rendah yaitu <50-60 mg/dL. Gejalanya antara lain lelah, pusing,
pucat, bibir kesemutan, gemetar, berkeringat, merasa lapar, jantung
berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, mudah marah dan penglihatan
menjadi kabur. Langkah mengatasinya adalah dengan mengonsumsi
makanan yang mengandung kadar gula tinggi seperti permen,
minuman ringan atau air gula, roti lapis, sereal atau biskuit. Jika
tanda dan gejala memburuk, maka segera memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan yang ada[6].

2) Hiperosmolar
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik (Hhnc/Honk)
merupakan keadaan hiperglikemi dan hiperosmolaritas tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah 600-2.000 mg/dL, tidak
terdapat aseton, dehidrasi berat, ketonuria ringan atau tidak
terdetekdi dan tidak ada asidosis. Selain itu terdapat juga
Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHC) yang juga merupakan
salah satu kegawatan medis dengan tingkat kematian mencapai
20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang
sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan
haus yang berat, kejang, lemas, gangguan kesadaran, hingga koma[6].

3) Ketoasidosis
Merupakan kondisi komplikasi akut DM yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Gejala utama pada
ketoasidosis diabetik fase awal adalah napas pendek atau sesak
napas, volume urin meningkat, merasa haus terus-menerus,
kelelahan, peningkatan kadar gula darah dan/atau keton serta sakit
perut[6].

b. Komplikasi Kronik
Merupakan komplikasi yang terjadi sebagai akibat jangka panjang
atau umumnya terjadi 10-15 tahun setelah terkena DM, meliputi :
1) Mikro Vaskuler
Merupakan komplikasi pada pembuluh darah kecil seperti mata
(retinopati), ginjal (nefropati), ulkus atau gangren atau kaki diabetik
(kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita DM yang
diawali dengan adanya ulkus hingga terbentuknya ulkus), neuropati
(penyakit saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah impotensi dan ulkus pada kaki)[6].
a) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan pasien
dengan DM sekitar 80%. Retinopati terjadi karena peningkatan
viskositas darah sehingga mekanisme hemodinamik
meningkatkan permeabilitas dan menurunkan elastisitas kapiler
pada retina. Gangguan pada retina dapat terjadi mulai dari yang
ringan sampai berat[8].

b) Nefropati Diabetik
Merupakan suatu gangguan ginjal yang ditandai oleh adanya
albumin dalam urin mencapai 30mg/hari atau 20μg/menit
disertai peningkatan tekanan darah[8].

c) Penyakit Pembuluh Darah Koroner Kardiomiopati


Kelainan pembuluh darah koroner serta trombosis
mengakibatkan iskemik bahkan infark miokard[8].

d) Neuropati
Merupakan gangguan saraf yang di manifestasikan oleh
saraf simpatik maupun otonom sebagai akibat dari DM[8].

e) Penyakit Pembuluh Darah Perifer


Merupakan gangguan berupa penyempitan pembuluh darah
perifer pada penderita DM. Penyempitan tersebut terjadi pada
ekstremitas bawah (kaki) sehingga jika terjadi luka, maka luka
tersebut akan sulit untuk sembuh, bahkan tidak bisa sembuh[8].
2) Makro Vaskuler
Merupakan komplikasi pada pembuluh darah besar yang
mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral [6].
Komplikasi makro vaskuler mencerminkan aterosklerosis dengan
penumpukan lemak pada lapisan dalam pembuluh darah.
a) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner paling umum menyebabkan
kematian klien, terhitung 40-60% dari semua penyait makro
vaskuler. Faktor risiko penyakit kardiovaskuler pada perempuan
dengan DM Tipe II menjadi 3-4x lebih besar[8].

b) Penyakit Serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler terutama aterotromboembolik
yang dimanifestasikan sebagai serangan stroke lebih sering
terjadi dan lebih berat pada penderita DM dengan insidensi 2-3x
lebih besar. Risiko relatif lebih tinggi pada perempuan dengan
usia 50-60 tahun, terutama pada penderita hipertensi[8].

c) Hipertensi
Pada penderita DM terjadi peningkatan hipertensi sebanyak
40%. Pasien dinyatakan mengalami hipertensi saat tekanan
darah >130/80 mmHg[8].

d) Infeksi
Penderita DM rentan terhadap berbagai jenis infeksi dan
sulit disembuhkan. Area terinfeksi penyembuhannya akan
lambat karena kerusakan sistem vaskuler tidak dapat membawa
cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibodi ke tempat
luka. Misalnya infeksi kaki diabetik. Hampir 40% pasien DM
dengan infeksi kaki mungkin memerlukan amputasi dan 5-10%
akan meninggal meskipun amputasi telah dilakukan[8].

5. Penanganan Diabetes Mellitus (DM)


Penyakit DM merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dilakukan penanganan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita, mengurangi keluhan, mengurangi risiko komplikasi,
membuat pasien dapat beraktivitas dengan normal dan untuk mengontrol
kadar glukosa darah penderita DM agar tetap normal [7]. Beberapa cara
penanganan DM yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Pengobatan
1) Pengobatan Hipoglikemia
Pengobatan hipoglikemia harus dilakukan secapatnya bila pasien
masih sadar, tindakan tersebut dapat dilakukan oleh pasien sendiri
yaitu dengan minum larutan gula 10-30 gram. Untuk pasien yang
tidak sadar di berikan suntikan dextrosa 15-25 gram intravena[7].

2) Pengobatan Hiperglikemia
Pengobatan hiperglikemia dapat dilakukan dengan cara
pemberian suntikan insulin. Insulin merupakan hormon yang
dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk meningkatkan
perubahan glukosa yang berlebihan menjadi glikogen di hati dan otot
sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Insulin juga berfungsi
meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel dan penggunaannya
untuk produksi energi sehingga penderita DM tidak lemas dan kadar
glukosa dalam darah juga dapat dikontrol[5].

b. Diet atau Pola Makan


Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan mengurangi
beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin mengubah gula
menjadi glikogen. Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat
badan, perbaikan kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang
gemuk dengan DM tipe 2 mempunyai pengaruh positif pada morbiditas.
Orang yang kegemukan dan menderita diabetes militus mempunyai
resiko lebih besar dari pada mereka yang tidak kegemukan[7].
Metode sehat untuk mengendalikan berat badan, yaitu :
1) Makanlah lebih sedikit kalori dengan mengurangi makanan setiap
500 kalori setiap hari (akan menurunkan berat 2kg per bulan)
2) Jangan makan makanan diantara makan makanan yang ditentukan
(tidak boleh ngemil)
3) Hindari makanan yang berlebihan, sesuaikan dengan kebutuhan
dengan konsultasi dengan ahli gizi
4) Kurangi jumlah lemak dalam diet sehari-hari (lemak akan
menyebabkan insulin sulit untuk mengizinkan glukosa masuk ke sel
tubuh, sehingga tubuh akan lebih banyak memproduksi insulin
5) Hindari makanan yang digoreng dan jauhi makanan junkfood dan
fastfood
6) Penggunaan bumbu garam, MSG, kecap dan bumbu perasa lainnya
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
7) Makan makanan serat-serat alami (seperti buah yang tidak dikupas
kulitnya, sayuran, kacang-kacangan)
8) Hindari minuman beralkohol
9) Kurangi kebiasaan merokok karena dapat menyebabkan
penyempitan aliran darah.

c. Olahraga atau Kegiatan Jasmani


Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran tubuh juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dapat dilakukan antara lain jalan kaki, bersepeda,
jogging, berenang dan berkebun[7].

6. Cara Menggunakan Glukometer


a. Alat dan Bahan :
1) Glukometer
2) Alkohol Swab
3) Lanset (jarum kecil)
4) Strip uji
5) Handsanitizer

b. Cara Mengukur Kadar Glukosa Darah dengan Glukometer


1) Menyiapkan alat

2) Mencuci tangan hingga bersih dengan menggunakan sabun dan air


mengalir atau menggunakan handsanitizer

3) Meletakkan jarum lancet ke dalam perangkat lancing dan


memasukkan strip uji ke meteran glukosa pada glukometer
4) Mengusap ujung jari dengan kapas yang diberi alkohol atau alkohol
swab lalu menusuk ujung jari dengan lancet agar darah dapat keluar
dan diambil

5) Meletakkan setetes darah pada strip tetes dan tunggu hasilnya.


Angka yang menunjukkan kadar gula darah akan muncul dalam
beberapa detik pada layar meteran[6]. Kadar glukosa darah normal
70-130 mg/dl.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suryati I. BUKU KEPERAWATAN LATIHAN EFEKTIF UNTUK PASIEN
DIABETES MELLITUS BERBASIS HASIL PENELITIAN. Yogyakarta:
Deepublish: 2021. Tersedia di :
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Keperawatan_Latihan_Efektif
_Untuk_P/5BU3EAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=diabetes+mellitus+adalah&printsec=frontcover [Diakses
pada 30 Juni 2022]
2. Dewi M, Yellyanda, Dira U. Edukasi Penatalaksanaan Diabetes Terhadap
Manajemen Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal
Keperawatan Silampari. 2022: 5 (2): 981-990. Available from:
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/3583 [Diakses pada
1 Juli 2022]
3. Rahmawati, Teuku T, Syahrul. Pengaruh Program Diabetes Self-
Management Education Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Keperawatan. 2016: 4 (1): 47-58. Available
from : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/6320/5204 [Diakses
pada 1 Juli 2022]
4. Pranata L, Sri I, Novita ED. PERANGKAT EDUKASI PASIEN DAN
KELUARGA DENGAN MEDIA BOOKLET (STUDI KASUS SELF-CARE
DIABETES MELITUS). 2020: 4 (1): 102-111. Available from :
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1599 [Diakses pada
1 Juli 2022]
5. Maria I. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN STROKE. Yogyakarta: Deepublish: 2021. Tersedia di :
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Diabetes_Mel
litus_Dan/u_MeEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=diabetes+mellitus+adalah&printsec=frontcover [Diakses
pada 30 Juni 2022]
6. Wahyuni KI. DIABETES MELLITUS. Surabaya: CV. Jakad Media
Publishing; 2019. Tersedia di :
https://www.google.co.id/books/edition/DIABETES_MELLITUS/3moPEAA
AQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=diabetes+mellitus+adalah&pg=PA3&printsec=frontcove
r [Diakses pada 30 Juni 2022]
7. Alfaqih MR, Angger AHS, Bayu AK. Manajemen Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus. Bojonegoro: Guepedia; 2022. Tersedia di :
https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Penatalaksanaan_Diabet
es_Melli/ut1YEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=diabetes+mellitus+adalah&pg=PA9&printsec=frontcove
r [Diakses pada 30 Juni 2022]
8. Erlina L, Nandang AW. Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Sistem
Endokrin 9th Indonesia Edition. Singapore: Elsevier; 2021. Tersedia di :
https://www.google.co.id/books/edition/Medical_Surgical_Nursing_Endocrin
e_Syste/gfQlEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=pengobatan+dm&pg=PA128&printsec=frontcover
[Diakses pada 1 Juli 2022]

Anda mungkin juga menyukai