Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELITUS

OLEH :
TRI INDRAYATI, Amd.Kep.
NIP. 19830703 201001 2 027

RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO


SRAGEN
2022
LEMBAR PESETUJUAN

“ SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


DIABETES MELITUS “

Disusun oleh :

Tri Indrayati, Amd.Kep


NIP. 19830703 201001 2 027

Mengetahui
Atasan Langsung

Giyanti Anik Susanti, S.Kep., Ns


NIP. 19660505 198703 2 005
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan                    : Pendidikan Kesehatan Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan            : Diabetes Melitus
Hari/Tanggal                        : Selasa/31 Mei 2022
Waktu                                    : 30 Menit
Sasaran                                  : Keluarga Tn. S
No RM : 626834
Tempat                                   : Bangsal Melati Timur

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Militus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang di produksi secara efektif (Depkes, 2014). Diabetes
melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh
berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus.
Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke
dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang
atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya
gula darah (WHO, 2016). Menurut International Diabetes Federation-7 (2015),
bahwa metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur
kadar glukosa darah. Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian
dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber energi..
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik kronik yang terjadi
karena sel beta pankreas tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
memadai atau insulin tidak dapat bekerja secara efektif (Kemenkes RI, 2019).
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk
memasukkan glukosa yang diperoleh dari makanan ke dalam sel yang selanjutnya
akan diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan untuk bekerja
sesuai fungsinya (Arnold Hongdiyanto, 2014). Penyebab kematian diabetes
melitus tidak hanya disebabkan karena keadaan hiperglikemik tetapi juga
disebabkan karena komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, nefropati,
retinopati, dan ulcus pedis (Arnold Hongdiyanto, 2014)..
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi
diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan diabetes melitus
sebagai penyebab kematian ke tujuh di dunia. Pada tahun 2013 angka kejadian
diabetes di dunia sebanyak 382 juta jiwa di mana proporsi kejadian diabetes
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia (Fatimah N R, 2015; sImelda,
2019). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes melitus dari
6,9% pada tahun 2013 meningkat menjadi 10,9% pada tahun 2018 (Riskesdas,
2018).
Berdasarkan hasil pendataan pada tanggal 30 Mei 2022 yang di rawat di
bangsal Melati Timur RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen diketahui bahwa
Tn. S di diagnosa penyakit diabetes mellitus dengan No RM 626834, oleh karena
itu pasien Tn. S dan keluarga menjadi binaan saya, dan perlu dilakukannya
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus (DM). Sehingga
Tn. S dan keluarga dapat mengetahui apa itu penyakit DM dan bagaimana
penanggulangannya. Diharapkan tingkat kesadaran terhadap kesehatan dapat
terjaga.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, Tn. S dan keluarga
dapat menjelaskan kembali tentang penyakit Diabetes Melitus atau penyakit
gula.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan Tn. S dan keluarga :
a. Mampu menjelaskan penyakit Diabetes Melitus dengan bahasanya
sendiri.
b. Mampu menyebutkan penyebab Diabetes Melitus.
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus.
d. Mampu menyebutkan komplikasi Diabetes Melitus.
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dan cara mencegah penyakit
Diabetes Melitus.
C. MATERI
Terlampir

D. METODE
Ceramah dan Diskusi

E. MEDIA
Leaflet

F. SASARAN
Tn. S dan keluarga yang berada di bangsal Melati Timur RSUD dr Soehadi
Prijonegoro Sragen .

G. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan
No. Tugas Penyuluh Respon Waktu
Penyuluhan
1. Pembukaan.  Menyampaikan salam  Menjawab salam 5 Menit
 Perkenalan  Mendengarakan
 Menyampaikan tujuan
 Kontrak waktu
 Tes awal  Memberi respon

2. Kegiatan Inti  Menjelaskan  Mendengarkan 20 Menit


pengertian penyakit dengan seksama
Diabetes Melitus
 Menjelaskan
penyebab Diabetes
Melitus.
 Menjelaskan
menifestasi klinis
Diabetes Melitus.
 Menjelaskan
komplikasi Diabetes
Melitus.
 Menjelaskan
penatalaksanaan dan
cara mencegah
Diabetes Melitus.
 Memberikan  Memberikan
kesempatan kepada pertanyaan
warga untuk bertanya.
 Mengevaluasi  Menjawab
pemahaman warga pertanyaan yang
mengenai isi materi diberikan
yang telah
disampaikan dengan
memberikan beberapa
pertanyaan.

3. Penutup  Menarik kesimpulan  Mendengarkan dan 5 Menit


mencatat
 Mengucap salam  Menjawab salam.
penutup

H. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Penyaji : Keluarga Tn.S

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. SAP sudah jadi 1 hari sebelum penkes
2. Evaluasi Proses
a. Tn. S dan keluarga kooperatif serta aktif bertanya
b. Media digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Tn. S dan Keluarga mampu menjelaskan penyakit Diabetes Melitus
dengan bahasanya sendiri.
b. Tn. S dan Keluarga mampu menyebutkan penyebab Diabetes Melitus.
c. Tn. S dan Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala Diabetes
Melitus.
d. Tn. S dan Keluarga mampu menyebutkan komplikasi Diabetes Melitus.
e. Tn. S dan Keluarga mampu menjelaskan penatalaksanaan dan cara
mencegah penyakit Diabetes Melitus.
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Brunner & Suddarth). Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai beerbagai kelainan metabolik yang ditandai dengan peningkatan glukosa
darah, disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin.
Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk menfasilitasi masuknya glukosa dalam sel
agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan (Tarwoto, 2011).

Diabetes melitus merupakan suatu individu yang mengalirkan volume


urine yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi, penyakit hiuperglikemia
yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insentivitas
sel terhadap insulin (Corwin Elizabeth). Diabetes merupakan gangguan
metabolisme (metabolik syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita
diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh
tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan
gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah ini terjadi racun
bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke
sistem urin untuk dibuang melalui urin.

Menurut Brunner dan Suddarth, (2014) Diabetes Melitus merupakan


sekumpulan gangguan metabolik yang di tandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan. Pada skresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya. Gluksa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi. Insulin, yaitu
suatu hormon yang di produksi pankreas yang di gunakan untuk mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.

B. Etiologi Diabetes Melitus


1. Diabetes Tipe I
Diabtes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imonologi dan kemungkinan pula lingkungan
(misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta
(Doengoes, 2012).
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi satu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadi
diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen). HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imonologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu proses respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antigen terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh,
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses outoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II diantarannya :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

C. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Adanya penyakit diabetes melitus ini pada awalnya sering kali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang
perlu mendapat perhatian adalah :
1. Keluhan Klasik
a. Banyak kencing (Poliuria)
Karena sifatnya kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
b. Banyak Minum (Polidipsi)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ini karena udara yang panas atau beban kerja
yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
c. Banyak Makan (Polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes
melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar
penderita banyak makan.
d. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lelah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menumbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini
disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber ytenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak
dan otot sehingga menjadi kurus.

2. Keluhan Lain
a. Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu
malam hari sehingga mengganggu tidur.

b. Gangguan Penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar
tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payu dara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini
dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.
d. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa malu membicarakan masalah seks,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
e. Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.

D. Komplikasi Diabetes Mellitus


Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah:
a. Komplikasi Akut
 Koma hiperglikemia
 Ketoasidosis
 Koma hipokalemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol.
b. Komplikasi Kronis
1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer pada organ-organ
yang mempunyai pembuluh darah kecil)
2) Makroangiopati
3) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadinya luka yang
tidak sembuh-sembuh.
4) Disfungsi erektil diabetika

E. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan
diabetes yaitu:
1. Pendidikan kesehatan
Pilar ke-1, Aktif mencari tahu tentang diabetes dan pengendaliannya.
Karena banyak pengalaman menunjukkan ketidaktahuan atau sikap
meremehkan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan diabetes yang
seringkali sudah berujung pada komplikasi. Semakin dini mengetahui cara
mengendalikan diabetes, akan semakin baik manfaatnya bagi penderita.
2. Diet rendah gula (glukosa)
Atur pola makan dengan baik dan seimbang. Sebenarnya diabetisi
(penyandang diabetes) tidak perlu takut bila ingin makan enak, asalkan dipilih
jenis makanan dengan indeks glikemik rendah agar gula dan lemak tidak
menumpuk berlebihan di dalam darah. Utamakan makanan berserat tinggi.
Atur asupan makanan agar tidak melebihi batas maksimal asupan kalori
perhari. Jam makan juga perlu diatur tepat pada waktunya, agar ritme kadar
gula dalam darah senantiasa berimbang.
3. Latihan (aktivitas/olahraga teratur)
Olahraga yang teratur membuat tubuh sehat, melancarkan peredaran
darah, membakar kelebihan lemak dan mengendalikan kadar gula darah.
Olahraga cukup dilakukan secara ringan (misalnya jalan kaki 30 menit
perhari) agar fungsi insulin, sebagai hormon pengatur kadar gula dalam
darah, menjadi optimal dan efektif.
4. Pemantauan kadar gula darah
Yang terpenting adalah selalu memonitor kadar gula darah. Bagi
diabetisi, kadar gula darah tidak boleh terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
Keduanya berdampak negatif. Gula darah yang senantiasa tinggi dalam
jangka panjang bisa mengakibatkan komplikasi kronis, antara lain penyakit
jantung dan pembuluh darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kebutaan,
impotensi pada pria dan gangren pada kaki akibat luka sulit sembuh yang bisa
berakibat amputasi. Sedangkan gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia)
lebih berbahaya lagi, karena bisa menyebabkan hilangnya kesadaran secara
mendadak bahkan kematian. Jadi hal terpenting bagi seorang diabetisi dalam
mengendalikan penyakitnya adalah monitoring kadar gula darah. Semakin ia
mengetahui kapan dan mengapa kadar gula darahnya tinggi, akan semakin
baik.
5. Terapi insulin
Patuhi petunjuk mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Baik itu
obat tablet maupun suntik insulin. Namun jangan khawatir hal ini mungkin
tidak berlangsung selamanya, karena biasanya jika kadar gula darah mulai
terkendali, dokter akan menganjurkan pasien hanya mengatur makan dan
olahraga saja.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2014). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Corwin, Elizabeth J. (2012). Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa : Brahm U.


Pendit, Editor Edisi Bahasa Indonesia : Endah Pakarya Ningsih, Jakarta :
EGC

Doengoes, Marylinn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC

Engram, Barbara (2011). Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 November 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf.

Tarwoto Ns. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta : Katalong Dalam Terbitan

Sylvia, A. Price. (2007). Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai