2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS PADA LANSIA DI PANTI JOMPO SLAWI
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin, keadaan ini menimbulkan
hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK). Hiperglikemia
jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit
ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai
dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke,
dan penyakit vaskuler perifer.
Diabetes terutama prevalens di antara kaum lansia. Di antara individu yang berusia lebih
dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti
lansia. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan yang baru di
antara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi di
luar trauma kecelakaan. 30% pasien yang mulai mendapat terapi dialisis setiap tahun
menderita penyakit diabetes. Diabetes berada di urutan ke-3 penyebab utama kematian akibat
penyakit dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh angka penyakit arteri koroner yang
tinggi pada para penderita diabetes melitus. (Brunner and Suddarth, 2006)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengkuti penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mengetahui dan mengenal
tentang penyakit Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat mengetahui definisi Diabetes Melitus
b. Peserta dapat mengetahui penyebab Diabetes Melitus
c. Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala Diabetes Melitus
d. Peserta dapat mengetahui komplikasi Diabetes Melitus
e. Peserta dapat mengetahui cara perawatan Diabetes Melitus
f. Peserta dapat mengetahui diet Diabetes Melitus
g. Peserta dapat mengetahui obat tradisional Diabetes Melitus
C. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1. Judul Kegiatan
“Penyuluhan Diabetes Melitus”
2. Peserta
Lansia di panti jompo Slawi sebanyak 20 orang yang terkena Diabetes Melitus
3. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
Demostrasi
4. Media & Alat
a. Leaflet
b. Power Point
c. Speaker
d. Microfon
5. Watktu & Tempat
a. Hari/Tanggal : Kamis, 8 Juni 2018
b. Waktu : 16.00 s/d selesai
c. Tempat : Panti Jompo Slawi
d. Acara : Penyuluhan tentang Diabetes Melitus
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Dwi Ayu Mitasari
b. Moderator : Isti Hanah
c. Penyuluh : Mangesti Tri Handayani
Ibnu Fatullah
Rizka Wigati
d. Konsumsi : Qisthi Amaliyah
7. Uraian Tugas
a. Penanggung Jawab :
Mengkoordinir kegiatan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara sejak
perencanaan,persiapan, pelaksanan,evaluasi dan pelaporan.
b. Moderator :
Memimpin jalannya penyuluhan
c. Penyuluh :
Menyajikan materi tentang Diabetes Melitus
d. Konsumsi :
Menyiapkan konsumsi untuk penyelenggaraan penyuluhan
8. Strategi Pelaksanaan
Tahap Kegiatan
Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Kesehatan Sasaran
Kesehatan
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam. 1. Peserta membalas salam.
(10 menit) 2. Memperkenalkan diri. 2. Peserta menerima kehadiran
3. Menjelaskan tujuan. mahasiswa dengan baik.
4. Mengkaji tingkat 3. Peserta memahami tujuan dengan
pengetahuan keluarga baik.
tentang nyeri. 4. Peserta berpartisipasi dalam diskusi
awal.
DAFTAR PUSTAKA
Arisyi S.P.2011. pengaruh pemberian decota daun lidah buaya(Aloe vera L) terhadap
penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa.
Arryska Ayu P. 2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Etanol 7 % Buah
Jambu Biji (Psisium Guajava L) Pada Kelinci Jantan Lokal. Fakultas Faramsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Jealntik Darma Putra. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak kering daun sukun (Artocarpus)
terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus. Program Studi ilmu
keperawatan fakultas kedokteran universitas udayana.
Lanny lingga. 2010. Bebas diabetes tipe II tanpa obat. Jakarta. Pt agromedika pustaka.
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi Diabetes Melitus
Penyakit kencing manis atau dalam istilah medisnya disebt Diabetes Melitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula darah (glukosa) sebagai akibat dari kekurangan insulin
(Misnadiarly,2006)
B. Penyebab Diabetes Melitus
1. Faktor keturunan
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2. Gaya hidup yang tidak sehat
Makanan adalah penyebab diabetes pada umumnya dan makanan adalah sumber dari
penyakit tersebut. Bagi anda yang gemar dalam mengkomsumsi makanan yang berlemak
tinggi anda harus berhati-hati karena makanan yang mengandung lemak tinggi selain bisa
membuat tubuh seseorang menjadi gemuk makanan tersebut juga bisa membuat kadar gula
darah didalam tubuh menjadi meningkat dan melebihi batas normalnya sehingga anda bisa
terkena penyakit diabetes atau kencing manis.
3. Obesitas/ kegemukan
Hal ini terjadi karena pada individu yang obesitas dapat mengakibatkan organ
pancreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin, akibatnya sel beta pancreas
mengalami kerusakan dan menghasilkan insulin semakin lama semakin sedikit untuk
tubuh.
4. Penuaan (usia)
Dengan meningkatnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Sehingga
untuk usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi . Pada usia lanjut
terjadi penurunuan sekresi insulin dan resistensi insulin.
5. Kerusakan kelenjar pancreas
Rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau
Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi
kekurangan insulin.
(Misnadiarly, 2006)
C. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
1. Polidipsi (banyak minum)
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi instrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
2. Poliuri (banyak kencing)
Pada orang nondiabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke dalam urin akan diserap
secara aktif kembali ke dalam darah. Pengangkat-pengangkat glukosa di ginjal yang
membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali ke darah akan mengalami kejenuhan
dan tidak dapat mengangkat glukosa lebih banyak. Karena glukosa di dalam urin
memiliki aktivitas osmtik, maka air akan tertahan di dalam filtrat dan diekskresikan
bersama glukosa dalam urin sehingga terjadi poliuria.
3. Polipagi (banyak makan)
Akibat keadaan pasca absortif yang kronik, katabolik protein dan lemak, dan
kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
4. Kelemahan tubuh, mudah merasa lelah
Akibat katabolisme protein di dalam otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
5. Seringnya terjadi luka (infeksi), gatal- gatal, dan luka yang tidak sembuh-sembuh
Ini kadar gula yang tinggi dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
pembuluh darah menyempit (Vasokonstriksi) dan menjadi kaku (elasitisannya menurun),
akibatnya sirkulasi darah menjadi terganggu. Transportasi nutrisi, oksigen pada luka
berjalan sangat lambat. Disamping itu kadar gula yang tinggi juga akan menghambat dan
mengurangi fungsi sel-sel darah merah (eritrosit) untuk membawa nutrisi ke seluruh
jaringan tubuh, dan juga mengurangi fungsi dari sel-sel darah putih yang mempunyai
peranan melawan infeksi.
6. Kesemutan, rasa baal pada bagian tubuh terutama pada tangan atau kaki
Penyakit kencing manis dengan kadar gula yang tinggi dan tidak terkontrol lama
kelamaan akan membuat saraf mengalami kerusakan pada saraf perifer hal ini terjadi
karena darah yang mengalir pada ujung saraf yang menurun.
(Misnadiarly, 2006)