Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Ny. H DENGAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA

DISUSUN OLEH:

YOGA DESWANTONO
NIM PO.62.20.1.16.166

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN III SEMESTER VIII
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Tema/Topik : Mengenali Diabetes Mellitus Pada Lansia

Waktu : 08.00-08.30

Sasaran : Ny. H dan keluarganya

Tempat : Rumah Ny.H

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan para


lansia dapat mengetahui tentang penyakit Diabetes
Melitus sehingga dapat menjaga kesehatan mereka.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan lansia mampu :
1. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2. Memahami penyebab dari diabetes melitus
3. Memahami klasifikasi diabetes melitus
4. Memahami gejala klinis dari diabetes melitus
5. Menjelaskan penatalaksanaan dari diabetes melitus
6. Menjelaskan makanan untuk diabetes melitus
Kegiatan Belajar Mengajar :

Kegiatan
No. Tahap Waktu
Pemateri Audiens
1. Pembukaan  5 menit  a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan penyuluhan

2. Pelaksanaan 20 menit a. Menggali pengetahuan lansia a. Memberikan pendapat


tentang penyebab diabetes melitus
b. Menggali pengetahuan lansia tentang
klasifikasi diabetes melitus
c. Menggali pengetahuan lansia tentang
gejala klinis diabetes melitus
d. Menggali pengetahuan lansia tentang
penatalaksanaan diabetes melitus
e. Menggali pengetahuan
lansia tentang makanan diabetes
melitus
f. Menjelaskan pengertian diabetes
melitus b. Mendengarkan dan
g. Menjelaskan tentang penyebab diabetes memperhatikan
melitus
h. Menjelaskan tentang klasifikasi diabetes
melitus
i. Menjelaskan tentang gejala
klinis diabetes melitus
j. Menjelaskan tentang penatalaksanaan
diabetes melitus
k. Menjelaskan tentang makanan
untuk diabetes melitus c. Mengajukan pertanyaan
l. Memberikan kesempatan lansia untuk
bertanya d. Mendengarkan dan
m. Menjawab pertanyaan memperhatikannya

3. Penutup 5 menit a. Menyimpulkan materi a. Memperhatikan


b. Melakukan evaluasi lisan b. Menjawab pertanyaan
c. Mengucapkan salam penutup c. Menjawab salam

Metode : ceramah

Media : leaflet

Materi : diabetes mellitus pada lansia

Evaluasi
a. Standar Persiapan
1. Kontrak waktu
Kontrak waktu telah di sepakati oleh pemateri dan audiens yang telah dilakukan pada 12
April 2020
2. Setting
Tempat di rumah Ny.H
b. Standar Proses
1. Kegiatan diskusi dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
2. pasien berdiskusi kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses diskusi berlangsung.
3. pasien melaksanakan diskusi secara kooperatif dan aktif berpartisipasi selama
proses diskusi berlangsung, dengan pertanyaan pemicu:
a) Menurut Bapak/ ibu apakah itu hipoglikemi ?
b) Menurut Bapak/Ibu, apa tanda dan gejala hipoglikemi?
c) Menurut Bapak/ Ibu, apa yang  bisa dilakukan ketika ada yang mengalami hipoglikemia?
d) Suasana selama kegiatan diskusi kondusif.
c. Standar Hasil
1. Menyebutkan pengertian hipoglikemia
2. Menyebutkan tanda dan gejala hipoglikemia
3. Menyebutkan penyebab hipoglikemia
4. Menyebutkan cara mengatasi hipoglikemia

Buku Sumber

Brunner & Suddarth. (2015) . Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3 . EGC, Jakarta.

Corwin, EJ. (2011). Buku Saku Patofisiologi, edisi revisi. EGC, Jakarta.

Kushariyadi. (2010) . Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia . Salemba Medika, Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Media Aesculapius, Jakarta.
DIABETES MELLITUS PADA LANJUT USIA

1. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan
glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan
dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi
insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan
dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary, 2009).

2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap
glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang
lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.

Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang
berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping
karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia
diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal
ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus.

Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua
besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dan lain-
lain.)

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan,
perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena
mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

3. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses
imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

b. Diabetes melitus tipe II :


Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe
II :
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) ± 100% kembar identik terkena

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa
ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang
dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di
dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien
diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan
autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap
sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
WOC DIABETES MELLITUS

DM Tipe 1 DMTipe 2

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia,


genetik, dll

Sel β pancreas Jumlah sel pancreas


hancur menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Penurunan BB
Pembatasan Diit

Fleksibilitas
darah merah
Intake tidak Resiko nutrisi kurang
adekuat dari kebutuhan

Pelepasan O2

Poliuria Kekurangan volume


cairan
Hipoksia
perifer Perfusi jaringan perifer
tidak efektif

Nyeri Akut
5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya tidak
ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan
yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni : penatalaksanaan secara
medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan secara medis adalah
sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan lain,
yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat –
obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
a) Glibenklamida (5mg/tablet).
b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
c) Glikasida (80 mg/tablet).
d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa
dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan
kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga
dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar
gula puasa yang masih normal yaitu Insulin
a) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan
berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan
anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat –
obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat,
stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan
gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
b) Jenis Insulin
(1). Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
(2). Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
(3). Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Sedangkan untuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan
tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja
lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur
akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa darah sewaktu

a. Kadar glukosa darah puasa


b. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
8. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan
adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat
pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon
terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh
darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang
yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular
yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi
sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani
karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan
trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab
hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau
hipoglikemik oral.

Anda mungkin juga menyukai