Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MELITUS

PADA LANSIA DI DESA BALIASE KECAMATAN MARAWOLA


KABUPATEN SIGI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

1. NUR AFNI FEBRIANTY, S.Kep 2022032030


2. MAWAN SETIAWAN, S.Kep 2022032021
3. LUSIANA JUMARLITA, S.Kep 2022032056
4. SITI KHADIJAH, S.Kep 2022032052
5. SITI NURHALIZAH, S.Kep 2022032054
6. SRY DJULIANTY, S.Kep 2022032058
7. NURMA’IYA, S.Kep 2022032036
8. UCI VIA DELFITA LARI, S.Kep 2022032059
9. UMI KALSUM, S.Kep 2022032060
10. FRIDA ANDRIANI, S.Kep 2022032013
11. NUR AZIZAH, S.Kep 2022032031
12. KHAIRIL ANWAR, S.Kep 2022032019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITASWIDYA NUSANTARA PALU
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Definisi Diabetes Melitus
Sasaran : Lansia (Klien dan Keluarga)
Tempat : Rumah Klien di RT 03 dan RT 04 Desa Baliase
Waktu : 15 Menit

I. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kekurangan atau resisten insulin
yang kronis, diabetes mellitus ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,
protein dan lemak. Peranan insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke
dalam sel untuk bahan bakar atau simpanan glikogen. Insulin juga merangsang
sintesis protein dan penyimpanan asam lemak bebas dalam jaringan adiposa.
Kekurangan insulin menghambat kemampuan tubuh untuk mengakses nutrient yang
penting untuk bahan dasar dan simpanan. Karena insiden diabetes selalu meningkat
seiring pertambahan usia, profesional perawatan kesehatan yang merawat lansia
harus memiliki pemahaman yang lengkap mengenai penyakit umum ini.
Pendapat umum menyatakan bahwa pada usia lanjut kita hanya berhadapan
dengan diabetes tipe 2. Memang sebagian besar benar demikian, tetapi kini ada
tendensi lain karena DM tipe 1 di usia lanjut bertambah, ditambah pula dengan
insulin requiring cases, LADA. Diabetes dapat terjadi dalam bentuk utama: tipe 1,
diabetes mellitus yang bergantung pada insulin, dan yang lebih prevalen adalah tipe 2
yang merupakan diabetes mellitus yang tidak bergantung pada insulin. Pada lansia
diabetes tipe 2 terhitung 90% kasus di Indonesia.
The Congressionally-Established Diabetes Research Working Group (1999)
melaporkan bahwa walaupun kematian karena penyakit-penyakit kanker, stroke, dan
kardiovaskular cenderung berkurang sejak 1988, angka kematian karena diabetes
naik sekitar 30 persen. Usia harapan hidup orang-orang yang menderita diabetes rata-
rata 15 tahun lebih pendek dari. Prevalensi diabetes mellitus di dunia semakin
meningkat sehingga dianggap sebagai wabah, dimana pada tahun 2000 diperkirakan
jumlah penduduk dunia yang menderita DM sebanyak 150 juta jiwa dan pada tahun
2020 diperkirakan meningkat 300 juta jiwa. Angka prevalensi yang sangat meningkat
ini diperkirakan terjadi di Negara yang sedang berkembang seperti Cina dan India
termasuk Indonesia. Sebaliknya di Negara yang maju, prevalensi DM tidak begitu
meningkat. Peningkatan yang luar biasa di Negara sedang berkembang di duga
akibat perubahan pola hidup (Sanusi Harsinen, 2004).
Hasil survey yang dilakukan badan kesehatan dunia WHO, Indonesia menempati
urutan ke4 jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan
Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Diperkirakan pada
tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap DM dan pada tahun 2025 diperkirakan
menjadi meningkat 12.4 juta penderita. Sedangkan data yang telah dihimpun Depkes,
jumlah pasien yang rawat inap maupun rawat jalan di RS menempati urutan pertama
dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2006).
DM disebut sebagai penyakit kronis sebab DM dapat menimbulkan perubahan
yang permanen bagi kehidupan seseorang. Penyakit kronis tersebut memiliki
implikasi yang luas bagi masyarakat, terutama munculnya keluhan yang menyertai,
penurunan kemandirian dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya
partisipasi sosial. Sehingga secara otomatis akan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang yang menderita DM. Perawat sejak awal dapat berperan dalam
meminimalisasi perubahan potensial pada sistem tubuh pasien. Beberapa penelitian
eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup
berpengaruh terhadap perilaku pasien. Salah satu peran yang penting guna
mendorong seseorang agar ia mampu memahami kondisi seseorang yang terkena
diabetes sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (self-care).
Berdasarkan banyaknya persentasi tersebut di atas maka sangat penting untuk
dibahas mengenai masalah gangguan system endokrin pada seseorang, khususnya
yang sering terjadi yaitu diabetes mellitus tipe 2.
II. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien dan keluarga mampu memahami


tentang penyakit Diabetes Melitus dan penanganannya.
III. Tujuan Intruksional Khusus ( T I K )

Setelah diberi penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dan keluarga dapat :
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Gejala-Gejala Diabetes Melitus
3. Komplikasi Diabetes Melitus
4. Pengelolaan Diabetes Melitus
5. Diet Penderita Diabetes Melitus

IV. Metode Penyuluhan


Metode :Ceramah dan tanya jawab

V. Media Penyuluhan
Media :Leaflet

VI. Rencana Pembelajaran


No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu

1 Pembukaan 5 menit

a. Memberi salam Menjawab salam


b. Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
c. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Menyimak
d. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan

2 Pelaksanaan 20 menit

a. Memberikan penyuluhan tentang Memperhatikan


Diabetes Militus

Mengemukakan
b. Menggali persepsi peserta/
pendapat
masyarakat
Mengemukakan
c. Membuka pertanyaan/ diskusi pendapat
dengan masyarakat

Mendengarkan
VII. d. Memberikan reinforcement
Materi kepada peserta yang bertanya
Mendengarkan

e. Menjawab pertanyaan peserta/


masyarakat

Penutup : 5 menit

a. Menyimpulkan materi Menyimak dan


penyuluhan yang telah Mendengarkan
disampaikan Menjawab
b. Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah
di berikan kepada peserta
c. Mengucapkan salam Menjawab salam
A. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang atau sindrom yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar
belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, dkk, 2009:12). Sindrom ini
ditandai oleh adanya hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Beberapa faktor risiko terjadinya
penyakit DM adalah sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan,
perilaku kesehatan serta sosio budaya masyarakat khususnya dalam perubahan
pola makan mereka (Waspadji, 2009).
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit metabolic yang
ditandai dengan hiperglikemia disebabkan karen adanya suatu gangguan
sekresi insulin, dari kerja insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia kronis
pada Diabetes Mellitus akan menyebabkan banyak kerusakan pada organ
tubuh manusia, contohnya ginjal, mata, saraf, jantung dan pembuluh darah
(American diabetes association/ADA, 2012)
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Diabetes
Mellitus tidak dapat didefinisikan secara singkat dan jelas namun dapat
dikatakan sebagai kumpulan permasalahan yang kompleks tentang anatomi
dan kimiawi akibat beberapa factor dimana terdapat defisiensi insulin absolute
(Purnamasari, 2009)

B. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2015 meliputi :

Dm tipe 1 Dm tipe 2

Mulai muncul Umumnya menyerang Pada usia tua, umumnya


masa kanak-kanak dan >40 tahun. Diabetes tipe 2,
remaja walaupun ada diduga disebabkan oleh
juga pada masa dewasa kombinasi faktor genetik
<40 tahun. Diabetes
Tipe 1 dipercaya dan lingkungan.
sebagai penyakit
autoimun, di mana
sistem imun tubuh
sendiri secara spesifik
menyerang dan
merusak sel-sel
penghasil insulin yang
terdapat pada pankreas.

Keadaan Berat Ringan


klinis saat di
diagnosis

Kadar insulin Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal


darah

Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal

Pengobatan Terapi insulin, diet, Diet, insulin, obat oral,


yang olahraga olahraga
disarankan

C. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi
a) polidipsi (banyak minum)
b) poliuri (banyak kencing)
c) polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Berat badan turun secara drastic
4. Pandangan kabur
5. Kesemutan/ rasa gatal
6. Gatal-gatal pada kulit
7. Luka yang tidak sembuh-sembuh
8. Sering terjadi infeksi

D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis

E. Pengelolaan DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
F. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan penatalaksanaan diet secara umum pada penderita diabetes
mellitus adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal, mencapai dan mempertahankan lemak mendekati
kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut/kronik dan meningkatkan
kualitas hidup (Waspadji, 2009).
Menurut Waspadji (2009) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical
Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J
yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus,
yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian
mengenai ketiga hal tersebut:
1. Jumlah makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita
DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang
disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal.
2. Jenis makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus
dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat, seperti yang
terlampir ditabel berikut:

Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari

SUMBER Semua sumber


karbohidrat
KARBOHIDRAT
dibatasi: nasi,
bubur, roti, mie,
kentang, singkong,
ubi, sagu, gandum,
pasta, jagung, talas,
havermout, sereal,
ketan, makaroni
SUMBER Ayam tanpa Hewani tinggi Keju, abon,
PROTEIN kulit, ikan, telur lemak jenuh dendeng, susu full
HEWANI rendah (kornet, sosis, cream,
kolesterol atau sarden, otak,
putih telur, jeroan, kuning
daging tidak telur)
berlemak

SUMBER tempe, tahu,


PROTEIN kacang hijau,
NABATI kacang merah,
kacang tanah,
kacang kedelai

SAYURAN Sayur tinggi bayam, buncis,


serat: kangkung, daun melinjo, labu
daun kacang, siam, daun
oyong, ketimun, singkong, daun k
tomat, labu air, etela, jagung muda,
kembang kol, kapri, kacang
lobak, sawi, panjang, pare,
selada, seledri, wortel, daun katuk
terong

BUAH- jeruk, apel, nanas, anggur, Buah-buahan yang


pepaya, jambu mangga, sirsak, manis dan
BUAHAN air, salak, pisang, alpukat, diawetkan: durian,
belimbing sawo, semangka, nangka, alpukat,
(sesuai nangka masak kurma, manisan
kebutuhan) buah.

MINUMAN Minuman yang


mengandung
alkohol, susu
kental manis, soft
drink, es krim,
yoghurt, susu

LAIN-LAIN Makanan yang Gula pasir, gula


digoreng dan yang merah, gula batu,
menggunakan madu Makanan/
santan kental, minuman yang
kecap, saus tiram manis: cake, kue-
kue manis, dodol,
tarcis, sirup, selai
manis, coklat,
permen, tape,
mayonaise,

3. Jadwal makan
Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan
sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan
interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada
kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan
perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa
darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat
kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita
DM diabetes mellitus (Waspadji, 2009) disajikan dalam tabel berikut:

G. Penentuan Jumlah Kalori Diet Diabetes Mellitus


Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal. Komposisi energi adalah 45 – 65% dari karbohidrat, 10 – 20%
dari protein dan 20 – 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah
dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25– 30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa
faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktifitas, kehamilan / laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan. Kebutuhan kalori penyandang diabetes menurut
PERKENI 2015 sebagai berikut :

Total Kebutuhan Energi = Energi Basal – Koreksi Usia + Aktivitas + stress


metabolic ± Koreksi BB

1. Hitung Kebutuhan basal


a) Wanita = 25 kkal/kgBBI
b) Pria = 30 kkal/kgBBI
Menentukan BBI dengan rumus sebagai berikut:
Rumus Berat Badan ideal = 0,9 × (Tinggi Badan − 100)
2. Koreksi Usia
a) > 40 tahun  -5% dari energi basal
≥ 60 tahun  -10% dari energi basal
≥ 70 tahun  -20% dari energi basal
3. Aktivitas Fisik / Pekerjaan
a) Istirahat (Bedrest/tirah baring)  +10% dari energi basal
b) Aktivitas Ringan (pegawai,ibu rumah tangga, guru, dll)  +20% dari
energi basal
c) Aktivitas Sedang (pegawai industri ringan, mahasiswa, dll)  +30% dari
energi basal
d) Aktivitas Berat (petani, militer, atlet dll)  +40% dari energi basal
e) Aktivitas Sangat Berat (tukang becak, kuli bangunan, pandai besi, dll) 
+50% dari energi basal
4. Stress metabolic
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolic (sepsis,
operasi, trauma)
5. Koreksi Berat badan
BB
BBR = 100 X
TB−100
a) Kurus ( BBR <90%) +20% dari energi basal
b) Gemuk ( BBR >110%) -20% dari energi basal
c) Obesitas ( BBR >120%) -30% dari energi basal

VIII. Evaluasi

1. Evaluasi Proses

Pasien mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari penyaji tentang


Diabetes Melitus
2. Evaluasi Hasil
Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian Diabetes Melitus, gejala-gejala
Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus, pengelolaan Diabetes Melitus,
dan diet penderita Diabetes Melitus.

DAFTAR PUSTAKA

ADA 2012. Standards of Medical Care in Diabetes-2012.

PERKENI 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia.

Soegondo S., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin :


Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus
Tipe 2, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI pp. 1884.

Waspadji S., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Kaki Diabetes, Jilid III, Edisi
4, Jakarta: FK UI pp. 1961-62.

Purnamasari D. 2009. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus.


Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing
Media Leaflet

Anda mungkin juga menyukai