DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
I. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kekurangan atau resisten insulin
yang kronis, diabetes mellitus ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,
protein dan lemak. Peranan insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke
dalam sel untuk bahan bakar atau simpanan glikogen. Insulin juga merangsang
sintesis protein dan penyimpanan asam lemak bebas dalam jaringan adiposa.
Kekurangan insulin menghambat kemampuan tubuh untuk mengakses nutrient yang
penting untuk bahan dasar dan simpanan. Karena insiden diabetes selalu meningkat
seiring pertambahan usia, profesional perawatan kesehatan yang merawat lansia
harus memiliki pemahaman yang lengkap mengenai penyakit umum ini.
Pendapat umum menyatakan bahwa pada usia lanjut kita hanya berhadapan
dengan diabetes tipe 2. Memang sebagian besar benar demikian, tetapi kini ada
tendensi lain karena DM tipe 1 di usia lanjut bertambah, ditambah pula dengan
insulin requiring cases, LADA. Diabetes dapat terjadi dalam bentuk utama: tipe 1,
diabetes mellitus yang bergantung pada insulin, dan yang lebih prevalen adalah tipe 2
yang merupakan diabetes mellitus yang tidak bergantung pada insulin. Pada lansia
diabetes tipe 2 terhitung 90% kasus di Indonesia.
The Congressionally-Established Diabetes Research Working Group (1999)
melaporkan bahwa walaupun kematian karena penyakit-penyakit kanker, stroke, dan
kardiovaskular cenderung berkurang sejak 1988, angka kematian karena diabetes
naik sekitar 30 persen. Usia harapan hidup orang-orang yang menderita diabetes rata-
rata 15 tahun lebih pendek dari. Prevalensi diabetes mellitus di dunia semakin
meningkat sehingga dianggap sebagai wabah, dimana pada tahun 2000 diperkirakan
jumlah penduduk dunia yang menderita DM sebanyak 150 juta jiwa dan pada tahun
2020 diperkirakan meningkat 300 juta jiwa. Angka prevalensi yang sangat meningkat
ini diperkirakan terjadi di Negara yang sedang berkembang seperti Cina dan India
termasuk Indonesia. Sebaliknya di Negara yang maju, prevalensi DM tidak begitu
meningkat. Peningkatan yang luar biasa di Negara sedang berkembang di duga
akibat perubahan pola hidup (Sanusi Harsinen, 2004).
Hasil survey yang dilakukan badan kesehatan dunia WHO, Indonesia menempati
urutan ke4 jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan
Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Diperkirakan pada
tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap DM dan pada tahun 2025 diperkirakan
menjadi meningkat 12.4 juta penderita. Sedangkan data yang telah dihimpun Depkes,
jumlah pasien yang rawat inap maupun rawat jalan di RS menempati urutan pertama
dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2006).
DM disebut sebagai penyakit kronis sebab DM dapat menimbulkan perubahan
yang permanen bagi kehidupan seseorang. Penyakit kronis tersebut memiliki
implikasi yang luas bagi masyarakat, terutama munculnya keluhan yang menyertai,
penurunan kemandirian dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya
partisipasi sosial. Sehingga secara otomatis akan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang yang menderita DM. Perawat sejak awal dapat berperan dalam
meminimalisasi perubahan potensial pada sistem tubuh pasien. Beberapa penelitian
eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup
berpengaruh terhadap perilaku pasien. Salah satu peran yang penting guna
mendorong seseorang agar ia mampu memahami kondisi seseorang yang terkena
diabetes sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (self-care).
Berdasarkan banyaknya persentasi tersebut di atas maka sangat penting untuk
dibahas mengenai masalah gangguan system endokrin pada seseorang, khususnya
yang sering terjadi yaitu diabetes mellitus tipe 2.
II. Tujuan Umum
Setelah diberi penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dan keluarga dapat :
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Gejala-Gejala Diabetes Melitus
3. Komplikasi Diabetes Melitus
4. Pengelolaan Diabetes Melitus
5. Diet Penderita Diabetes Melitus
V. Media Penyuluhan
Media :Leaflet
1 Pembukaan 5 menit
2 Pelaksanaan 20 menit
Mengemukakan
b. Menggali persepsi peserta/
pendapat
masyarakat
Mengemukakan
c. Membuka pertanyaan/ diskusi pendapat
dengan masyarakat
Mendengarkan
VII. d. Memberikan reinforcement
Materi kepada peserta yang bertanya
Mendengarkan
Penutup : 5 menit
B. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2015 meliputi :
Dm tipe 1 Dm tipe 2
C. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi
a) polidipsi (banyak minum)
b) poliuri (banyak kencing)
c) polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Berat badan turun secara drastic
4. Pandangan kabur
5. Kesemutan/ rasa gatal
6. Gatal-gatal pada kulit
7. Luka yang tidak sembuh-sembuh
8. Sering terjadi infeksi
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
E. Pengelolaan DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
F. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan penatalaksanaan diet secara umum pada penderita diabetes
mellitus adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal, mencapai dan mempertahankan lemak mendekati
kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut/kronik dan meningkatkan
kualitas hidup (Waspadji, 2009).
Menurut Waspadji (2009) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical
Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J
yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus,
yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian
mengenai ketiga hal tersebut:
1. Jumlah makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita
DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang
disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal.
2. Jenis makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus
dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat, seperti yang
terlampir ditabel berikut:
3. Jadwal makan
Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan
sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan
interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada
kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan
perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa
darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat
kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita
DM diabetes mellitus (Waspadji, 2009) disajikan dalam tabel berikut:
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
DAFTAR PUSTAKA
Waspadji S., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Kaki Diabetes, Jilid III, Edisi
4, Jakarta: FK UI pp. 1961-62.