Disusun Oleh:
DEA FITRI MELINDA
PO.62.20.1.17.322
I. TUJUAN UMUM
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit diabetes melitus klien
dapat mengerti, dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE) sehingga komplikasi Penyakit diabetes mellitus dapat ditangani.
V. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
VI. MEDIA
a. Materi SAP (terlampir)
= Media
= Penyaji
Smeltzer C.Suzanne & Bare G.Brenda. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Vol 2 E/8.Jakarta:EGC.Jakarta
http://usupress.usu.ac.id/files/Penyakit-Penyakit%20yang%20Memengaruhi%20Kehamilan%20dan
%20Persalinan%20Edisi%20Kedua_Normal_bab%201.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3720/1/fkm-hiswani4.pdf
Lampiran materi penyuluhan kesehatan
Definisi
Diabetes Melitus adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang
cukup, atau sebaliknya, ketika tubuh tidak mampu secara efektif menggunakan insulin yang telah di produksi
tersebut (WHO, 2006). Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik,
sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes
mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2001)
Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001), adalah sebagai berikut :
Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Etiologi
a. Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetic,
imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan
destruksi sel beta.
1) Faktor-faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe I itu sendiri; tetapi, mewarisi suatu prediposisi atau
kecenderungan genetik, ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte
antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi
dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien berkulit putih. (Caucasian) dengan
diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya diabetes tipe
I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki tipa HLA DR3 maupun DR4 (jika
dibandingkan dengan populasi umum).
2) Faktor-faktor imunologi.
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respon ini merupakan respona
abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I. Riset dilakukan untuk
mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap terhadap perkembangan penyakit pada pasien
diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang
terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gejala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif
yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.
3) Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe I
merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan
destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik
merupakan faktor dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara
umum dapat diterima.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting dalam
proses terjadinya resistensi insulin (Brunner & Sudderth, 2001). Selain itu terdapat pula faktor-faktor
risko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga,
dan kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan
golongan Afro-Amerika).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Pasien-
pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan
melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic
yang meninggkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa
hilling bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan
berkurang, rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan
kalori, pasien mengeluh lelah dan mengantuk. Tiga gejala umum yang dialami penderita diabetes yaitu
:
Banyak minum
Banyak kencing
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita DM naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam
tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga rasa ingin makan
terus. Barat badan yang pada awalnya terus melejit naik dan tiba-tiba turun terus tanpa diet. Gejala
lain adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan,
gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuhnyaa, gangguan ereksi
pada pria dan keputihan pada perempuan. Pada tahap awal gajala umumnya ringan sehungga tidak
diraskan, barau diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.Pada tahap lanjut gejala yang
muncul antara lain :
Rasa haus
Banyak kencing
Rasa lapar
Badan lemas
Rasa gatal
Kesemutan
Mata kabaur
Kulit kering
5. Komplikasi
a. Nefropati diabetik.
Merupakan penyebab paling lazim penyakit stradium lanjut di amerika serikat. Terdapat bukti jelas
yang menunjukkan bahwa penggunaan penghambat ACE (kaptoprildan dan penghambat ACE
lainnya) pada penderita diabetes dengan mikroalbuminaria dapat menunda timbulnya gagal ginjal.
b. Aterosklerosis koroner dan arteri perifer tiga kali lebih sering pada penderita diabetes dan
meningkat seiring waktu.
c. Neuropati diabetik
1) Neuropati sensorik perifer merupakan jenis yang paling lazim dan menyebabkan hipestesia
(berkurangnya semua sensasi)yang pertama kali pada distal ekstremitas inferior dan
kemudian pada distalekstremitas superior.
2) Neuropati motorik perifer dapat terjadi terutama mengenai otot-otot interoseus kaki dan
tangan.
3) Mononeuropati dapat terjadi pada setiap saraf suprefisial dengan awitan mendadak yang
sangat nyeri pada distribusi saraf yang terkena.
4) Neuropati autonom dapat bermanifestasi sebagai hiperhidrosis tubuh bagian atas dengan
anhidrosis tubuh bagian bawah atau sebagai anhidrosis generalisata. Gejala lainnya dapat
berupa takikardi saat istirahat, impotensi, kandung kemih neurogeni dan diare.
Perubahan degeneratif pada sendi-sendi kaki dan pergelangan kaki yang kadan-kadang
membusukmenjadi kerusakan sendi total. Hal ini seringkali merupakan proses tanpa nyeri yang
disebabkan oleh trauma berulang, yang dapat berlangsung tanpa diketahui pasien.
Dapat asimtomatik atau bermanisfestasi mual dan muntah. Waktu pengosongan lambung mungkin
tidak dapat diperkirakan, yang membuat pengendalian diabetes sulit pada pasien yang tergantung
pasien.
f. Masalah kaki diabetik yang disebabkan oleh neuropati sensorik, atropati, dan penyakit pembuluh
darah perifer membuat perawatan kaki diabetik menjadi penting.
g. Retinopati diabetik.
6. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus
meliputi:
Penghambat glukoneogenesis.
2) Insulin
Ketoasidosis diabetik.
3) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
b. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika
atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur
makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang
tinggi dan menurunkan kadar lemak.
2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin.
3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada
penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.
Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan.
Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet
pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan
komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya
penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
5) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing
meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus.
Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak
peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama
menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur
menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya, penderita diabetes harus
memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini.
Ada dua golongan karbohidrat yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai
ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh
karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum
diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup,
minuman ringan, dan permen, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah
langsung melejit.
Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti
kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll.
Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka,
anggur, tidak dianjurkan.
Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda,
labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri,
taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar
glukosa dan kolesterol darah.
Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali jika ditambahkan
dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa
darah.
1) Pola 3J
Pola 3J: yakni Jumlah kalori, Jadwal makan, dan Jenis makanan.
Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk
menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan
berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang
bersangk
utan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah sekitar 300-an
kalori.
Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar
jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat
dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.
Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di
sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).
Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning
telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan
gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa
dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu
diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan
berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerja ginjal.
Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan Indrawati,
B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti pada Tabel 1. Diet B tinggi serat itu
termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun
sedang hamil.
Protein 65.49 g
Lemak 45.89 g
Karbohidrat 377.45 g
Kolesterol 112.5 mg
Nasi 110 g
Daging 25 g
Tempe 25 g
Sayuran A 100 g
Sayuran B 25 g
Minyak 5g
Selingan (09.30)
Pisang 200 g
Nasi 150 g
Daging 40 g
Tempe 25 g
Sayuran A 100 g
Sayuran B 50 g
Minyak 10 g
Selingan (15.30)
Pisang/kentang 200 g
Pepaya 100 g
Nasi 150 g
Daging 25 g
Tempe 25 g
Sayuran A 100 g
Sayuran B 50 g
Minyak 10 g
Selingan (21.30)
Pisang/kentang 200 g
Pepaya 100 g
Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Juga
menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala
produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan,
margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin
(dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).
Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein.
Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi,
disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau tidak
mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter.
. Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Makan pagi
Makan siang:
Selingan sore
Makan malam
Selingan malam
Dengan melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan.
Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan fisik. Pada
prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk orang sehat. Juga
antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh,
sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun.
Penderita diabetes yang telah lama dikhawatirkan bisa mengalami arterosklerosis (penyempitan
pembuluh darah). Namun, dengan berolahraga timbunan kolesterol di pembuluh darah akan
berkurang, sehingga risiko terkena penyakit jantung juga menurun.
Sebaiknya jenis olahraga bagi penderita diabetes dipilih yang memiliki nilai aerobik tinggi, macam
jalan cepat, lari (joging), senam aerobik, renang, dan bersepeda. Jenis olahraga lainnya, tenis,
tenis meja, bahkan sepakbola, pun boleh dilakukan asal dengan perhatian ekstra.
FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada prinsipnya tidak
berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3 – 5 kali
seminggu.
Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang keseluruhan
sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering terluka dibandingkan bagian
tubuh yang lain, sehingga penting untuk merawat kaki dan memakai sepatu yang tepat. Berikut adalah
cara dalam memilih sepatu yaitu:
Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak terkecuali di
dalam rumah
Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar optimal karena aktifitas.
Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu tidak ada
jahitan yang lepas atau rusak.
Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki terpasang pada
sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang lancip dan khususnya wanita
jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang
(jempol kaki) untuk menghindari cedera (IDF, 2009)
Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian atas, bagian
dalam dasar (alas) dan tepi.
Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan benda asing
sebelum memakainya.
Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang terbuat dari
kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan kaos kaki yang berwarna terang (putih)
(gambar 2.11). Khusus pada wanita dianjurkan untuk tidak memakai stocking.
Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:
o Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan duduk, karena bentuk kaki
berubah saat Anda berdiri).
o Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian terlebar kaki sudah aman
dan nyaman serta adakah kemungkinan kaki akan mengalami kram di dalam sepatu
Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap
baik (Canadian Family Physician, 2001:1014)
Bagi anda yang memiliki penyakit diabetes perlu hati-hati untuk memakai sepatu, karena salah dalam memilih
sepatu dapat menyebabkan kaki anda bisa terluka, berikut ini adalah tips untuk memilih sepatu bagi penderita
diabetes :
1. Pakailah sepatu atau alas kaki setiap beraktivitas untuk menghindari infeksi
2. Ganti sepatu minimal setiap 5 jam sekali. Jadi apabila kita beraktivitas di kantor yang lebih dari 5 jam, maka
bawalah sepatu ganti agar kaki tidak lembab dan mengubah tekanan pada kaki
3. Pakailah sepatu yang pas dengan ukuran kaki kita. Jangan memakai sepatu yang terlalu sempit atau sepatu
yang desainnya tidak memiliki cukup ruang udara saat dipakai
4. Pakailah sepatu dengan bahan kulit atau kain. Jangan memakai sepatu dari bahan plastic atau bahan lain
yang tidak mempunyai pori-pori untuk bernapas
5. Jangan memakai sepatu hak tinggi yang dapat menekan ujung jari kaki
7. Jangan memakai kaos kaki yang sempit atau dapat menekan ujung jari kaki
8. Pakailah kaos kaki saat hendak tidur apabila cuaca dingin untuk mencegah agar kaki tidak kedinginan
(frostbite)
9. Jangan meletakkan botol panas di atas kaki (walaupun cuaca dingin), karena itu dapat merusak kulit
PENGERTIAN Manifestasi klinis
Banyak minum
Klasifikasi
Banyak kencing
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut
Berat badan menurun
Smeltzer dan Bare (2001), adalah sebagai
berikut :
Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung Etiologi
insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) a. Diabetes Tipe I
Tipe II Diabetes mellitus tidak
tergantung insulin (Non-Insulin 1). Faktor-faktor genetik
Dependent Diabetes Mellitus)
2). Faktor-faktor imunologi
Diabetes Mellitus yang berhubungan
dengan sindrom lainnya. 3). Faktor-faktor lingkungan
b. Diabetes Tipe II
Oleh :
Dea Fitri Melinda POLA 3J
PO.62.20.1.17.322 Pola 3J: yakni Jumlah kalori, Jadwal
SARJANA TERAPAN makan, dan Jenis makanan.
KEPERAWATAN Yang perlu dibatasi adalah makanan
berkalori tinggi seperti nasi, daging
berlemak, jeroan, kuning telur.
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAA
ULKUS DIABETIK N
1) Diet KOMPLIKASI
Diet dan pengendalian berat badan merupakan MEDIS
a. Nefrofati diabetik 1) Obat hiperglikemik oral (OHO).
dasar untuk memberikan semua unsur
b. Aterosklerosis koroner dan arteri perifer
makanan esensial, memenuhi kebutuhan tiga kali lebih sering pada penderita Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4
energi, mencegah kadar glukosa darah yang diabetes dan meningkat seiring waktu. golongan :
tinggi dan menurunkan kadar lemak. c. Neuropati diabetik
2) Latihan d. Atropati diabetik Pemicu sekresi insulin.
Dengan latihan ini misalnya dengan e. Gastroparesis diabetikorum (atonia
berolahraga yang teratur akan menurunkan lambung) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
f. Masalah kaki diabetik yang disebabkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan
oleh neuropati sensorik, atropati, dan Penghambat glukoneogenesis.
pengambilan glukosa oleh otot dan penyakit pembuluh darah perifer membuat
memperbaiki pemakaian kadar insulin. perawatan kaki diabetik menjadi penting. Penghambat glukosidase alfa.
3) Pemantauan g. Retinopati diabetik
Dengan melakukan pemantaunan kadar 2) Insulin
glukosa darah secara mandiri diharapkan pada
Insulin diperlukan pada keadaan :
penderita diabetes dapat mengatur terapinya
secara optimal. Penurunan berat badan yang cepat.
4) Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor Hiperglikemia berat yang disertai
yang berperan dalam penyembuhan luka. ketoasidosis.
Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
Ketoasidosis diabetik.
berpengaruh dalam proses penyembuhan.
5) Stres Mekanik Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Perlu meminimalkan beban berat (weight
bearing) pada ulkus. Modifikasi weight 3) Terapi Kombinasi
bearing meliputi bedrest, memakai crutch,
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
khusus.
secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
6) Diet dan olahraga
darah.