Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP)

DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

Meinia Preti Anjelina


PO.62.20.1.17.337

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN IV SEMESTER VIII
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN
Tema/Topik : Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi

Waktu : 09.00-09.15 Wib

Sasaran : Pasien

Tempat : Puskesmas Bukit Hindu

Tujuan Umum : Setelah mengikuti penyuluhan di harapkan peserta


penyuluhan mengetahui dan mengenal tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Tujuan Khusus :
a. Pasien dapat mengetahui definisi Diabetes Millitus
b. Pasien dapat mengetahui etiologi Diabetes Millitus.
c. Pasien dapat mengetahui tanda dan gejala Diabetes
mellitus
d. Pasien dapat mengetahui komplikasi Diabetes
Melitus
e. Pasien dapat mengetahui cara perawatan Diabetes
Melitus

Kegiatan Belajar Mengajar :

Kegiatan
No Tahap Waktu
Pemateri Audiens

1 Pembukaan 2 menit - Salam pembuka - Menjawab salam


- Menyampaikan tujuan penyuluhan - Menyimak

2 Pelaksanaan 10 menit - Penyampaian garis besar materi -Mendengarkan dengan penuh


tentang Diabetes Melitus Komplikasi perhatian dan konsentrasi
Hipertensi
3 Penutup 8 menit - Memberikan kesempatan kepada - Menanyakan hal-hal yang
klien dengan DM untuk bertanya belum jelas
- Menjawab pertanyaan - Memperhatikan jawaban
- Menanyakan kembali mengenai yang diberikan
materi penyuluhan yang telah - Menjawab pertanyaan
disampaikan kepada klien dengan - Mendengarkan
DM - Menjawab salam
- Menyimpulkan
- Salam penutup

Metode : Ceramah Dan Tanya Jawab


Media : Leaflet

Materi : Terlampir

Evaluasi :

A. Evaluasi standar persiapan


1. Persiapan media yang akan digunakan yaitu leaflet.
2. Persiapan tempat yang akan digunakan yaitu Puskesmas Bukit Hindu.
3. Persiapan satuan acara pendidikan kesehatan yaitu telah lengkap.
B. Evaluasi standar proses
1. Klien dengan DM antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Klien tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara selesai.
3. Klien dengan DM mengajukan pertanyaan.
4. Penyuluh menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suasana yang rileks.
C. Evaluasi standar hasil
Persentase klien dengan DM mampu mengenal masalah kesehatan yaitu kurangnya
pengetahuan mengenai Diabetes Melitus.

Buku Sumber :

Nurhidayat ,Saiful 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Ponorogo: UNMUH
Ponorogo Press

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi
Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Brunner and Suddarth.2013.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung:
Alfa Beta.

Nurhidayat ,Saiful 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Ponorogo: UNMUH
Ponorogo Press
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Nurhidayat ,Saiful 2015).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau
lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal
keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)
2. Penyebab
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai
dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi
yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat
dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti
obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab
khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk
resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner dan Suddarth, 2014).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala umum
yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang,
bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer
cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien
hipertensi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri .
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan. (Nurhidayat ,Saiful 2015).
6. Penatalaksanaan Medis dan Terapi Obat
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin. (Nurhidayat ,Saiful 2015).
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai