Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA DESA JOGOROTO

Disusun Oleh : Komunitas Ners

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2021-2022
Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juni 2022

Waktu : 08.00 - selesai

Pokok Pembahasan : Hipertensi

Sasaran : Klient Posyandu Lansia

Tempat : Pendopo Balai Desa Jogoroto

A. TUJUAN UMUM

Setelah mendapatkan penyuluhan ini keluarga dan pasien dapat mengetahui tentang
Hipertensi.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mendapatkan penyuluhan ini diharapkan keluarga dan pasien dapat mengetahui :

1. Pengertian Hipertensi.
2. Etiologic Hipertensi
3. Tanda dan Gejala Hipertensi
4. Penatalaksanaan Hipertensi
C. MATERI
Terlampir
D. MEDIA
1. Leaflet
2. Sap
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Acara Waktu Kegiatan Kegiatan Sasaran


Penyuluhan
1 Pembukaan 3 menit - Memberi salam - Menjawab
pembuka salam
- Memperkenalkan - Memperhatikan
diri
- Menjelaskan
pokok bahasan - Memperhatikan

dan tujuan
penyuluhan
2 Pelaksanaan 20 enit - Menjelaskan - Memperhatikan
tentang
pengertian
Diabetes Melitus
- Menjelaskan - Memperhatikan

tentang etiologi
Diabetes Melitus
- Memperhatikan
- Menjelaskan
tentang tanda dan
gejala Diabetes
Melitus
- Memperhatikan
- Menjelaskan
tentang
penatalaksanaan
Diabetes Melitus

3 Evaluasi 5 menit - Menanyakan - Menjawab


kepada peserta pertanyaan
tentang materi
yang telah
diberikan
4 Terminasi 2 menit - Mengucapkan - Mendengarkan
terimakasih atas
peran serta dan
peserta
- Mengucapkan - Menjawab
salam penutup salam

Lampiran Materi
Materi
Hipertensi

A. Pengertian Hipertensi

Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah kondisi

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih pengukuran tekanan darah.

Menurut JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang tatalaksana

pengelolaan hipertensi, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

kurang dari 120/80mmHg dan tekanan darah 120-139/80-89mmHg dinyatakan

sebagai prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah 140-159/90-

99mmHg, dan hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah >160/>100mmHg.

B. Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.

Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita

oleh sekitar 95% orang.

Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita

esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika

umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari

perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress,

merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri

renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri

renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor

ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II.

Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah,

dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.

Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di

angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu

tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan

kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang

menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan

CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan

aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan

kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)


Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
C. Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan

dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita

hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

gejala terlazim yang mengenai kebanyak pasien yang mencari pertolongn

medis (Manuntung, 2018).

D. Komplikasi hipertensi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa

komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,


atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi.

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melalui pembuluh darah tersebut.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya

glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit- unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian.

i. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa

darah kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema.

Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan

cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.


d. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang

berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah

di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

i. Penatalaksanaan non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang

dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

1. Penurunan berat badan.

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan

sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih

selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan

tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak

menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan

kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah

garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat

antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk

asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

3. Olahraga.

Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60

menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan

tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk

berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk

berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam

aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4. Mengurangi konsumsi alkohol.

Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang

umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari

semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan

gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari

2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,

dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian

membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat

membantu dalam penurunan tekanan darah.

5. Berhenti merokok.
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung

dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan

salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien

sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).

ii. Penatalaksanaan farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi.

Berikut penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan

farmakologis untuk hipertensi.

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan

cairan tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan

darah turun dan beban jantung lebih ringan.

2. Penyekat beta (beta-blockers)

Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan laju nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak

dianjurkan pada penderita asma bronchial, dan pengunaan pada

penderita diabetes harus hati-hati karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia.

3. Golongan penghambat Angiotensin Converting

Enzyme (ACE) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE

inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan


angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.

Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi

ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB

mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban

jantung.

4. Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)

Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat

masuknya kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga

menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer

(Kemenkes RI, 2013).

e. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Agustin Teti.(2015). Pengetahuan dan Dukungan Keluarga


Mengenal Perawatan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sambongpari Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada, 13.

Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian


Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan, 1, 28–35.

Bachrudin, M., & Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Laporan
Nasional Riset Kesehatan Daerah 2018. In Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (p. 198).

Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi.


Jurnal Kedokteran, 5(2), 91–96.

Anda mungkin juga menyukai