Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Topik : Hipertensi

Sub Topik :

A. Pengertian Hipertensi
B. Penyebab Hipertensi
C. Tanda dan gejala Hipertensi
D. Komplikasi Hipertensi
E. Penanganan Hipertensi

Tempat : desa dopang

Sasaran : Lansia

Hari / tanggal : jumat, 17 November 2023

Pukul : menyesuaikan

Alokasi waktu : 15 menit

Penyuluh : I Nyoman Deva Ardhita Widana

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mampu memahami tentang hipertensi.

2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit. Lansia dapat mengetahui tentang:

A. Pengertian Hipertensi
B. Penyebab Hipertensi
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
D. Komplikasi Hipertensi
E. Penanganan Hipertensi

3. Materi

A. Pengertian Hipertensi
B. Penyebab Hipertensi
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
D. Komplikasi Hipertensi
E. Penanganan Hipertensi

4. Metode

Ceramah

Tanya jawab

5. Media

Leaflet

6. Strategi

1. Kontrak dengan pasien (waktu, tempat, topik)

2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

3. Dengan tanya jawab langsung


7. Proses Penyuluhan

NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN

1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam. 1. Membalas salam

2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dan


mendengarkat
3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan
penyuluhan

4. Membagi Leaflet

2. Penyajian bahan 10 menit 1. Menjelaskan pengertian 1.Mendengarkan


tentang: Hipertensi
2.Memahami materi
1. Pengertian 2. Menjelaskan penyebab
3.Mempertahan
Hipertensi Hipertensi
2. Penyebab
3. Menjelaskan tanda dan
Hipertensi
gejala Hipertensi
3. Tanda dan gejala
Hipertensi 4. Menjelaskan
4. Komplikasi komplikasi Hipertensi
Hipertensi
5. Menjelaskan penanganan
5. Penanganan
Hipertensi
Hipertensi

3 Evaluasi 5 menit 1. Memberi kesempatan 1. Dapat bertanya dan


kepada peserta untuk menjawab pertanyaan
bertanya, untuk mengevaluasi dengan benar mengenai
peserta, apakah peserta dapat hipertensi
menjelaskan kembali materi
pendidikan kesehatan dengan
bertanya.

2. Menyimpulkan kembali
materi yang disajikan.

3. Diharapkan peserta dapat


memahami materi

4 Penutup 5 menit 1. Penyaji mengucapkan 1. Menjawab salam.


terimakasih.

2. Mengucap salam
penutup.
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,

ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekana n darah, makin besar resikonya

(Nurarif, 2015)

B. Penyebab

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
a. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, stres psikologis
b. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
c. Hipertensi hormonal
d. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)
C. Tanda Dan Gejala

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-


tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
6. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
D. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai
target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.
Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi
rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita
akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
19 organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain
juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan
besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah
akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). Umumnya,
hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1. Jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
E. Obat-Obatan
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesi simpanan
natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
volume darah dan curah jantung, sehingga tahanan perifer menurun. Setelah 6-8
minggu, curah jantung kembali normal karena tahanan vaskular perifir menurun.
Natrium dapat menyebabkan tahanan vaskular dengan meningkatkan kekakuan
pembuluh darah dan reaktivitas saraf, yang diduga berkaitan dengan terjadinya
peningkatan pertukaran natrium-kalsium dengan hasil akhir peningkatan kalsium
intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi dengan pemberian diuretik atau
pengurangan natrium. Contoh obat diuretik yang sering digunakan untuk
menurunkan hipertensi adalah: spironolactone, dan hydrochlorothiazide (thiazide)
yang mempunyai efek cukup kuat sebagai diuretik dan efektif untuk menurunkan
tekanan darah dalam dosis yang rendah (Benowitz, 2002).
2. Obat simpatoplegik
Mempunyai mekanisme kerja menurunkan tekanan darah dengan cara
menurunkan tahanan perifer, menghambat fungsi jantung, dan meningkatkan
pengumpulan vena didalam pembuluh darah kapasitans (dua efek terakhir
menyebabkan penurunan curah jantung). Contoh obat golongan ini adalah:
Methyldopa dan clonidine (Benowitz, 2002).
3. Obat vasodilator langsung.
Semua vasodilator yang digunakan untuk hipertensi merelaksasi otot polos
arteriol, sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik. Penurunan
tahanan arteri dan rata-rata penurunan tekanan darah arteri menimbulkan respon
kompensasi, dilakukan oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis, seperti halnya
renin angiotensin dan aldosteron. Respon-respon kompensasi tersebut melawan
efek anti hipertensi vasodilator. Vasodilator bekerja 12 dengan baik apabila
dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon kompensasi
kardiovaskular. Contoh obat –obat vasodilator adalah; Hydralazine dan minoxidil
(Benowitz, 2002).
4. Obat yang menyekat produksi atau efek Angiotensin.
Rilis renin dari korteks ginjal distimulasi oleh penurunan tekanan arteri ginjal,
stimulasi saraf simpatis dan penurunan pengiriman natrium atau peningkatan
konsentrasi natrium pada tubulus distalis ginjal. Renin bekerja terhadap
angiotensin untuk melepaskan angiotensin I dekapeptida yang tidak aktif.
Angiotensin I kemudian dikonversi, terutama oleh enzim pengubah angiotensin
endothelial (endothelial angiotensin-converting enzyme, ACE), menjadi
oktapeptida angiotensin II vasokonstriktor arterial, yang akan dikonversi menjadi
angiotensin III didalam kelenjar adrenal. Angiotensin II mempunyai aktifitas
vasokonsriktor dan retensi natrium.Angiotensin II dan III menstimulasi rilis
aldosteron. Contoh obat golongan ini adalah ; captopril,enalapril dan lisinopril
(Benowitz, 2002)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

adalah :

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua.

Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-

hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia

semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi

sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang

berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang

kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses

sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan

tekanan darah. Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko

hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya

hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan

(Stockslager, 2008).

Faktor resiko hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita


yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.

Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses

ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya

sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada

wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari

setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.

(Anggraini, 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa

muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar

60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan

perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi

orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari

orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani

secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai

menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi

pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada

wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.


Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan

usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri

utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan

mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu

kehilangan daya penyesuaian diri.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai

risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang

tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan

70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga

(Anggraini dkk, 2009).

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi

penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat

badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok

lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan

pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008). Indeks masa tubuh (IMT)

berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.

Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan

perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih

otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan

pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas

fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk

menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak

jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada

setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin

besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam

penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and

Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya

tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan

perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%

subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan

dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan

merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).


4) Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih

dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi (Hans Petter, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung

dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol

berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut

berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

7) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten

(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan

darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di


pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami

kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut

Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh

darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf

simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,

ekonomi, dan karakteristik personal


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Mary Franees tahun 2012 Moorhouse, Aliee C. Geissler edisi 3 Rencana

Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan

pasien

Gunawan, Lany. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : penerbit kanisius.

Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan. (2017). Pedoman

Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia. Jakarta

Pusat: AIPViKI.

Junaidi, I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: PT

Bhuana ilmu popu

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Tentang Penyakit Tidak Menular.

Kementerian RI: Jakarta.

Niniek Soetini SSt Ft, Fisioterapis Siloam Hospitals Surabaya

Nurarif Hunda Amin, Kusuma Hardhi 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Bedasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda. Jogjakarta

Pemandi, G. Pong, Djuharto, S,S. 1982. Pedoman Praktis Belajar Akupunktur

Ruhyanuddin, faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Syestem

Kardiovaskuler Malang: UMM Press.

Susilo Yeti, Wulandari Ari 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai