Anda di halaman 1dari 22

A LITERATURE REVIEW

SOCIAL SUPPORT PADA LANSIA

Oleh :
Devin Prihar Ninuk
131314153003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa saya reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk saya.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, saya bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 17 Juni 2014

Devin Prihar Ninuk

131314153003

ii
LEMBAR PENILAIAN
Nama Mata Ajar : Evidence Based in Nursing
Nama Tugas : literature review
Nama Mahasiswa : Devin Prihar Ninuk
NIM : 131314153003
Jumlah Kata : 2016 kata

No Aspek yang Bobot Nilai Kriteria Penilaian


Dinilai Maks
1 Pendahuluan 5% Menjelaskan topik, tujuan, dan
alat yang digunakan untuk
mengkritisi jurnal.
Memberikan deskripsi singkat
makalah dan deskripsi singkat
jurnal yang ditelaah.
Supervisial, Sangat spesifik,
tidak spesifik relevan

2 Kriteria Artikel 25 % Deskripsi dan kritik


jurnal/artikel menggunakan
alat kritik (tool yang tepat) dan
mengkomunikasikan ide
dengan lugas dan jelas.
Analisa tidak logis Sangat
koheren dan Pemilihan tool
logis tidak sesuai Tool tepat
ide susah dipahami Ide lugas
dan jelas.
3 Kesimpulan 5% Menyimpulkan makalah dan
menuliskan refleksi atas kritik
jurnal
4 Pengurangan 5% Nilai akan mendapat
Nilai pengurangan jika kriteria
berikut tidak terpenuhi :
Jumlah kata < 1200 atau >
1500 (batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan
penulisan referensi dengan
benar. Penulisan bahasa
Indonesia yang baik dan benar,
termasuk tanda baca.

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………… i
Lembar Pernyataan ………………………………………………… ii
Lembar Penilaian …………………………………………………… iii
Daftar Isi …………………………………………………………… iv
Abstrak ……………………………………………………………… v
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………. 1
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………….. 2
2.1 Metode………………………………………………………… 2
2.2 Ringkasan Studi……………………………………………….. 2
2.3 Implikasi pada Keperawatan……………………………………. 4
BAB 3 KESIMPULAN 6
Tabel 1 Detail Penelitian………………………………………… 7
Daftar Pustaka …………………………………………………….. 11
Lampiran ……………………………………………………………. 12

iv
ABSTRACT

A LITERATURE REVIEW : SOCIAL SUPPORT PADA LANSIA

Introduction : masa lansia meupakan masa yang pasti akan dilewati oleh setiap
orang. Pada masa ini banyak terjadi penurunan baik dari segi fisik, mental, dan
social. Penurunan yang terjadi diperburuk dengan tidak adanya dukungan,
perhatian, perawatan dari anggota keluarga yang lebih muda. Oleh karena itu
diperluka support system yang baik untuk sesorang pada masa lansia sehingga
tercapai kesejahteraan yang baik pada masa lansia dan dapat peningkatkan
kualitas hidup serta angka harapan hidup lansia sesuai dengan harapan
pemerintah.
Method : pencarian studi berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang relevan
dengan topic yang telah ditentukan sebelumnya, dilakukan dengan mengakses
database PubMed, ScienceDirect, SAGEPub, dan jurnal ners dibatasi dari Januari
2004 sampai dengan Juni 2014. Sesuai dengan Keyword yang telah ditentukan
ditemukan empat artikel yang sesuai dengan criteria inklusi.

Result : Lansia memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik ketika mereka ada
didekat keluarga, dan masih diikutsertakan dalam berbagai kegiatan dalam
keluarga. Lansia dengan kesejahteraan yang tinggi terkait dengan kualitas hidup
yang tinggi dan tingkat kesakitan yang rendah.
Analyse : dianalisis dengan menggunakan APGAR keluarga dimana dpat
ditentukan adanya keluarga dengan disfungsi berat, sedang dan keluarga dengan
fungsi yang bai.
Discussion : Fungsi dari keluarga dapat dinilai dengan APGAR keluarga dan
dapat dijadikan salah satu indicator untuk kesejahteraan lansia.

v
BAB 1

PENDAHULUAN
Kondisi social dan kesehatan lansia di Indonesia masih memprihatinkan.
Jumlah lansia terlantar sebesar 2,7 juta (15% dari jumlah total penduduk lansia),
yang tidak mendapatkan perawatan dari keluarga dan masyarakat. Dari aspek
kesehatan menunjukkan kecenderungan angka kesakitan lansia mengalami
peningkatan yaitu tahun 2003 sebesar 28, 48% meningkat menjadi 31,11% pada
tahun 2007 (BPS, 2009) Bonyakawee (2006).
Hasil penelitian Laubunjong (2008) tentang pola pemberian perawatan
pada lansia, menemukan mayoritas lansia menginginkan dirawat oleh anak
perempuannya. Lansia mengharapkan mendapat perawatan, dicintai serta
mendapat bantuan financial dan pelayanan kesehatan yang bisa dipenuhi oleh
anak mereka.
Adanya dukungan keluarga, akan memperkuat ikatan kekeluargaan
sehingga lansia merasa aman, puas dan merasa berguna serta mampu menjalani
kehidupan dengan baik. Hasil penelitian Okabayashi, et al.(2004), berdasarkan
karakteristik budaya melalui komitmen anak dalam mendukung orangtua yang
lanjut usia, bahwa dukungan social dan emosional yang diberikan anak sangat
penting bagi lansia. Dukungan dari anak kepada lansia dikaitkan dengan
kesehatan mental lansia yang positif.

Pemahaman yang mendalam tentang pengalaman keluarga merawat lansia


dari aspek budaya Indonesia perlu digali sehingga dapat ditentukan kebutuhan
keluarga serta bentuk intervensi berbasis budaya dalam pemberdayaan keluarga
sehingga keluarga mampu merawat lansia secara optimal, pada akhirnya kualitas
hidup lansia akan menignkat.

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Metode
Strategi pencarian studi berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang
relevan dengan topic yang telah ditentukan sebelumnya, dilakukan dengan
mengakses database PubMed, ScienceDirect, SAGEPub, dan jurnal ners dibatasi
dari Januari 2004 sampai dengan Juni 2014. Keyword yan digunakan adalah
“social support elderly”, “family support elderly”, “social support”, “geriatric
support system”. Artikel fulltrxt dan abstract di review, untuk memilih studi yang
sesuai dengan criteria. Criteria inklusi pada review ini adalah bentuk support
system pada lansia dalam berbagai lingkungan , desain penelitian berupa cross
sectional, bentuk bantuan dan penyedia bantuan dalam mengambil keputusan.
Hasil pencarian tersebut ditemkan 37 artikel, setelah dilakukan analisis sederhana
terhadap judul dan abstrak hanya empat artikel yang sesuai dengan criteria inklusi.
Artikel yang akan direview sebagai sampel selanjutnya disajikan dalam tabel 1.
2.2 Ringkasan Studi
Penelitian yang ditelaahn dalam literature review ini menggunakan
penelitian cross sectional untuk mengetahui bentuk-bentuk support system pada
lansia di berbagai tempat, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan.
Penelitian I: penelitian oleh Simone Camargo de Oliveira, et all (2013)
berupa studi cross sectional dengan pengumpulan data menggunakan instrument
MMSE, GDS, APGAR keluarga. Dalam penelitian ini terdapat 107 orang dengan
usia lebih dari 60 tahun. Hasil yang didapatkan dari study ini adalah Sebagian
besar lansia mengalami disfungsi keluarga, 57% mengalami disfungsi berat, 21%
disfungsi sedang, 22% fungsi keluarga baik. Terdapat hubungan antara APGAR
keluarga dengan lamanya di panti, gejala depresi, komposisi keluarga dan
gangguan kognitif. Dari study tersebut ditarik kesimpulan lansia lebih
disfungsional jika anggota keluarga terdiri dari saudara/ keponakan/ orang lain,
ketika mereka dipanti dalam waktu yang lama mereka mengalami gejala depresi
dan gangguan kognitif. Lansia laki-laki yang berada dip anti lebih dari 3 tahun,
dengan gejala depresi, dan keluarga terdiri dari saudara/ keponakan/ orang lain
lebih mungkin memiliki keluarga yang disfungsional. Variable lamanya dip anti,
GDS, dan komposisi keluarga sangat signifkan dalam menjelaskan adanya
disfungsi keluarga. Dengan memahami konteks keluarga dengan lansia yang di
panti dapat digunakan untuk mengetahui perawatan yang lebih tepat. Sebagian
besar individu yang diteliti adalah disfungsional dan intervensi yang terkait
dengan disfungsi keluarga harus dilaksanakan. Pada situasi dari populasi ini,
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada lansia yang dipanti akan
mungkin jika keluarga termasuk dalam pemberian perawatan Kelemahan
penelitian ini Sampel yang digunakan masih terlalu sedikit,belum dapat
diaplikasikan kepada lansia yang tidak memiliki keluarga dan belum bisa di
aplikasikan untuk wilayah lain.

2
Penelitian II : penelitian oleh Ni Made Riasmini, et all (2013) berupa
kualitatif research dengan wawancara mendalam dan observasi berupa catatan
lapangan terhadap 10 orang care giver. Usia 33 tahun sampai 59 tahun. Terdiri
dari satu orang laki-laki dan 9 orang perempuan. . Penelitian ini dilakukan selama
3 bulan. Sebelum melakukan wawancara kepada partisipan yang sebenarnya
peneliti melakukan uji coba wawancara kepada 2 keluarga yang merawat lansia.
Tujuan dari pnelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman
keluarga dalam penanganan tentang pengalaman keluarga dalam penanganan
lansia di masyarakat dari aspek budaya Indonesia. Sehingga dapat
diidentifikasikan beberapa hal meliputi respons keluarga dalam merawat lansia,
nilai-nilai budaya dalam merawat lansia, dan kebutuhan dukungan keluarga dan
masyarakat dalam merawat lansia. Hasil dari study ini Ditemukan 4 tema sebagai
hasil penelitian ini. Tema yang pertama adalah alasan merawat dan beban
merawat. Tema alasan merawat diidentifikasi melalui sub tema tanggung jawab
yang digambarkan melalui kategori tugas anggota keluarga, balas budi, kepuasan,
caregiver utama, kedekatan dan kasihan. Memprioritaskan pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat dan mudah dijangkau mengingat kondisi lansia yang
mengalami berbagai keterbatasan. Model pemberdayaan keluarga melalui self
help group merupakan intervensi yang tepat untuk mengurangi beban keluarga
merawat lansia. Mengembangkan pendekatan berbasis budaya dalam memberikan
perawatan kepada lansia di masyarakat. Perlu dikembangkan support system bagi
keluarga dalam merawat lansia.
Penelitian III: J. Balamurugan dan G.Ramathirham (2012) berupa studi
cross sectional dengan pengumpulan data menggunkan instrument kuesioner dan
observasi terhadap 300 respondent yang dipilih dengan menggunakan teknik
purposive. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan lansia,
untuk mengetahui tingkat perawatan yang diberikan keluarga kepada lansia yang
berkaitan dengan fisik, emosional dan psikologis. penelitian ini berfokus pada
daerah perkotaan dimana orang tidak terkait dengan peraturan tradisional untuk
memberikan waktudan perawatan yang tepat untuk lansia dan mengarah pada
kehidupan individualistis yang mengakibatkan sakit dari lansia ang ditemukan tan
cinta dan dukungan keluarga. Pendekatan ini menunjukkan bahwa generasi muda
tidak memberikan perawatan yang tepat pada lansiadan juga dukungan. Penelitian
ini didapatkan hasil status lansia dalam keluarga dapat dilihat dari kebiasaan
tertentu seperti sejauh mana lansia bebas menggunakan peralatan rumah, peran
lansia dalam memecehakan perselisihan keluarga, partisipasi lansia dalam acara
keluarga, sejauh mana keluarga yang muda berhubungan dengan lansia,
ketersediaan keuangan, dll. Kelebihan dari penelitian ini sampel yang digunakan
cukup banyak sehingga data yang didapat cukup representative.
Penelitian IV: Sandhyarani Mohanty (2012) berupa studi cross sectional
dengan menggunakan kuesioner General Health Questionair (GHQ),
Instrumental Activities of Daily Living Scale, Personal Wellbeing Index pada 100
orang lansia usia 65 tahun keatas yang ambil dari wilayah Agra dan desa-desa
sekitar menggunakan teknik purposive sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan kesejahteraan di berbagai kelompok lansia. Pada
penelitian ini didapatkan gender tidak memilikiketerkaitan bermakna terhadap
penurunan fungsional pada lansia. Usia responden yang ditemukan terkait dengan

3
kesejahteraan subjektif kelompok yang lebih tua (diatas 80 tahun)
kesejahteraannya berkurang dibandingkan dengan kelompok lain yang usianya
lebih muda. Keterbatasan dalam melakukan ADL membuat seseorang tergantung
dengan orang lain. Dalam konteks sosio-kultural yang berubah, komposisi
keluarga inti, dukungan dalam melaksanakan tugas-tugas dapat menjadi bagian
dari penurunan kemampuan ADL pada lansia. Ketergantungan pada orang lain,
adanya keterbatasan dan kurangnya dukungan dari keluarga mungkin menjadi
alasan yang mengakibatkan adanya reaksi negative dan penurunan kesejahteraan
pada lansia. Keterbatasan dari studi ini adalah deficit ADL digunakan sebagai
acuan tingkat kesejahteraan pada lansia, padahal banyak indicator-indikator lain
yang dapat digunakan.
Telaah beberapa penelitian diatas memiliki keterkaitan yakni pentingngnya
dukunga keluarga serta peran serta keluarga bagi perawatan lansia baik di
lingkungan rumah maupun panti. Peran serta dan dukungan keluarga berhubungan
dengan kesejahteraan lansia. Pada lansia yang hidup didaerah perkotaan dan
memiliki usia yang lebih lanjut dibanding dengan responden lain memiliki tingkat
kesejahteraan yang rendah dikarenakan rendahnya perhatian, dukungan serta
perawatan keluarga. Keluarga yanglebih muda cenderung tidak memberikan
perhatian pada lansia. Lansia merasa nyamana dan bahagia jika berada
dilingkungan keluarga intinya, dirawat oleh anaknya sendiri. Lansia yang berada
dipedesaan dan keluarga yang muda masih terikat oleh aturan-aturan tradisional
memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Lansia yang bekerja juga
memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi dibanding lansia yang tidak bekerja,
karena lansia merasa masih berguna dan dibutuhkan ketika mereka masih bekerja.

2.3 Implikasi terhdap Praktik Keperawatan


Beberapa penelitian yang telah ditelaah dari artikel ini dapat didimpulkan
bahwa masih belum nampaknya peran serta perawat dalam perawatan terhadap
lansia. Dengan meningkatnya jumlah lansia dari tahun ke tahun dan semakin
modernnya masyarakat sekarang diperlukan adanya perhatian khusus terhadap
lansia. Diperlukan adanya konseling bagi lansia dan keluarganya dalam
mempersiapkan kehidupan masa tuanya, memberikan pengetahuan dan pengertian
kepada keluarga pentingnya memberikan pehatian, dukungan serta perawatan
yang baik kepada lansia. Lansia-lansia yang tidak diberikan perhatian dan
perawatan yang baik oleh keluarganya akan menurunkan tingkat kesejahteraan
lansia, dan juga dapat menurunkan status kesehatan lansia. Anggota keluarga yang
tidak memberikan perawatan dan perhatian yang baik kepada lansia memperburuk
kondisi keluarga yang sudah mengalami penurunan kondisi baik fisik, psikologis,
maupun social. Hal ini dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada
lansia akibat penelantaran oleh keluarga. Lansia yang berada di panti juga tetap
memerlukan dukungan dan perawatan dari keluarga.
Peran serta perawat dalam meningkatkan kesejahteraan lansia terkait
support system pada lansia dapat difokuskan baik kepada keluarga yang memiliki
lansia ataupun kepada lansia itu sendiri. Dengan peran serta yang baik dari
perawat, dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup lansia sehingga
angka harapan hidup pada lansia dapat meningkat. Perawat perlu harus lebih

4
proaktif dalam memberikan pelayanan kepada lansia dikarenakan banyaknya
keterbatasan yang dialami oleh lansia. Selian itu juga kurangnya kesadaraan lansia
dan keluarga akan pentingnya perawatan yang baik pada lansia. Akan lebih baik
jika perawat tidak mempersiapkan lansia dan keluarganya ketika sudah ada
keluarga yang lansia, namun sebaiknya sudah dipersiapkan ketika keluarga
tersebut memiliki keluarga yang akan memasuki masa lansia. Keluarga yang
sudah mendapatkan pembekalan yang baik dari perawat tentang persiapan
perawatan lansia diharapkan dapat memberikan perawatan yang maksimal
terhadap anggota keluarganya yang lansia

5
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan telaah dari ke 4 artikel dapat disimpulkan bahwa kondisi
kesehatan dan kesejahteraan lansia sangat bekaitan dengan kondisi keluarga
tersebut. Lansia dengan keluarga yang memberikan perhatian, dukungan, dan
perawatan yang baik memiliki dan juga masih diikutsertakan dalam berbagai
acara maupun pengambilan keputusan dalam keluarga relative memiliki tingkat
kesejahteraan dan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang
diacuhkan oleh keluarganya. Lansia-lansia yang diacuhkan keluarganya banyak
ditemukan didaerah perkotaan yang sudah terlepas dari aturan-aturan tradisional
yang mengharuskan orang yang lebih muda memberikan perawatan yang baik
pada lansia. Lansia merasa lebih berguna dan berharga ketika berada dekat dengan
keluarga terutama anak-anaknya dan dilibatkan dalam berbagai pengambilan
keputusan keluarga. Lansia dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
mengurangi resiko kejadian depresi pada lansia. Semakin tua lansia semakin
rendah tingkat kesejahteraannya.
Namun masih terdapat kelemahan dalam literature review ini yaitu
sebagian besar artikel yang didapat merupakan arikel luar negeri, walaupun
terdapat 1 artikel dari Indonesia. Selain itu juga artikel-artikel yang didapatkan
masih kurang menunjukkan peran perawat dalam perawatan klien lansia, dimana
sebetulnya peran perawat sangat dibutuhkan untuk pemberian pengetahuan dan
pengertian kepada keluarga terkait perawatan yang baik pada lansia. Sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan lansia dan angka kesehatan pada lansia di sisa
usianya. Sehingga dapat tercapai angka harapan hidup yang diharapkan oleh
pemerintah terhadap lansia yang ada saat ini.

3.2 Saran
1. Perawat perlu memberikan perhatian ekstra terhadap klien-klien lansia dan
keluarga, supaya lansia dapat memiliki kesejahteraan di usia tuanya
2. Perlu dilakukan penelitian keperawatan lebih banyak lagi terkait support
system pada lansia
3. Perlu dibentuk program pemerintah yang ramah akan lansia

6
6
Table 1. Detail Penelitian dalam Literature review

Penulis, tahun, Tujuan Metode Sampel Prosedur Hasil Kelebihan/Kekurangan


negara

Camargo, et all., Untuk Cross sectional 107 orang Menggunakan Sebagian besar Sampel yang
Brazil 2013 mengetahui dengan usia instrument lansia digunakan masih
adanya lebih dari 60 MMSE, GDS, mengalami terlalu sedikit, belum
hubungan antara tahun APGAR disfungsi dapat diaplikasikan
fungsi keluarga keluarga keluarga, 57% kepada lansia yang
dan usia, jenis mengalami tidak memiliki
kelamin, disfungsi berat, keluarga dan belum
komposisi 21% disfungsi bisa di aplikasikan
keluarga, gejala sedang, 22% untuk wilayah lain
depresi dan fungsi keluarga
gangguan baik. Terdapat
kognitif hubungan antara
APGAR
keluarga dengan
lamanya dip
anti, gejala
depresi,
komposisi
keluarga dan
gangguan
kognitif

7
Riasmini, et all., Memperoleh Kualitatif 10 orang care Wawancara Ditemukan 4 Penelitian ini tidak
Indonesia 2013 gambaran giver. Usia 33 mendalam dan tema sebagai menampilkan hasil
tentang tahun sampai 59 observasi berupa hasil penelitian studi pendahuluan
pengalaman tahun. Terdiri catatan lapangan ini. Tema yang yang sudah dilakukan.
keluarga dalam dari satu orang pertama adalah
penanganan laki-laki dan 9 alas an merawat
lansia di orang dan beban
masyarakat dari perempuan merawat. Tema
aspek budaya alasan merawat
Indonesia diidentifikasi
melalui sub
tema tanggung
jawab yang
digambarkan
melalui kategori
tugas anggota
keluarga, balas
budi, kepuasan,
caregiver utama,
kedekatan dan
kasihan.

8
Balamurugan, Untuk Cross - sectional 300 respondent Kuesioner dan Status lansia Sampel yang
Ramatirham,. mengetahui yang dipilih observasi dalam keluarga digunakan cukup
India 2012 kehidupan dengan dapat dilihat banyak sehingga data
lansia, untuk menggunakan dari kebiasaan yang didapat cukup
mengetahui teknik purposive tertentu seperti representative
tingkat sampling sejauh mana
perawatan yang lansia bebas
diberikan menggunakan
keluarga kepada peralatan
lansia yang rumah, peran
berkaitan dengan lansia dalam
fisik, emosional memecehakan
dan psikologis perselisihan
keluarga,
partisipasi
lansia dalam
acara keluarga,
sejauh
manakeluarga
yang muda
berhubungan
dengan lansia,
ketersediaan
keuangan, dll

9
Mohanty ., India Untuk Cross sectional 100 orang lansia Menggunakan Deficit ADL Pada penelitian ini
2012 mengetahui usia 65 tahun kuesioner yang signifikan deficit ADL digunakan
perbedaan keatas yang General Health ditemukan sebagai acuan tingkat
kesejahteraan di ambil dari Questionair dalam kesejahteraan pada
berbagai wilayah Agra (GHQ), kelompok usia lansia, padahal banyak
kelompok lansia dan desa-desa Instrumental paling tua, indicator-indikator lain
sekitar Activities of hidup di yang dapat digunakan
menggunakan Daily Living pedesaan dan
teknik purposive Scale, Personal tidak bekerja.
sampilng Wellbeing Index Kelompok usia
yang lebih tua
kesejahteraan
individunya
cukup rendah.
Defisit ADL
digunakan
sebagai acuan
kesejahteraan
pada lansia

10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2007. Statistic Indonesia. Jakarta

Boonyakawee, C.,2006. The Functional Disability Of The Elderly In Tambon


Krabi-Noi Muang District Krabi Province. Thesis. Degree Of Master Public
Health Program In Health System Development. Chualalongkorn University

Balamuruga, J & Ramathirtham, G. (2012). Inequality to elderly in social support


at familial level : a socio-economic perspective. Indian Journal o
Gerontology, 26, 161-170

Camargo, Simone de Oliveira,. Cristina, sovia lost pavarini., De Souza Fabiana


Orlandi., silvana, Mariza.(2013). Family functionality: A study of Brazilian
institutionalized elderly individuals. Archives of Gerontology and Geriatrics
Elsevier ,58, 170-176
Deng J, Hu J, Wu W, Dong B, Wu H (2010) Subjective well-being, social
support, and age-related functioning among the very old in China.
International Journal of Geriatric Psychiatry, 25, 697– 703

Kozier, et al,. 2004. Fundamental of Nursing : Concept, Process and Practice.7th


ed. Upper Saddle River: Peterson Education, Inc

Mohanty, Sandhyarani., Prakash Om Gangil., Kumar, Sudhir. (2012).


Instrumental activities of daily living and subjective wellbeing in elderly
persons living in community. Indian Journal Of gerontology, 26, 193-206

Riasmini, Ni Made, et al., 2013.Pengalaman keluarga dalam penanganan lanjut


usia di masyarakat dari aspek budaya indonesia. Jurnal Ners, vol 8, 98-106

Streuebert, HJ. & Carpenter, DR., 2002. Qualitative research in nursing:


advancing humanistic imperative. (3rd ed). Philadelphia : Lippincott

11
Lampiran abstrak dari article journal

Family functionality: A study of Brazilian institutionalized elderly individuals


Simone Camargo de Oliveira a, *, Sofia Cristina Iost Pavarini b, Fabiana de Souza
Orlandi b, Marisa Silvana Zazzeta de Mendiondo b

ABSTRACT

This study presents an analysis of a potential association between family


functionality and the variables of gender, length of institutionalization, family
composition, depressive symptoms, and cognitive disorders in elderly individuals
living in Long-Term Care Facilities (LTCF) in a city in the interior of Sa˜o Paulo,
Brazil. This is a quantitative, cross-sectional study with a descriptive-correlational
design. A total of 107 institutionalized elderly individuals were interviewed. Data
were analyzed through raw and adjusted Logistic Regression. The results indicate
that most elderly individuals experience family dysfunction, 57% present a high
level of family dysfunction, 21% present moderate family dysfunction and 22%
present good family functionality. There was a statistical association between the
Family APGAR and the variables of length of institutionalization, depressive
symptoms, family composition and cognitive disorders.

12
Instrumental Activities of Daily Living and
Subjective Wellbeing in Elderly Persons Living in
Community

Sandhyarani Mohanty, Om Prakash Gangil and Sudhir Kumar


Institute of Mental Health and Hospital, Agra – 282002

ABSTRACT
Decline of functional ability with age leads to stress, isolation, and other harmful
effects. Activities of daily living represent basic responsibilities and duties that
comprise the individual’s daily functioning, such as bathing, dressing, eating,
toileting, and transferring. Impairment in activities of daily living is illustrative of
a stressful life situation and, in turn, affects the elderly individual’s experience of
well-being. There are limited psychological data on the quality of life and
activities of daily living among community dweller elderly in India. This study
explored and compared various factors associated with Instrumental Activities of
Daily Living and Well-being in elderly persons living in community. A sample of
100 elderly persons was drawn from Agra and adjoining villages. GHQ-12 was
used to screen out participants. Instrumental Activities of Daily Living Scale
(IADL) (Lawton & Brody 1969) and Personal Wellbeing Index (PWI)
(International Wellbeing Group, 2006) were administered on each participant.
The results revealed significant group differences in IADL across domicile,
current working status, age groups; and significant differences in wellbeing
across age groups. Regression analysis revealed that IADL significantly predicted
wellbeing in older age group.

13
Inequality to Elderly in Social Support at Familial Level : A Socio-economic
Perspective

J. Balamurugan and G. Ramathirtham


Department of Sociology, Pondicherry University, Puducherry.

ABSTRACT
Population ageing implies the ageing of some members of family and
nature of kinship networks. Because the absolute number of the frail
elderly is set to increase, notwithstanding the increase in life expectancy
in good health, a top-heavy intergenerational chain is likely both to put
stress on the middle generation, and result in the older and younger
generations competing for their support where Pondicherry is not an
exception. Thus, issues of the redistribution of financial and time
resources become relevant in the middle and younger generations when
frailty emerges in the older generation. The present paper adopts a bi-
generational perspective in order to examine not only whether social
inequality affects resources available to the dependent elderly, but also
whether and how a frail elderly person’s demands impact differently on
children’s resources and life chances across gender and social classes,
as well as what the impact of specific patterns of public care provision
(other than healthcare) is on these inequalities.
Key Words : Elderly, Inequality, Family and social support

14
15
13

Anda mungkin juga menyukai