Disusun oleh :
BELLA FRISKA
P1337420919025
110 artikel
Pubmed : 65
Google Cendikia : 45
30 artikel yang sama
27 artikel
12 artikel
2 artikel
1 artikel
Kasus yang diambil adalah masalah isolasi sosial yang mana pasien
dilakukan social skill training. Tn.D usia 31 tahun datang ke IGD RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Jawa Tengah pada tanggal 23 September 2019 jam 18.00
wib karena sering marah-marah jika keinginannya tidak dituruti. Keluarga
mengatakan pasien sering minum alkohol agar dirinya tenang, tidak mau
bersosialisasi dengan lingkungan, berdiam diri di rumah dan lampu harus
dimatikan, klien juga mengatakan suka memakai topi agar tidak terlihat orang
lain.
Pada saat pengkajian tanggal 2 Oktober 2019 didapatkan data objektif
tekanan darah: 110/60 mmHg, N: 84 x/i, pernapasan: 19 x/i, suhu: 36,7oC. Klien
mengatakan kesal dengan keluarganya, kehidupan dalam keluarganya kurang
harmonis karena ayah seorang penjudi dan pemabuk, ini yang menyebabkan
pasien marah dengan dirinya. Keluarga tidak peduli tentang dirinya dan sering
mengabaikan dirumah. Semenjak itu pasien dari SD sudah minum alkohol agar
dirinya tenang dan lebih berdiam diri di kamar dan jarang berinteraksi dengan
keluarga. Klien merupakan pasien baru yang menjalani perawatan di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo. Klien pernah menjadi pelaku kekerasan kepada adik laki-
lakinya. Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.
Pengalaman klien yang tidak menyenangkan adalah ayahnya seorang pemabuk
dan penjudi sehingga klien ikut untuk mencoba perilaku dari ayahnya.
Menurut Damayanti (2012), pada pengkajian klien isolasi sosial ditujukan
pada aspek perilaku yang biasa muncul adalah berupa kurang spontan, apatis
(kurang acuh terhadap lingkungan), ekpresi wajah kurang beseri, afek tumpul,
klien tidak bercakap-cakap dengan pasin yang lain dan perawat, mengisolasi diri.
Teori ini sudah sesuai dalam pengkajian karena didapatkan data bahwa ketika
diajak berbicara, klien tidak mau berinteraksi, kontak mata ada tetapi tidak
bertahan lama, sukar untuk bebicara dengan perawat, cenderung membisu/ suara
kecil dan lambat, dan afek datar.
Menurut Keliat (2014), pohon masalah pada isolasi sosial dapat
mengakibatkan klien mengalami halusinasi pendengaran dan dapat berefek pada
perilaku kekerasan. Berdasarkan masalah – masalah tersebut, maka disusun pohon
masalah yaitu Harga diri kronik sebagai penyebab, isolasi sosial sebagai core
problem, dan gangguan presepsi sensori halusinasi sebagai akibat.
Setelah mendapatkan diagnosa keperawatan penulis akan membuat
intervensi keperawatan yang akan dilakukan selama 3 hari pada Tn.D. Pada
intervensi inovasi penulis melakukan inovasi untuk mengatasi masalah
keperawatan isolasi sosial untuk kemempuan klien bersosialisasi pada Tn.D.
Intervensi inovasi ini berupa tindakan terapi Social Skill Training yang terdiri dari
5 sesi. Pada masing-masing sesi mempunyai tujuan yang sangat berbeda-beda
untuk melihat kemajuan kemampuan klien dalam bersosialisasi. Setelah diberikan
tindakan keperawatan tersebut, klien menunjukkan perubahan kemampuan
bersosialisasi. Hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda gejala yang terjadi pada klien.
Klien telah ingin berkomunikasi dengan perawat, serta mampu memperkenalkan
nama dari klien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN