Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK

TERAPI BERMAIN “ ULAR TANGGA”

DISUSUN OLEH :

1. Laila Nur Fauzi (B2014053)


2. Lilis Kuswati (B2014054)
3. Linda Dwi Pratiwi (B2014055)
4. Rino Pangestu (B2013075)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH SURAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak usia sekolah diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6-12

tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga (supraptini, 2004)

Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal mimila 38. Demam

merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab bukan suatu penyakt dan tidak

terjadi dengan sendirinya. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan

keseriusan demam (missal : anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 40 derajat celcius

secara umum kurang menghawatirkan disbanding bayi yang lesu dan latergik dengan

suhu 39 derajat celcius )( muscari, 2001)

Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai pendidikan

yang tinggi (june, 2003) artinya setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan

ditimbulkan tanpa mempertingbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela

tidak ada paksaan atau tekanan dari luar ( Hurlock).

Berdasarkan hasil observasi di ruang anggrek pada tanggal 28 maret 2017 terdapat

pasien febris pada tahapan usia sekolah sebanyak 2 anak.kemudian untuk meningkatkan

nafsu makan dan minum pasien tersebut dilakukan terapi bermain ular tangga sebagai

media penunjang nafsu makan dan minum.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.

2. Tujuan Khusus
1) Untuk meningkatkan nafsu makan dan minum
2) Mengurangi resiko anxietas akibat hospitalisasi
BAB II

TINJAUAN PIUSTAKA

A. BERMAIN

1.1 PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja
dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan
bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang
yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (Cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain
akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak,
kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di
lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

1.2 KATEGORI BERMAIN


1. Bermain Aktif : Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif : Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan
aktivitas (hanya melihat).
Contoh: Memberikan support.

1.3 CIRI-CIRI BERMAIN


1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis :
1. Ada aturan tertentu
2. Menuntut ruangan tertentu

1.4 KLASIFIKASI BERMAIN


A. MENURUT ISI
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.

B. MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre
school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

1.5 FUNGSI BERMAIN


Anak dapat melangsungkan perkembangannya diantaranya :
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya
meraih pensil.
2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.

5. Kesadaran Diri (Self Awareness)


Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak. Misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal. Misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

1.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

1.7 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya
B. BERMAIN DI RUMAH SAKIT
1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orangtua

3. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain


a. Lakukan saat tindakan keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan khusus

5. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan


a. Alat bermain
b. Tempat bermain

6. Pelaksanaan Bermain Di RS Dipengaruhi Oleh


a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama tim dan keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA

Judul : Terapi bermain “ular tangga”


Tanggal pelaksanaan : 30 maret 2017
Waktu :09.00 –10.00
Tempat : Di ruang Anggrek

A. Sasaran
1. Anak usia sekolah (6-12tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain

B. Syarat-syarat untuk bisa ikut terapi bermain:


1. Usia 6-12 tahun
2. Jumlah peserta 2 anak dan didampingi oleh orang tua
3. Keadaan umum mulai membaik
4. Klien dapat duduk
5. Peserta kooperatif

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/Tanggal : kamis, 30 maret 2017
Waktu : 09.00 WIB s/d 10.00
Tempat : Ruang Anggrek

D. Sasaran
1. Nama : An. F
Umur : 7 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : Febris hari ke-5

2. Nama : An. N
Umur : 8 th
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa medis : Febris hari ke-5

E. Metode
Bermain dengan ular tangga dengan aturan ketika anak bermain bertemu dengan tangga,
anak tersebut harus makan biscuit dan ketika bertemu ular anak tersebut harus minum air
putih yang disediakan oleh perawat.

F. Media
1. Ular tangga
2. Biscuit
3. Air minum
4. hadiah

G. Orientasi dan uraian tugas


1) Struktur organisasi
 Leader : Linda Dwi Pratiwi
 Co leader : Rino Pangestu G.
 Fasilitator : Laila Nur F.
 Observer : Lilis Kuswati
2) Uraian Tugas
a. Leader
1. Katalisator, mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaanya
2. Auxilery Ego sebagai penompang bagi anggota yang terlalu lemah atau dominan
3. Koordinator yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
b. Co leader
1. Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
2. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang
akan datang
3. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
c. Fasilitator
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
d. Observer
1. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
2. Mempehatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
3. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
4. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

C. Setting tempat

LEADER
PESERTA PESERTA

FASILITATOR

OBSERVER

D. Strategi Pelaksanaan

No Terapis Waktu Subjek Terapi

1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat,


a. Menyiapkan ruangan
anak dan keluarga
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan keluarga sudah siap

2 Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga


a. Mengucapkan salam
menjawab salam,
b. Memperkenalkan diri
c. Anak yang akan bermain saling anak saling
berkenalan berkenalan, anak
d. Menjelaskan kepada anak dan
dan keluarga
keluarga maksud dan tujuan terapi
memperhatikan
bermain
terapis

3 Kegiatan (Kerja) 30 menit Anak dan keluarga


a. Menjelaskan kepada anak dan
memperhatikan
keluarga tujuan, manfaat bermain
selama perawatan, dan cara penjelasan terapis,
permainan yang akan dilakukan anak melakukan
b. Mengajak anak untuk mengikuti
kegiatan yang
kegiatan bermain
diberikan oleh
BERMAIN PERMAINAN ULAR
terapis, anak dan
TANGGA
keluarga
a. Anak diminta untuk melihat memberikan
dan mendengarkan aturan respon yang baik
bermain dan cara bermain
b. Anak di minta untuk mulai
mempraktikan permainan ular
tangga
DEMONSTRASI PERMAINAN
ULAR TANGGA

a. Diajarkan bagaimana cara


bermain ular tangga yang
benar dan sesuai aturan yaitu
ketika bertemu anak tangga
makan biscuit dan ketika
bertemu ular minum air
b. Mengajak anak untuk mulai
bermain ular tangga

4 Penutup (Terminasi) 5 menit Anak dan keluarga


a. Memberikan reward pada anak atas
tampak senang,
kemauan anak bermain dan mengikut
menjawab salam
aturan main dengan baik
b. Mengucapkan terimakasih
c. Mengucapkan salam
I. Kriteria evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan 2 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di bangsal anggrek.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan bermain ular tangga.
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk bermain.
d. Anak mau makan dan minum saat bertemu dengan anak tangga dan ular sesuai
peraturan
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Anak mau makan dan minum dengan baik
c. Bermain sesuai dengan aturan yang ditentukan.

Mengetahui, Kelompok Mahasiswa


Pembimbing Praktek,

(………………………….) (…….…………………..)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak

B. Saran

Rumah Sakit : Terapi bermain pada anak dapat menjadi sarana untuk anak yang
takut saat dirawat dirumah sakit, sebaiknya terapi bermain dibuat menjadi program
khusus yang dapat memfasilitasi anak yang mendapat dampak hospitalisasi dari
perawatan dirumah sakit.

Ruangan : Terapi bermain sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruangan agar


anak yang mendapat dampak dari hospitalisasi menjadi berkurang kecemasannya.

Anda mungkin juga menyukai